Bab Iii Rona Lingkungan
Bab Iii Rona Lingkungan
Curah Hujan
Data data pengamatan periode 10 tahun (2006-2016), jumlah curah
hujan rata-rata tahunan yang tercatat adalah 2.521,46 mm dengan
jumlah hari hujan 156,64 hari. Rata-rata curah hujan bulanan antara
66,28 mm hingga 354,41 mm dengan curah maksimum terjadi pada
bulan Maret dan curah hujan minimum terjadi pada bulan Juli. Data
curah hujan di daerah kegiatan diambil dari stasiun curah hujan Kenten
di Palembang hasil pengukuran dalam tahun 2006 s/d 2016.
Tabel 3.1. Curah hujan wilayah studi selama 10 tahun terakhir (mm)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jmlh
2006 284 96 113 151 43 84 125 42 12 74 233 121 1378,00
2007 297 136 220 257 62 50 76 14 156 66 134 150 1618,00
2008 159 94 390 198 284 135 44 135 228 253 304 526 2750,00
2009 275 134 564 339 112 140 36 97 33 212 183 284 2409,00
2010 251 325 541 420 243 171 91 201 371 337 508 250 3709,00
2011 210,2 338,8 392,4 378,4 292,3 65,4 33,8 33,6 14,6 264,9 219,4 348,9 2592,00
2012 201,2 347,4 246,2 404,9 204,8 199,3 85,9 50,9 1 226,7 649,3 466,1 3083,00
2013 309 332,7 613,4 368 119 149,8 85,9 154 282,1 191,3 310.4 493,6 3409,00
2014 141 38 168 236 204 69 60 46 15 5 320,5 442 1744,50
2015 265 190 274 441 37 276 5 55 5 0 261,5 231 2040,50
2016 157,5 243 376,5 268 252,5 70 86,5 98 221,5 491,5 372,5 364 3001,50
Rerata 231,81 206,61 354,41 314,66 168,51 161,5 66,28 84,23 121,75 192,85 317,79 334,24 2521,46
Maks. 309 347,4 613,4 420 292,3 276 86,5 201 371 491,5 649,3 493,6 3709,00
Min. 141 38 113 151 37 50 5 14 1 0 134 121 1378,00
Sumber: Badan Meteorolog dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2017
2011 22 19 28 24 16 14 10 7 2 17 24 25 216
2012 19 25 19 24 16 10 10 13 17 17 24 26 201
Tabel 3.3. Data Rata-rata Kecepatan Angin (knot) di sekitar Wilayah Studi
Tahun 2006-2016
Tahun Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
2006 5 6 5 Calm 5 2,6 2,6 3 4 3 2 5
2007 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4
2008 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3
2009 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3
2010 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2
2011 3,3 3 2,7 2,2 2,2 2,9 3 3,5 3,8 2,4 2,1 2,5
2012 3,2 2,1 2,7 2,8 3 3 3,1 3,8 3,6 2,3 2 3
2013 3,9 4 3,1 2,8 2,7 3 3,1 4,2 4 3,6 2,9 5,3
2014 5.6 5,4 4,3 3,6 3,9 3,9 4,7 4,8 5,2 4,1 2,6 2,9
2015 3,9 3,4 2,7 2,2 2,7 3,1 4,6 4,9 4,8 4,4 2,7 2,9
2016 3 3,1 2,7 2,5 2,4 2,8 3,3 3,7 3,2 3 1,7 2
Rerata 3,68 3,69 3,14 2,81 3,18 3,31 3,59 3,81 3,85 3,36 2,50 3,16
Suhu Udara
Suhu udara rerata di wilayah studi berkisar antara 26, 0 C sampai
dengan 28,50 C dengan kelembaban udara berkisar antara 88% hingga
79%.
Tabel 3.4. Hasil analisis kualitas udara ambient PT Prasidha Aneka Niaga Tbk.
Lokasi BML *)
No Parameter Satuan
U1 U2 U3 U4 U5 U6
1. Kebisingan dBA 51 46 44 43 42 52 55
2. Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 36 45 41 48 37 148 900
3. Karbon Monoksida (CO) µg/Nm3 461 572 603 548 432 124 30.000
4. Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 36 40 41 40 37 86,5 150
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 5
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENINGKATAN KAPASITAS 2017
PRODUKSI PABRIK KARET REMAH
PT PRASIDHA ANEKA NIAGA Tbk.
5. Oksidan (O3) µg/Nm3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 235
6. Hidro Carbon (HC) µg/Nm3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 160
7. Debu (TSP) µg/Nm3 125 139 129 120 121 78,8 230
8. Plumbum (Pb) µg/Nm3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2
Tabel 3.4. Lanjutan
Lokasi BML *)
No Parameter Satuan
U1 U2 U3 U4 U5 U6
9. PM 2,5 µg/Nm3 14 14 16 15 13 0,00 65
10. Amonia (NH3) ppm 0,008 0,033 0,007 0,006 0,004 0,00 2
Sumber: Data primer, Mei 2017
*)
Berdasar Per. Gub Sum Sel Nomor 17 Tahun 2005, tentang NIlai Ambang
Batas Kebisingan untuk Kawasan Baku Tingkat Kebisingan Industri adalah 70 ± 3 dBA
0,00 : tidak terdeteksi.
3.1.2.5. Kandungan Pb
Timah hitam (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan
atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C
pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-
tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai
zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan
secara ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik
didih masing-masing 110°C dan 200°C. Karena daya penguapan kedua
senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-
unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung
memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan
terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa
kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau oksidator.
Sumber Distribusi
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar merupakan
bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer. Berdasarkan estimasi
sekitar 80–90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin namun
sebarannya tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena
tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk
mereduksi kandungan pb pada bensin.
Meskipun lokasi kegiatan berdekatan dengan alur lalu lintas padat,
berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kandungan Pb sangat rendah
yakni 0,00 µg/Nm3/24 jam.
3.1.2.6. Kandungan O3
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah
fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam
jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat
berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk
diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang
gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O 2) menjadi
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 10
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENINGKATAN KAPASITAS 2017
PRODUKSI PABRIK KARET REMAH
PT PRASIDHA ANEKA NIAGA Tbk.
LOKASI BMK
No Parameter
(ppm)
1 2 3 4 5
1. Amonia (NH3) 0,014 0,037 0,015 0,011 0.010 2
2. Metil Mercaptan (CH3SH) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,002
Tabel 3.6. Lanjutan
LOKASI BMK
No Parameter
(ppm)
1 2 3 4 5
3. Hidrogen Sulfida (H2S) 0,005 0,008 0,006 0,003 0,003 0,02
4. Metil Sulfida 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,01
5. Stirena (C2H3CHCH2) 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,1
Keterangan : BMK : Baku Mutu Kebauan: Kep.50/MEN-LH/11/1996
1. Lokasi 1: ± 100 meter arah Tenggara, atas arah mata angin.
S : 03o 01’ 22.48” E : 104o 45’ 54,31”
2. Lokasi 2: ± 100 meter arah Barat Laut, bawah arah mata angin.
S : 03o 01’ 28.61” E : 104o 45’ 53,16”
3. Lokasi 3: ± 100 meter arah Barat Laut, bawah arah mata angin.
S : 03o 01’ 22.48” E : 104o 45’ 48,10”
4. Lokasi 4: ± 250 meter arah selatan, permukiman.
S : 03o 01’ 54.8” E : 104o 45’ 91,1”
5. Lokasi 5: ± 100 meter arah selatan, lapangan parkir motor.
S : 03o 01’ 47.0” E : 104o 45’ 90,9”
Berdasarkan parameter uji terhadap kebauan terukur bahwa NH3;
CH3SH; H2S; metil sulfida dan stirena berada di bawah baku mutu kebauan.
Untuk kebisingan telah dilakukan pengukuran di 6 titik sebagaimana
disajikan dalam Tabel 3.7.
3. Creeper 82
4. Cutter/ Shreder 88
5. Dryer 77
6. Rubber Palletizer 81
BML*: Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 17 Tahun 2005 untuk
Kawasan Industri
BME = Baku Mutu Emisi (Peraturan Gubernur Sumsel No. 6 Tahun 2012)
Hasil uji emisi untuk NO2, opasitas, partikulat maupun SO2 pada boiler,
scrubber dan genset diketahui jauh lebih rendah dari batas maksimum yang
diperkenankan (Tabel 3.8; 3.9; 3.10).
Ogan dengan lebar rata-rata 211 meter, dan Sungai Keramasan dengan lebar
rata-rata 103 meter. Disamping sungai-sungai besar tersebut terdapat sungai-
sungai kecil lainnya terletak di Seberang Ilir yang berfungsi sebagai drainase
perkotaan (terdapat ± 68 anak sungai aktif). Sungai-sungai kecil tersebut
termasuk Sungai Kedukan memiliki lebar berkisar antara 3 – 20 meter. Pada
aliran sungai-sungai tersebut ada yang dibangun kolam retensi, sehingga
menjadi bagian dari sempadan sungai. Permukaan air Sungai Ogan di wilayah
studi sangat dipengaruhi permukaan air Sungai Musi sedang Sungai Musi ini
dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Pada musim kemarau terjadi penurunan debit sungai, sehingga
permukaan air Sungai Ogan mencapai ketinggian yang minimum. Pola aliran
sungai di Kota Palembang dapat digolongkan sebagai pola aliran dendritik,
artinya merupakan ranting pohon, dimana dibentuk oleh aliran sungai utama
(Sungai Musi) sebagai batang pohon, sedangkan anak-anak sungai sebagai
ranting pohonnya. Pola aliran sungai seperti ini mencerminkan bahwa, daerah
yang dialiri sungai tersebut memiliki topografi mendatar. Dengan kekerasan
batuan relatif sama (uniform) sehingga air permukaan (run off) dapat
berkembang secara luas, yang akhirnya akan membentuk pola aliran sungai
(river channels) yang menyebar ke daerah tangkapan aliran sungai (catchment
area).
Tabel 3.11. Hasil analisis air Sungai Ogan dan air Sungai Kedukan
HASIL
S.Kedukan S.Kedukan
No PARAMETER Satuan BML S.Ogan S.Ogan S.Ogan
Hilir Hulu
A1 A2 A3
A5 A6
1 Temperatur (di Laboratorium) Co
Devisai # 29,5 28,5 29,3 29,0 28,7
2 Zat padat terlarut mg/L 1000 38,4 38,1 37,2 37,4 36,7
3 Zat padat tersuspensi mg/L 50 45,8 45,7 44,2 31,2 29,6
1 pH (di Laboratorium)* # 6–9 6,8 6,7 6,5 6,5 6,5
2 Besi terlarut (Fe)* mg/L 0,3 0,410 0,413 0,358 0,384 0,416
3 Mangan terlarut (Mn)* mg/L 0,1 <0,006 <0,006 <0,006 <0,006 <0,006
4 Seng (Zn)* mg/L 0,05 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005
5 Cadmium terlarut (Cd)* mg/L 0,1 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003
6 Raksa (Hg) mg/L 0,001 0,00166 0,00113 0,000154 <0,0000 0,0001
7 Timbal terlarut (Pb)* mg/L 0,3 <0,049 <0,067 <0,049 0,082 0,074
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 16
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENINGKATAN KAPASITAS 2017
PRODUKSI PABRIK KARET REMAH
PT PRASIDHA ANEKA NIAGA Tbk.
1) Air sungai
Karakteristik fisika
(a) Temperatur
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai
proses industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan akan
mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan
ke tempat asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan
tersebut mungkin mempunyai suhu lebih tinggi dari pada air asalnya.
Baku mutu air permukaan (badan air) ditetapkan pada suhu normal.
Suhu air permukaan (badan air) yang tinggi (>45 oC) akan
mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air.
Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimia biologis pada benda
padat dan gas dalam air.
Pembusukan yang terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan
oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu yang tinggi. Suhu yang
Karakteristik Kimia
(a) Tingkat keasaman (pH)
Nilai kemasaman memberikan gambaran tentang keseimbangan
asam basa dalam air yang sangat erat dengan fungsinya sebagai pelarut
dalam reaksi-reaksi kimia. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain oleh proses fotosintesis, biologis dan berbagai jenis kation dan
anion dalam air.
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH
naik) maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggu
kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Baku mutu lingkungan untuk
parameter pH pada air permukaan adalah 6 – 9. Dari hasil pengukuran pH
untuk empat contoh air sungai masih cukup baik yakni antara 6,5 hingga
6,8.
(b) BOD5
Dalam air permukaan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti
nitrogen, belerang, dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen.
Oksigen tersebut dipergunakan untuk menguraikan senyawa organik.
Pada akhirnya kadar oksigen dalam air menjadi keruh dan kemungkinan
berbau.
Nilai BOD5 menunjukkan kandungan bahan organik yang dapat
didegradasi, yang dinyatakan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk proses degradasinya. Makin tinggi nilai BOD5 dari suatu air
permukaan, maka kualitas air permukaan tersebut makin buruk. BOD 5
yang tinggi menggambarkan akibat yang ditimbulkan yaitu akan terjadi
defisit (berkurangnya) oksigen terlarut, padahal komponen ini dibutuhkan
oleh biota perairan seperti nekton (ikan). Batas maksimum yang diizinkan
adalah 2 mg/l. Dari hasil analisis contoh air permukaan menunjukkan
bahwa kandungan BOD5 pada seluruh air sungai berkisar antara
1,53 – 1,97 mg/l. Menunjukkan bahwa untuk parameter BOD, air sungai
cukup baik karena batas maksimum yang diperbolehkan adalah 3 mg/l.
dibutuhkan untuk proses degradasinya. Makin tinggi nilai COD dari air
permukaan, maka kualitas air permukaan tersebut makin buruk. Sama
halnya dengan BOD5, COD yang tinggi akan terjadi defisit (berkurangnya)
oksigen terlarut, dan selanjutnya mengganggu kehidupan biota perairan
seperti nekton (ikan). Dari hasil analisis contoh air permukaan
menunjukkan bahwa kandungan COD pada seluruh lokasi contoh masih
dibawah baku mutu yaitu 8,65 – 9,40 mg/l dibandingkan dengan 10 mg/l
untuk BML.
(d) Nitrat
Bahwa hasil analisis di tiga titik pengamatan menunjukkan
kandungan nitrat antara 0,042 mg/l hingga 0,110 mg/l. Dikaitkan dengan
baku mutu lingkungan masih jauh di bawahnya yakni 10 mg/l. Pertanda
bahwa secara kimiawi untuk nitrat kualitas air masih cukup baik.
Kandungan nitrogen di atas 0,3 mg/l di dalam air mengakibatkan
ganggang tumbuh dengan subur. Jika kandungan nitrat di dalam air
mencapai 45 mg/l akan berbahaya untuk diminum. Nitrat tersebut akan
berubah menjadi nitrit di perut. Keracunan nitrit akan mengakibatkan
wajah membiru dan kematian.
(e) Fenol
Hasil analisis contoh air permukaan pada setiap lokasi yang diamati
menunjukkan bahwa kandungan fenol antara 6 – 9 µg/l yang berarti
jumlahnya jauh lebih besar dari baku mutu lingkungan yakni 1 µg/l (Tabel
3.11).
Fenol dikenal juga sebagai asam karbolik yang merupakan asam
lemah dibandingkan asam asetat. Dalam keadaan murni (pada temperatur
ruang), fenol berbentuk kristal solid dan tidak berwarna. Fenol larut dalam
air karena sifatnya yang polar dan akan terurai menurut persamaan reaksi
berikut : C6H5OH H+ + C6H5O-.
(h) Sulfat
Sulfat dalam jumlah yang besar akan menaikkan keasaman air.
Ion sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Ion sulfat oleh bakteri
direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida
diubah menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob hidrogen sulfida
b. Kemasaman Tanah
Kemasaman tanah tergolong masam sampai sangat masam,
kemasaman tanah yang ada di lokasi kegiatan yaitu antara 4,12 sampai 5,5,
kemasaman tanah tersebut tergolong sangat masam kurang menunjang
tumbuhnya tanaman terutama pepohonan. Tanah di sekitar lokasi kegiatan
yang merupakan hasil pengendapan bersifat masam dapat dimengerti karena
lumpur tersebut berasal dari limpasan permukaan yang terangkut dari bagian
hulu Sungai Pinang terbawa ke bagian hilir dan di bagian hulu merupakan
tanah-tanah muda yang masih cukup subur walaupun masih dipengaruhi oleh
asam organik tanah. Endapan lumpur ini sangat potensial untuk media
pertumbuhan tanaman.
h. Tekstur
Kondisi fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah tekstur tanah.
Teksur tanah di lokasi kegiatan sebagian besar adalah lempung diikuti oleh
lempung berliat. Ini berarti terdapat keseimbangan fraksi pasir, debu, dan liat
bahkan lebih didominasi oleh lempung. Tanah-tanah dilokasi kegiatan
mempunyai drainase dan porositas tanah yang rendah. Tanah-tanah ini
mempunyai nilai infiltrasi yang lambat sehingga dapat meningkatkan aliran
permukaan. Tanah dengan tekstur lempung umumnya berada pada pengaruh
limpasan sungai atau berada di kiri kanan sungai.
Pada dasarnya sifat fisik dan sifat kimia tanah tidak jauh berubah, masih
dalam karakteristik sebagaimana sebelumnya.
Gambar 3.2. Beberapa tipe vegetasi di areal titik pengamatan satu dan dua
Gambar 3.3. Beberapa tipe Vegetasi di areal titik pengamatan tiga dan empat
tergolong cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh proses suksesi tumbuhan
yang terhambat akibat adanya intervensi manusia seperti pembukaan lahan
menjadi pemukiman padat penduduk dan kegiatan lainnya.
b. Vegetasi Pekarangan/Budidaya
Jenis-jenis tanaman budidaya yang ditemukan di dalam pekarangan
penduduk sekitar wilayah studi menunjukan masih beranekaragam seperti
yang ditunjukkan di tabel 3.17 pada lokasi titik pengamatan 4. Secara umum,
jenis-jenis tanaman pekarangan/budidaya tersebut berfungsi sebagai
pelindung, tanaman buah, dan tanaman pagar dan peneduh. Selain itu juga
sering ditemukan tanaman hias serta ada juga beberapa tumbuhan yang
dijadikan obat tradisional. Selain itu juga terdapat beberapa jenis tanaman
yang berfungsi sebagai sumber makanan terutama buah-buahan. Jenis-jenis
tanaman yang banyak di tanam sebagai tanaman budidaya (perkebunan)
dan juga sebagai tanaman pekarangan diantaranya adalah Mangga,
Pepaya, Nangka, Pinang, Rambutan dan Singkong. Jenis-jenis vegetasi
budidaya atau pekarangan di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel 3.17
diatas.
Tabel 3.18. Jenis-jenis satwa liar di lokasi (hasil observasi langsung dan
wawancara berdasarkan keterangan penduduk di sekitar lokasi
studi) pada bulan Oktober 2017
Estimasi IUCN CITES
No Komposisi Jenis Nama Latin Status Individu/ 2017 2017
populasi
Aves
1. Layang Dalichon dasypus TDL ++ - -
2. Layang-layang batu Hirundo rustica TDL ++ LC -
3. Kekep babi Artamus leucorynchus TDL +++ LC -
4. Perit Lanchura leucogastra TDL ++ - -
5. Prenjak Orthotomus sp. TDL ++ - -
6. Bubut Alang-Alang Centropus bengalensis TDL ++ LC -
ini didasarkan pada perilaku dan sifat yang mempengaruhi responnya terhadap
habitat akuatik. Komunitas biota perairan baik plankton, benthos maupun
nekton dapat dijadikan sebagai bioindikator untuk menentukan kualitas suatu
perairan. Ketiga komponen biotik tersebut saling terkait dalam menopang rantai
dan jaring makanan dalam ekosistem perairan seperti sungai.
Perairan yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan merupakan tipe aliran
sungai yang mengalir dan bermuara ke sungai yang lebih besar, namun
mempunyai fungsi yang sangat penting bagi lingkungan di sekitarnya. Dengan
adanya kegiatan di sekitar kawasan nantinya aliran anak sungai maupun sungai
sedikit banyaknya akan menerima dampak dari suatu kegiatan. Upaya
pengelolaan terhadap kualitas biota perairan sejalan dengan pengelolaan
badan perairan secara terpadu karena dampak yang terjadi pada biota perairan
merupakan dampak turunan dari kualitas perairan yang menurun akibat adanya
kegiatan yang ada disekitar badan perairan. Beberapa aliran sungai yang
berada di lokasi kegiatan yaitu Sungai Kedukan dan Sungai Ogan.
a. Plankton
Plankton merupakan organisme perairan yang melayang-layang dan
pergerakannya sangat dipengaruhi oleh gerakan air/arus. Walaupun
beberapa zooplankton menunjukkan gerakan berenang yang aktif dalam
membantu mempertahankan posisi vertikal, plankton secara keseluruhan
tidak dapat melawan arus. Kualitas suatu perairan terutama perairan dapat
ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang mempengaruhi
tingkatan trofik perairan tersebut. Fluktuasi populasi dipengaruhi terutama
ketersediaan nutrisi di suatu perairan.
Berdasarkan nutrisi yang dibutuhkan, plankton dapat dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
adalah plankton yang berukuran mikroskopis dan merupakan organisme
autotrof atau memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan nutrien
V. Euglenaphyceae
31. Euglena sp. 12 10 5
32. Phacus sp. 4 - 2
33. Malmonas sp. 2 - -
34. Trachelomonas sp. - 6 4
ZOOPLANKTON
VI. Monogononta
35. Brachionus sp. - 2 3
36. Notholca sp. 2 2 -
37. Euchlanis dilatata 4 4 5
38. Keratella sp. 3 6 -
39. Monostyla lunaris 4 - 2
VII. Copepoda
40. Cyclops sp. 2 - -
VIII. Flagellata
41. Carteria globosa - 4 4
IX. Rhizopoda
42. Amoeba sp. 5 7 8
43. Difflugia urceolota 5 - 2
44. Kellicotia sp. 2 3 -
Jumlah Genera 33 31 32
Kelimpahan Total (Ind/L) 177 141 157
Indeks Keanekaragaman (H’) 1,50 1,46 1,45
Kriteria Keanekaragaman sedang sedang sedang
Indeks Dominansi (D) 0,02 0,03 0,04
Data Sekunder dari Hasil pemantauan Biota Perairan PT.PAN, Agustus 2017
lokasi pengamatan pada Sungai kedukan hulu 23 genera dan juga termasuk
kelimpahan tertinggi sebesar 97 individu/Liter, Lokasi pengambilan sampel
tersebut merupakan sungai yang kecil dengan alirannya mengalir dan tidak
terlalu cepat yaitu dibagaian hulu sungai Kedukan, dimana tingkat
kelimpahan jenis plankton terendah pada titik pengamatan di Sungai
Kedukan bagian tengah hal ini dikarenakan kemungkinan beberapa faktor
seperti kecepatan arus yang agak cepat, dan letaknya berada di dekat lokasi
pemukiman penduduk. Sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis
Shannon (H’), tingkat keanekaragaman jenis plankton berada pada kisaran
1,22 – 1,34. Dimana tingkat keanekaragaman paling stabil terdapat pada
lokasi pengamatan di Sungai bagian Kedukan bagian hilir, yaitu H’ = 1,34.
Dari data hasil pemantauan Di Sungai Ogan di ketiga titik pemantauan
sekitar areal kegiatan pabrik PT.Prasidha Aneka Niaga, Tbk komposisi jenis
plankton secara keseluruhan tercatat sebanyak 44 genera dan setiap stasiun
berkisar antara 31 – 33 genera. Jumlah genera tertinggi dibagian hulu
kegiatan sebanyak 33 genera dan jumlah genera yang paling sedikit
dibagain tengah aeal kegiatan sebanyak 31 genera sedangkan untuk indeks
keanekaragaman jenis Shannon (H’), tingkat keanekaragaman jenis plankton
berada pada kisaran 1,45 – 1,50. Dimaana semkain ke arah hilir Sungai
Ogan maka nilai indeks keanekaragamannya semakin rendah, Dimana
tingkat keanekaragaman paling stabil terdapat pada lokasi pengamatan di
Sungai Ogan bagian bagian hulu dari areal kegiatan, yaitu H’ = 1,45.
Secara umum hasil pemantauan kualitas perairan di beberapa lokasi
sungai di sekitar areal rencana pengembangan kegiatan menunjukkan
bahwa kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman plankton di perairan
tersebut masih cukup baik. Berdasarkan kriteria nilai indeks
keanekaragaman Shannon–Wiener maka keanekaragaman plankton di
Perairan Sungai Kedukan dan Sungai Ogan termasuk kategori
keanekaragaman sedang, karena nilai indeks keanekaragaman ≥ 1 dan ≤ 3,
yaitu diatas 1 tapi masih dibawah 3 dan ini dikategorikan keanekaragaman
b. Benthos
Benthos di dalam ekosistem perairan mempunyai peranan antara lain
sebagai dekomposer atau pengurai bahan-bahan organik, sebagai unsur
biotik dalam membentuk mata rantai makanan ataupun jaring makanan.
Selain itu karena hewan benthos hidupnya selalu berada di dasar perairan,
maka organisme ini dapat pula digunakan sebagai indikator biologis untuk
menentukan kualitas perairan.
Benthos adalah organisme baik tumbuhan (phytobenthos) maupun
hewan (zoobenthos) yang hidup di dasar suatu perairan baik di dalam
substrat atau di permukaan substrat. Pada phytobenthos hidupnya hanya
melekat di dasar perairan (substratum), mereka dapat melekat pada benda-
benda apa saja yang ada di dasar perairan, misalnya pada bebatuan,
sedimen, ataupun pada kayu-kayu yang telah mati. Sedangkan zoobenthos
hidupnya dapat bergerak pada substrat di dasar perairan walaupun
gerakannya sangat lambat. Untuk memenuhi persyaratan hidupnya, hewan
benthos sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kemantapan
substrat, tipe substrat, tipe mikro habitat, kekeruhan, arus air, kedalaman,
temperatur, oksigen terlarut dan predator.
Dari hasil analisa sampel yang diambil dari lokasi pengambilan
sampel sungai Kedukan di sekitar lokasi kegiatan pada bulan Oktober
2017,dan Sungai Ogan dari data hasil pemantauan diperoleh data
I. Oligochaeta
1. Limnodrillus sp. - 50 75
2. Nais sp. - 75 50
3. Brachiura sp. 50 - -
II. Gastropoda
4. Amnicola sp. - - -
III. Bivalvia
5. Corbicula javanica 50 - -
IV. Insecta
Diptera
6. Polypedillum sp. 25 - -
7. Chironomous sp. - - 50
8. Chaoborus sp. - 50 -
Coleoptera
Tabel 3.22. Lanjutan
B.85. B.86. B.87.
No Komposisi Taksa
S. Ogan Hulu S.Ogan Tengah S. Ogan Hilir
9. Lethocerus sp. 25
Keanekaan Genera 4 3 3
Kepadatan Total (Ind/m2) 150 175 175
Indeks Keanekaragaman (H’) 1,35 1,07 1,07
Indeks Dominansi (D) 0,28 0,34 0,34
Data Sekunder dari Hasil pemantauan Biota Perairan PT.PAN, Agustus 2017.
c. Nekton
Nekton merupakan kelompok biota akuatik yang dapat bergerak aktif
dan berukuran makroskopis sehingga mampu melawan arus. Kelompok
nekton pada umumnya disusun oleh bermacam-macam jenis ikan dan
udang. Nekton dalam ekosistem perairan menduduki tingkat tropik kedua,
ketiga dan keempat. Berdasarkan tingkat tropiknya yang berkaitan dengan
sifat jenis makanannya, maka nekton yang hidup pada suatu perairan ada
yang bersifat herbivora, karnivora dan omnivora.
dari familia Cyprinidae, hal ini dikarenakan familia ini memiliki daerah distribusi
yang paling luas meliputi seluruh perairan tawar merupakan jenis ikan yang
hidup di air yang mengalir seperti sungai.
Komposisi jenis ikan yang sering ditemukan pada sungai di sekitar lokasi
kegiatan ini cukup beranekaragam karena beberapa kualitas lingkungan
perairan masih tergolong bisa mendukung kehidupan ikan di dalamnya, selain
itu di sempadan sungai masih terdapat beragam vegetasi dan jika ditinjau
status perlindungan Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah No.7 Tahun
1999 tidak ada jenis ikan yang dilindungi termasuk juga jika ditinjau dari list
status IUCN redlist tidak ada jenis ikan yang termasuk daftar merah artinya
jenis ikan tersebut masih dalam status yang masih banyak atau melimpah di
dunia khususnya di Indonesia yang pada umumnya statusnya bersifat Least
Concern (LC) dan Data Deficient (DD).
Tabel 3.23. Jenis Ikan (Nekton) dan estimasi kehadiran yang sering ditemui yang
terdapat pada beberapa perairan sungai di sekitar lokasi kegiatan
berdasarkan wawancara penduduk sekitarnya.
Secara umum jenis ikan yang sering ditemukan bernilai ekonomis bagi
manusia, karena jenis ikan ditemukan termasuk jenis ikan yang dapat
dikonsumsi sebagai sumber protein. Komposisi jenis ikan yang sering
ditemukan pada sungai-sungai di sekitar lokasi kegiatan ini cukup stabil
karena kualitas perairan masih tergolong bisa mendukung kehidupan ikan di
dalamnya, selain itu disempadan sungai masih terdapat beragam vegetasi
yang beragam, kelimpahan nutrisi sehingga keberadaan ikan yang bernilai
ekonomis tetap tersedia di sekitar lokasi perairan sungai tersebut.
POLRI
(10)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Karya Jaya 32 24 5 109 158 787 151 1386 403
2. Keramasan 32 19 7 76 139 968 37 1227 571
3. Kemang Agung 246 248 97 262 279 138 159 3269 2501
4. Kemas Rindo 257 38 50 132 325 121 134 2561 1769
5. Ogan Baru 147 59 35 125 541 101 299 2811 1351
6. Kertapati 30 12 37 80 68 4 46 651 456
Jumlah 744 400 231 784 1510 2119 826 11905 7051
Sumber: BPS Kota Palembang dan Kantor Kecamatan Kertapati 2017
3.3.3. Pendidikan
Latar belakang tingkat pendidikan penduduk yang ada di
kelurahan wilayah Kecamatan Kertapati ini umumnya sudah memadai. Sarana
pendidikan seperti jumlah sekolah di Kecamatan Kertapati, baik negeri maupun
swasta pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 4 sekolah TK, 36 Sekolah
Dasar (SD), 14 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 2 Sekolah Menengah
Kejuruan(SMK), 6 Sekolah Menengah Atas (SMA). Sarana pendidikan negeri
dan swasta tersebut digunakan oleh sejumlah murid sekolah negeri dan swasta
yang mengalami perubahan jumlah dari tahun ke tahun.
Selama Tahun Ajaran 2015/2016 terdapat murid Taman Kanak-Kanak
221, SD sebanyak 16.286 orang, SMP sebanyak 5.742 orang, dan SMK
sebanyak 1.987 orang, SMA sebanyak 2.565 orang. Sementara tenaga guru
yang tersedia pada tahun 2015/2016 ini pada masing-masing sekolah adalah
TK sebanyak 19 orang, SD sebanyak 501 orang, SMP sebanyak 274 orang,dan
SMK sebanyak 75 orang, SMA sebanyak 204 orang. Untuk lebih jelasnya
tersaji pada tabel berikut :
Latar belakang tingkat pendidikan penduduk yang ada di kelurahan
wilayah Kecamatan Kertapati ini umumnya sudah memadai. Sarana pendidikan
seperti jumlah sekolah di Kecamatan Kertapati, baik negeri maupun swasta
pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 4 sekolah TK, 36 Sekolah Dasar (SD),
14 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 2 Sekolah Menengah
Kejuruan(SMK), 6 Sekolah Menengah Atas (SMA). Sarana pendidikan negeri
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 55
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENINGKATAN KAPASITAS 2017
PRODUKSI PABRIK KARET REMAH
PT PRASIDHA ANEKA NIAGA Tbk.
dan swasta tersebut digunakan oleh sejumlah murid sekolah negeri dan swasta
yang mengalami perubahan jumlah dari tahun ke tahun.
Selama Tahun Ajaran 2015/2016 terdapat murid Taman Kanak-Kanak
221, SD sebanyak 16.286 orang, SMP sebanyak 5.742 orang, dan SMK
sebanyak 1.987 orang, SMA sebanyak 2.565 orang. Sementara tenaga guru
yang tersedia pada tahun 2015/2016 ini pada masing-masing sekolah adalah
TK sebanyak 19 orang, SD sebanyak 501 orang, SMP sebanyak 274 orang,dan
SMK sebanyak 75 orang, SMA sebanyak 204 orang. Untuk lebih jelasnya
tersaji pada tabel 3.27 berikut :
3.3.4. Keagamaan
sehari-hari, tata cara, tepung tawar, dan upacara bila hal-hal yang ditabukan
dilanggar, dsb.
antara lain kebiasaan penduduk untuk menutup makanan, khusus bagi anak-
anak banyak makan makanan jajanan di warung. Lebih jelasnya tersaji tabel
3.34 berikut