Anda di halaman 1dari 31

PERHITUNGAN HIDROLIKA

PADA JARINGAN PIPA


Oleh : Ir. H. BAMBANG PURJITO, MM.

Seri : 1

I. PENDAHULUAN
Sesuai dengan lingkup kegiatan di PDAM yang pada dasarnya adalah
menyediakan dan menjual air bersih kepada masyarakat melalui jaringan
perpipaan, maka petugas pengelola air bersih khususnya di Direktorat Teknik akan
selalu berhubungan dengan air di dalam pipa.
Untuk itu perlu mengenal / mempelajari perhitungan hidrolika pada
jaringan pipa yang antara lain meliputi :
- Komponen dasar dari aliran air
- Sistem satuan internasional
- Hukum kontinuitas
- Energi air dan persamaan Bernoulli
- Kehilangan tekanan dalam pipa
- Gradien hidrolika
- Hidrolika siphon
Dengan menyadari sampai saat ini masih banyak para karyawan
PDAM khususnya di Direktorat Teknik yang belum menguasai perhitungan
hidrolika pada jaringan perpipaan, maka penulis mencoba menyajikan tulisan
berseri dengan judul ” PERHITUNGAN HIDROLIKA PADA JARINGAN
PIPA ”, mudah-mudahan ada manfaatnya.

II. KOMPONEN DASAR DARI ALIRAN AIR


1. Aliran Air
Sebuah batu dilepas pada ketinggian tertentu maka batu tersebut akan
jatuh ke bumi atau dengan kata lain batu tersebut berpindah tempat.
Perpindahan dengan sendirinya dari tempat yang relatif tinggi ke tempat yang
relatif rendah ini disebabkan oleh adanya gravitasi ( gaya tarik bumi ).
Demikian juga air secara alamiah akan berpindah dari tempat yang
tinggi ketempat yang lebih rendah. Sekarang sebuah batu kita lempar ke atas
maka batu tersebut akan bergerak dari bawah ke atas karena kita memberi
tekanan yang berasal dari tenaga kita.
Demikian juga air dapat dialirkan dari tempat yang rendah ketempat
yang tinggi, asalkan kita memberi tekanan pada air tersebut, misalnya dengan
pompa.
Perpindahan air ini disebut : Aliran Air atau bisa disebut Debit Air.

2. Kecepatan Air
Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain membutuhkan waktu,
lama waktu yang dibutuhkan tergantung dari kecepatan bergerak. Kita sudah
mengetahui bahwa air juga dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain,
untuk mencapai ketempat tujuan air harus mempunyai kecepatan yang biasa
disebut Kecepatan Aliran Air.
Dengan demikian kecepatan aliran air adalah jarak yang ditempuh
persatuan waktu, dan untuk air yang tidak bergerak maka kecepatan aliran
airnya sama dengan nol.

3. Tekanan Air
Air mempunyai tekanan dan tekanan ini di salurkan sama besar ke
semua arah, contoh yang paling mudah untuk menyatakan adanya tekanan air
bias diperagakan sebuah balon diisi air, balon akan membesar akibat adanya
tekanan air tersebut.

III. SISTEM SATUAN INTERNASIONAL


Salah satu factor yang sangat penting diperhatikan dalam membuat suatu
perhitungan adalah satuan yang dipergunakan. Biarpun kita menggunakan rumus /
persamaan yang benar dan menghitung dengan benar, tetapi tidak menggunakan
satuan yang benar hasilnya akan salah.
Perhitungan Hidrolika bisa menggunakan system satuan internasional
yang dikenal dengan satuan SI.
1. Panjang
Satuan panjang adalah meter ditulis dengan huruf m.
1 meter ( m ) : 1.000 milli meter ( mm )
1 kilo meter ( km ) : 1.000 meter ( m )
2. Volume
Volume diukur dalam satuan meter kubik ( m3 )
1 m3 : 1.000 liter ( l )
3. Massa
Satuan massa adalah kilo gram ( Kg )
4. Massa Jenis ( Kerapatan )
Massa Jenis adalah massa persatuan volume yaitu :
Kg/m3, untuk air massa jenis = 1.000 Kg/m3
5. Gaya
Gaya = Massa x Percepatan ( Hukum Newton )
= Kg x m/dt²
= Kg m/dt² atau kadang-kadang ditulis N ( Newton )
1N = 1 Kg m/dt²
6. Berat
Berat dari suatu benda adalah gaya yang dikenakan padanya oleh gravitasi
bumi, maka :
Berat = Massa x Percepatan Gravitasi Bumi
= Kg x m/dt²
= Kg m/dt² atau N
Percepatan gravitasi bumi = 9,81 m/dt² untuk lebih mudahnya dibulatkan
menjadi = 10 m/dt².

7. Berat Jenis
Berat jenis adalah berat per satuan volume
Massa x Percepatan Gravitasi
Berat jenis =
Volume
Massa
= x percepatan gravitasi
volume

= massa jenis x percepatan gravitasi

Berat jenis air = 1.000 kg/m3 x 10 m/dt²


= 10.000 kg m / m3 dt²
= 10.000 N/m3
8. Kecepatan
Satuan kecepatan adalah meter per detik ( m/dt )
9. Aliran / Debit
Satuan aliran / debit adalah meter kubik per detik ( m3/dt )
10. Tekanan
Tekanan = Gaya Per Satuan Luas ( N/m² )
Tekanan air biasanya diukur lebih besar dari pada tekanan atmosfer ( tekanan
relatif ).
2

Tekanan Atmosfer Standar


Tekanan
Relatif

Tekanan Atmosfer Lokal

14,7 Psi Negatif


Tekanan Relatif Hisap
2.116 lb/ft²
Vakum
Tekanan Mutlak

29,92 inHg Penunjukan


33,91 ftH2O Barometer 1
1 Atmosfer Lokal
760 mmHg
101, 325 Pa
10,34 mH2O Tekanan Mutlak

Nol Mutlak ( Vakum Sempurna )

Tekanan atmosfer standart = 1 atmosfer ( atm )


Konversi kesatuan tekanan lainnya adalah :
1 Atm = 100.000 N/m² = 14,7 Psi = 2.116 lb/ft²
1 Atm = 1 kg/cm² = 29,92 in Hg = 33,91 ft.H2O
1 Atm = 760 mm Hg = 101,325 Pa = 10,34 m H2O

CONTOH PENGGUNAAN SATUAN SI

1. Diketahui : Panjang pipa ( L ) = 150 cm = 1,5 m


Diameter luar pipa ( D ) = 8 inchi = 0,2 m
Tebal pipa ( b ) = 5 mm = 0,005 m
Ditanya : Berapa luas penampang pipa dan berapa volume pipa ?
Jawab : Luas penampang pipa
A = ¼  . D²
= ¼   0,2 – ( 2 x 0,005 ) ²
= 0,028 m²
Volume pipa :
Volume = A . L
= 0,028 x 1,5
= 0,042 m3
Untuk memudahkan perhitungan dalam praktek diameter bagian dalam pipa
dianggap sama dengan diameter pipa ( tebal pipa diabaikan ).

2. Diketahui : Tangki air 750 mm x 250 mm x 250 mm penuh dengan


air
Ditanya : Berapa berat air

Jawab : Berat Air


Berat = Volume Air x Berat jenis air
= ( 0,75 x 0,25 x 0,25 ) m3 x 10.000 N/m3
= 468 N
IV. HUKUM KONTINUITAS
Bayangkan bahwa air sedang mengalir terus menerus di dalam pipa yang
mempunyai luas penampang A ( m² ), kecepatan aliran air V ( m/dt ), kemudian
bayangkan juga sebuah partikel kecil dibawa oleh aliran air tersebut dan pada
suatu saat berada pada potongan 1 – 1.

1 2

A ( m² )
t = 1 dt

1 V ( meter ) 2

Dengan kecepatan aliran air sebesar V ( m/dt ), maka satu detik kemudian partikel
tersebut berada pada potongan 2 – 2 yang berarti semua air yang terdapat diantara
potongan 1 – 1 dengan 2 – 2 telah melewati potongan 2 – 2. Aliran / debit ( Q ) di
dalam pipa adalah jumlah / kuantitas air yang lewat dalam tiap detik atau sama
dengan volume air antara potongan 1 – 1 dengan potongan 2 – 2 maka :

Q = A x V

Dimana : Q = Aliran / debit air ( m3/dt )


A = Luas penampang pipa ( m² )
V = Kecepatan aliran ( m/dt )

Hukum kontinuitas menyatakan bahwa pada suatui aliran air di dalam pipa,
jumlah air yang masuk sama dengan jumlah air yang keluar.
Untuk memudahkan pengertian dari hukum kontinuitas bisa lihat pada
contoh berikut ini :

1. Pipa Tunggal Diameter Tetap

1 2

V V A ( m² )

1 2

Tidak ada air yang masuk atau keluar dari sistem kecuali melalui potongan 1 –
1 dan 2 – 2, maka berlaku hukum kontinuitas :
Q1 = Q2
A1V1 = A2V2
A1 = A2 ( Diameter pipa sama )
maka :
V1 = V2

2. Pipa Tunggal Diameter Berubah


1
2
A1 Q V
A2
V1 2
V2 1

Tidak ada air yang masuk atau keluar dari sistem kecuali melalui potongan 1 –
1 dan 2 – 2, maka berlaku hukum kontinuitas :
Q1 = Q2
A1V1 = A2V2
A1 tidak sama dengan A2
V1 tidak sama dengan V2

A2 V2
V1 =
A1

A1 V1
V2 =
A2

3. Pipa Bercabang Dua


2 A2
V2
1
2
A1
V1
3
1
A3
3 V3

Tidak ada air yang masuk atau keluar dari sistem kecuali melalui potongan 1 –
1, 2 – 2 dan 3 – 3, maka berlaku hukum kontinuitas :
Q1 = Q2 + Q3
A1 V1 = A2 V2 + A3 V3

CONTOH SOAL :
1. Diketahui : Diameter pipa D = 300 mm
Ditanya : Debit air Q = 105 lt/dt
Jawab :

Luas penampang pipa :


A = ¼  . D²
= ¼  . ( 0,3 )²
= 0,07065 m²

Q
V =
A
0,105
=
0,07065
= 1,5 m/dt

2. Diketahui :
Diameter : D1 = 300 mm
D2 = 150 mm
Kecepatan : V1 = 1 m/dt
Ditanya : Q1, Q2, dan V2

Jawab :

1
2
Q
V
2
1
Luas penampang
A1 = ¼  . D1²
= ¼  . ( 0,3 )²
= 0,07065 m²

Debit
Q1 = A1 . V1
= 0,07065 x 1
= 0,07065 m3/dt
= 70,65 lt/dt

Luas penampang
A2 = ¼  . D2²
= ¼  . ( 0,15 )²
= 0,01767 m²
Hukum Kontinuitas :
Q1 = Q2 = 0,07065 m3/dt
Kecepatan :
Q2
V2 =
A2
0,07065
=
0,.1767
= 4 m/dt

3. Diketahui :
Diameter D1 = 300 mm
D2 = 100 mm
D3 = 200 mm
Debit Q1 = 50 lt/dt
Kecepatan V2 = 1 m/dt
Ditanya : Debit Q2, Q3 dan Kecepatan V3 ?
Jawab :
2

1
2

3
1

Luas penampang :
A1 = ¼  . D1²
= ¼  . ( 0,3 )²
= 0,07065 m²
A2 = ¼  . D2²
= ¼  . ( 0,1 )²
= 0,00785 m²
A3 = ¼  . D3²
= ¼  . ( 0,2 )²
= 0,0314 m²
Debit :
Q2 = A2 x V2
= 0,00785 x 1
= 0,00785 m3/dt
= 7,85 lt/dt
Hukum Kontinuitas :
Q1 = Q2 x Q3
Q3 = Q1 - Q2
= 0,05 - 0,00785
= 0,04215 m3/dt
= 4215 lt/dt
Q3
V3 =
A3
0,04215
=
0,0314
= 1,34 m/dt

SOAL LATIHAN

1
2 4

3 4
1

Diameter D1 = 200 mm
D2 = D4 = 100 mm
D3 = 75 mm
Debit Q4 = 40 lt/dt
Ditanya : Berapa besarnya kecepatan V1, V2 dan Kecepatan V3 serta berapa
besarnya debit Q2 dan Q3 ?

---------- SELAMAT MENCOBA ----------


PERHITUNGAN HIDROLIKA
PADA JARINGAN PIPA
Oleh : Ir. H. BAMBANG PURJITO, MM.

Seri : 2

V. ENERGI AIR DAN PERSAMAAN BERNOULLI


a. Energi Air
Setiap benda / zat mempunyai energi atau dengan kata lain setiap
benda mempunyai kemampuan untuk melakukan kerja, begitu juga air
mempunyai energi. Energi air merupakan salah satu dasar Hidrolika
Perpipaan.
Untuk memberi gambaran yang mudah mengenai pengertian energi
bisa diperhatikan contoh berikut ini :
1. Sebuah batu kita lempar ke atas sehingga dapat menempuh jarak dengan
kecepatan tinggi, yang berarti batu tersebut mempunyai energi kecepatan
karena bila mengenai kaca jendela dapat memecahkannya, berarti dapat
melakukan kerja.
2. Setelah batu tersebut menempuh ketinggian tertentu akan kembali jatuh /
bergerak turun yang berarti batu tersebut mempunyai energi ketinggian
karena bila mengenai kaca yang ada di bawah bisa pecah, berarti dapat
melakukan kerja.
Sama dengan contoh di atas, maka air juga dapat mempunyai bentuk
energi kecepatan dan energi ketinggian.
Air merupakan zat berbentuk cairan, maka air juga dapat ditekan di
dalam pipa, maka air juga mempunyai bentuk energi tekanan, karena bila
tekanannya lebih besar dari kekuatan pipa dapat memcahkan pipa, berarti
dapat melakukan kerja.
Dengan begitu air mempunyai 3 ( tiga ) bentuk energi yakni :
i. Energi kecepatan
ii. Energi ketinggian
iii. Energi tekanan
Secara matemetika besarnya energi tersebut dinyatakan sebagai berikut :

i. Energi kecepatan =
2.g

ii. Energi ketinggian = h

P
iii. Energi tekanan =
W

Dimana :
V = Kecepatan Aliran ( m/dt )
g = Percepatan Gravitasi Bumi ( m/dt² )
h = Ketinggian ( m )
P = Tekanan ( N/m² )
W = Berat Jenis Air ( N/m3 )

Dalam system satuan SI semua bentuk energi air dinyatakan dalam satuan
meter ( m ), sehingga energi tekanan dapat juga disebut sebagai tinggi tekan
atau ketinggian tekanan atau pressure head.

b. Persamaan Bernoulli
Pada dasarnya suatu energi tidak dapat hilang tetapi dapat berubah
bentuk misalnya energi kecepatan dapat dirubah bentuk menjadi energi
ketinggian dan sebaliknya, energi tekanan dapat berubah bentuk menjadi
energi kecepatan dan sebaliknya.
Untuk membayangkan bagaimana perubahan bentuk energi tersebut
bias memperhatikan contoh batu yang dilempat tadi ( pembahasan sebelumnya
).
Ketiga bentuk energi ini dapat dijumlahkan yang disebut energi total
yakni :
Energi Total = Energi Kecepatan + Energi Tekanan + Energi
Ketinggian
atau ditulis :

V² P
H = + + h
2.g W

Adapun teori kekekalan energi dari Bernoulli berbunyi ” Jika tidak ada
energi yang masuk atau yang keluar di dalam suatu sistem, kecuali yang
melalui potongan 1 – 1 dan 2 – 2 pada bentuk gambar di bawah ini, maka
energi totalnya tetap konstan.

2 2
P 2, V
Q
1
1 P1, V

h1 h2

DATUM

H1 = H2

V1² P1 V2² P2
+ + h1 = + + h2
2 . g W 2 . g W
Kekekalan energi dari teori Bernoulli ini selanjutnya biasa disebut
sebagai Persamaan Bernoulli.

CONTOH PERHITUNGAN

1. Berapakah energi total pada titik A dan titik B pada soal seperti gambar di bawah
ini :
A

5 m'

B
RESEVOIR

Jawab :
VA² PA
HA = + + hA
2.g W

= 0 + 0 + 5
= 5 m’
VB ² PB
HB = + + hB
2.g W

= 0 + 5 + 0
= 5 m’
2. Diketahui :
Diameter pipa D = 200 mm
Debit air Q = 10 lt/dt
Pressure head pada titik A = 15 m’

Muka Tanah
10 m'
Q
A
Ditanya : Berapa Pressure Head pada titik B ?
Jawab :
VA² PA VB² PB
+ + h1 = + + hB
2 . g W 2 . g W
Diameter pipa tetap maka sesuai hukum kontinuitas VA = VB maka persamaan
Bernoulli menjadi :
PA PB
+ hA = + hB
W W

PB
15 + 0 = + 10
W

PB
= 15 - 10
W
= 5 m’

3. Diketahui :
A

2 m'

Q
D = 100 mm

Berapa : Debit air yang mengalir melalui pipa ?


VA² PA VB² PB
+ + h1 = + + hB
2 . g W 2 . g W

VB ²
0 + 0 + 2 = + 0 + 0
2 . 10

VB²
= 2
2 . 10

VB =  2 x 20
= 6,32 m/dt
Q = A . VB
= ¼  D² VB
= ¼  ( 0,1 )² x 6,32
= 0,0496 m3/dt
= 49,6 lt/dt

VI. KEHILANGAN TEKANAN DALAM PIPA


Pembahasan pada bab sebelumnya, masih belum memperhitungkan
terjadinya kehilangan energi di dalam pipa, artinya kehilangan energi masih
diabaikan. Padahal kenyataannya tidaklah demikian terbukti kalau kita
mengukur tekanan air di dalam pipa horizontal, pada bagian hilir tekanannya
lebih kecil dari pada kalau kita mengukur pada bagian hulu.

P1 P2
P 1 > P2 atau P2 < P1

Ini dikarenakan adanya kerugian energi akibat gesekan antara air


yang mengalir dengan dinding bagian dalam sepanjang pipa, yang selanjutnya
berunah menjadi panas kemudian menghilang ke atmosfer. Kehilangan energi
ini dalam ilmu hidrolika disebut Mayor Losses. Sebenarnya masih ada lagi
kehilangan energi oleh akibat adanya belokan pipa, perubahan diameter, katup
dan lain-lain yang dissebut Minor Losses, namun karena nilainya relatif kecil
maka dalam perhitungan hidrolika pada jaringan pipa PDAM bisa diabaikan.
Salah satu teori yang membahas kehilangan energi ( mayor losses )
di dalam pipa adalah Persamaan DARCY yaitu :
L . V²
H = f
D . 2 . g

Dimana :
 = Kehilangan Energi ( m )
f = Koefisien Gesekan ( Darcy )
L = Panjang Pipa ( m’ )
V = Kecepatan Aliran ( m/dt )
D = Diameter Pipa ( m )
g = Percepatan Gravitasi Bumi ( m/dt² )

Koefisien gesekan ( f ) adalah ukuran kekasaran pipa, makin kasar permukaan


bagian dalam pipa makin besar harga koefisien gesekannya dan selanjutnya bisa
dilihat pada tabel ini :

Jenis Pipa Harga ( f ) Darcy

PVC 0,02 - 0,03


Asbes 0,03 - 0,04
Lapis Semen 0,04 - 0,05
Baja ( Steel ) 0,05 - 0,06
GP 0,06 - 0,07
Besi ( Cast Iron ) 0,07 - 0,08
Lainnya 0,08 - 0,09

Dengan begitu persamaan Bernoulli yang telah dibahas dimuka akan


berubah bila kita memperhitungkan kehilangan energi Mayor Losses yaitu
menjadi :

L 2 2
P2, V
Q

1, V1
1 P

f , D
1

h1 h2

D A TU M
H1 = H2 + H

V1² P1 V2² P2 L . V21-2


+ + h1 = + + h2 + f
2 . g W 2 . g W D.2.g

CONTOH PERHITUNGAN

1. Diketahui :
1 2

1 2

Diameter : Pipa ( D ) = 200 mm ( Asbes )


Panjang ( L ) = 100 m’ ( antara potongan 1 – 1 dan 2 – 2 )
Debit ( Q ) = 30 lt/dt
Ditanya : Berapa kehilangan energi antara potongan 1 – 1 dan 2 – 2 

Jawab : Kecepatan Aliran :


Q
V =
A
0,03
=
¼  . ( 0,2 )²

= 1 m/dt
Kerugian energi tekanan
L . V²
H = f .
D.2.g
100 . ( 1 )²
= 0,04
0,2 x 2 x 10
= 1 m’

2. Diketahui :
Diameter : Pipa PVC = 200 mm
Debit : 50 lt/dt B

Muka Tanah

' hB = 30 m'
Q 0m
20
=
A L

Tekanan air pada titik A ( PA ) = 4 Atm


Jawab : Kecepatan Aliran
Q
V =
A
0,05
=
¼  . ( 0,2 )²
= 1,7 m/dt
VA² PA VB² PB L . V²
+ + hA = + + hB + f
2 . g W 2 . g W D.2.g

VA = VB = V maka persamaan menjadi

400.000 PB 200 . ( 1,7 )²


+ 0 = + 30 + 0,03
10.000 W 0,2 x 2 x 10
PB
4 = + 3 + 4,7
W
PB
= 5,3 m’
W
PB = 5,3 x 10.000 N/m3
PB = 53.000 N/m3
PB = 0,53 Atm

SOAL LATIHAN :

Diketahui : Suatu instalasi pipa transmisi dari Sumber Banyuning s/d. BPT II,
sebagaimana gambar sket dibawah ini :
- Pipa PVC diameter ( D ) = 300 mm
- Panjang pipa ( L ) = 73569 m’

Ditanya : Berapa diameter pipa PVC yang akan dipasang paralel / sejajar
dengan pipa semula untuk meningkatkan debit air menjadi 1 ½ kali
dari debit semula.

Banyuning
Q

BPT II
Elevasi = 806 m'dpl
---------- SELAMAT MENCOBA ----------

PERHITUNGAN HIDROLIKA
PADA JARINGAN PIPA
Oleh : Ir. H. BAMBANG PURJITO, MM.

Seri : 3

VII. GRADIEN HIDROLIKA


Setiap kali mencvari besarnya energi tekanan pada suatu titik tertentu
pada jaringan pipa, kita perlu menghitungnya dengan Persamaan Bernoulli.
Apabila ingin mengetahui energi tekanan pada seluruh titik disepanjang jaringan
pipa bisa dibayangkan berapa kali harus memasukkan angka-angka secara
berulang-ulang ke dalam Persamaan Bernoulli.
Dengan mempelajari Teori Gradien Hidrolika akan lebih mudah
untuk mengetahui energi tekanan di sepanjang pipa tanpa harus menghitung
berulang-ulang. Pada bab sebelumnya sudah dibahas bahwa air yang mengalir di
dalam pipa mempunyai tiga bentuk energi yaitu : Energi Tekanan, Energi
Kecepatan dan Energi Ketinggian.
Ketiga energi tersebut bila digambar akan terlihat seperti dibawah ini
: V²1 G ar is E n er
gi 
2.g
G ar is G ra
d ie n H id ro V²2
lik a
2.g
P1
W
P2
W
2
1
Q
H1 H2
2

h2
h1

GARIS DATUM
Gambar gradien hidrolika menunjukkan besarnya energi tekanan
( diukur jarak vertikal antara garis tengah pipa dengan garis gradien hidrolika ).
Garis gradien hidrolika juga bisa disebut garis kemiringan hidrolis.
Garis energi kecepatan terlihat sejajar dengan garis gradien hidrolika,
untuk jaringan pipa lebih panjang dari 10 meter harga energi kecepatan menjadi
relatif kecil, maka akan berimpit dengan garis gradien hidrolika sehingga garis
gradien hidrolika sering dianggap menunjukkan besarnya energi total.
Contoh pembuatan garis gradien hidrolika.
Air mengalir dari bak penangkap sumber air yang terletak di bukit
dengan ketinggian 100 meter dari atas permukaan laut, melalui pipa transmisi
 200 mm ( PVC ) tepat pada ketinggian 50 meter diatas permukaan laut.
a. Besarnya pressure head di titik perbatasan kota bila
- Tidak ada aliran
- Ada aliran 30 lt/dt
b. Gambarkan gradien hidrolikanya.

100 m' A Tidak ada aliran

Alira
n 30
lt/d
- Bila tidak ada aliran ( ditutup di titik B )
-
VA² PA VB² PB L . V²
+ + hA = + + hB + f
2 . g W 2 . g W D.2.g
PB
0 + 0 + 100 = 0 + + 50 + 0
W
PB
= 100 - 50
W
= 50 m’

- Bila ada aliran Q = 30 lt/dt


Q
V =
A
0,03
=
¼  . ( 0,2 )²

= 1 m/dt

VA² PA VB² PB L . V²
+ + hA = + + hB + f
2 . g W 2 . g W D.2.g
( 1 )² PB 0,03 x 5.000 x ( 1

0 + 0 + 100 + + + 50 +
2 . 10 W 0,2 x 2 x 10
PB
= 9,95 m’
W

- Garis gradien hidrolika dapat digambar dengan menggunakan skala,


sebagaimana skala beda tinggi ( lihat gambar ).

Dengan menggambar garis gradien hidrolika kita dapat


mengidentifikasi masalah-masalah tekanan pada jaringan di sepanjang pipa,
sehingga akan diketahui :
- Tekanan terlalu rendah
- Tekanan terlalu tinggi
Dengan dasar teori hidrolika yang telah dibahas dimuka kita dapat
menanggulangi masalah-masalah tekanan tersebut yaitu :
1. Bila tekanan terlalu rendah bisa ditanggulangi dengan cara-cara antara lain :
a. Debit diperkecil
b. Pipa diperbesar
c. Menggunakan pompa air
d. Dan lain-lain
2. Bila tekanan terlalu tinggi bisa ditanggulangi dengan cara-cara antara lain :

a. Dibit diperbesar
b. Pipa diperkecil
c. Menggunakan bak pelepas tekanan ( BPT )
d. Dan lain-lain

VIII. HIDROLIKA SIPHON


Yang dimaksud dengan Siphon adalah saluran pipa yang melengkung ke
atas, dimana titik tertinggi dari pipa lengkung tersebut lebih tinggi dari
permukaan air yang dialirkan pada pipa tersebut.
Akan lebih jelas bila kita amati pada kejadian sehari-hari misalnya ada
orang yang memindahkan minyak tanah dari drum ke cerigen dengan
menggunakan pipa plastik ( slang ), ini adalah hidrolika siphon ( lihat gambar ).
Pada contoh di atas minyak tanah dapat mengalir ke dalam pipa plastik
apabila :
1. Udara di dalam pipa plastik ( slang ) dihisap.
2. Letak / posisi ujung slang lebih rendah dari permukaan minyak tanah
dalam drum.
Cara-cara tersebut sebenarnya juga hasil dari teori hidrolika untuk
dijelaskan sebagai berikut :

SIPHON

1 m'

2 m'

Kita gunakan persamaan Bernoulli, hukum kontinuitas karena pipa yang


dipergunakan tidak terlalu panjang maka kerugian tekanan dapat diabaikan.
VA² PA V B² PB V C² PC
+ + hA = + + hB + +
hC
2 . g W 2 . g W 2 . g W
V B² PB V C²
0 + 0 + 2 = + + 3 = + 0 + 0
2 . g W 2 . g
VC²
= 2 VB = VC ( satu ukuran pipa )
2. g

VC²
= 2
2 . g
PB
= 2 - 2 - 3
W
= - 3 m’

Dengan demikian tekanan pada titik B adalah negatif oleh karena agar air
dapat mengalir pada pipa, maka saat pertama kita harus mengeluarkan udara dari
pipa sehingga tekanannya menjadi ( negatif ) dan posisi titik C harus lebih
rendah dari permukaan air yang akan dialirkan.

CONTOH SOAL :

Kaptering

L1
Ø
20
0
m
m

10 m'
5.

L2
00
0
m


Ø
20
0
m
m

Reservoar

Diketahui :
- Panjang pipa semula : L = 5.000 m’
- Diameter pipa semula : D1 = 200 mm
- Debit air semula : Q1 = 22 lt/dt
- Diameter pipa tambahan : D2 = 200 mm
- Debit air yang diinginkan : Q2 = 30 lt/dt
- Jenis pipa tambahan dan pipa semula sama

Ditanya : Berapa panjang pipa tambahan yang dipasang paralel seperti


gambar ?

Jawab :
- Kondisi semula :
Q1
V1 =
¼  . ( D1 )²
0,022
V1 =
¼  . ( 0,2 )²
= 0,70 m/dt

Koefisien gesekan pipa Darcy


L . V 1²
f =
D1 . 2 . g
5.000 x ( 0,70 )²
=
0,2 x 2 x 10
= 0,02

- Koefisien gesekan pipa Darcy :


L1 . V1²
H =
D1 . 2 . g
0,3 2

0,02 . L1
0,0314
=
0,2 x 2 x 10
= 0,0046 L1
L2 . V2²
H =
D1 . 2 . g
0,015 2

0,02 . L2
0,0314
=
0,2 x 2 x 10
= 0,0012 L2

 H1 +  H2 = 10
0,0046 L1 + 0,0012 L2 = 10
23 - 0,0046 L2 + 0,0012 L2 = 10
23 - 10
L2 =
0,0034
= 3.823 m’
Jadi panjang pipa tambahan = 3.823 meter

LATIHAN SOAL :
Untuk melayani kebutuhan air bersih penduduk di daerah B yang terletak 20 meter
lebih rendah dari reservoar A, digunakan bak penampung air. Pengaliran air dari
reservoar ke bak penampungan tersebut menggunakan pipa berdiameter 200 mm
sepanjang 6.000 meter yang mampu mengalirkan air sebanyak 30 lt/dt.

Mengingat perkembangan penduduk di daerah C, maka kemudian direncanakan


layanan air bersih di daerah C dengan menggunakan bak penampungan seperti yang
digunakan di daerah B.

Air yang akan dialirkan ke bak penampungan B, dengan menggunakan pipa


berdiameter 150 mm sepanjang 1.000 meter yang mempunyai koefisien gesekan
Darcy = 0,004.
Kalau lokasi C tersebut terletak 10 meter lebih rendah dari daerah B ditanyakan
berapa besar aliran air ke B dan C

Ø
20
0m
m

20 m'
=6
.00
0m
'

4.0
00
m'
B
2.000 m'

10 m'
m
0m

C
15

'
m
Ø

00
1.0

Anda mungkin juga menyukai