Anda di halaman 1dari 6

KISI-KISI UJIAN KOMPREHENSIF BIDANG PENDIDIKAN

Dosen: Syarifah Dahliana, Ph.D.

1. Prinsip-prinsip utama dari teori-teori belajar psikologi behaviour, cognitive,


humanistic dan constructivist.
Jawab:
1. Behaviorisme: Prinsip utama: Behaviorisme berfokus pada hubungan antara
stimulus dan respons yang dapat diamati secara eksternal. Perilaku dipandang
sebagai hasil dari pembelajaran yang terjadi melalui asosiasi, penguatan, dan
pengkondisian.

Contoh: Ivan Pavlov melakukan eksperimen klasik dengan anjing untuk mempelajari
respons terkait makanan. Dia mengkondisikan anjing untuk mengasosiasikan
bunyi lonceng dengan makanan sehingga anjing mulai mengeluarkan respons
(liur) hanya dengan mendengar lonceng.
Jika seorang anak mendapat pujian (penguatan positif) setelah membersihkan
kamarnya, ia akan cenderung mengulangi perilaku tersebut di masa depan.
Referensi:
 Pavlov, I. P. (1927). Conditional Reflexes: An Investigation of the
Physiological Activity of the Cerebral Cortex. Oxford University Press.
 Skinner, B. F. (1953). Science and Human Behavior. Simon & Schuster.

2. Kognitif: Prinsip utama: Teori belajar kognitif menekankan pentingnya proses


mental internal, seperti persepsi, pemahaman, dan pemrosesan informasi, dalam
pembelajaran. Individu aktif secara kognitif dalam mengasimilasi dan mengolah
informasi baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.

Contoh: Menurut teori kognitif Piaget, anak-anak mengembangkan konsep dan


pemahaman mereka melalui asimilasi dan akomodasi. Ketika anak melihat
hewan dengan ekor panjang, mereka mungkin mencoba mengasimilasikannya
sebagai kucing, tetapi ketika mereka mengetahui bahwa itu adalah rubah,
mereka harus mengakomodasi konsep mereka.
Ketika seorang siswa belajar matematika, ia menggunakan pengetahuan
sebelumnya tentang operasi penjumlahan untuk memahami konsep perkalian.
Referensi:
 Piaget, J. (1952). The Origins of Intelligence in Children. International
Universities Press.
 Ausubel, D. P. (1968). Educational Psychology: A Cognitive View. Holt,
Rinehart, and Winston.

3. Humanistik: Prinsip utama: Teori belajar humanistik menekankan pentingnya


pemenuhan kebutuhan psikologis dan pemberian arti pada pembelajaran.
Pembelajaran dianggap sebagai pencapaian diri yang positif dan membutuhkan
keterlibatan aktif individu dalam mencapai potensi penuh mereka.

Contoh: Pendekatan humanistik dikembangkan oleh Carl Rogers. Pemahaman diri,


empati, dan hubungan yang positif antara guru dan siswa dianggap penting
dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung dan memotivasi
siswa untuk tumbuh.
Ketika seorang guru membangun hubungan empati dan saling pengertian
dengan siswa, itu dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran.
Referensi:
 Rogers, C. R. (1969). Freedom to Learn: A View of What Education Might
Become. Charles E. Merrill Publishing.
 Maslow, A. H. (1970). Motivation and Personality. Harper & Row.
4. Konstruktivis: Prinsip utama: Teori belajar konstruktivis mengemukakan bahwa
pembelajaran adalah hasil dari konstruksi pengetahuan dan pemahaman baru
berdasarkan pengalaman individu. Individu aktif secara sosial dan kognitif dalam
membangun pengetahuan mereka melalui refleksi dan interaksi dengan
lingkungan.

Contoh: Lev Vygotsky adalah seorang psikolog yang berkontribusi pada teori
konstruktivis sosial. Dia mengemukakan bahwa pembelajaran terjadi melalui
interaksi sosial dengan orang lain yang lebih berpengalaman, seperti guru atau
teman sebaya. Contoh konsep Vygotsky adalah zona perkembangan aktual dan
zona perkembangan dekat.
Ketika seorang siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok tentang topik yang
sedang dipelajari, mereka membangun pengetahuan baru melalui pertukaran ide
dengan teman sebayanya.
Referensi:
 Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher
Psychological Processes. Harvard University Press.
 Bruner, J. S. (1996). The Culture of Education. Harvard University Press.

2. Hubungan antara pengajaran dengan Psikologi Pendidikan.


Hubungan antara pengajaran dan psikologi pendidikan erat karena psikologi
pendidikan merupakan studi tentang bagaimana prinsip-prinsip psikologi dapat
diterapkan dalam konteks pendidikan. Psikologi pendidikan membantu guru
memahami proses belajar dan perkembangan siswa, serta memberikan wawasan
tentang bagaimana mengajar dengan efektif berdasarkan pemahaman tersebut.
Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dan contoh penerapannya:
1. Penggunaan Metode Pembelajaran yang Efektif: Psikologi pendidikan memberikan
wawasan tentang berbagai metode pembelajaran yang efektif berdasarkan
penelitian psikologis. Misalnya, teori kognitif mengajarkan pentingnya menyajikan
informasi secara terstruktur dan mempertimbangkan pengetahuan sebelumnya
siswa untuk memfasilitasi pemahaman yang lebih baik. Guru dapat menerapkan
prinsip ini dengan menggunakan metode pengajaran yang melibatkan diskusi,
pemecahan masalah, dan pemikiran kritis.
2. Pemahaman Perbedaan Individual: Psikologi pendidikan membantu guru
memahami bahwa setiap siswa unik dan memiliki kebutuhan belajar yang berbeda.
Dengan memahami perbedaan individual, guru dapat mengadaptasi metode
pengajaran dan strategi evaluasi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing
siswa. Misalnya, penggunaan pendekatan diferensiasi mengizinkan guru untuk
menyediakan materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan minat
siswa.
3. Motivasi dan Pengelolaan Kelas: Psikologi pendidikan memberikan pemahaman
tentang faktor-faktor motivasi dan pengelolaan kelas yang efektif. Guru dapat
menerapkan teori motivasi seperti teori harapan atau teori self-determination
untuk memotivasi siswa dalam proses belajar. Selain itu, pemahaman tentang
psikologi kelompok dapat membantu guru mengelola dinamika kelas, mendorong
kerjasama, dan membangun iklim belajar yang positif.
Contoh referensi yang dapat dijadikan acuan dalam menggabungkan psikologi
pendidikan dengan pengajaran adalah:
 Woolfolk, A. (2018). Educational Psychology: Active Learning Edition. Pearson.
 Slavin, R. E. (2017). Educational Psychology: Theory and Practice. Pearson.
 Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. W.H. Freeman and
Company.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip dan pengetahuan dari psikologi pendidikan, guru
dapat menjadi lebih efektif dalam mendesain pengajaran yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, membangun motivasi yang positif, dan menciptakan lingkungan
belajar yang inklusif dan bermakna.

3. Pemahaman tentang lingkungan belajar.


Lingkungan belajar merujuk pada semua faktor dan kondisi yang mempengaruhi
proses pembelajaran dan perkembangan siswa. Ini meliputi baik elemen fisik
maupun sosial yang ada di sekitar siswa saat belajar. Pemahaman yang baik
tentang lingkungan belajar memungkinkan para pendidik untuk menciptakan
suasana yang mendukung dan mendorong pembelajaran yang efektif. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut dan contoh penerapannya:
1. Elemen Fisik Lingkungan Belajar: Elemen fisik lingkungan belajar meliputi ruang
kelas, tata letak meja dan kursi, pencahayaan, suhu, peralatan dan sumber daya
pembelajaran yang tersedia. Elemen ini dapat berpengaruh pada kenyamanan,
fokus, dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Contohnya,
pencahayaan yang baik dan suhu yang nyaman dapat menciptakan suasana yang
kondusif untuk belajar, sedangkan tata letak kelas yang terorganisir dan sumber
daya yang mudah diakses membantu siswa dalam mengakses informasi dengan
lebih baik.
2. Elemen Sosial Lingkungan Belajar: Elemen sosial lingkungan belajar melibatkan
hubungan antara siswa dan guru, serta antara siswa dengan sesama siswa. Hal ini
mencakup budaya kelas, interaksi sosial, keterlibatan siswa, dan gaya pengajaran
guru. Elemen ini dapat mempengaruhi motivasi, rasa aman, dan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran. Contohnya, suasana kelas yang inklusif dan
mendukung, serta hubungan yang baik antara siswa dan guru, dapat menciptakan
rasa kepercayaan dan dukungan yang penting untuk perkembangan siswa.
3. Elemen Psikologis Lingkungan Belajar: Elemen psikologis lingkungan belajar
melibatkan aspek-aspek psikologis siswa, seperti persepsi diri, motivasi, dan
ekspektasi. Ini mencakup kepercayaan diri siswa, harapan sukses, dan kebutuhan
psikologis yang perlu dipenuhi. Elemen ini dapat mempengaruhi tingkat partisipasi,
motivasi, dan pencapaian siswa dalam pembelajaran. Contohnya, memberikan
umpan balik yang konstruktif dan penguatan positif yang tepat dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi siswa untuk belajar.
Referensi yang dapat menjadi acuan untuk pemahaman tentang lingkungan belajar:
 Fraser, B. J., & Fisher, D. L. (1982). Predicting Students' Outcomes from Their
Perceptions of Classroom Psychosocial Environment. American Educational
Research Journal, 19(4), 498-518.
 Weinstein, C. E. (1988). The Physical Environment of the School: A Review of the
Research. Review of Educational Research, 58(1), 49-77.
 Skinner, E. A., & Belmont, M. J. (1993). Motivation in the Classroom: Reciprocal
Effects of Teacher Behavior and Student Engagement Across the School Year.
Journal of Educational Psychology, 85(4), 571-581.
Dengan memahami elemen-elemen yang membentuk lingkungan belajar, para
pendidik dapat merancang dan menciptakan lingkungan belajar yang
memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif dan mendukung perkembangan
siswa.

4. Pentingnya filsafat dalam dunia pendidikan.


Filsafat memainkan peran penting dalam dunia pendidikan dengan memberikan
landasan dan panduan untuk pemahaman, pengembangan, dan pelaksanaan
pendidikan. Melalui filsafat, pendidik dapat memahami tujuan dan nilai-nilai yang
mendasari praktik pendidikan, serta mempertimbangkan pendekatan, metode,
dan keputusan yang diambil dalam konteks pembelajaran. Berikut adalah
penjelasan lebih lanjut mengenai pentingnya filsafat dalam dunia pendidikan
beserta contoh dalam kehidupan dan referensinya:
1. Menyediakan Panduan untuk Praktik Pendidikan: Filsafat pendidikan membantu
para pendidik dalam menentukan tujuan pendidikan, nilai-nilai yang ingin
ditanamkan, dan arah pembelajaran. Hal ini memberikan pedoman dalam memilih
metode pengajaran, mengembangkan kurikulum, dan mengevaluasi keberhasilan
siswa. Misalnya, seorang pendidik yang menganut filsafat pendidikan
progresivisme akan mengutamakan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
eksplorasi aktif, dan kolaborasi, sedangkan pendidik yang mengadopsi filsafat
pendidikan essentialisme akan lebih menekankan pada penguasaan pengetahuan
dasar dan keterampilan inti.
2. Memotivasi dan Mendorong Refleksi: Filsafat pendidikan memotivasi para pendidik
untuk merenungkan tujuan dan nilai-nilai yang mereka percaya dalam pendidikan.
Ini mendorong refleksi tentang praktik dan keputusan yang diambil dalam kelas.
Sebagai contoh, seorang pendidik yang mempraktikkan filsafat pendidikan
humanistik mungkin secara rutin merefleksikan bagaimana mereka dapat
memenuhi kebutuhan psikologis dan emosional siswa, serta mempromosikan
pertumbuhan dan pengembangan mereka.
3. Mengembangkan Pendekatan Pedagogis yang Komprehensif: Filsafat pendidikan
membantu dalam mengembangkan pendekatan pedagogis yang komprehensif dan
terintegrasi. Dengan mempertimbangkan berbagai perspektif filsafat, para
pendidik dapat mengintegrasikan elemen-elemen yang relevan untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran yang holistik. Misalnya, pendekatan pendidikan holistik
mencakup aspek intelektual, emosional, fisik, dan sosial siswa dalam pengalaman
belajar mereka.
Contoh dalam kehidupan:
Seorang pendidik mengadopsi pendekatan pendidikan progresivisme yang didasarkan
pada filsafat John Dewey. Ia memandang pendidikan sebagai proses sosial yang
melibatkan eksplorasi aktif dan pengalaman nyata bagi siswa. Dalam kelas, ia
mengatur kegiatan kolaboratif yang melibatkan siswa dalam proyek berbasis
masalah yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, keterampilan sosial, dan kemampuan pemecahan masalah.
Referensi:
 Dewey, J. (1916). Democracy and Education: An Introduction to the Philosophy of
Education. Free Press.
 Noddings, N. (1992). The Challenge to Care in Schools: An Alternative Approach to
Education. Teachers College Press.
 Greene, M. (1995). Releasing the Imagination: Essays on Education, the Arts, and
Social Change. Jossey-Bass.
Filsafat pendidikan menyediakan kerangka kerja yang memperkaya pemahaman kita
tentang tujuan, nilai-nilai, dan praktik dalam dunia pendidikan. Dengan
menggunakan landasan filsafat, pendidik dapat membentuk dan mengarahkan
pendekatan mereka dalam mendidik generasi mendatang.

5. Peran guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

6. Aliran-aliran dalam filsafat pendidikan.

7. Multiple Intelligence.

8. Perbedaan antara pendidikan dan pengajaran.

9. Komponen-komponen pengajaran.

10. Aspek-aspek perkembangan pada manusia.


11. Sumber-sumber pendidikan.

12. Aliran-aliran dalam pendidikan.

13. Kemampuan profesional guru.

14. Taxonomi Bloom.

15. Ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan.

Note:
Lima dari butir-butir topik di atas akan menjadi pertanyaan pada saat ujian comprehensive
dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai