Anda di halaman 1dari 23

4/13/2022

REKAYASA IRIGASI

Dr. Tania Edna Bhakty, S.T., M.T.

DEFINISI
Evaporasi (penguapan) adalah proses perubahan zat cair menjadi gas (uap air) yang
bergerak ke atmosfir. Pada proses ini, air yang diuapkan berasal dari permukaan air bebas
dan berlangsung pada siang dan malam hari.
T
Transpirasi (pemeluhan) adalah proses pelepasan uap air ke atmosfir melalui stomata
a daun saat terjadi fotosintetis untuk pembentukan karbohidrat oleh tumbuhan. Pada
n peroses ini, air yang dilepaskan ke atmosfir berasal dari dalam tanah yang mengalir melalui
i sistem akar, batang dahan dan daun. Proses transpirasi secara efektif terjadi pada siang hari.
a
(tebs) Evapotranspirasi merupakan proses gabungan pelepasan uap air ke atmosfir melalui
proses evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi, transpirasi dan evapotranspirasi diperlakukan sebagai kehilangan air yang
harus diperhitungan pada analisis keseimbangan air pada pekerjaan teknik sipil yang
berhubungan dengan proyek penyediaan air dan irigasi.
Besaran yang dipakai pada perhitungan adalah laju evaporasi, laju transpirasi dan laju
evapotranspirasi dengan satauan mm/hari.

1
4/13/2022

FAKTOR PENYEBAB EVAPORASI FAKTOR PENYEBAB TRANSPIRASI


1. Energi radiasi (panas) 1. Energi radiasi (panas)
2. Perbedaan tekanan uap 2. Perbedaan tekanan uap
3. Kecepatan angin 3. Kecepatan angin
4. Tersedianya lengas tanah (Soil Moisture)
5. Buka tutup stomata yang dipengaruhi oleh
T kecerahan sinar matahari.
a
n
i
a
(tebs)

PENGUKURAN EVAPORASI
Panci Evaporasi (Panci
Kelas A), mempunyai:
diameter 120 cm dan
120 cm 150 cm
tinggi 25 cm. Diisi air 5

setinggi 20 cm. 25

10 T
T a
a n
n i
i a
a
Perubahan tinggi muka air di dalam panci
(tebs)
(tebs)

menunjukkan jumlah air yang diuapkan,


dihitung dengan rumus: Dengan:
E = evaporasi
E = EL1 – EL2 + R EL1 = tinggi muka air awal (20 cm)
EL2 = tinggi muka air saat diukur
R = tinggi curah hujan saat diukur

2
4/13/2022

PENGUKURAN TRANSPIRASI
Sulit mengukur transpirasi pada kondisi
alamiah, terutama dari pohon-pohon besar
Transpirasi sehingga pengukuran transpirasi dibatasi
T pada studi sampel di laboratorium, seperti
a
n
transpirasi tanaman dalam pot yang diukur
i dengan menggunakan fitometer.
a Lapisan Reservoir
(tebs) kedap air

- Dengan memberi lapisan kedap air, maka air


menguap hanya melalui transpirasi.
- Perubahan tinggi air di dalam reservoir
Fitometer menunjukkan jumlah air yang
ditranspirasikan.

Dirumuskan dengan melihat hubungan faktor-faktor meteorologi yang menyebabkan


terjadinya evaporasi dan transpirasi.
Beberapa terminologi tentang uap air:
1. Panas Laten untuk penguapan (Lv):
Lv = 2,501 × 10 − 2370 T (J/kg) T
Dengan: a
n
T = temperatur udara (C) i
2. Kelembaban Spesifik (qv): a
ρ = massa jenis uap air ρ (tebs)
ρ   = massa jenis udara q =
ρ
R
R =
0,622 3. Tekanan uap (e):
R = konst.  gas untuk uap air
R = konst.  udara kering 287J/kg/K e = ρ  R  T

4. Tekanan udara (p)

3
4/13/2022

1. Panas Laten untuk penguapan (Lv)


2. Kelembaban Spesifik (qv)
3. Tekanan uap (e)
4. Tekanan udara (p):
Tekanan udara kering merupakan selisih tekanan udara dengan tekanan uap:
T
p−e = ρ R T a
n
ρ =ρ +ρ i
maka: Dengan: a
ρ (tebs)
p= ρ + R T
0,622 ρ = massa jenis udara kering
e ρ = massa jenis udara 
q = 0,622
p
p=ρ R T
R = R (1 + 0,608 q )
R = 287(1 + 0,608 q ) J/kg/K

1. Panas Laten untuk penguapan (Lv)


2. Kelembaban Spesifik (qv)
3. Tekanan uap (e)
4. Tekanan udara (p):
5. Tekanan uap jenuh (es):
17,27 T T
es = 611exp
237,3 + T a
n
i
6. Gradien tekanan uap jenuh terhadap temperatur (): a
(tebs)
4098 es
Δ=
237,3 + T

7. Kelembaban relatif (Rh):


Dengan:
Rh =
e es = tekanan uap jenuh (Pa = N/m2)
es T = temperatur udara oC
e = tekanan uap aktual (Pa = N/m2)
Td = titik embun

4
4/13/2022

Pada sebuah Stasiun Klimatologi tercatat tekanan udara 100 kPa, temperatur udara 20 C,
Contoh dan temperatur pada bola basah atau titik embun 16 C. Tentukan tekanan uap yang terjadi,
kasus 1 : kelembaban relatif, kelembaban spesifik, dan massa jenis udara.
1. Tekanan uap aktual: 2. Tekanan uap jenuh
17,27 T 17,27 T
e = 611 exp es = 611 exp
237,3 + T 237,3 + T
T 17,27 × 16 17,27 × 20
a e = 611 exp es = 611 exp
237,3 + 16 237,3 + 20
n
i e = 1818,882 Pa es = 2339,047 Pa
a
(tebs) e
Rh =
es
Kelembaban relatif 1818,882
Rh =
2339,047
Rh = 0,78
Rh = 78%

Contoh 3. Kelembaban spesifik: 4. Massa jenis udara:


kasus 1 : e p=ρ R T
q = 0,622
p R = 287(1 + 0,608 q )
1818,882 R
q = 0,622 = 287(1 + 0,608 × 0,0113)
100 × 10
q R = 289 J/kg/K
= 0,0113 kg air/kg udara T = 20 + 273 = 293 K
T P
a ρ =
n R T
i 100 × 10
a ρ =
289 × 293
(tebs)
ρ = 1,181 kg/m

5
4/13/2022

Secara analitis ada 3 metoda untuk mengestimasi evaporasi, yaitu:


1. Metoda Keseimbangan Energi

Rn  Hs  G  L vm v
Dengan:
Hs Rn Lv mv m v  ρ w AE
Rn = energi radiasi netto
subtitusi nilai m v Hs = energi panas peka
Rn  Hs  G  L vρ w AE G = energi panas yang pindah ke bumi
T Lv = panas laten untuk penguapan
a
nilai E dengan A  1 m2 menjadi :
mv = massa uap air
n 1
i 𝜌 h E Rn  Hs  G A = luas permukaan air yang menguap
L vρw E = jumlah air yang menguap
a
(tebs)
nilai E Er apabila Hs  0 dan G  0 rw = massa jenis air
G Rn Er= jumlah air yang menguap dengan
Er  metoda keseimbangan energi
L vρw

2. Metoda Aerodinamik
3. Metoda Kombinasi Keseimbangan Energi dan Aerodinamik

Hitung laju evaporasi dengan menggunakan metode keseimbangan energi jika radiasi
Contoh
netto 200 W/m2, suhu udara 25 C dengan asumsi panas peka dan perpindahan panas
kasus 2 :
dari tanah dianggap nol.
L = 2,501 × 10 − 2370 T
L = 2,501 × 10 − 2370 × 25 
L = 2441750 J/kg
R
E =
L ρ
T 200 W/m
a E = ; ρ
2441750 J/kg × 1000 kg/m
n
i = 1000 kg/m
a W m
E = 8,191 × 10 ; 1 W = 1 J/det
(tebs) J
J/det m
E = 8,191 × 10  
J
10  mm
E = 8,191 × 10 ×
1
hari
24 × 3600
E = 7,08 mm/hari

6
4/13/2022

1. Metoda Keseimbangan Energi


Contoh 2. Metoda Aerodinamik
kasus 2 : Apabila kondisi lapisan di atas permukaan air jenuh uap air maka proses evaporasi akan berhenti. Pada
kondisi ini angin berperan menggeser lapisan jenuh dengan lapisan tidak jenuh sehingga evaporasi dapat
tetap terjadi. Proses ini disebut aerodinamis yang secara matematika diungkapkan sebagai berikut.
dq u 1 z
m = −ρ K = ln k u −u K q −q
dz u∗ k z m =ρ
ln z /z K u −u
du
τ=ρ K   u∗ = τ/ρ K k ρ q −q u −u
T dz m =
K ln z /z
; K /K = 1
a m K q −q
u = 0 ; z = z = tinggi kekasaran ;  asumsi e = e
n
=− ⥂u −u
τ K u −u e e e
i u∗ z z
q = 0,622  ; q = q = 0,622  ; q = 0,622
p p p
a = ln − ln
k z z 0,622k ρ e − e u
(tebs) m =
K q −q u∗ z p ln z /z
m =τ u − u = ln
K u −u k z
U 𝜌 mv=t ∗
k u −u
u =
ln z /z
k u −u
𝜌 h τ=ρ
ln z /z

1. Metoda Keseimbangan Energi


2. Metoda Aerodinamik
Dengan:
m = ρ EA ;  A = 1 satuan ;  E = E mv= flux massa yang menguap
m ra= massa jenis udara (kg/m3)
E =
ρ qv = kelembaban spesifik
0,622k ρ e − e u z = elevasi kedudukan lapisan (m)
p ln z /z Kw= angka difusi uap
E = u = kecepatan angin (m/det)
ρ
T Km= angka difusi momentum
0,622k ρ e − e u
a E = t = flux momentum
n pρ ln z /z u*= kecepatan geser
i E =B e −e k = konstanta von Karman (0,4)
a 0,622k ρ u es = tekanan uap jenuh (Pa)
(tebs) B= e = tekanan uap aktual (Pa)
pρ ln z /z
p = tekanan udara (Pa)
u2 = kecepatan angin pada elevasi z2 (m/det)
z2= posisi elevasi diukurnya kecepatan angin (m)
z0= tinggi kekasaran permukaan (m) , dimana
kecepatan angin (u)=0
Ea= evaporasi dengan metoda aerodinamik
(mm/hari)
3. Metoda Kombinasi Keseimbangan Energi dan Aerodinamik

7
4/13/2022

Hitung laju evaporasi dari permukaan air bebas apabila suhu udara 25 C, kelembaban relatif 40%,
Contoh tekanan udara 101.3 kPa, dan kecapatan angin 3 m/det. Semua data klimatologi diukur pada
kasus 3 : ketinggian 2 m di atas permukaan air. Asumsikan tinggi kekasaran 0,03 cm
E = B e −e
17,27T 17,27 × 25
e = 611exp = 611exp = 3168,82 Pa
237,3 + T 237,3 + 25
e = Rh × e = 0,40 × 3168,82 = 1267,53 Pa
e 1267,53
T q = 0,622 = 0,622 = 0,008
p 101,3 × 10
a Ra = 287 1 + 0,608 q = 287 1 + 0,608 × 0,008 = 288,4 J/kg. K
n p 101,3 × 10
i ρ = = = 1,18 kg/m
a R × T 288,4 × 273 + 25
0,622k ρ u
(tebs) B= ρ = 1000 kg/m
pρ ln z /z
0,622 × 0, 4 × 1,18 × 3
B= = 4,50 × 10  m/Pa. det
2
101,3 × 10 × 1000 × ln
0,03 × 10
E = B e − e = 4,50 × 10 m/Pa. det 3168,82 − 1267,53 Pa = 8,6 × 10 m/det
8,6 × 10 × 10 mm
E =
1
hari
24 × 3600
E = 7,43 mm/hari

1. Metoda Keseimbangan Energi


2. Metoda Aerodinamik
3. Metoda Kombinasi Keseimbangan Energi dan Aerodinamik
Metoda ini mempertimbangkan faktor energi dan aerodinamik dalam mengestimasi evaporasi.

Δ γ
E= E + E Dengan:
Δ+γ Δ+γ
4098 e E = evaporasi (mm/hari)
T Δ=
a 237,3 + T D = gradien tekanan uap jenuh terhadap temperatur
n γ G = konstanta psychrometrik
i C p Er= laju evaporasi dengan metoda keseimbangan energi (mm/hari)
a =
0,622 L Ea= laju evaporasi dengan metoda aerodinamik (mm/hari)
(tebs)
Cp= panas spesifik udara pada tekanan konstan (1005 J/kg.K)
Lv= panas laten untuk pengauapan (J/kg)

8
4/13/2022

Dengan data pada kasus 2 dan 3 estimasikan laju evaporasi dengan menggunakan metoda
Contoh kombinasi.
kasus 4 :
4098 × 3168,82
Δ= = 188,74
237,3 + 25
1005 × 101,3 × 10
γ= = 67,03 Pa/ C
0,622 × 2441750
188,74 67,03
E= 7,19 + 7,43 = 7,25 mm/hari
T 188,74 + 67,03 188,74 + 67,03
a
n
i
a
(tebs)

Evapotranspirasi adalah proses kombinasi evaporasi dari permukaan air bebas/permukaan tanah
dengan transpirasi dari tumbuhan. Evapotranspirasi ini juga digunakan untuk memperkirakan
kebutuhan komsumtif tanaman. Evapotranspirasi dipengaruhi:

1. Energi Radiasi (panas)


T 2. Kondisi lapisan udara (tingkat kejenuhan uap air)
a 3. Kecepatan Angin
n
i 4. Fisiologi tanaman/stomata daun
a
(tebs) Ada 2 istilah yang dikenal untuk menyatakan besaran evapotranspirasi:

1. Evapotranspirasi Potensial (PET) satuan mm/hari:


2. Evapotranspirasi Aktual (AET) satuan mm/hari:

9
4/13/2022

1. Evapotranspirasi Potensial (ETP) satuan mm/hari:


adalah laju evapotranspirasi pada kondisi kelembaban tanah field capacity (kapasitas lapang), semua pori tanah
telah terisi air (jenuh air). Evapotranspirasi berhubungan dengan fisiologi stomata daun, sehingga laju
evapotranspirasi potensial ini tergantung pada jenis tanaman atau tanaman referensi.
Berbagai rumus telah dikembangkan untuk menghitung harga Evapotranspirasi Potensial (ETP), diantaranya :
rumus Blaney Criddle, Radiasi dan Penmann yang oleh Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO)
direkomendasikan untuk dipakai. Dalam menghitung Evapotranspirasi Potensial (ETP) ketiga rumus tersebut
menggunakan prinsip yang sama, yaitu:
T
a 𝑬𝑻𝒑 = 𝒌𝒄 × 𝑬𝑻𝟎
n
i Perhitungan ETP membutuhkan data iklim yang benar-benar terjadi di suatu tempat. Untuk rumus Penmann
a perhitungan ETP membutuhkan data terukur, yaitu:
(tebs)
a. t, suhu bulanan rata-rata (C)
b. RH, kelembaban relatif bulanan rata-rata (%)
c. n/N, kecerahan matahari bulanan (%)
d. U, kecepatan angin bulanan rata-rata (m/s)
e. Letak lintang (LL) daerah yang ditinjau, dan
f. Angka koreksi(c)

1. Evapotranspirasi Potensial (PET) satuan mm/hari


2. Evapotranspirasi Aktual (AET) satuan mm/hari:
adalah Evapotranspirasi Aktual (AET) sangat dipengaruhi oleh fisiologi tanaman dan kadar air tanah. Untuk
menghitung evapotranspirasi aktual tanaman tertentu pada kondisi kadar air tanah tertentu berdasarkan
evapotranspirasi potensial tanaman referensi di gunakan rumus:
𝐀𝐄𝐓 = 𝒌𝒔 × 𝒌𝒄 × 𝑬𝑻𝟎
dengan: T
a
n
a. ET0 = Evapotranspirasi potensial
i
b. ks = koefisien tanah, (0 < ks  1 ); ks = 1 jika kondisi jenuh air a
c. kc = koefisien tanaman ( 0,2  kc  1,3 ) (tebs)

Koefisien tanaman berubah dari kecil membesar dari mulai ditanam sampai tumbuhan mencapai
dewasa/matang, kemudian sesudah itu kc mengecil dan konstan, karena kebutuhan akan air berkurang.

10
4/13/2022

1. Panci Evaporasi (Panci Kelas A)


perhitungannya menggunakan rumus: ETP = Ce  EP
dengan: T
a
a. Ce = koefisien panci 0.5-0.8; biasanya dipakai 0.7-0.75. Penman memakai 0.8 n
i
b. Ep = Evaporasi panci ETP I a
2. Lysimeter (tebs)

Dihitung dengan menggunakan prinsip Neraca Air (Water Balance), yaitu:


ETP = I - O - S

I = Air masuk S
O
O = Air keluar
S = Air simpanan

RUMUS DATA TERUKUR YANG DIBUTUHKAN


Blaney Cridle Letak Lintang (LL), suhu udara (t)
Radiasi Letak Lintang (LL), suhu udara (t), kecerahan matahari
(n/N)
Penmann Letak Lintang (LL), suhu udara (t), kecerahan matahari T
a
(n/N), kecepatan angin (U) dan kelembaban relatif (Rh) n
i
a
Dalam praktek untuk daerah tertentu, sulit untuk mendapatkan data terukur (tebs)
tersebut. Jika tidak mungkin menggunakan rumus Penmann, maka digunakan rumus
Blaney Criddle atau Radiasi.
Rumus Penman ini dikembangkan berdasarkan metoda kombinasi keseimbangan
energi dan aerodinamik dengan tanaman referensi adalah rumput Alfafa di Inggris.

11
4/13/2022

Metoda Penman Modifikasi (FAO, Roma 1977):

𝐸𝑇 = 𝑐 × 𝑊 × 𝑅 + 1 − 𝑊 × 𝑓(𝑢) × 𝑒𝑎 − 𝑒𝑑

Dengan: T
a
ET0 = Evapotranspirasi tanaman acuan, mm/hari; n
i
c = faktor yang menunjukkan pengaruh perbedaan kecepatan angin pada siang a
dengan malam hari; (tebs)
W = faktor pembobot;
Rn = energi radiasi bersih yang menghasilkan evaporasi, mm/hari;
f(u) = fungsi kecepatan angin rata-rata yang diukur pada ketinggian 2 m dengan
satuan kecepatan angin dalam km/hari;
(ea-ed) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap aktual, mbar.

Contoh kasus 5 :

Dari sebuah stasiun meteorologi yang terletak pada posisi 30 LU dan berada pada ketinggian 95 m,
diperoleh data meteorologi pada bulan Juli sebagai berikut:

a. temperature udara rata-rata (Tmean) adalah 28,5 C; T


b. kelembaban relatif (Rh) adalah 55%; a
c. kecepatan angin (u) diukur pada ketinggian 3 m adalah 250 km/hari; n
i
d. penyinaran matahari (n/N) adalah 83%. a
(tebs)

Hitung Evapotranspirasi potensial tanaman acuan yang terjadi pada bulan Juli dengan menggunakan
rumus Penman Modifikasi metoda FAO.

12
4/13/2022

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  R n  1  W   f ( u)  ea  ed 

Untuk menghitung ET0, maka terlebih dahulu variable-variabel yang ada pada rumus Penman Modifikasi
di atas dihitung sebagai berikut:
a. Faktor c
Tidak ada data yang membedadan kecapatan angin pada siang hari dan malam hari siang hari, maka nilai c
dianggap 1. T
a
b. Perbedaan tekanan uap (ea-ed) n
i
Berdasarkan nilai temperatur udara rata-rata (Tmean), dari tabel di slide berikutnya, maka dapat diperoleh nilai a
tekanan uap jenuh. (tebs)

Penyelesaian kasus 5 :
ET 0 c  W  R n  1  W   f ( u )  ea  ed 

a. Faktor c
b. Perbedaan tekanan uap (ea-ed)

Tekanan uap jenuh ea menurut temperatur udara rata-rata


Temperatur (C) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T
ea (mbar) 6,1 6,6 7,1 7,6 8,1 8,7 9,8 10,0 10,7 11,5 12,3 a
Temperatur (C) 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 n
i
ea (mbar) 13,1 14,0 15,0 16,1 17,0 18,2 19,4 20,6 22,0 23,4 24,9 a
Temperatur (C) 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 (tebs)

ea (mbar) 26,4 28,1 29,8 31,7 33,6 35,7 37,8 40,1 42,4 44,9 47,6
Temperatur (C) 33 34 35 36 37 38 39
ea (mbar) 50,3 53,2 56,2 59,4 62,8 66,3 69,9

Jika Tmean 28,5 C, maka nilai tersebut berada diantara T1 = 28 C dengan T2 = 29 C dengan nilai masing-
masing ea1 = 37,8 mbar dan ea2 = 40,1 mbar. Dengan cara interpolasi linear, didapatkan :

13
4/13/2022

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

𝑇𝑚𝑒𝑎𝑛 − 𝑇
𝑒𝑎 = × 𝑒𝑎 − 𝑒𝑎 + 𝑒𝑎 28 29
𝑇 −𝑇
37,8 40,1
28,5 − 28
𝑒𝑎 = × 40,1 − 37,8 + 37,8
29 − 29
𝑒𝑎 = 39 𝑚𝑏𝑎𝑟
T
a
Untuk mencari nilai tekanan uap aktual (ed) digunakan rumus yang menyatakan besar kelembaban relatif n
(Rh), yaitu: i
a
𝑒𝑑 (tebs)
𝑅ℎ = × 100% , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑅ℎ = 55% 
𝑒𝑎
𝑒𝑑 = 𝑅ℎ × 𝑒𝑎 = 0,55 × 39 = 21,5 𝑚𝑏𝑎𝑟

Dengan diketahui nilai ea dan ea, maka diperoleh:

𝑒𝑎 − 𝑒𝑑 = 39 − 21,5 = 17,5 𝑚𝑏𝑎𝑟

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

a. Faktor c
b. Perbedaan tekanan uap (ea-ed)
c. Fungsi kecepatan angin f(u)
Pengaruh angin terhadap ET0 yang dihitung dengan rumus Penman Modifikasi ditunjukkan dengan rumus:
T
a
𝑢 n
𝑓(𝑢) = 0,27 × 1 + i
100
a
(tebs)
Pengaruh u adalah kecepatan angin harian rata-rata dalam satuan km/hari yang diukur pada ketinggian 2 m.
Nilai f(u) tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan tabel di slide berikut ini.

14
4/13/2022

Penyelesaian kasus 5 :

Fungsi kecepatan angin f(u)

u (km/hari) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0,30 0,32 0,35 0,38 0,41 0,43 0,46 0,49 0,51
100 0,54 0,57 0,59 0,62 0,65 0,67 0,70 0,73 0,76 0,78 T
a
200 0,81 0,84 0,86 0,89 0,92 0,94 0,97 1,00 1,03 1,05 n
300 1,08 1,11 1,13 1,16 1,19 1,21 1,24 1,27 1,30 1,32 i
a
400 1,35 1,38 1,40 1,43 1,46 1,49 1,51 1,54 1,57 1,59
(tebs)
500 1,62 1,65 1,67 1,70 1,73 1,76 1,78 1,81 1,84 1,90
600 1,89 1,92 1,94 1,97 2,00 2,02 2,05 2,08 2,11 2,15
700 2,16 2,19 2,21 2,24 2,27 2,29 2,32 2,35 2,38 2,40
800 2,43 2,46 2,48 2,51 2,54 2,56 2,59 2,62 2,64 2,65
900 2,70

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

Apabila kecepatan angin diukur tidak pada ketinggian 2 m, maka kecepatan angin tersebut dikoreksi
terlebih dahulu dengan faktor yang terdapat pada tabel berikut ini 5 dan baru kemudian nilai f(u) dilihat
pada tabel slide sebelumnya.

Faktor koreksi untuk u yang diukur pada ketinggian tertentu


T
Ketinggian Tempat Pengukuran (m) 0,5 1,0 1,5 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 a
n
Faktor koreksi 1,35 1,15 1,06 1,00 0,93 0,88 0,85 0,80 i
a
(tebs)
Dari data pada contoh kasus 5:
u = 250 km/hari diukur pada ketinggian 3 m, maka harga u perlu dikoreksi dengan angka koreksi pada
“Faktor koreksi untuk u yang diukur pada ketinggian tertentu”, yaitu untuk ketinggian 3 m angka
koreksinya 0,93 ; maka harga u yang telah dikoreksi menjadi:

𝑢 = 0,93 × 250 = 233 𝑘𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

15
4/13/2022

Penyelesaian kasus 5 :

Kemudian dengan menggunakan tabel nilai f(u) dicari. Oleh karena nilai u = 233 km/hari berada diantara nilai u1 =
230 km/hari dengan u2 = 240 km/hari yang masing-masing f(u)1 = 0,89 dan f(u)2 = 0,92, maka f(u) dicari dengan
cara interpolasi linear:

u (km/hari) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
0,30 0,32 0,35 0,38 0,41 0,43 0,46 0,49 0,51 T
a
100 0,54 0,57 0,59 0,62 0,65 0,67 0,70 0,73 0,76 0,78
n
200 0,81 0,84 0,86 0,89 0,92 0,94 0,97 1,00 1,03 1,05 i
a
300 1,08 1,11 1,13 1,16 1,19 1,21 1,24 1,27 1,30 1,32
(tebs)
400 1,35 1,38 1,40 1,43 1,46 1,49 1,51 1,54 1,57 1,59
500 1,62 1,65 1,67 1,70 1,73 1,76 1,78 1,81 1,84 1,90
600 1,89 1,92 1,94 1,97 2,00 2,02 2,05 2,08 2,11 2,15
700 2,16 2,19 2,21 2,24 2,27 2,29 2,32 2,35 2,38 2,40
800 2,43 2,46 2,48 2,51 2,54 2,56 2,59 2,62 2,64 2,65
900 2,70

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

𝑢−𝑢
𝑓(𝑢) = × 𝑓(𝑢) − 𝑓(𝑢) + 𝑓(𝑢)
𝑢 −𝑢
233 − 230
𝑓(𝑢) = × 0,92 − 0,89 + 0,89
240 − 230
𝑓(𝑢) = 0,90
T
a
n
i
a
(tebs)

16
4/13/2022

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

a. Faktor c
b. Perbedaan tekanan uap (ea-ed)
c. Fungsi kecepatan angin f(u)
d. Faktor pembobot (W) dan (1-W)
Faktor pembobot W menjelaskan bobot pengaruh perubahan tekanan, dan energi radiasi terhadap ET0, secara T
matematis dapat dihitung: a
Δ n
𝑊= i
Δ+𝛾
a
(tebs)

Dengan:
 = gradien perubahan tekanan uap terhadap perubahan temperatur;
 = konstanta psychrometric.

Penyelesaian kasus 5 :

Nilai W ini dapat juga diperoleh dari tabel di bawah ini, yaitu berdasar posisi ketinggian daerah yang diamati dan
temperatur udara rata-rata.

Tabel Nilai W
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
T
Temperatur (T) 0C
a
Ketinggian (z) m n
0 0,43 0,46 0,49 0,52 0,55 0,58 0,61 0,64 0,66 0,69 i
500 0,44 0,48 0,51 0,54 0,57 0,60 0,62 0,65 0,67 0,70 a
1000 0,46 0,49 0,52 0,55 0,58 0,61 0,64 0,66 0,69 0,71 (tebs)
2000 0,49 0,52 0,55 0,58 0,61 0,64 0,66 0,69 0,71 0,73
Temperatur (T) 0C 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
Ketinggian (z) m
0 0,71 0,73 0,75 0,77 0,78 0,80 0,82 0,83 0,84 0,85
500 0,72 0,74 0,76 0,78 0,79 0,81 0,82 0,84 0,85 0,86
1000 0,73 0,75 0,77 0,79 0,80 0,82 0,83 0,85 0,86 0,87
2000 0,75 0,77 0,79 0,81 0,82 0,84 0,85 0,86 0,87 0,88

17
4/13/2022

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

Dari contoh kasus 5, diketahui daerah pengamatan berada pada ketinggian z = 95 m, dan temperatur rata-
rata T=28,5 C, dengan menggunakan “Tabel nilai W” dicari nilai W. Oleh kerena ketinggian z = 95 m berada
diantara nilai z1 = 0 m dengan z2 = 500 m, dan T=28,5 C berada diantara nilai T1 = 28 C dengan T2 = 30 C,
maka nilai W akan dicari dengan cara interpolasi linear 3 tahap.
T
Tahap 1: a
n
Pada ketinggian z = 0 m, dicari nilai W untuk T = 28,5 C. Dari “Tabel nilai W”, T1 = 28 C dengan T2 = 30 C, i
masing-masing W1 = 0,77 dan W2 = 0,78. Dengan cara interpolasi linear, didapatkan nilai W pada T = 28,5 C a
adalah: (tebs)
𝑇−𝑇
𝑊= × 𝑊 −𝑊 +𝑊
𝑇 −𝑇
28,5 − 28
𝑊= × 0,78 − 0,77 + 0,77
30 − 28
𝑊 = 0,7725

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

Tahap 2: Tahap 3:
Pada Ketinggian z = 500 m, dicari nilai W untuk T = Pada Ketinggian z = 95 dicari nilai W untuk T = 28,5
28,5 C. Dari “Tabel nilai W”, T1 = 28 C dengan T2 = 30 C. Dari perhitungan di atas pada T=28,5 C dan z1 = 0
C, masing-masing W1 = 0,78 dan W2 = 0,79. m memberikan W1 = 0.7725, sedangkan pada T=28,5
C dan z2 = 500 m memberikan W2 = 0.7825, maka:
T
𝑇−𝑇 𝑧−𝑧 a
𝑊= × 𝑊 −𝑊 +𝑊 𝑊= × 𝑊 −𝑊 +𝑊 n
𝑇 −𝑇 𝑧 −𝑧
95 − 0 i
28,5 − 28
𝑊= × 0,79 − 0,78 + 0,78 𝑊= × 0,7825 − 0,7725 + 0,7725 a
30 − 28 500 − 0
(tebs)
𝑊 = 0,7825 𝑊 = 0,7744
𝑊 ≈ 0,77

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai W = 0,77 maka nilai (1-W) = 0,23

18
4/13/2022

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

a. Faktor c
b. Perbedaan tekanan uap (ea-ed) Dengan:
c. Fungsi kecepatan angin f(u) Ra = radiasi yang sampai pada lapisan
d. Faktor pembobot (W) dan (1-W) atas atmosfir (mm/hari);
Rs = radiasi matahari yang sampai ke
e. Radiasi bersih (Rn) bumi (mm/hari);
Rns = radiasi bersih matahari T
Radiasi bersih (Rn) adalah selisih antara semua radiasi yang datang a
gelombang pendek (mm/hari);
dengan semua radiasi yang pergi meninggalkan permukaan bumi. n
Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang i
Radiasi bersih dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus (mm/hari); a
berikut ini. Rn = radiasi bersih (mm/hari); (tebs)
n/N= perbandingan jam cerah aktual
𝑅𝑛𝑠 = (1 − 𝛼) × 𝑅𝑠 dengan jam cerah teoritis, yang
besarnya sama dengan persentase
𝑅𝑠 = 0,25 + 0,50 × 𝑛/𝑁 × 𝑅𝑎 penyinaran matahari;
 = albedo atau persentase radiasi yang
𝑅𝑛1 = 𝑓(𝑡) × 𝑓(𝑒𝑑) × 𝑓(𝑛/𝑁) dipantulkan, untuk tanaman acuan pada
rumus Penman Miodifikasi diambil  =
𝑅𝑛 = 𝑅𝑛𝑠 − 𝑅𝑛1 0,25;

Tabel Nilai Ra ekivalen dengan evaporasi dalam mm/hari

Lintang
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Utara 
0 15,0 15,5 15,7 15,3 14,4 13,9 14,1 14,8 15,3 15,4 15,1 14,8
2 14,7 15,3 15,6 15,3 14,6 14,2 14,3 14,9 15,3 15,3 14,8 14,4

4 14,3 15,0 15,5 15,5 14,9 14,4 14,6 15,1 15,3 15,1 14,5 14,1
6 13,9 14,8 15,4 15,4 15,1 14,7 14,9 15,2 15,3 15,0 14,2 13,7

8 13,6 14,5 15,3 15,6 15,3 15,0 15,1 15,4 15,3 14,8 13,9 13,3

10 13,2 14,2 15,3 15,7 15,5 15,3 15,3 15,5 15,3 14,7 13,6 12,9 T
a
12 12,8 13,9 15,1 15,7 15,7 15,5 15,5 15,6 15,2 14,4 13,3 12,5
n
14 12,4 13,6 14,9 15,7 15,8 15,7 15,7 15,7 15,1 14,1 12,8 12,0 i
16 12,0 13,3 14,7 15,6 16,0 15,9 15,9 15,7 15,0 13,9 12,4 11,6 a
(tebs)
18 11,6 13,0 14,6 15,6 16,1 16,1 16,1 15,8 14,9 13,6 12,0 11,1

20 11,2 12,7 14,4 15,6 16,3 16,4 16,3 15,9 14,8 13,3 11,6 10,7
22 10,7 12,3 14,2 15,5 16,3 16,4 16,4 15,8 14,6 13,0 11,1 10,2

24 10,2 11,9 13,9 15,4 16,4 16,6 16,5 15,8 14,5 12,6 10,7 9,7
26 9,8 11,5 13,7 15,3 16,4 16,7 16,6 15,7 14,3 12,3 10,3 9,3

28 9,3 11,1 13,4 15,3 16,5 16,8 16,7 15,7 14,1 12,0 9,9 8,8

30 8,8 10,7 13,1 15,2 16,5 17,0 16,8 15,7 13,9 11,6 9,5 8,3

19
4/13/2022

Tabel Nilai Ra ekivalen dengan evaporasi dalam mm/hari

Lintang
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Selatan 
0 15,0 15,5 15,7 15,3 14,4 13,9 14,1 14,8 15,3 15,4 15,1 14,8
2 15,3 15,7 15,7 15,1 14,1 13,5 13,7 14,5 15,2 15,5 15,3 15,1

4 15,5 15,8 15,6 14,9 13,8 13,2 13,4 14,3 15,1 15,6 15,5 15,4
6 15,8 16,0 15,6 14,7 13,4 12,8 13,1 14,0 15,0 15,7 15,8 15,7

8 16,1 16,1 15,5 14,4 13,1 12,4 12,7 13,7 14,9 15,8 16,0 16,0

10 16,4 16,3 15,5 14,2 12,8 12,0 12,4 13,5 14,8 15,9 16,2 16,2 T
a
12 16,6 16,3 15,4 14,0 12,5 11,6 12,0 13,2 14,7 15,8 16,4 16,5
n
14 16,7 16,4 15,3 13,7 12,1 11,2 11,6 12,9 14,5 15,8 16,5 16,6 i
16 16,9 16,4 15,2 13,5 11,7 10,8 11,2 12,6 14,3 15,8 16,7 16,8 a
(tebs)
18 17,1 16,5 15,1 13,2 11,4 10,4 10,8 12,3 14,1 15,8 16,8 17,1

20 17,3 16,5 15,0 13,0 11,0 10,0 10,4 12,0 13,9 15,8 17,0 17,4
22 17,4 16,5 14,8 12,6 10,6 9,6 10,0 11,6 13,7 15,7 17,0 17,5

24 17,5 16,5 14,6 12,3 10,2 9,1 9,5 11,2 13,4 15,6 17,1 17,7
26 17,6 16,4 14,4 12,0 9,7 8,7 9,1 10,9 13,2 15,5 17,2 17,8

28 17,7 16,4 14,3 11,6 9,3 8,2 8,6 10,4 13,0 15,4 17,2 17,9

30 17,8 16,4 14,0 11,3 8,9 7,8 8,1 10,1 12,7 15,3 17,3 18,1

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

Nilai Ra yang dalam satuan ekivalen evaporasi mm/hari dapat diperoleh dari tabel, yang menjelaskan nilai Ra tiap
bulan untuk suatu posisi lintang (latitude) daerah pengamatan. Nilai f(T), f(ed), dan f (n/N) masing-masing dapat
diperoleh dari tabel-tabel selanjutnya.

Dari contoh kasus 5, diketahui daerah pengamatan terletak pada posisi 30 LU, memiliki prosentase penyinaran
matahari (n/N) = 83%, temperatur udara rata-rata (T) = 28,5 C dan tekanan uap aktual ed = 21,5 mbar, maka:
a. berdasarkan tabel “nilai Ra ekivalen”, untuk daerah dengan posisi 300LU diperoleh: Ra = 16,8 mm/hari; T
a
b. dengan menggunakan rumus dan nilai n/N = 83% diperoleh: n
i
𝑅𝑠 = 0,25 + 0,50 × 𝑛/𝑁 × 𝑅𝑎 a
𝑅𝑠 = (0,25 + 0,50 × 0,83) × 16,8 (tebs)
𝑅𝑠 = 11,2 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

c. dengan menggunakan rumus dan  = 0,25 diperoleh:

𝑅𝑛𝑠 = (1 − 𝛼) × 𝑅𝑠
𝑅𝑛𝑠 = (1 − 0,25) × 11,2
𝑅𝑛𝑠 = 8,4 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

20
4/13/2022

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

Tabel Pengaruh temperatur f(T) terhadap Rn1

T C 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
F(T) 11,0 11,4 11,7 12,0 12,4 12,7 13,1 13,5 13,8 14,2
T C 20 22 24 26 28 30 32 34 36
T
F(T) 14,6 15,0 15,4 15,9 16,3 16,7 17,2 17,7 18,1
a
n
i
d. untuk T = 28,5 C dari tabel dengan interpolasi linear diperoleh:
a
(tebs)
𝑇−𝑇
𝑓(𝑇) = × 𝑓(𝑇) − 𝑓(𝑇) + 𝑓(𝑇)
𝑇 −𝑇
28,5 − 28
𝑓(𝑇) = × 16,7 − 16,3 + 16,3
30 − 28
𝑓(𝑇) = 16,4

Penyelesaian kasus 5 : ET 0 c  W  Rn  1  W   f ( u)  ea  ed 

Tabel Pengaruh Tekanan Uap f(ed) terhadap Rn1

ed mbar 6 8 10 12 14 16 18 20 22
f(ed) 0,23 0,22 0,20 0,19 0,18 0,16 0,15 0,14 0,13
ed mbar 24 26 28 30 32 34 36 38 40
f(ed) 0,12 0,12 0,11 0,10 0,09 0,08 0,08 0,07 0,06 T
a
n
e. Untuk ed = 21,5 mbar (dari perhitungan poin b), dari tabel dengan interpolasi linear diperoleh: i
a
(tebs)
𝑒𝑑 − 𝑒𝑑
𝑓(𝑒𝑑) = × 𝑓(𝑒𝑑) − 𝑓(𝑒𝑑) + 𝑓(𝑒𝑑)
𝑒𝑑 − 𝑒𝑑
21,5 − 20
𝑓(𝑒𝑑) = × 0,13 − 0,14 + 0,14
22 − 20
𝑓(𝑒𝑑) = 0,13

21
4/13/2022

Penyelesaian kasus 5 :

Tabel Pengaruh Persentase Penyinaran Matahari f(n/N) terhadap Rn1

n/N 0 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45 0,50
f(n/N) 0,10 0,15 0,19 0,24 0,28 0,33 0,37 0,42 0,46 0,51 0,55
n/N 0,55 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00
f(n/N) 0,60 0,64 0,69 0,73 0,78 0,82 0,87 0,91 0,96 1,00 T
a
n
i
f. Untuk nilai n/N = 83% dari tabel dengan interpolasi linear diperoleh:
a
(tebs)
(𝑛/𝑁) − (𝑛/𝑁)
𝑓(𝑛/𝑁) = × 𝑓(𝑛/𝑁) − 𝑓(𝑛/𝑁) + 𝑓(𝑛/𝑁)
(𝑛/𝑁) − (𝑛/𝑁)
0,83 − 0,80
𝑓(𝑛/𝑁) = × 0,87 − 0,82 + 0,82
0,85 − 0,80
𝑓(𝑛/𝑁) = 0,85

Penyelesaian kasus 5 :
Dari tahapan perhitungan, diperoleh beberapa nilai, yaitu nilai f(T) = 16,4; f(ed) = 0,13 dan f(n/N) = 0,85.
Dengan menggunakan persamaan pada poin e, diperoleh:

𝑅𝑛1 = 𝑓(𝑡) × 𝑓(𝑒𝑑) × 𝑓(𝑛/𝑁)


𝑅𝑛1 = 16,4 × 0,13 × 0,85
𝑅𝑛1 = 1,8 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
T
a
n
g. Dengan menggunakan rumus dan nilai Rns = 8,4 mm/hari dan Rn1 = 1,8 mm/hari (dari perhitungan i
sebelumnya), diperoleh: a
(tebs)

𝑅𝑛 = 𝑅𝑛𝑠 − 𝑅𝑛1
𝑅𝑛 = 8,4 − 1,8
𝑅𝑛 = 6,6 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖

22
4/13/2022

Penyelesaian kasus 5 :
Setelah variabel-varibel yang ada pada rumus Penman Modifikasi diperoleh, maka:

𝐸𝑇 = 𝑐 × 𝑊 × 𝑅 + 1 − 𝑊 × 𝑓(𝑢) × 𝑒𝑎 − 𝑒𝑑
𝐸𝑇 = 1 × 0,77 × 6,6 + 0,23 × 0,90 × 17,5
𝐸𝑇 = 1 × 5,1 + 3,6
𝐸𝑇 = 8,7 𝑚𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖
T
a
n
i
a
Jadi Evapotranspirasi potensial tanaman acuan yang terjadi pada bulan Juli dihitung menggunakan rumus (tebs)
Penman Modifikasi metoda FAO adalah sebesar 8.7 mm/hari

TUGAS

T
a
Dari sebuah stasiun meteorologi yang terletak pada posisi 30 LS dan berada pada n
ketinggian 1XX m, diperoleh data meteorologi seperti yang disajikan pada slide i
a
berikutnya.
(tebs)
Hitung Evapotranspirasi potensial tanaman acuan yang terjadi selama bulan Januari
hingga Desember dengan menggunakan rumus Penman Modifikasi metoda FAO.

23

Anda mungkin juga menyukai