ASISTEN LABORATORIUM :
Rista putri nur ifa (1306619012) Risanti (1306619049)
Alayya Binta Maulida (1306619016) Sabila Fiqra Izzani (1306618062)
Ratna Komala Dewi (1306619020) Ridha Octa A.A (1306619066)
Ridho Achmadi (1306619034) Alya Muthiah (1306619071)
B. TEORI DASAR
Unsur-unsur yang ada di alam ini memiliki inti atom yang tersusun atas proton dan
A
neutron. Suatu inti X secara simbolis dituliskan sebagai X dengan Z adalah
Z
nomor atom, yaitu sama dengan jumlah proton dalam inti, sementara A disebut
nomor massa yang merupakan penjumlahan jumlah proton Z dan jumlah neutron N
(A=Z+N). Inti atom ada yang stabil dan ada juga yang tak stabil. Pada dasarnya,
kestabilan inti ditentukan oleh perbandingan antara banyaknya neutron (N) dengan
banyaknya proton (Z). Hubungan proton dan neutron dapat dinyatakan dalam
bentuk grafik yang disebut grafik pita kestabilan.
Inti tak stabil keadaan mula-mula disebut inti induk, sedangkan inti hasil
peluruhannya disebut inti turunan. Proses peluruhan merupakan proses statistik.
Kemungkinan suatu inti untuk meluruh pada suatu waktu ke waktu adalah tertentu.
Untuk sejumlah inti sejenis, kemungkinan meluruh adalah sama untuk masing-
masing inti dan boleh dikatakan tidak bergantung pengaruh luar.
Jika laju peluruhan inti radioaktif adalah:
−dN
=λN …………(1)
dt
N t
∫ dN =− λ∫ dt
N N
0 t 0
N
ln =−λt
N0
N
=e−λt
N0
−λt
N=N 0 e ……………......…(2)
Waktu paruh adalah perioda waktu dimana jumlah inti radioaktif tinggal setengan
dari jumlah semula ( N=1 /2 N 0). Maka:
−λt
N=N 0 e
1 − λT 1
N=N 0 e 2
1 −λ T 1
=e 2
− λT 1
ln 1−ln 2=e 2
−ln 2=−λ T 1
2
ln 2
T 1= ……………………..(3)
2
λ
Dari persamaan (3), kita bisa menyimpulkan bahwa waktu paruh erat kaitannya
dengan konstanta peluruhan. Selanjutnya dengan mensubstitusikan persamaan (3)
ke persamaan (2), maka:
− ln2
t
T1
N=N 0 e 2
t
T1
N=N 0 ( e )
−ln 2 2
( ) 1 T1
N=N 0 2
e ln2
t
1
()
T1
N=N 0 2 ……..………………(4)
2
Karena tidak semua inti memiliki umus sama, maka kita hanya dapat
mendefinisikan waktu hidup rata-rata sebesar
τ=
∫ t |dN| ……………………..(5)
∫|dN|
Dengan |dN| adalah jumlah intiyang umurnya antara t+dt, yaitu dN =λ N 0 e− λt dt .
Jadi umur rata-ratanya:
∫ tλ N 0 e−λt dt
0 1
τ= = ………………....…..(6)
∞
λ
∫ λ N0 e − λt
dt
0
Dari Persamaan (3) dan (6), kita bisa mengetahui hubungan antara waktu paruh dan
umur rata-rata, yaitu:
T 1 =τ ln 2
2
Aktivitas radioaktif (R) didefinisikan sebagai laju peluruhan, yaitu jumlah inti
radioaktif yang meluruh tiap satuan waktu.
Aktivitas = R= |−dN
dt |
=λ N e 0
− λt
−λt
R=R 0 e
Dimana Ro adalah laju peluruhan saat t=O dan R adalah laju peluruhan saat t. Satuan
SI untuk laju peluruhan adalah Becquerel atau disingkat Bq.
TEORI TAMBAHAN
Semakin besar aktivitas maka semakin banyak inti yang meluruh per satuan waktu.
Aktivitas (A) bahan radioaktif besarnya tergantung dari banyaknya zat radio aktif
(N). Aktivitas juga menunjukkan laju peluruhan bahan radio aktif, sehingga dapat
ditulis:
[ ]
A ( t )=
−dN
dt
At = A0 e− λt
Sedangkan waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan suatu inti radioaktif menjadi
separuh atau setengah dari inti mula-mula. Untuk waktu paruh yang terjadi pada
radioaktif alami tidak terpengaruh oleh faktor-faktor alam seperti perubahan situasi
lingkungan (cuaca, suhu, tekanan, dll) maupun peristiwa- peristiwa kimia yang lain.
Sehingga aktivitasnya 𝐴 = 1/2 𝐴0, kemudian didapat nilai waktu paruh peluruhannya
menjadi:
ln 2
T 1/ 2=
λ
t
T=
n
0,693
λ=
T 1 /2
Peluruhan radioaktif merupakan peristiwa dimana sebuah inti atom yang tidak stabil
kehilangan energi (berupa massa dalam diam) dengan melepaskan emisi partikel,
seperti partikel alfa, beta, positron, dan sinar gamma, sehingga membentuk
kestabilan baru
Aktivitas zat radioaktif merupakan laju peluruhan inti radioakif. Semakin besar
aktivitas, semakin banyak inti yang meluruh per satuan waktu. Dimana aktivitas (𝐴)
merupakan perubahan jumlah (pengurangan) inti radioaktif yang meluruh setiap
satuan waktu. Ketika sampel meluruh, jumlah intinya berkurang sebanyak 𝑁.
Besarnya aktivitas zat radioaktif ditentukan oleh konstanta peluruhan (λ) yang
menyatakan laju peluruhan tiap detik dan waktu paruh (𝑡1/2). Secara matematis dapat
dinyatakan sebagai berikut:
N t =N 0 e−λt (1)
dengan mengalikan kedua ruas dengan λ, maka diperoleh:
− λt
At = A0 e (2)
Pada tahun 1897, seorang ilmuwan Polandian yaitu Maria Curie dapat
mengilustrasikan teori radioaktivitas melalui percobaan pengosongan dua keping
sejajar (kapasitor). Maria Curie menganggap arus yang muncul pada proses
pengosongan kapasitor tersebut merupakan indikator tingkat aktivitas suatu zat
radioaktif. Sedangkan, jumlah muatan yang tersimpan dalam kapasitor dapat
diilustrasikan sebagai jumlah partikel radioaktif yang meluruh. Oleh sebab itu,
persamaan yang terdapat pada proses pengosongan kapasitor dapat diilustrasikan
sebagai persamaan radioaktivitas, yaitu:
−t / RC
I t=I 0 e (3)
Jika dibandingkan antara persamaan (2) dengan (3), maka diperoleh bahwa 𝐴𝑡 = 𝐼𝑡 ,
𝐴0 = 𝐼0, dan 𝜆 = 1/𝑅𝐶.
Waktu paruh merupakan waktu yang dibutuhkan suatu zat radioaktif untuk
meluruhkan jumlah partikelnya menjadi setengah dari jumlah partikel mula-mula.
Maka waktu paruh dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
ln 2
t 1/ 2= (4)
λ
Laju peluruhan inti radioaktif disebut aktivitas. Semakin besar aktivitasnya, semakin
banyak inti atom yang meluruh per detik. (Aktivitas tidak bersangkut paut dengan
jenis peluruhan atau radiasi yang dipancarkan cuplikan, atau dengan energi radiasi
yang dipancarkan. Aktivitas hanya ditentukan oleh jumlah peluruhan per detik).
Satuan dasar untuk mengukur aktivitas adalah curie. Semula, curei didefinisikan
sebagai aktivitas dari satu gram radium; definisi ini kemudian diganti dengan yang
lebih memudahkan:
Satu curie adalah suatu bilangan yang sangat besar, sehingga kita lebih sering
bekerja dengan satuan milicurie (mCi), yang sama dengan 10−3 Ci dan mikrocurie
( μCi ) , 10−6 Ci.
Cuplikan bahan radioaktif kita tadi mengandung jumlah atom dalam orde 1023. Jika
cuplikan ini memiliki aktivitas sebesar 1 Ci, maka sekitar 1010 inti atomnya akan
meluruh tiap detik. Kita dapat juga mengatakan bahwa satu inti atom sebarang
memiliki probabilitas peluruhan sebesar 10−13 setiap detik. Besaran ini, yaitu
probabilitas peluruhan per inti per detik, disebut tetapan luruh (decay constant) dan
dinyatakan dengan λ . Kita menganggap bahwa λ adalah suatu bilangan kecil, dan
suatu tetapan-probabilitas peluruhan inti yang tidak bergantung pada usia cuplikan
bahan radioaktifnya. Aktivitas α hanyalah bergantung pada jumlah inti radioaktif N
dalam cuplikan dan juga pada probabilitas peluruhan λ
α =λ ∙ N
Baik α maupun N adalah fungsi dari waktu t. Ketika cuplikan meluruh jumlah
intinya berkurang sebanyak N buah--lebih sedikit jumlah inti atom yang tertinggal.
Jika N berkurang dan λ tetap, maka α ha rus pula menurun terhadap waktu. Jadi,
jumlah peluruhan per detik semakin lama semakin berkurang. (Kenneth Krane,
2014)
Umumnya jika sebuah bahan contoh mengandung N inti elektron yang ditemukan di
alam. Maka kita dapat menyatakan ciri statistik dan proses peluruhan tersebut
dengan mengatakan bahwa banyaknya peluruhan per detik Rv(= -4dN/dt) adalah
sebanding dengan N, atau
dN
=λN
dt
dN
=−λN
dt
N=N 0 e−λt
Disini N 0 adalah banyaknya inti radioaktif didalam bahan contoh itu pada t = 0. Kita
melihat bahwa pengurangan N dengan waktu mengikutti sebuah waktu eksponensial
yang sama. Kita seringkali berminat didalam banyaknya peluruhan per satuan detik
dN
R( ) dari bahan contoh tersebut daripada di dalam N. Dengan mendeferensikan
dt
akan menghasilkan
−λt
R=R 0 e
Dimana R0 adalah banyaknya peluruhan per satuan waktu pada t = 0. Pada mulanya
kita menganggap bahwa R = N sebanding satu sama lain. Sebuah kuantitas yang
menarik untuk ditinjau adalah waktu t 1/ 2 yang dinamakan umur peluruhan (half life)
setelah mana kedua N dan R direduksi menjadi setengah nilai semula. (Halliday &
Resnick, 1999)
C. ALAT DAN BAHAN
a. Tiang Kayu
b. Tabung transparan dengan skala
volume
c. Sumbat
d. Wadah penampung cairan
2 Stopwatch
4 500 mL Sirup
2. Memasukkan oli motor sebanyak 420 mL atau lebih ke dalam tabung pada
percobaan 1
3. Membuka sumbat hingga cairan keluar melalui lubang
4. Menunggu beberapa saat hingga volume cairan mencapai 400 mL
5. Menyalakan stopwatach ketika air mencapai 400 mL
6. Mencatat volume air setiap 10 detik pada tabel yang sudah disediakan dan
melakukan hingga kurang lebih 20 kali pengambilan data atau hingga cairan
hampir habis.
7. Melakukan langkah 1 sampai dengan 6 untuk cairan dalam bentuk minyak
goreng.
E. PERTANYAAN AWAL
Tidak Ada Pertanyaan Awal
F. DATA PENGAMATAN
Volume minyak
Waktu Volume
(sekon) (ml)
0 375
10 342
20 310
30 286
40 266
50 254
60 228
70 210
80 192
90 172
100 154
110 134
120 118
130 100
140 86
150 76
160 66
170 56
180 48
190 42
Volume Oli
Waktu Volume
(sekon) (ml)
0 368
10 354
20 340
30 328
40 316
50 302
60 291
70 280
80 270
90 258
100 248
110 238
120 229
130 220
140 212
150 208
160 196
170 189
180 182
190 176
G. PENGOLAHAN DATA
1. Data Tunggal
Tidak ada data tunggal
2. Data Majemuk
a) Selang waktu
Dengan nst stopwatch sebesar 0,01 sekon
t (s) ∆ t ( s) KSR (t ± ∆ t ) s
0 1 ∆t ( 0 ± 0,005 ) s
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
1 0,005
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 0
∆ t=0,005 s KSR=tidak terdefinisi
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
10 1 0,005 ( 10,00 ± 0,01 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 10
∆ t=0,005 s KSR=0,05 % ( 4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
20 1 0,005 ( 20,00 ± 0,01 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 20
∆ t=0,005 s KSR=0,025 % (4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
30 1 0,005 ( 30,00 ± 0,01 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 30
∆ t=0,005 s KSR=0,016 %(4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
40 1 0,005 ( 40,00 ± 0,01 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 40
∆ t=0,005 s KSR=0,0125 % ( 4 AP )
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
50 1 0,005 ( 50,00 ± 0,01 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 50
∆ t=0,005 s KSR=0,01 % (4 AP )
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
60 1 0,005 ( 60,00 ± 0,01 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 60
∆ t=0,005 s KSR=0,008 % (4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
70 1 0,005 ( 70,00 ± 0,01 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 70
∆ t=0,005 s KSR=0,007 %(4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
80 1 0,005 ( 80,00 ± 0,01 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 80
∆ t=0,005 s KSR=0,0062 % (4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
90 1 0,005 ( 90,00 ± 0,01 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 90
∆ t=0,005 s KSR=0,005 % (4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
100 1 0,005 ( 100,0 ± 0,0 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 100
∆ t=0,005 s KSR=0,005 % (4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
120 1 0,005 ( 120,0 ± 0,0 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 120
∆ t=0,005 s KSR=0,0042 % (4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
130 1 0,005 ( 130,0 ± 0,0 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 130
∆ t=0,005 s KSR=0,0038 % (4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
140 1 0,005 ( 140,0 ± 0,0 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 140
∆ t=0,005 s KSR=0,0036 %(4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
150 1 0,005 ( 150,0 ± 0,0 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 150
∆ t=0,005 s KSR=0,003 % (4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
160 1 0,005 ( 160,0 ± 0,0 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 160
∆ t=0,005 s KSR=0,0031 % (4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
180 1 0,005 ( 180,0 ± 0,0 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 180
∆ t=0,005 s KSR=0,0028 % (4 AP)
1 ∆t
∆ t= × nst KSR= 100 %
2 t
190 1 0,005 ( 190,0 ± 0,0 ) s
∆ t= × 0,01 KSR= 100 %
2 190
∆ t=0,005 s KSR=0,0026 %(4 AP)
b) Volume oli
Dengan nst sebesar 0,1 ml
Volume
t (s) ∆ V ( s) KSR (V ± ∆ V ) s
(ml)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
0 368 1 0,05 ( 368,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 368
∆ V =0,05 KSR=0,0136 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
20 340 1 0,05 ( 340,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 340
∆ V =0,05 KSR=0,015 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
30 328 1 0,05 ( 328,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 328
∆ V =0,05 KSR=0,015 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
40 316 1 0,05 ( 316,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 316
∆ V =0,05 KSR=0,016 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
50 302 1 0,05 ( 302,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 302
∆ V =0,05 KSR=0,0165 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
60 291 1 0,05 ( 291,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 291
∆ V =0,05 KSR=0,017 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
70 280 1 0,05 ( 280,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 280
∆ V =0,05 KSR=0,018 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
80 270 1 0,05 ( 270,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 270
∆ V =0,05 KSR=0,0185 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
90 258 1 0,05 ( 258,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 258
∆ V =0,05 KSR=0,019 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
100 248 1 0,05 ( 248,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 248
∆ V =0,05 KSR=0,02( 4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
110 238 1 0,05 ( 238,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 238
∆ V =0,05 KSR=0,021( 4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
120 229 1 0,05 ( 229,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 229
∆ V =0,05 KSR=0,022( 4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
130 220 1 0,05 ( 220,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 220
∆ V =0,05 KSR=0,0227 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
140 212 1 0,05 ( 212,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 212
∆ V =0,05 KSR=0,023 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
150 208 1 0,05 ( 208,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 208
∆ V =0,05 KSR=0,024 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
160 196 1 0,05 ( 196,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 196
∆ V =0,05 KSR=0,025 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
180 182 1 0,05 ( 182,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 182
∆ V =0,05 KSR=0,027 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
190 176 1 0,05 ( 176,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 176
∆ V =0,05 KSR=0,028 (4 AP)
c) Volume minyak
Dengan nst sebesar 0,1 ml
Volume
t (s) ∆ V ( s) KSR (V ± ∆ V ) s
(ml)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
0 375 1 0,05 ( 375,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 375
∆ V =0,05 KSR=0,0133 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
10 342 1 0,05 ( 342,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 342
∆ V =0,05 KSR=0,0146 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
20 310 1 0,05 ( 310,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 310
∆ V =0,05 KSR=0,016 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
30 286 1 0,05 ( 286,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 286
∆ V =0,05 KSR=0,017 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
40 266 1 0,05 ( 266,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 266
∆ V =0,05 KSR=0,0188 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
50 254 1 0,05 ( 254,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 254
∆ V =0,05 KSR=0,0197 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
60 228 1 0,05 ( 228,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 228
∆ V =0,05 KSR=0,022(4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
80 192 1 0,05 ( 192,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 192
∆ V =0,05 KSR=0,026 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
90 172 1 0,05 ( 172,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 172
∆ V =0,05 KSR=0,029 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
100 154 1 0,05 ( 154,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 154
∆ V =0,05 KSR=0,032(4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
110 134 1 0,05 ( 134,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 134
∆ V =0,05 KSR=0,037 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
120 118 1 0,05 ( 118,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 118
∆ V =0,05 KSR=0,042(4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
140 86 1 0,05 ( 86,00 ± 0,05 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 86
∆ V =0,05 KSR=0,058 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
150 76 1 0,05 ( 76,00 ± 0,05 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 76
∆ V =0,05 KSR=0,066 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
160 66 1 0,05 ( 66,00 ± 0,05 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 66
∆ V =0,05 KSR=0,076 (4 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
170 56 1 0,05 ( 56,00 ± 0,05 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 56
∆ V =0,05 KSR=0,089 (4 AP )
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
180 48 1 0,05 ( 48,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 48
∆ V =0,05 KSR=0,104 (3 AP)
1 ∆V
∆ V = ×nst KSR= 100 %
2 V
190 42 1 0,05 ( 42,0 ± 0,1 ) ml
∆ V = ×0,1 KSR= 100 %
2 42
∆ V =0,05 KSR=0,119 (3 AP )
2
No X ( t) Y (V ) X XY
1 0 375 0 0
2 10 342 100 3420
3 20 310 400 6200
4 30 286 900 8580
5 40 266 1600 10640
6 50 254 2500 12700
7 60 228 3600 13680
8 70 210 4900 14700
9 80 192 6400 15360
10 90 172 8100 15480
11 100 154 10000 15400
12 110 134 12100 14740
13 120 118 14400 14160
14 130 100 16900 13000
15 140 86 19600 12040
16 150 76 22500 11400
17 160 66 25600 10560
18 170 56 28900 9520
19 180 48 32400 8640
20 190 42 36100 7980
∑ 1900 3515 247000 218200
X ( t) Y
0 341,07
10 323,67
20 306,27
30 288,87
40 271,47
50 254,07
60 236,67
70 219,27
80 201,87
90 184,47
100 167,07
110 149,67
120 132,27
130 114,87
140 97,47
150 80,07
160 62,67
170 45,27
180 27,87
190 10,47
254.07
200 219.27 132.27
184.47 97.47
150 149.67 62.67
100 114.87 27.87
80.07
50 45.27 10.47
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Waktu s
2
No X ( t) Y (V ) X XY
1 0 368 0 0
2 10 354 100 3540
3 20 340 400 6800
4 30 328 900 9840
5 40 316 1600 12640
6 50 302 2500 15100
7 60 291 3600 17460
8 70 280 4900 19600
9 80 270 6400 21600
10 90 258 8100 23220
11 100 248 10000 24800
12 110 238 12100 26180
13 120 229 14400 27480
14 130 220 16900 28600
15 140 212 19600 29680
16 150 208 22500 31200
17 160 196 25600 31360
18 170 189 28900 32130
19 180 182 32400 32760
20 190 176 36100 33440
∑ 1900 5205 247000 427430
200 224.99
150 204.83 184.67
164.51
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
waktu s
1 5,93 0 0 0
2
Σ y Σ x −Σ x Σ xy
a= 2 2
=4,3655
n Σ x −( Σ x )
n Σ xy−Σ x Σ y
b= 2 2
=0,00478
n Σ x −( Σ x )
y=a+bx=4,3655+0,00478 x
X ( t) Y
0 4,3655
88,25 4,787
53,87 4,623
26,93 4,494
13,47 4,43
Grafi k Hubungan Antara Ln V Minyak Terhadap
Waktu Paruh
4.9
4.787
4.8
4.7
4.623
4.6
Ln V Minyak
4.494
4.5
4.43
4.4 4.3655
4.3
4.2
4.1
0 13.47 26.93 53.87 88.25
Waktu Paruh
1 5,9 0 0 0
Σ y Σ x 2−Σ x Σ xy
a= =4,3196
n Σ x2 −( Σ x )2
n Σ xy−Σ x Σ y
b= 2 2
=0,0031
n Σ x −( Σ x )
y=a+bx=4,3196+0,0031 x
X (t) Y
0 4,3196
170,63 4,8486
91,25 4,6025
45,63 4,4611
22,81 4,3903
4.3903
4.4
4.3196
4.3
4.2
4.1
4
0 22.81 45.63 91.25 170.63
Waktu Paruh (s)
Pada praktikum yang berjudul percobaan peluruhan model titrasi cairan ini memiliki
tujuan diantaranya menggambarkan grafik model peluruhan model titrasi cairan,
menggunakan analogi model titrasi cairan dengan kekentalan tertentu untuk
menjelaskan pola peluruhan radioaktif, dan menganalisis bentuk grafik untuk
mendapatkan waktu paruh dalam peluruhan radioaktif.
Pada percobaan model titrasi cairan ini, dilakukan dengan menggunakan cairan
dengan viskositas yang berbeda yaitu oli dan minyak goreng. Cairan yang
digunakan adalah minyak goreng dan volume awal 400 ml minyak, yang dihitung
setiap 10 detik dari sisa volume setelah waktu (t). Minyak goreng dan oli memiliki
viskositas yang berbeda. Semakin tinggi viskositas cairan, semakin tinggi koefisien
viskositasnya. Pada praktikum kali ini oli lebih kental dari minyak goreng, karena
oli memiliki daya tarik intramolekul lebih besar daripada minyak goreng.
Langkah kerja dalam praktikum ini diantaranya, Menyiapkan alat praktikum
peluruhan radioaktif dengan model titrasi, Memasukkan oli motor sebanyak 420 mL
atau lebih ke dalam tabung pada percobaan 1, Membuka sumbat hingga cairan
keluar melalui luban, Menunggu beberapa saat hingga volume cairan mencapai 400
mL, Menyalakan stopwatach ketika air mencapai 400 mL, Mencatat volume air
setiap 10 detik pada tabel yang sudah disediakan dan melakukan hingga kurang
lebih 20 kali pengambilan data atau hingga cairan hampir habis, Melakukan langkah
1 sampai dengan 6 untuk cairan dalam bentuk minyak goreng.
Hubungan viskositas dengan waktu paruh adalah berbanding lurus, dimana semakin
besar nilai koefisien viskositas, maka semakin besar pula paruh waktunya. Hal
tersebut sesuai dengan hasil praktikum, waktu paruh oli lebih besar dibandingkan
waktu paruh minyak, yaitu sebesar 170,63 s untuk percobaan pertama. Sedangkan
waktu paruh minyak untuk percobaan pertama hanya 88,25 s. Hal itu disebabkan
karena oli jauh lebih pekat atau koefisien viskositasnya lebih besar dibanding
minyak goreng. Selain itu, waktu paruh sangat mempengaruhi konstanta peluruhan.
Sedangkan hubungan waktu paruh dengan konstanta peluruhan berbanding terbalik,
dimana semakin besar waktu paruh, maka nilai konstanta peluruhan akan semakin
kecil. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil praktikum yang didapatkan, dimana
waktu paruh pada oli lebih besar jika dibandingkan dengan minyak goreng, dengan
lnV
rumus λ= . Konstanta peluruhan pada minyak goreng 0,00478 (berdasarkan
T 1 /2
grafik hubungan antara ln V minyak terhadap waktu paruh). Nilai tersebut diambil
dari kemiringan grafik tersebut dengan rumus y = bx + a. Jadi, konstanta
peluruhanya sama dengan nilai b. Sedangkan nilai konstanta peluruhan yang
diperoleh dari percobaan kedua pada oli adalah0,0031.
Pada grafik percobaan minyak dan oli pun menghasilkan grafik yang berbanding
lurus antara ln V dengan waktu paruh. Hal ini sesuai dengan rumus yang sudah
tertera bahwa semakin besar ln V maka semakin besar pula konstanta peluruhannya,
begitupun sebaliknya dan semakin besar waktu paruh, maka semakin kecil
konstanta peluruhannya, begitupun sebaliknya. Konstanta peluruhan minyak lebih
besar dari pada oli, hal ini dikarenakan waktu paruh pada minyak lebih cepat
daripada waktu paruh pada oli.
Selain menghitung ln V, waktu, sertap waktu paruh, juga membuat grafik hubungan
antara volume minyak terhadap waktu, volume oli terhadap waktu, ln V minyak
terhadap waktu, dan ln V oli terhadap waktu.
Untuk grafik hubungan antara volume minyak terhadap waktu sebagai berikut
Grafi k hubungan antara volume minyak
ml terhadap waktu
400
341.07
306.27
350
271.47
300 323.27 236.67
288.87 201.87
250
167.07
Volime minyak
254.07
200 219.27 132.27
184.47 97.47
150 149.67 62.67
100 114.87 27.87
80.07
50 45.27 10.47
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Waktu s
200 224.99
150 204.83 184.67
164.51
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
waktu s
4.7
4.623
4.6
Ln V Minyak
4.494
4.5
4.43
4.4 4.3655
4.3
4.2
4.1
0 13.47 26.93 53.87 88.25
Waktu Paruh
4.3903
4.4
4.3196
4.3
4.2
4.1
4
0 22.81 45.63 91.25 170.63
Waktu Paruh (s)
Untuk hubungan antara ln V oli terhadap waktu paruh adalah berbanding lurus,
semakin besar nilai In V, maka semakin lama juga waktu paruhnya, begitupun
sebaliknya.
I. PERTANYAAN AKHIR
1. Buatlah grafik hubungan antara volume yang kemudian dianalogikan
menjadi jumlah unsur (N) dengan waktu (t)!
Jawab
254.07
200 219.27 132.27
184.47 97.47
150 149.67 62.67
100 114.87 27.87
80.07
50 45.27
10.47
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Waktu s
200 224.99
150 204.83 184.67
164.51
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
waktu s
1. 375 5,93 0
Percobaan 2 (oli)
1. 368 5,90 0
3. 92 4,52 261,88
4. 46 3,83 307,51
5. 23 3,14 330,32
4. Dari tabel diatas, gambarlah grafik hubungan In V dengan waktu paruh (t)!
Jawab
Percobaan Minyak
1 5,93 0 0 0
n Σ xy−Σ x Σ y
b= =0,00478
n Σ x 2−( Σ x )2
y=a+bx=4,3655+0,00478 x
X ( t) Y
0 4,3655
88,25 4,787
53,87 4,623
26,93 4,494
13,47 4,43
4.7
4.623
4.6
Ln V Minyak
4.494
4.5
4.43
4.4 4.3655
4.3
4.2
4.1
0 13.47 26.93 53.87 88.25
Waktu Paruh
Grafik berbentuk garis lurusnya adalah
Percobaan Oli
1 5,9 0 0 0
Σ y Σ x 2−Σ x Σ xy
a= =4,3196
n Σ x2 −( Σ x )2
n Σ xy−Σ x Σ y
b= =0,0031
n Σ x 2− ( Σ x ) 2
y=a+bx=4,3196+0,0031 x
X (t) Y
0 4,3196
170,63 4,8486
91,25 4,6025
45,63 4,4611
22,81 4,3903
4.3903
4.4
4.3196
4.3
4.2
4.1
4
0 22.81 45.63 91.25 170.63
Waktu Paruh (s)
N 0=N 0 e 2
2
1 −λ T 1
= =e 2
2
ln 1−ln 2=−λ T 1
2
−ln 2=−λ T 1
2
T 1 = ln 2
2 λ
J. KESIMPULAN
1. Peluruhan model titrasi cairan pada praktikum ini menggunakan oli dan
minyak goreng, dimana kedua cairan tersebut memiliki viskositas yang
berbeda
2. Minyak goreng lebih cepat turun dibandingkan dengan oli. Karena koefisien
viskositas lebih kecil atau lebih cair dari pada koefisien viskositas oli.
3. Waktu paruh oli lebih besar dibanding minyak goreng. Hal ini
menunjukkkan hubungan koefisien viskositas dengan waktu paruh
berbanding lurus. Semakin besar koefisien viskositas, maka semakin besar
pula waktu paruhnya.
4. Hubungan antara konstanta peluruhan dengan waktu paruh berbanding
terbalik. Semakin besae waktu paruh, maka semakin kecil nilai konstanta
peluruhan
5. Grafik hubungan antara Volume yang kemudian dianalogikan menjadi
jumlah unsur (N) dengan waktu (t) :
Percobaan Minyak
254.07 167.07
200 219.27 132.27
184.47 97.47
150
149.67 62.67
100 114.87
27.87
80.07
50 45.27
10.47
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
Waktu s
Percobaan Oli
Grafi k hubungan antara volume oli terhadap
waktu
ml
400 356.03
335.87
315.71
350 295.55
275.39
255.23
300 345.95 325.79 235.07
305.63 214.91
285.47
250 265.31 194.75
174.59
Volume oli
245.15
200 224.99
150 204.83 184.67
164.51
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
waktu s
4.7
4.623
4.6
Ln V Minyak
4.494
4.5
4.43
4.4 4.3655
4.3
4.2
4.1
0 13.47 26.93 53.87 88.25
Waktu Paruh
Percobaan Oli
4.3903
4.4 4.3196
4.2
4
0 22.81 45.63 91.25 170.63
Waktu Paruh (s)
J. DAFTAR PUSTAKA
Rahma, A, Putri, D, Ulfah, M, Saraswati, D 2019, ‘Determining the Half Time and
Analogy Constants of Radioactive Decay on the Illustration Board of Radioactive
Decay with the Capacitor Filling and Discharging Method Anggi’, Jurnal
Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, vol. 7, no. 3, pp. 308-
309.
Tim Dosen Fisika Modern 2018, Modul Fisika Modern, Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta, pp. 28-31.