A. FISIKA PENYELAMAN
Ada beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
penyelam, yaitu tekanan air, gaya apung, temperatur air,
viskositas air, sifat gelombang suara, pancaran cahaya, pengaruh
visual dan isyarat proprioseptif.
Tekanan
Tekanan adalah faktor lingkungan yang paling penting yang
mempengaruhi penyelam. Tekanan akan naik berbanding lurus
dengan kedalaman penyelaman. Tekanan didefinisikan sebagai
gaya per satuan luas, misalnya Newton per meter persegi.
Pengukuran satuan tekanan ada bermacam-macam, dengan
komponen-komponen dari gaya dan bidang yang tidak selalu
mudah nampak. Satuan-satuan yang paling umum dipakai dalam
penyelaman adalah :
1. Atmosfer (atm)
2. Pounds per square inch (psi)
3. Kilogram per centimeter persegi (kg/cm2)
4. Milimeter air raksa (mmHg)
5. Torr
6. Centimeter air (cm H2O)
7. Feet of sea water (fsw)
8. Meters of sea water (msw)
9. Bars
10. Newton per meter persegi (Pascal)
12
= 33.07 fsw (Berat Jenis 1.025 g/cm3)
= 33.93 ffw (Berat Jenis 1.0 g/cm3)
= 10.08 msw (Berat Jenis 1.025 g/cm3)
= 1.013 Bars
= 101.33 Kilo Pascals (K Pa)
13
10 meter 1000 cm
PW 0.001025 X 1000 cm
1.025 kg / cm 2
14
Tekanan absolut (PB) adalah jumlah dari tekanan air dan
tekanan atmosfer, persamaannya :
PB PW PA ……..……....…....…………………………...(6)
15
tekanan gas di ujung tabung di permukaan adalah sama dengan
tekanan pada ujung yang lain pada penyelam. Berat gas yang
mengisi dalam pneumofathometer itu sendiri harus dikurangi
tekanan yang ditunjukkan oleh alat pengukur di permukaan. Oleh
karena itu harus digunakan koreksi pada tabel 2.
Tabel 2.2. Koreksi Gas Pneumofathometer
Kedalaman Aktual
Pembacaan
Pneumofathometer
Pneumofathometer (fsw) Diisi udara Diisi Heliox
100 100.5 100
200 202 201
300 304 301
400 407 402
500 510 503
600 615 604
16
Contoh : Seorang menyelam dalam danau air tawar (BJ = SG =
1.0 g/cm3) memakai suatu pengukur (gauge) yang
dikalibrasi dengan air laut. Pada gauge menunjukkan
kedalaman 200 fsw. Berapa kedalaman aktual penyelam
tersebut ?
17
N = jumlah mol gas
R = konstanta gas universal (0.082 ATA. liter / mol. o K)
T = temperatur absolut (oK)
o
K = 273 + o C …………………....……......…….(11)
18
Contoh : Suatu tempat yang fleksibel berisi 2 liter udara pada
tekanan 1 ATA dan temperatur 7 oF dibawa ke 4 ATA dan
temperatur 40 oF. Tidak ada kebocoran dalam perjalanan.
Jawab : Untuk mendapatkan volume gas dalam kondisi
baru, persamaan (14) digunakan untuk mendapatkan V2.
Perlu dicatat bahwa 460 ditambahkan pada temperatur
Fahrenheit untuk merubahnya menjadi nilai absolut (oK)
P1 T2
V2 V1. .
P2 T1
1 460 40
V2 2. .
4 460 72
V2 2 x 0,25 x 0,94 0.47 liter
19
2. Hukum Charles
Hukum Charles menyatakan bahwa bila volume gas
dipertahankan tetap, tekanan gas berhubungan langsung
dengan temperaturnya.
273 27
Jawab : P2 2500.
273 50
P2 2322 psig
20
Contoh : Seorang penyelam pada kedalaman 66 fsw mempunyai
volume pernafasan semenit 40 l/min BTPS. Berapa
volume semenitnya pada keadaan standar ?
a b
GAS L .atm
2 L
mol
mol 2
Oksigen 1.360 0.03183
Nitrogen 1.390 0.03219
Argon 1.345 0.03913
Helium 0.034 0.02370
b. Penggantian :
(100)(0,82)( 273) (100) 2 (0,03412)
P
14 (100)(0,0237) (14) 2
2238,6 341,2
P
11,63 196
P 192,48 1,74 190,7 ATA
Hasil ini menunjukkan bahwa Helium kurang bisa dimanfaatkan
daripada gas ideal.
22
Hukum Dalton
Dalton (1766-1844) dalam percobaan yang dilakukannya
menyatakan bahwa tekanan campuran (total pressure) 2 gas atau
lebih yang berada dalam suatu ruang sama dengan jumlah
tekanan gas (partial pressure) masing-masing yang ada dalam
ruang tersebut.
Ptotal Ppar1 Ppar2 .... …….. + Pparx ........................
(22)
P1V1 P2V2 PV
Ptotal .......... ..... n n
V1 V2 Vn
PV PV PV
Ptotal x Vtotal 1 1 2 2 ............... n n x Vtotal
V1 V2 Vn
23
Gaya yang membuat benda mengapung disebut sebagai gaya
apung. Archimedes menetapkan bahwa berat benda adalah
sesuai dengan berat cairan yang dipindahkan oleh benda
tersebut. Hal ini dikenal sebagai Hukum Archimedes.
Gaya apung cairan tergantung kepada densitasnya (berat per
satuan volume). Air garam dengan densitas 64 pon per kaki kubik
(1.025 g/cm3) mempunyai gaya apung sedikit lebih besar daripada
air biasa yang mempunyai densitas 62.4 pon per kaki kubik (1.0
g/cm3). Maka benda-benda lebih mengapung di laut daripada di
danau. Kecenderungan suatu benda untuk mengapung atau tidak
di dalam air ditentukan oleh berat jenisnya.
Tubuh manusia mempunyai berat jenis mendekati 1.0 g/cm 3,
tetapi bervariasi sedikit antara satu orang dengan orang lainnya.
Rata-rata orang kurus atau orang yang tidak berlemak akan
mengalami sedikit kesukaran dalam mengapung. Gaya apung
alamiah sembarang perenang dapat ditambah untuk sementara
dengan mengambil nafas dalam. Dengan menggembungkan
rongga dada berarti memindahkan air lebih banyak sehingga
menambah gaya apung.
Ada 3 istilah yang sering dipakai dalam penyelaman untuk
menggambarkan perbedaan tingkat gaya apung.
1. Gaya apung positif menunjukkan cenderung mengapung
2. Gaya apung negatif menunjukkan cenderung tenggelam
3. Gaya apung netral yang mencerminkan suatu kondisi
seimbang dimana suatu benda tidak cenderung naik maupun
tenggelam tetapi tetap menggantung pada kedalaman
tertentu.
Temperatur Air
Konduktivitas panas di dalam air adalah 25 kali lebih besar
daripada di udara. Oleh karena itu penyelam akan kehilangan
panas lebih cepat, kecuali tubuhnya memakai pelindung atau
airnya hangat.
Viskositas Air
Viskositas air yang tinggi dibandingkan udara menambah
beban energi yang menyolok sekali pada setiap gerakan fisik.
24
Sifat Gelombang Suara
Dengan bermacam-macam cara gelombang suara dalam air
akan mempengaruhi penyelam. Kecepatan suara yang lebih besar
di air dibandingkan dengan di udara (4700 kaki/menit dibanding
1090 kaki/menit) berarti bahwa 3 dimensi pendengaran hampir
hilang. Tanpa tanda sensorik ini penyelam bisa kehilangan arah.
Sebagai akibat tekanan air terhadap membrana timpani
menyebabkan membrana timpani tersebut kehilangan elastisitas
dan kemampuan fungsinya sehingga konduksi suara berkurang.
Nilai ambang pendengaran naik mendekati 40-75 dB di dalam air.
Di dalam air konduksi tulang merupakan hantaran utama untuk
pendengaran.
25
pendengaran dan proprioseptif. Sedangkan di dalam air,
penyelam harus berorientasi dengan isyarat dari 3 indera ini yang
sudah sangat berkurang dan bahkan sering tidak ada.
B. FISIOLOGI PENYELAMAN
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi dan
proses-proses vital dari mahluk hidup. Penting bagi para
penyelam untuk mengetahui tentang tubuhnya dan proses-proses
vital yang terjadi pada tubuh di lingkungan bawah air untuk
menghindari akibat-akibat yang tidak dikehendaki dari pengaruh
lingkungan tersebut.
Sistem sirkulasi dan pernafasan mendapat perhatian khusus
karena secara langsung berhubungan dengan penyelaman, tetapi
tidak berarti sistem-sistem yang lain kurang penting.
Sistem Sirkulasi
Darah mengalir melalui sistem pembuluh darah, mulai dari
jantung ke aorta dan sistem arteri yang terus terbagi-bagi menjadi
arteriol. Arteriol terbagi lagi menjadi kapiler yaitu pembuluh darah
yang terkecil dan terbanyak. Kapiler merupakan pembuluh darah
keluar terakhir dan selanjutnya masuk ke dalam aliran darah balik
ke jantung yang merupakan suatu sistem vena. Vena yang terkecil
disebut venule dan yang terbesar adalah vena cava.
1. Jantung
Jantung sebenarnya adalah 2 pompa yang dipisahkan oleh
dinding pemisah. Pompa yang sebelah kanan menerima darah
dari vena cava dan dipompa ke paru kemudian ke jantung kiri.
Dari jantung kiri darah dipompa ke seluruh tubuh dan akhirnya
kembali ke jantung kanan. Besar jantung rata-rata adalah
sebesar kepalan tinju. Masing-masing pompa mempunyai 2
ruang, yaitu ruang atas disebut atrium dan ruang bawah
disebut ventrikel yang mempunyai otot-otot yang lebih tebal.
Kedua ventrikel kontraksi bersamaan untuk mengalirkan darah
melalui sistem sirkulasi. Di antara kedua ruang jantung ada
klep khusus yang mencegah aliran darah kembali dari
ventrikel ke atrium.
26
2. Darah
Ada 4 macam komponen utama dari darah :
a. Cairan plasma meliputi 50% dari volume darah
b. Sel-sel darah merah (eritrosit) 45%
c. Sel-sel darah putih (lekosit) 5%
d. Platelet (trombosit)
Plasma adalah suatu cairan yang berwarna kekuning-
kuningan, 92% terdiri dari air, yang membawa eritrosit, lekosit,
bahan-bahan nutrisi, bermacam-macam bahan kimia, protein
khusus dan hormon-hormon serta sejumlah gas yang larut.
Ada 25 milyar eritrosit dalam darah yang membawa
oksigen ke sel-sel tubuh dan mengambil karbondioksida untuk
diekskresi. Ada oksigen yang larut dalam plasma tetapi
jumlahnya terlalu kecil sehingga tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh.
Jantung memompa lebih dari 7200 liter darah setiap
harinya. Detak jantung waktu istirahat 60-70 kali/menit dan
dapat meningkat mencapai 150 kali/menit, dengan curah
jantung 35 liter/menit. Detak jantung dikendalikan oleh nodus
sinoatrikuler, yang secara teratur mengirim rangsangan listrik
yang menyebabkan otot jantung berkontraksi.
Tekanan Darah
Tekanan darah orang muda waktu istirahat kira-kira 120/80
mmHg yang akan meningkat waktu latihan atau dalam keadaan
tegang dan turun segera ke normal setelah keadaan tenang dan
istirahat.
Bila seseorang berlari, otot-otot di kakinya akan bekerja lebih
keras daripada bagian lain dari tubuhnya dan memerlukan darah
lebih banyak. Dengan mekanisme tertentu dari sistem sirkulasi
akan mengatur agar otot-otot yang bekerja ini mendapat pasokan
darah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Kapiler-kapiler dan
beberapa pembuluh darah mempunyai kemampuan untuk dilatasi,
yaitu menambah diameternya sehingga dapat memberi pasokan
darah yang lebih banyak kepada otot-otot yang sedang bekerja.
Mekanisme lain yang berperan pada kasus syok (renjatan),
adalah penurunan aliran darah ke organ-organ tertentu untuk
melindungi otak dan jantung agar masih cukup mendapat pasokan
27
darah. Sekresi adrenalin dari kelenjar suprarenalis meningkatkan
detak jantung dan melebarkan pembuluh darah pada otot-otot.
Respirasi
Fungsi respirasi paru melalui 2 proses, yaitu :
1. Respirasi eksterna
Absorbsi O2 dan pengeluaran CO2 dari tubuh.
2. Respirasi interna
Pertukaran gas antara sel-sel dengan cairan mediumnya.
Mekanisme pernafasan :
Inspirasi adalah proses aktif, kontraksi otot pernafasan
meningkatkan volume rongga dada. Pada pernafasan tenang,
tekanan intra pleural kira-kira 2,5 mmHg (relatif positif terhadap
atmosfer) pada saat permul0aan bernafas, kemudian menurun
sampai 6 mmHg dan paru mengembang. Tekanan saluran udara
menjadi sedikit negatif, maka udara mengalir ke paru. Sedangkan
ekspirasi pada pernafasan tenang adalah proses pasif, tidak ada
otot-otot yang berkontraksi.
28
Volume paru :
1. Volume tidal
Volume udara yang masuk atau keluar paru tiap pernafasan.
2. Volume cadangan inspirasi
Volume udara yang dapat dihirup pada inspirasi maksimal.
29
Komposisi
udara alveoler
waktu inspirasi
dan ekspirasi
dapat dilihat
pada gambar di
samping (dari
Lanbersen CJ,
In : Medical
Physiology 13th
ed.
Newstcastle
VB. editor
Mosby, 1974).
Keterangan gambar :
- Tekanan parsial dari gas-gas (mmHg).
- Nilai-nilai (sedikit diubah)
Regulasi respirasi :
Ada 2 cara saraf mengatur pernafasan, yaitu :
1. Untuk kontrol pernafasan volunter terletak di kortek serebri
2. Untuk kontrol pernafasan otomatis terletak di pons dan
medulla (pusat pernafasan).
Pengaturan oleh pusat pernafasan :
30
Kenaikan PCO2 atau konsentrasi H+ pada darah arterial atau
penurunan PO2 akan meningkatkan aktivitas pusat pernafasan,
sedangkan sebaliknya mempunyai pengaruh menghambat sedikit.
Kemoreseptor pernafasan bertindak sebagai mediator antara
sel-sel reseptor di medulla dan carotid body di aorta yang sensitif
terhadap perubahan kimiawi darah serta akan merangsang pusat
pernafasan. Rangsangan yang mempengaruhi pusat pernafasan :
1. Kontrol kimia :
a. CO2 melalui konsentrasi H+ cairan serebro spinalis
b. O2 dan H+ melalui carotid body dan aortic body
2. Kontrol non kimia :
a. Aferen dari prognoseptor
b. Aferen untuk bersin, batuk, menelan dan menguap
c. Aferen vagus dari inflation dan deflation receptor
d. Aferen dari baroseptor, yaitu arteri, atrium, ventrikel dan
pulmoner
Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen pada tingkat jaringan.
Terminologi ini lebih baik dari pada anoksia yang berarti tidak ada
sama sekali oksigen di jaringan. Hipoksia dibagi meniadi 4 jenis :
1. Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik)
Tekanan parsial O2 (PO2) darah arteri menurun.
2. Hipoksia anemik
PO2 arterial normal tetapi jumlah hemoglobin berkurang.
3. Hipoksia iskemik atau stagnan
Aliran darah ke jaringan sedemikian rendahnya sehingga O2
yang dibawa tidak mencukupi meskipun PO2 dan konsentrasi
Hb normal.
4. Hipoksia histotoksik
Jumlah O2 yang dibawa ke jaringan cukup tetapi oleh karena
akibat bahan toksik, sel-sel tidak dapat menggunakan O2 yang
diberikan.
Untuk menyelam, tekanan parsial oksigen pada campuran
udara pernafasan harus tetap di atas 0.16 atmosfer untuk
mencegah kemungkinan terjadinya hipoksia. Kemungkinan gejala-
31
gejala yang timbul akibat tekanan parsial oksigen yang rendah
adalah sebagai berikut :
32
Kekurangan oksigen dalam hemoglobin akan menimbulkan
tanda hipoksia berupa warna kebiru-biruan (sianosis) pada bibir,
kuku dan kulit. Tetapi hal ini sering kurang diperhatikan oleh
penyelam.
Konsumsi Oksigen
Konsentrasi oksigen dan karbondioksida di darah arterial
relatif konstan, baik seseorang sedang istirahat atau bekerja dan
terutama ditentukan oleh tekanan parsial gas-gas di alveoli.
Apabila seseorang yang sedang bekerja memerlukan oksigen
yang lebih banyak, tambahan ini diperoleh dengan meningkatkan
curah jantung.
Pengukuran yang tepat untuk tingkat beratnya pekerjaan
adalah dengan mengukur banyaknya konsumsi oksigen per menit.
Kebutuhan ini berkisar antara 0.25 liter/menit untuk seseorang
yang istirahat, sampai lebih dari 3 liter/menit untuk yang bekerja
berat. Atlet yang terlatih atau seorang laki-laki yang dalam kondisi
prima dapat menggunakan oksigen lebih dari 4 liter/menit.
Jumlah molekul oksigen yang secara nyata dikonsumsi oleh
tubuh pada suatu periode waktu tidak dipengaruhi oleh
kedalaman, meskipun volume gas akan berubah sesuai dengan
kedalaman (sesuai dengan hukum Boyle). Seseorang yang
bekerja giat cukup mengkonsumsi oksigen 2 liter/menit di
permukaan dan akan mengkonsumsi hanya 1 liter/menit pada
kedalaman 33 feet (10 meter) tetapi jumlah molekul oksigen tetap
sama. Untuk membuat perbandingan konsumsi oksigen yang
akurat, maka volumenya harus dinyatakan dalam kondisi standar.
Kondisi standar 0 0C, 760 mmHg dan gas kering dinyatakan
dengan singkatan STPD (Standard Temperature and Pressure,
Dry). Oleh karena pengukuran nyata yang dilakukan sering dari
udara ekspirasi pada temperatur badan dan dalam keadaan
saturasi, hasil pengukurannya disebut dengan singkatan BTPS
(Body Temperature, Atmospheric Pressure, Saturated Gas).
33
Produksi CO2 mengikuti konsumsi oksigen, seseorang yang
mengkonsumsi 1 liter oksigen akan memproduksi 1 liter
karbondioksida. Hubungan antara jumlah CO2 yang dihasilkan
dengan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat dinyatakan
sebagai respiratory quotient.
CO2 yang dihasilkan
Respiratory quotient =
O2 yang dikonsumsi
Nilai ini berkisar antara 0.7-1.0 tergantung pada diet dan beratnya
pekerjaan. Nilai rata-rata untuk penyelam yang bekerja adalah
kira-kira 0.85, berarti tiap 1 liter oksigen yang dikonsumsi akan
dihasilkan 0.85 liter CO2.
Pada operasi penyelaman, kelebihan karbondioksida di
jaringan (hiperkapnia) biasanya karena peningkatan
karbondioksida dalam pasokan udara pernafasan atau di tubuh
sebagai akibat :
1. Ventilasi yang kurang
2. Pembuangan CO2 yang tidak sempurna dari alat selam scuba
sistem tertutup atau setengah tertutup
3. Produksi CO2 yang bertambah selama bekerja atau karena
stres
4. Campuran gas pernafasan tercemar CO2
Telah ditemukan juga pada penyelaman bahwa konsentrasi
CO2 dalam tubuh merangsang kenaikan pernafasan lebih tinggi
daripada normal. Kenaikan kadar CO2 sampai 3 kali lipat
menambah bahaya hiperkapnia dan paling sering terjadi pada
situasi :
1. Menyelam menggunakan udara sebagai gas pernafasan
2. Bekerja keras selama menyelam dengan menggunakan udara
sebagai udara pernafasan
3. Tahanan untuk bernafas terlalu besar atau pekerjaan
pernafasan terlalu berat
4. Kurangnya rangsangan untuk bernafas oleh CO2 pada
penyelam dibandingkan bukan penyelam
Sumber hiperkapnia paling sering adalah proses metabolisme
penyelam sendiri dan penyebab paling umum adalah kegagalan
untuk memventilasikan alat selam. Kadang-kadang cara bernafas
penyelam yang tidak benar meracuni dirinya sendiri karena
34
ventilasi paru menjadi kurang. Ini dapat terjadi bila penyelam
mencoba menghemat udara pernafasan dengan cara mengurangi
kecepatan pernafasannya di bawah batas yang aman.
Karbondioksida yang berlebih mempunyai pengaruh kimia
yang berbeda terhadap otak dibandingkan dengan hipoksia tetapi
akibatnya dapat menunjukkan tanda-tanda yang serupa seperti :
1. Bingung
2. Tidak dapat berpikir dengan jelas
3. Hilang kesadaran
4. Kejang-kejang umum, yang dapat dikacaukan dengan
keracunan oksigen
Kerusakan akibat hipoksia tidak seserius dan selama seperti
pada keracunan karbondioksida. Penyelam yang hilang
kesadaran oleh karena kelebihan karbondioksida saja biasanya
dapat pulih kembali dengan ventilasi yang cukup udara segar.
Menghirup karbondioksida yang berlebihan meningkatkan
kemungkinan terjadinya penyakit dekompresi dan akan
mempercepat terjadinya keracunan oksigen.
Gejala-gejala peringatan telah terjadi hiperkapnia pada
penyelam mungkin lebih serius dibandingkan dengan gejala-
gejala hipoksia biasa. Kenaikan kadar karbondioksida di darah
merangsang pusat pernafasan untuk bernafas lebih cepat dan
dalam, serta detak jantung juga sering meningkat. Namun
demikian faktor-faktor seperti beratnya pekerjaan, kedalaman dan
komposisi udara pernafasan dapat juga menimbulkan perubahan-
perubahan pada pernafasan dan sirkulasi darah yang menutupi
perubahan-perubahan yang disebabkan oleh hiperkapnia. Oleh
karena itu penyelam harus waspada, khususnya terhadap
perubahan seperti tersebut di atas. Juga tanda perubahan
pernafasan seperti kurang enak bernafas atau nafas pendek dan
cepat harus dianggap sebagai peringatan.
35
Hipoksia dan hiperkapnia tidak selalu terjadi bersama-sama.
Namun bila hipoksia menjadi cukup berat untuk menghentikan
pernafasan, karbondioksida akan terbentuk dengan cepat dalam
tubuh yang akhirnya menghasilkan kondisi asfiksi. Terhentinya
pernafasan karena trauma atau tersumbatnya saluran pernafasan
disebut tercekik. Keadaan ini dapat disebabkan oleh :
1. Trauma rudapaksa pada trakea atau
2. Spasme laring
Lidah seseorang yang tidak sadar dapat jatuh ke belakang /
tenggorok menutup jalan nafas. Sebab-sebab lain seperti terhirup
air, air ludah atau bahan muntahan. Dapat juga saluran nafas
tertutup oleh makanan atau gigi palsu.
Korban tercekik sering berusaha sekuat tenaga untuk bernafas
bahkan meskipun dalam keadaan tidak sadar. Asfiksi dapat
menyebabkan kerusakan otak dan diikuti kematian dalam
beberapa menit apabila tidak segera diatasi.
36
Kehilangan Panas Tubuh.
Diperlukan temperatur tetap mendekati 91 oF (33 oC) bagi
manusia untuk istirahat absolut. Di air pada temparatur di bawah
72 oF (23 oC) penyelam tanpa pelindung akan terpengaruh oleh
hilangnya panas dan akan menggigil dalam waktu singkat.
Seorang penyelam dalam melakukan penyelaman dapat
mengalami hal-hal atau kejadian-kejadian seperti :
1. Hipoksia
2. Hiperkapnia
3. Asfiksia dan tercekik (strangulation)
4. Keracunan karbonmonoksida (CO)
5. Kehilangan panas tubuh
6. Penyakit yang berkaitan dengan tekanan pada waktu
menyelam (descent), yaitu :
a. Squeeze pada telinga dan sinus
b. Squeeze pada gigi
c. Squeeze pada paru
d. Squeeze muka atau tubuh
e. Terbius nitrogen (nitrogren narcosis)
f. Keracunan oksigen.
Pada waktu naik (ascent), yaitu :
a. Penyakit dekompresi
b. Emboli gas
c. Emfisema
d. Pneumothorak
e. Kram usus atau lambung
f. Resiko dari amunisi dalam air.
Kepustakaan
1. Edmonds C et al. Diving and Subaquatic Medicine. 1983. p 28-
43.
2. Ganong F. W. Respiration Review of Medical Physiology. 8th
ed. 1977. Lange Publication. p 482-521.
3. Lanphier E. H. Pulmonary Function. In : Bennett P. B & Elliot,
The Physiology and Medicine of Diving and Compressed Air
Work. 2nd ed. Balliare Tindall, London, 1980. p 102-149.
37
4. Mac Donald A. G. Hydrostatic Pressure Physiology. In :
Bennett P. B & Elliot, The Physiology and Medicine of Diving
and Compressed Air Work. 2nd ed. Balliare Tindall, London,
1980. p 69-98.
5. US Navy Diving Manual, Vol 1 : Air Diving. Rev 3, 1993. p 3.1-
3.24.
38