Ma 6 PTT
Ma 6 PTT
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini yaitu mengetahui pembuatan mine hauling road
design menggunakan Surpac 6.6.2.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara membuat jalan dan
badan jalan serta mengetahui cara menghitung cut and full.
1.3.1 Alat
1. Laptop
2. Mouse
3. Terminal Colokan
4. Software Surpac 6.6.2
1.3.2 Bahan
1. Alat Tulis Menulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tambang. Perancangan desain pit dilakukan pada saat setelah tahap eksplorasi dan studi
konseptual. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tambang adalah
penentuan batas awal dan batas akhir penambangan (pit limit/boundary pit), bentuk
desain pit tambang, penjadwalan produksi, sequence penambangan serta arah
kemajuan penambangan (Rasid dkk, 2019).
Optimasi pit adalah usaha untuk menentukan batas tambang terbaik (ultimate
pit limit) dan menentukan cadangan optimum yang memberikan pofit margin terbaik.
Metode yang sering diterapkan dalam optimasi pit adalah metode Learch Grossman,
kerucut mengambang (floating/moving cone) dan metode penambahan ekspansi pit
(incremental pit expansion), Metode Learch-Grossman dan kerucut mengambang
(floating/moving cone) lebih sering diterapkan pada tambang bijih. Konsep dari
incremental pit expansion adalah dengan menerapkan metode trial and error (Rifandy
dkk, 2018).
2.3 Endapan Nikel Laterit
Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan
batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil dari
bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah, yang dikemukakan oleh M. F.
Buchanan (1807), yang digunakan sebagai bahan bangunan di Mysore, Canara dan
Malabr yang merupakan wilayah India bagian selatan. Material tersebut sangat rapuh
dan mudah dipotong, tetapi apabila terlalu lama terekspos, maka akan cepat sekali
mengeras dan sangat kuat.
Endapan Nikel Laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultrabasa
pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai
dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan
yang intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia bagian timur memiliki endapan
nikel laterit. Menurut Vinogradov, batuan ultrabasa rata-rata mempunyai kandungan
nikel sebesar 0,2 %. Unsur nikel tersebut terdapat dalam isi kisi-kisi kristal mineral
olivin dan piroksin, sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses
terjadinya substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan
muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses
serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hydrothermal,
akan mengubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit
peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas
dingin yang bekerja konstinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan
induk. Berikut susunan stratigrafi yang terdapat dalam endapan nikel laterit dan
dideskripsikan dari bawah ke atas yang merupakan urutan actual (Windi, 2021).
Laterit merupakan regolith atau tubuh batuan yang mempunyai kandungan Fe
yang tinggi dan telah mengalami pelapukan, termasuk di dalamnya profil endapan
material hasil transportasi yang masih tampak batuan asalnya. Sebagian besar endapan
laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi dan dapat bernilai ekonomis tinggi,
sebagai contoh endapan besi, nikel, mangan dan bauksit.
Dari beberapa pengertian bahwa laterit dapat disimpulkan merupakan suatu
material dengan kandungan besi dan aluminium sekunder sebagai hasil proses
pelapukan yang terjadi pada iklim tropis dengan intensitas pelapukan tinggi. Sebagian
besar endapan laterit mempunyai kandungan logam yang tinggi dan dapat bernilai
ekonomis tinggi Di dalam industri pertambangan nikel laterit atau proses yang
diakibatkan oleh adanya proses lateritisasi sering disebut sebagai nikel sekunder.
kegiatan pengeboran secara sistimatik serta penentuan kadar. Tidak berhenti disitu
saja, hasil pengeboran endapan nikel laterit tersebut dapat divisualisasikan dalam
bentuk pemodelan tiga dimensi dengan bantuan komputer untuk memproses data
hasil lapangan, sehingga perencanaan penambangan dapat dilakukan sebaik mungkin
(Agus, dkk).
Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfir dan terkayakan kembali
oleh material-material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah
sampai pada zona pelindian, fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air
tanah yang kaya CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung
batuan asal dan melarutkan mineral – mineral yang tidak stabil seperti
olivin/serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan
aliran air tanah dan akan memberikan mineral-mineral baru pada proses pengendapan
kembali. Endapan besi yang bersenyawa dengan oksida akan terakumulasi dekat
dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel dan silika akan tetap
tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang masuk ke dalam
tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan dan
pelindihan/leaching (Mukhaimin, 2021).
Pada proses pelapukan lebih lanjut magnesium (Mg), Silika (Si) dan Nikel
(Ni) akan tertinggal di dalam larutan selama air masih bersifat asam. Tetapi jika
dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut
akan cenderung mengendap sebagai mineral hidrosilikat (Ni-magnesium
hidrosilicate) yang disebut mineral garnierit (Ni,Mg)6Si4O10(OH)8 atau mineral
pembawa Ni.
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar,
maka Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona
air sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus batuan dasar(bedrock).
Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral
garnierit dengan rumus kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung
terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen/supergen
enrichment. Zona pengkayaan supergen ini terbentuk di zona saprolit. Dalam satu
penampang vertikal profil laterit dapat juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih
dari satu, hal tersebut dapat terjadi karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah,
terutama tergantung dari perubahan musim.
Di bawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer yang
tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering disebut
sebagai zona batuan dasar (bed rock). Biasanya berupa batuan ultramafik seperti
Peridotit atau Dunit. Proses pelindian batuan lapuk merupakan proses yang terjadi
pada pembentukan endapan laterit, proses ini memiliki penyebaran unsur-unsur yang
tidak merata dan menghasilkan konsentrasi bijih yang sangat bergantung pada
migrasi air tanah (Mukhaimin, 2021).
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Endapan
Proses dan kondisi yang mengendalikan proses lateritisasi batuan ultramafik
sangat beragam dengan ukuran yang berbeda sehingga membentuk sifat profil yang
beragam antara satu tempat ke tempat lain, dalam komposisi kimia dan mineral dan
dalam perkembangan relatif tiap zona profil. Faktor yang mempengaruhi efisiensi dan
tingkat pelapukan kimia yang pada akhirnya mempengaruhi pembentukan adalah:
a. Iklim
Iklim yang sesuai untuk pembentukan endapan laterit adalah iklim tropis dan
sub tropis, pada curah hujan dan sinar matahari memegang peranan penting
dalam proses pelapukan dan pelarutan unsur-unsur yang terdapat pada batuan
asal. Sinar matahari yang intensif dan curah hujan yang tinggi menimbulkan
perubahan besar yang menyebabkan batuan akan terpecah-pecah, disebut
pelapukan mekanis, terutama dialami oleh batuan yang dekat permukaan
bumi. Secara spesifik, curah hujan akan mempengaruhi jumlah air yang
melewati tanah, yang mempengaruhi intensitas pelarutan dan perpindahan
komponen yang dapat dilarutkan. Sebagai tambahan, keefektifan curah hujan
juga penting. Suhu tanah yang tinggi menambah energi kinetik pelapukan.
b. Topografi
Geometri relief dan lereng akan mempengaruhi proses pengaliran dan
sirkulasi air serta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik untuk
Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan
ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan tanah penutup atau
top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit dan bedrock (Lintjewas, 2019).
2.5.1. Lapisan Tanah Penutup
Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material lapisan berukuran
lempung, berwarna coklat kemerahan, dan biasanya terdapat juga sisa-sisa tumbuhan.
Pengkayaan Fe terjadi pada zona ini karena terdiri dari konkresi Fe- Oksida (mineral
Hematite dan Goethite) dan Chromiferous dengan kandungan nikel relatif rendah.
Tebal lapisan bervariasi antara 0–2 m. Tekstur batuan asal sudah tidak dapat dikenali
lagi.
2.5.2. Lapisan Limonit
Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung sampai
pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih sangat sulit, dengan
tebal lapisan berkisar antara 1–10 m. Lapisan ini tipis pada daerah yang terjal, dan
sempat hilang karena erosi. Pada zone limonit hampir seluruh unsur yang mudah larut
hilang terlindi, kadar MgO hanya tinggal kurang dari 2% berat dan kadar SiO2
berkisar 2–5% berat. Sebaliknya kadar Fe2O3 menjadi sekitar 60–80% berat dan
kadar Al2O3 maksimum 7% berat. Zone ini didominasi oleh mineral Goethit,
disamping juga terdapat Magnetit, Hematit, Kromit, serta Kuarsa sekunder. Pada
Goethit terikat Nikel, Chrom, Cobalt, Vanadium dan Aluminium.
2.5.3. Lapisan Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk, berupa bongkah-
bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai kehijauan. Struktur dan tekstur
batuan asal masih terlihat. Perubahan geokimia zone saprolit yang terletak di atas
batuan asal ini tidak banyak, H2O dan Nikel bertambah, dengan kadar Ni keseluruhan
lapisan antara 2–4%, sedangkan Magnesium dan Silikon hanya sedikit yang hilang
terlindi. Zona ini terdiri dari vein-vein Garnierite, Mangan, Serpentin, Kuarsa
sekunder bertekstur boxwork, Ni-Kalsedon dan di beberapa tempat sudah terbentuk
limonit yang mengandung Fe-hidroksida.
2.5.4. Bedrock (Batuan Dasar)
Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam kehijauan,
terdiri dari bongkah–bongkah batuan dasar dengan ukuran >75 cm. Batuan dasar
(bedrock) memiliki komposisi mineral silikat, antigorit, enstatit, olivin, augit dan
lisardit. Kedalaman batuan dasar (bedrock) sekitar 9–10 meter dengan kandungan Ni
sekitar 0,95 – 1,28%, Fe sekitar 7,62–8,29%, SiO2 sekitar 42,81–45,85%
2.6 Surpac
pegawai dan project yang memiliki skill dalam penggunaan surpac lebih baik lagi,
setiap perusahaan akan mendapatkan service untuk training dengan trainer yang
memiliki pengalaman yang banyak di dunia pertambangan. Dengan surpac dipastikan
pekerjaan di lapangan dapat lebih ringan. Standar prosedur ini berlaku untuk semua
operasi perhitungan estimasi sumberdaya mineral dengan menggunakan software
tambang surpac. Database atau basis data adalah suatu kumpulan data yang disimpan
secara sistematis dan dapat diolah maupun dimanipulasi dengan menggunakan
perangkat lunak (program aplikasi) untuk menghasilkan informasi. Sumberdaya
merupakan akumulasi zat padat, cair, maupun yang berupa gas yang terdapat di alam,
mengandung satu atau beberapa komoditas yang diharapkan dapat diperoleh dan
bernilai ekonomis.
Nikel adalah logam serba guna dengan kombinasi sifat yang sangat unik
sehingga menjadikannya cocok untuk digunakan dalam berbagai fungsi yang berbeda.
Suatu endapan dapat diketahui ketebalannya apabila sudah dilakukan kegiatan
pengeboran secara sistimatik serta penentuan kadar. Tidak berhenti disitu saja, hasil
pengeboran endapan nikel laterit tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk
pemodelan tiga dimensi dengan bantuan komputer untuk memproses data hasil
lapangan, sehingga perencanaan penambangan dapat dilakukan sebaik mungkin
(Agus, dkk).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3. Setelah klik set slope gradient akan muncul tampilan window set the design
gradient seperti gambar dibawah ini, lalu pada units pilih percentage, lalu pada
gradient ketik 0, setelah itu klik apply
7. Setelah klik triangle, selanjutnya membuat garis pada topo untuk jalan
tambang, seperti pada gambar dibawah ini.
9. Setelah itu akan muncul tampilan seperti dibawah ini, lalu klik apply, lalu klik
garis putih yang ada pada topo
10. Setelah klik garis putih, maka garis tersebut akan muncul diatas topografi yang
ada pada layar.
11. Selanjutnya ialah, pada layers matikan dsp2_topo, lalu klik surface pilih
counturing lalu klik smooth string file
12. Setelah itu akan muncul tampilan smooth counturing string, lalu ikuti seperti
dibawah ini, lalu klik apply
13. Setelah klik apply, pada menu klik design, lalu pilih road design setelah itu
klik create longitudinal profile.
14. Setelah klik create longitudinal profile, akan muncul tampilan seperti dibawah
ini, pada kolom output string diberi angka 8, agar warna garis yang akan
muncul nantinya akan berbeda dengan warna garis yang sudah ada
sebelumnya, setelah itu klik apply
15. Setelah itu akan muncul tampilan 2 layar, ada garis merah dan juga garis putih
seperti gambar dibawah ini.
16. Setelah itu klik start a new segment for digitizing, lalu klik garis merah mulai
dari ujung kiri ke ujung kanan
17. Setelah membuat garis pada langkah sebelumnya, setelah itu klik design lalu
klik road design pilih apply longitudinal profile
18. Lalu selanjutnya klik garis putih yang ada pada layar yang dibawah, klik
sebanyak 2 kali, lalu klik garis putih yang ada pada layar yang diatas, klik
sebanyak 2 kali, setelah muncul tampilan window apply longitudinal profile,
lalu hilangkan centang pada use Dfield (D2) for chainage, lalu klik apply
19. Setelah itu klik save the active layer to a string to DTM file, lalu akan muncul
tampilan seperti dibawah ini, lalu klik apply
20. Setelah itu klik reset graphics, lalu masukkan kembali mhr1_smooth, lalu klik
design pilih road design setelah itu pilih create road outline
21. Setelah itu akan muncul tampilan create a road outline, lalu diisi seperti
dibawah ini setelah itu klik apply
22. Setelah klik apply akan muncul 2 garis berwarna biru, lalu langkah selanjutnya
yaitu klik design pilih pit design lalu klik set slope gradient
23. Setelah itu akan muncul tampilan set the design gradient, lalu pada units pilih
angle, lalu pada gradient dimasukkan angka 70 setelah itu klik apply
24. Setelah itu klik expand segment by bench height, lalu akan muncul tampilan
seperti dibawah ini, pada bench height dimasukkan angka 1, lalu pada Z
direction pilih down lalu klik apply
26. Setelah klik apply pada expand segment by bench height akan muncul 1 garis
tambahan yang berada diluar garis yang telah di expand segment by bench
height, selanjutnya klik design lalu pilih pit design setelah itu klik load a DTM
surface, hilangkan centang pada display DTM lalu klik apply
27. Setelah itu klik expand segment to DTM, lalu akan muncul tampilan seperti
dibawah ini, pada Z direction pilih up, lalu klik apply
28. Langkah selanjut ialah membuat garis yang sama seperti pada garis yang
berwarna biru yang berada diatas garis putih, klik expand segment by bench
height lalu pada Z direction pilih Up, lalu klik apply
30. Setelah itu klik expand segment to DTM, lalu akan muncul tampilan seperti
dibawah ini, pada Z direction pilih down, lalu klik apply
31. Tampilan setelah melalukan expand segment by bench height, expand segment
by berm width dan expand segment to DTM
32. Setelah itu klik save the active layer to a string to DTM file, lalu akan muncul
tampilan seperti dibawah ini, lalu klik apply
Gambar 3.33 join the end of one segment to the beginning of another
34. Selanjutnya pada ujung garis yang lain akan ditutup juga dengan menggunakan
toolbar close a segment lalu klik salah satu ujung garis dan akan tertutup pada
road design
35. Setelah itu klik save the active layer to a string to DTM file, lalu akan muncul
tampilan seperti dibawah ini, lalu klik apply
38. Selanjutnya klik surface lalu pilih create DTM from layer lalu akan muncul
tampilan seperti dibawah ini, hilangkan centang pada perform break line test
lalu klik apply
39. Selanjutnya akan muncul tampilan mine hauling road design dalam bentuk
DTM, setelah itu klik save the active layer to a string or DTM file lalu klik
apply
40. Selanjutnya yaitu menghitung volume, dengan cara klik surface lalu pilih
volumes lalu klik cut and fill between DTMs, dan akan muncul tampilan seperti
dibawah ini, lalu masukkan data sesuai tampilan dibawah lalu klik apply
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Jalan tambang di atas dibuat dari pit ke disposal dengan panjang ± 500 m
dengan grid < 10% dengan lebar 10 m kemudian diperoleh hasil perhitungan cut and
fill berdasarkan volume yang didapatkan pada saat membuat desain mine hauling road.
Hasil cut and fill dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Cut and Fill