Tugas 2 Peparasi Batubara
Tugas 2 Peparasi Batubara
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji hanya bagi-Nya. Semoga sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya, dan juga kepada para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Puji syukur Alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan inayah-Nya. Sehingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Makalah ilmiah ini telah Penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, terutama untuk Ibu Ir. Sitti Rahmi
Nurhawaisyah, S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Preparasi dan
Pencucian Batubara.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dari penulisan makalah
ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik
dari pembaca yang sifatnya membangun.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah yang berjudul Analisis Proksimat
Batubara dan Cara Penentuan Nilai Total Sulfur Batubara ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca khususnya bagi penulis sendiri.
Makassar, 10
Maret 2023
Catur Rahmad S
DAFTAR ISI
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil yang berasal dari batuan sedimen
yang dapat terbakar dan terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur- unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Salah satu parameter utama yang menentukan suatu kegiatan pengolahan dan
pemanfaatan bahan galian batubara adalah kualitas batubara. Di daerah penelitian
terdapat singkapan batubara yang perlu dilakukan analisis proksimat, sulfur dan nilai
kalor untuk menentukan kualitas batubara menurut Classification of in Seam Coal
(UN-ECE 1998) dan Polish Geological Institute (PGI).
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan oleh maseral dan
mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya untuk
menentukan kualitas batubara dilakukan analisis kimia pada batubara yang
diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat.
Analisis proksimat bertujuan untuk mengkuantifikasi nilai moisture atau air
yang dikandung batubara, baik air permukaan (free moisture) maupun air bawaan
(inherent moisture), kemudian mengkuantifikasi kandungan abu (ash), zat terbang
(volatile matter s) dan karbon tertambat (fixed carbon) (Mustasim Billah, 2010).
Rumusan masalah yang dibahas dari makalah ini, yaitu untuk mengetahui
analisis proksimat batubara dan metode yang digunakan, serta mengetahui cara
menentukan nilai total sulfur pada batubara.
Secara garis besar, metode analisis dan pengujian batubara dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
2.2.1 Analisis Proksimat (Analisis Pendekatan)
1. Moisture ini mencakup pula nilai:
a. Free Moisture
b. Inherent Moisture
c. Total Moisture
Untuk Menghitung total moisture dengan menggunakan rumus:
TM = FM + IM
Keterangan:
• TM = Total Moisture
• FM = Free Moisture
• IM = Inherent Moisture
2. Zat Terbang (Volatile Matter)
Zat terbang (volatile matter) merupakan nilai yang menunjukkan persentasi
jumlah zat-zat terbang yang terkandung di dalam batubara. Menghitung nilai
volatile matter menggunakan rumus:
%VM = (% yang terbakar + % yang menguap) - % M
Keterangan:
• VM = Volatile Matter
• M = Moisture
3. Kadar Abu
Menghitung presentasi kadar abu dengan menggunakan rumus:
!"#!$
% Abu = !%#!& X 100%
4. Karbon Tetap (Fixed Carbon)
Fixed carbon merupakan karbon yang tertinggal sesudah pendeterminasian zat
terbang. Nilai fixed carbon didapat dengan rumus:
FC = 100% - M -% A – VM
Keterangan:
FC = Fix Carbon %
M = Moisture %
A = Ash %
VM = Volatile Matter %
2.2.2 Analisis Ultimat (Analisis Elementer)
Analisis Ultimat dilakukan untuk menentukan kadar karbon (C), hydrogen (H),
oksigen (O), nitrogen (N) dan sulfur (S) dalam batubara.
2.3 Definisi dan Cara Penentuan Sulfur Batubara
Dalam menentukan nilai kalor batubara, sulfur merupakan salah satu parameter
yang penting untuk dianalisis. Selain itu, analisis sulfur perlu dilakukan karena sulfur
sangat memberikan dampak terhadap lingkungan dalam bentuk emisi SO2, sehingga
perlu dipastikan jumlanya di bawah ambang batas yang ditetapkan (Mustasim Billah,
2010).
Total sulfur pada batubara adalah jumlah kandungan sulfur yang terdapat
dalam abu batubara (disebut pula noncombustiblesulfur) dengan combustiblesulfur.
Atau definisi lainnya menyebutkan, total sulfur adalah jumlah inorganic sulfur dengan
organic sulfur.
Total Sulfur (TS) = combustiblesulfur + noncombustiblesulfur.
Combustiblesulfur didapat dari pengurangan total sulfur dengan noncombustiblesulfur
yang terdapat dalam abu batubara. Berdasarkan definisi ISO, sulfur yang terdapat di
dalam batubara untuk keperluan analisis ada 3, yaitu sulfate sulfur, pyritic sulfur dan
organic sulfur.
Sulfate sulfur adalah sulfur yang terdapat dalam batubara, berbentuk sebagai
sulfat. Pyritic sulfur sulfur yang terdapat dalam batubara, berbentuk sebagai pyritic
atau marcasite. Organic sulfur adalah sulfur yang berikatan dengan material batubara,
nilainya didapat dari pengurangan total sulfur dengan jumlah sulfate sulfur dan pyritic
sulfur.
Batubara tidak akan terhindar dari kandungan sulfur, baik sulfur anorganik
(yang berasal darisenyawa anorganik dalam bentuk mineral pirit dan markasit),
maupun sulfur organik (yang terbentuk sebagai hasil kegiatan bakteri). Apabila
batubara masih ada di daerah penambangan, keberadaan sulfur akan mengakibatkan
terjadinya air asam tambang. Unsur sulfur umumnya dapat dijumpai di dalam batubara
dan jumlahnya dapat bervariasi mulai sangat kecil sampai 4%, kadang lebih tinggi.
Sulfur di dalam batubara terdapat tiga bentuk utama, yaitu:
1. Sulfur piritik (FeS2), jumlahnya sekitar 20-30% dari sulfur toal dan terisolasi
dalam abu,terjadi baik sebagai makrodeposit (lensa veins, joints, balls, dsb)
dan microdeposit (partikel-partikel halus yang terdisseminasi). Sulfur piritik
umumnya dapat dihilingkan dengan operasi pencucian, sementara sulfur
organic dan sulfur sulfat sulit dihilangkan.
2. Sulfur organic, jumlahnya sekitar 30-80% dari sulfur total dan secara kimia
terikat di dalam batubara, biasanya berasosiasi dengan sulfat selama proses
pembatubaraan.
3. Sulfur sulfat, kebanyakan sebagai kalsium sulfat, natrium sulfat, dan besi
sulfat, jumlahnya sangat kecil kecuali pada batubara yang telah terekspos dan
telah teroksidasi (Arif Irwandy, 2014).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Arif Irwandy, (2014). Batubara Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Muchjidin. (2006). Pengendalian Mutu Dalam Industri Batubara. Institut Teknologi
Bandung, ISBN 979-3507-756.
Mustasim Billah. (2010). Peningkatan Nilai Kalori Batubara Peringkat Rendah
Dengan Menggunakan Minyak Tanah Dan Minyak Residu. Universitas
Pembangunan Nasional. Press. Jawa Timur.
Sepfitrah. (2016). Analisis Proximate Hasil Tambang di Riau (Studi Kasus Logas),
Selensen dan Pangkalan Lesung). Jurnal Sainstek STT Pekanbaru, 4(1), 18–
26.
Sukandarrumidi. (2006). Batubara Dan Pemanfaatannya, (Pengantar Teknologi
Batubara Menuju Lingkungan Bersih), Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.