Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Infotekmesin

Vol.11, No.02, Juli 2020


p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858
DOI: 10.35970/infotekmesin.v11i2.259, pp.141-146

Pengaruh Variasi Kecepatan Hembusan Udara


Terhadap Temperatur, Daya Output dan Efisiensi
Pada Pendinginan Panel Surya
Gunawan Rudi Cahyono1*, Pathur Razi Ansyah2, Muhammad Munthaha 3
1,2,3
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Lambung Mangkurat
1,2,3
Jl. Jenderal Achmad Yani KM 35,5 Kota Banjarbaru, 70714, Indonesia
E-mail: gunawan.cahyono@ulm.ac.id1), pathur.razi@ulm.ac.id2), mhmmdmunth@gmail.com3)

Abstrak
Info Naskah: Pesatnya perkembangan teknologi, cahaya matahari mampu diubah menjadi energi
Naskah masuk: 14 Juni 2020 listrik. Namun ada permasalah yang timbul dalam kinerja panel surya, salah satunya
yaitu temperatur panel yang terlalu tinggi. Oleh karena itu untuk mengatasi penurunan
Direvisi: 27 Juli 2020
performa, temperatur panel perlu dijaga. Dalam eksperimen ini bertujuan untuk
Diterima: 13 Agustus 2020 menganalisis pengaturan temperatur pada pendinginan panel surya menggunakan variasi
kecepatan udara guna peningkatan performa photovaltik. Eksperimen menggunakan
simulator surya dan dilakukan dalam kondisi ruang tertutup. Satu buah panel surya
yang ditempatkan pada kotak khusus yang disebut kotak pendingin dan diberikan empat
buah termokopel dibagian atas panel dan 2 buah lainnya di bagian bawah panel untuk
mengevaluasi kenaikan temperature yang terjadi pada panel. Blower udara
dikombinasikan dengan anemometer untuk memberikan variasi kecepatan udara untuk
pendinginan panel. Dari hasil pengujian panel surya tanpa pendinginan didapat pada
kisaran temperatur 38 - 52,875⁰C menghasilkan efisiensi listrik yang berkisar 3,014 –
3,134 %. Sedangkan pada pengujian menggunakan pendinginan dengan kecepatan udara
bervariasi yaitu 2, 3, 4 dan 5 m/s pada kisaran temperatur 33,43 - 40,5⁰C menghasilkan
efisiensi listrik yang berkisar dari 3,106 – 3,206%

Abstract
Keywords: The rapid development of technology, sunlight can be converted into electrical energy.
solar panel; But there are problems that arise in the performance of solar panels, one of which is the
cooling; panel temperature is too high. Therefore to overcome the decrease in performance, the
temperature; panel temperature needs to be maintained. In this study aims to analyze the temperature
output power; settings on solar panel cooling using variations in air velocity to improve photovaltic
efficiency. performance. Solar simulators is used in this ekperiment and carried out in a closed
room conditions. solar panel is placed in a special box called a cooler box and four
thermocouples are placed at the top of the panel and 2 others at the bottom of the panel
to evaluate the temperature changes that occurs on the panel. An air blower is combined
with an anemometer to provide variations in air velocity for cooling the panels. From the
results of solar panel testing without cooling obtained in the temperature range of 38 -
52.875⁰C produces electrical efficiency ranging from 3.014 - 3.134%. Whereas in testing
using cooling with varying air velocity of 2, 3, 4, and 5 m/s in the temperature range of
33.43 -40.5°C produces electrical efficiency ranging from 3.106 - 3.206 %.

*Penulis korespondensi:
Gunawan Rudi Cahyono
E-mail: gunawan.cahyono@ulm.ac.id

141
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

1. Pendahuluan penurunan temperature panel yang terjadi sebesar 3-5°C,


Sumber daya alam Indonesia semakin menipis dan hal ini memberikan dampak kepada peningkatan
dikarenakan konsumsi energi yang secara terus menerus efisiensi listrik dan daya keluaran dari panel surya. Panas
namun tidak dapat diperbaharui (Unrenewable yang diserap oleh PCM dapat digunakan kemudian untuk
resources)[1]. Perlu adanya solusi energi sebagai penggati aplikasi lainya karena prinsipnya PCM dapat menyimpan
ketergantungan terhadapa sumber daya alam tersebut. Salah panas yang diterima[13]. Pada penelitian lainnya, media air
satu yang bisa dimanfaatkan potensinya di Indoneisa adalah dialirkan melalui pipa berdiameter kecil diletakkan
Energi Surya. Energi surya menjadi alternatif energi ramah berdempetan dibagian bawah panel surya sebagai heat sink
lingkungan, bebas polutandan dapat menjadi salah satu juga menunjukkan hasil pelepasan panas dari panel surya
energi masa depan[2] Karena posisi indonesia dilalui garis sebesar 1 kW dan dapat menurunkan temperature panel
khatulistiwa, sehingga potensi untuk memnfaatkan energi sekitar 40°C[14]. Media udara sebagai upaya peningkatan
dari hasil konversi cahaya matahari dapat mempunyai performa panel telah dilakukan. Dalam penelitian ini panel
potensi yang besar. surya temperatur maksimum permukaan dalam panel surya
Cahaya matahari mempunyai spektrum sinar mulai dari tanpa pendinginan berkisar 46-49oC, dan efisiensi listrik
sinar ultraviolet sampai near-infrared. Intensitas radiasi berkisar 6,1-6,7 %. Sedangkan untuk panel surya dengan
matahari di luar atmosfer bumi disebut konstanta surya, pendinginan menggunakan media udara, temperatur
yaitu sebesar 1365 W/m2. Setelah disaring oleh atmosfer maksimum permukaan hanya mencapai 42 oC, dan efisiensi
bumi beberapa spektrum cahaya hilang, dan intensitas meningkat menjadi 7,0- 7,8%.[15].
puncak radiasi menjadi sekitar 1000 W/m2 atau 100 Dari berbagai penelitian yang telah disebutkan,
mW/cm2. Nilai ini menunjukan tipikal intensitas radiasi pendinginan panel surya sangat tergantung dari media
pada keadaan permukaan tegak lurus sinar matahari dengan pendingin yang digunakan. Pendinginan panel surya dengan
keadaan cerah[3]. BEI (Bursa Efek Indonesia) media udara sangat dipengaruhi oleh kecepatan udara.
mengemukakan bahwa perkembangan teknologi surya yang Sedangakan kecepatan udara pada kondisi luar ruangan,
dapat dijangkau, tidak terbatas dan ramah lingkungan akan dapat dipengaruhi oleh cuaca dan ketinggian. Variasi
memberi benefit untuk kedepannya. Perkembangan ketinggian mulai 1 sampai dengan 30 meter, menghasilkan
teknologi energi surya akan menambah tingkat aman energi hembusan udara bervariasi mulai dari 1 m/s sampai dengan
negara di dunia melalui pengunaan sumber energi yang 4.7 m/s.[16]. Selain itu, ketika penempatan panel surya
telah ada, tidak harus mengurangi polusi, mengurangi biaya pada atap bangunan dengan ketinggian tertentu ataupun
mitiigasi perubahan iklim dan mengurangi penggunaan pada atap mobil listrik saat posisi berjalan, dapat
bahan bakar fosil. mempengaruhi kecepatan hembusan udara. Sehingga perlu
Ada beberapa permasalah yang timbul dalam kinerja dilakukan pengamatan efek kecepatan udara lebih lanjut
panel surya, salah satunya yaitu temperatur pada sel surya pada performa pendinginan panel apabila diaplikasikan.
sangat mempengaruhi perpindahan elektron. Hal ini Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah pengaturan
dikarenakan komponen semikonduktor pada sel surya posisi sumber panas dan intensitas radiasi yang tetap dan
sangat sensitif terhadap perubahan temperatur. Ketika tegak lurus terhadap panel surya akan memberikan sebaran
temperatur semakin naik, maka band gap (selisih atau celah yang merata ke seluruh permukaan bidang dan energi yang
energi antara pita valensi dengan pita konduksi) dihasilkan dapat maksimal [17]. Walaupun telah banyak
semikonduktor menurun, sehingga nilai resistansi semakin penelitian yang dilakukan terkait pendinginan panel surya
meningkat dan perpindahan elektron semakin melambat[3]. ini, namun belum ada yang menggunakan kotak pendingin
Hal ini berefek kepada penurunan performa dari panel yang sederhana, bisa diaplikasikan dimanapun dan
surya tersebut. Banyak penelitian yang telah dilakukan siapapun. Maka, dengan mempertimbangkan adanya
untuk dapat membuang panas berlebih tersebut. Beberapa perubahan kecepatan udara, tipikal intensitas radiasi cahaya
menggunakan metode eksperimen[5]–[8], numerik[9] dan maksimum yaitu tegak lurus pada permukaan panel surya
hasilnya peningkatan temperatur dari panel surya dapat dan modifikasi terhadap kotak pendingin yang lebih
mengurangi kinerja panel surya tersebut. sederhana, maka penanggulangan panas yang berlebih
Pengembangan sistem pendinginan menjadi salah satu menggunakan media udara, dengan memberikan cvariasi
cara mengatasi permasalahan temperatur pada panel surya kecepatan udara terhadap panel surya sehingga dapat
telah dilakukan[8],[10-12]. Sistem pendingin yang meningkatkan eisiensi dan daya keluaran panel surya sangat
digunakan bisa menggunakan media air baik itu air laut, air perlu dilakukan.
mineral, atau butiran air (water Spray) [6], [12].
Kebanyakan penelitian pendingin ini dilakukan 2. Metode Penelitian
menggunakan metode ekperimen maupun simulasi. Media Penelitian ini menggunakan alat dan bahan yaitu Panel
Pendingin[6] menggunakan water spray dapat Surya 50 WP, 2 buah Lampu Sorot dengan daya 500 Watt
meningkatkan efisiensi daya ouput dari panel surya sekitar sebagai solar simulator, Triplek dengan ukuran 700 cm x
16.3% dan menaikan efisiensi panel sebesar 14,1% hal ini 1125 cm dan tebal 3 mm sebagai kotak pendingin, Pipa
karena pendinginan dilakukan secara total baik itu bagian dengan diameter 5 cm sebagai saluran masuk yang
permukaan maupun bagian bawah panel surya. Media dihubungkan dengan Blower udara, Anemometer untuk
pendingin berupa material yang dapat berubah fase atau mengukur kecepatan udara, Micro Controller dan Sensor
disebut phase change material (PCM) dikombinasikan temperatur untuk mengaluasi perubahan temperatur panel,
dengan media udara juga telah dilakukan[7]. Hasilnya, Luxmeter mengukur besarnya intesitas cahaya dan

142
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

Avometer untuk mengukur arus dan tegangan listrik yang 2.1 Analisis Performa Panel Surya
dihasilkan oleh panel secara periodik. Dengan merujuk pada penelitian [4] Menentukan
efisiensi listrik (η) panel surya didasarkan pada persamaan
(1).

vi
ηl = GA ×100% (1)
p

Dimana η adalah efisiensi listrik rangkaian panel surya, V


adalah tegangan (V), I adalah arus, G adalah intensitas
radiasi (W/m2), dan Ap adalah luas permukaan panel surya
(m2).

Untuk menghitung irradiasi dari cahaya lampu yang


digunkan pada solar simulator menggunakan persamaan
(2).

Lv
G= K
(2)

Lv adalah Luminous Intensity (lm/m2), K adalah Luminous


Efficacy (lm/W).

Pada Gambar 3 menampilkan instalasi kotak pendingin


dan panel surya. Pada kotak pendingin terdapat sirip
pengarah agar udara yang melawati kotak dapat langsung
menyentuh bagian bawah panel surya.

3. Hasil Dan Pembahasan


Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan berdasarkan
rumus (1) dan (2) pada pengujian tanpa kotak pendingin,
pengujian menggunakan pendingin udara dengan kecepatan
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian
masing-masing 2, 3, 4, dan 5 m/s.
Dalam penelitian ini membahas pengaruh perubahan
Pada Gambar 1 menjelaskan alur penelitian yang
kecepatan udara terhadap temperatur dan daya output yang
dilakukan. Panel surya di letakkan pada simulator surya
dihasilkan, sehingga dibuat grafik seperti pada Gambar 4.
tepatnya 40 cm di bawah simolator surya seperti terlihat
pada Gambar 2. Solar simulator dihidupkan selama 25
menit. Temperatur terus dipantau menggunakan sensor
temperatur secara preodik.
Udara pendingin di hembuskan menggunakan blower
dengan variasi kecepatan 2, 3, 4, dan 5 m/s. Pada kondisi
tanpa kotak pendingingan, blower dimatikan. Kemudian,
arus dan tegangan output panel surya diukur setiap 5 menit.

(a) (b)
Gambar 2. (a), (b) Simulator Panel Surya

143
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

(a) (b)

Gambar 3. (a), (b) Instalasi Kotak Pendingin dan Panel Surya

Tabel 1. Hasil perhitungan performa panel surya


Efisiensi
Ts Daya G
Pengujian Listrik 3,40
(℃) (watt) (W/m )2
(%)
Tanpa Kotak 38 3,29 278 3,134
Pendinginan 40,55 3,26 278 3,103 33,4 ℃
43,875 3,22 278 3,069
33,5 ℃
47,875 3,20 278 3,048 3,35 33,6 ℃ 34,9 ℃
50,75 3,18 278 3,026
52,875 3,16 278 3,014 33,8 ℃ 35,3 ℃ 36,3 ℃
Pendinginan 33,75 3,34 278 3,185 36,5 ℃
35,5 ℃
(2m/s) 36,1 3,32 278 3,158 37 ℃
36,8 ℃ 37,6 ℃
37,8 3,29 278 3,137 36,1 ℃
3,30 38 ℃ 37,3 ℃
39,25 3,28 278 3,120 37,2 ℃
37,8 ℃
40,125 3,27 278 3,113 38 ℃ 38,3 ℃
Daya (Watt)

37,8 ℃
40,5 3,26 278 3,106 39 ℃
40,6 ℃ 39,4 ℃
Pendinginan 33,62 3,35 278 3,192 39,3 ℃
(3m/s) 35,5 3,32 278 3,166 40,1 ℃
37,2 3,30 278 3,146 3,25 40,5 ℃
38 3,29 278 3,134
38,95 3,28 278 3,123 43,9 ℃
39,4 3,27 278 3,117
Pendinginan 33,54 3,36 278 3,199 47,9 ℃
(4m/s) 35,25 3,33 278 3,171 3,20
36,75 3,31 278 3,151 50,8 ℃
37,25 3,30 278 3,144
37,8 3,29 278 3,137 52,9 ℃
38,25 3,29 278 3,130
Pendinginan 33,43 3,37 278 3,206
3,15
(5m/s) 34,85 3,33 278 3,175 0 5 10 15 20 25
Menit Ke-
36,25 3,32 278 3,159
36,5 3,31 278 3,154
37 3,30 278 3,147 daya tanpa pendinginan daya 2m/s
daya 3m/s daya 4m/s
37,6 3,30 278 3,141
daya 5 m/s

Pada Gambar 4 menunjukkan hubungan temperatur


terhadap daya output panel berbanding terbalik. Pada Gambar 4. Grafik Pengaruh Perubahan Kecepatan Udara
kisaran temperatur 38-52,875⁰C merupakan grafik dari Terhadap Temperatur Dan Daya Keluaran Yang
pengujian panel surya tanpa pendinginan dengan kisaran Dihasilkan
daya output sebesar 3,29-3,16 watt. Sedangkan pada
kisaran temperatur 33,43 - 40,5⁰C. merupakan grafik dari Pada menit ke-5, temperatur panel surya tanpa
pengujian menggunakan pendinginan dengan hembusan pendinginan mencapai 40,6⁰Cdengan daya sebesar 3,26
udara bervariasi yaitu 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s dan 5 m/s watt. pada menit yang sama dengan pendinginan kecepatan
menghasilkan daya output sebesar 3,37 watt – 3,26 watt. udara 2 m/s temperatur turun menjadi 36,1 ⁰Cdengan daya

144
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

sebesar 3,32 watt. Dalam hal ini terjadi penurunan kecepatan udara 2 m/s temperatur turun menjadi 36,1⁰C
temperatur dan peningkatan daya yang lebih baik dengan dengan efisiensi sebesar 3,158%. Dalam hal ini terjadi
kecepatan udara 3 m/s, 4 m/s dan 5 m/s. sehingga penurunan temperatur dan peningkatan daya yang lebih
didapatkan penurunan temperatur paling besar 34,9 baik dengan kecepatan udara 3, 4 dan 5 m/s. sehingga
⁰Cdengan daya sebesar 3,33 watt. didapatkan penurunan temperatur paling besar 34,9⁰C
Apabila diambil sampel di menit ke-5 pada pengujian dengan efisiensi sebesar 3,175%.
dengan menggunakan pendinginan kecepatan udara 2 m/s ( Jika diambil sampel di menit ke-5 pada pengujian
teganagn 18,42 V, arus 0,18 A) daya output yang didapat dengan menggunakan pendinginan kecepatan udara 2 m/s
adalah 3,316 watt sedangkan dengan menggunakan efisiensi listrik yang didapat adalah 3,158 % sedangkan
pendinginan kecepatan udara 5 m/s ( teganagn 18,52 V, dengan menggunakan pendinginan kecepatan udara 5 m/s
arus 0,18 A) daya output yang didapat meningkat menjadi efisiensi listrik yang didapat meningkat menjadi 3,175 %
3,334 watt. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar kenaikan efisiensi yang terjadi sebesar 0,023%. Kenaikan
kecepatan udara maka daya output yang dihasilkan juga ini relatif kecil dikarenakan pada panel surya digunakan
akan semakin besar. Hal ini dikarenakan temperatur panel masih cover dari bahan plastic yang tidak bisa dilepas,
turun seiring kenaikan kecepatan udara. Senada dengan sehingga menghambat proses perpindahan panas.
hasil ini bahwa semakin efektif efek pendinginan panel Dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan
maka semakin besar nilai tegangan yang didapatkan[6], [7] udara maka efisiensi yang dihasilkan juga akan semakin
Dalam hal ini juga membahas pengaruh perubahan besar. Hal ini dikarenakan temperatur panel turun seiring
kecepatan udara terhadap temperatur dan efisiensi yang kenaikan kecepatan udara. hal ini juga diperkuat oleh
dihasilkan, sehingga grafik sebagai berikut: penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa peningkatan
rata-rata efisiensi listrik yang paling besar terjadi pada saat
3,25
penurunan rata-rata temperature paling rendah [6], [14].
Disamping itu, dari Gambar 4 dan 5 dapat dilihat bahwa
daya keluaran dan efisiensi di setiap kecepatan, terlihat
33,4 ℃ menurun. Hal ini dikarenakan temperatur panel yang
3,20 33,5 ℃ meningkat, sedang pendinginan yang terjadi belum mampu
33,6 ℃ menjaga kondisi temperatur panel seperti di awal
34,9 ℃
33,8 ℃
35,3 ℃ 36,3 ℃ pengujian.
35,5 ℃ 36,5 ℃ 37 ℃
3,15 36,8 ℃ 37,6 ℃
36,1 ℃ 37,2 ℃ 37,3 ℃ 37,8 ℃ 4. Kesimpulan
Efisiensi Listrik (%)

38 ℃ 38,3 ℃
38 ℃ 39 ℃ Dalam pengujian menggunakan pendinginan
37,8 ℃ 39,4 ℃ menghasilkan rata-rata efisiensi sebesar 3,151 %. Kenaikan
40,55 ℃ 39,3 ℃ kecepatan udara dengan interval 1 m/s akan menghasilkan
3,10 40,1 ℃ 40,5 ℃
nilai rata-rata penurunan temperatur sebesar 0,7⁰C dan nilai
43,9 ℃ rata-rata kenaikan daya output sebesar 0,03watt serta nilai
47,9 ℃ rata-rata kenaikan efisiensi listrik panel surya sebesar 0,02
3,05
%. Sementara tanpa menggunakan pendingin, rata-rata
50,8 ℃ efisiensi yang dihasilkan adalah 3,065 %. Maka dapat
52,9 ℃
disimpulkan bahwa pengujian panel surya dengan
3,00 menggunakan pendinginan udara lebih efisien
0 5 10 15 20 25 dibandingkan dengan panel surya tanpa pendinginan serta
Menit Ke- perubahan kecepatan udara mempengaruhi temperatur,
ηl tanpa pendinginan ηl 2m/s ηl 3m/s daya output dan efisiensi listrik dari panel surya.
ηl 4m/s ηl 5 m/s

Gambar 5. Grafik Pengaruh perubahan kecepatan udara terhadap Daftar Pustaka


temperatur dan efisiensi yang dihasilkan [1] R. Subagyo and I. A. Saga, “Pembuatan Bioetanol Berbahan
Baku Kulit Singkong Dan Kulit Nanas Dengan Variasi
Gambar 5 menunjukkan hubungan temperatur Massa Ragi,” Sci. J. Mech. Eng. Kinemat., vol. 4, no. 1, pp.
terhadap efisiensi listrik panel surya berbanding terbalik. 1–14, 2019.
Pada kisaran temperatur 38 - 52,875⁰C merupakan grafik [2] O. F. Arifin, M., Margareta, D. O., & Trimaryana,
“Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Efisiensi Konversi
dari pengujian panel surya tanpa pendinginan dengan
Sel Surya Berbasis Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC).,” J.
kisaran efisiensi listrik sebesar 3,134 – 3,014%. Sedangkan Integr., vol. 9, no. 1, p. 24, 2017.
pada kisaran temperatur 33,43 - 40,5⁰C merupakan grafik [3] S. Kalogirou, The potential of solar industrial process heat
pengujian menggunakan pendinginan dengan kecepatan applications, 76(4). 2003.
udara bervariasi yaitu 2, 3, 4 dan 5 m/s menghasilkan [4] S. Mahdy, M. Reza, and C. Ekaputri, “Mempengaruhi
efisiensi listrik sebesar 3,206– 3,106%. Kinerja Photovoltaic Jenis Polycristalline Berukuran 6Cm X
Pada menit ke-5, temperatur panel surya tanpa 11Cm X 0 . 25Cm Analyze of Characteristic and External
pendinginan mencapai 40,6⁰C dengan efisiensi sebesar Factors Which Influencing of Polycristalline Photovoltaic
3,103%. Pada menit yang sama dengan pendinginan Works With the Size 6Cm X 11Cm X 0 . 25Cm,” vol. 5, no.
3, pp. 3816–3822, 2018.

145
p-ISSN: 2087-1627, e-ISSN: 2685-9858

[5] A. D. Biodun, A. D. Kehinde, and O. T. Aminat, [11] N. Tan Jian Wei, W. Jian Nan, and C. Guiping,
“Experimental Evaluation of the Effect of Temperature on “Experimental study of efficiency of solar panel by phase
Polycrystalline and Monocrystalline Photovoltaic Modules,” change material cooling,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng.,
IOSR J. Appl. Phys., vol. 09, no. 02, pp. 5–10, 2017. vol. 217, no. 1, 2017.
[6] S. Nižetić, D. Čoko, A. Yadav, and F. Grubišić-Čabo, [12] D. Almanda and D. Bhaskara, “Studi Pemilihan Sistem
“Water spray cooling technique applied on a photovoltaic Pendingin pada Panel Surya Menggunakan Water Cooler ,
panel: The performance response,” Energy Convers. Air Mineral dan Air Laut,” Resist. (Elektronika Kendali
Manag., vol. 108, pp. 287–296, 2016. Telekominakasi Tenaga List. Komputer), vol. 1, no. 2, 2018.
[7] N. Choubineh, H. Jannesari, and A. Kasaeian, [13] P. R. Ansyah, J. Waluyo, Suhanan, M. Najib, and F.
“Experimental study of the effect of using phase change Anggara, “Thermal behavior of melting paraffin wax
materials on the performance of an air-cooled photovoltaic process in cylindrical capsule by experimental study,” AIP
system,” Renew. Sustain. Energy Rev., vol. 101, no. Conf. Proc., vol. 2001, 2018.
November 2018, pp. 103–111, 2019. [14] M. Schmidt, I. Astrouski, M. Reppich, and M. Raudensky,
[8] K. Sukarno, A. S. A. Hamid, H. Razali, and J. Dayou, “Solar panel cooling system with hollow fibres,” Appl. Sol.
“Evaluation on cooling effect on solar PV power output Energy (English Transl. Geliotekhnika), vol. 52, no. 2, pp.
using Laminar H2O surface method,” Int. J. Renew. Energy 86–92, 2016.
Res., vol. 7, no. 3, pp. 1213–1218, 2017. [15] P. H. Rizal, T. A., Amin, M., & Saputra, “Kaji
[9] H. Alizadeh, R. Ghasempour, M. B. Shafii, M. H. Ahmadi, Eksperimental Pendinginan Panel Surya Menggunakan
W. M. Yan, and M. A. Nazari, “Numerical simulation of PV Media Udara,” Jurutera, vol. 1, no. 1, pp. 027–030, 2014.
cooling by using single turn pulsating heat pipe,” Int. J. [16] T. N. Robby, M. Ramdhani, and C. Ekaputri, “Alat Ukur
Heat Mass Transf., vol. 127, pp. 203–208, 2018. Kecepatan Angin , Arah Angin , Dan Ketinggian,” e-
[10] H. Isyanto, Budiyanto, Fadliondi, and P. G. Chamdareno, Proceeding Eng., vol. 4, no. 2, pp. 1457–1466, 2017.
“Pendingin untuk peningkatan daya keluaran panel surya,” [17] A. Hasyim Asy’ari, Jarmiko, “Intensitas Cahaya Matahari
Semin. Nas. Sains dan Teknol. 2017, no. November, pp. 1–2, Terhadap Daya Keluaran Panel Sel Surya,” Simp. Nas. RAPI
2017. XI FT UMS, p. 57, 2012.

146

Anda mungkin juga menyukai