Anda di halaman 1dari 3

Mimpi setengah sadar

Sokose

Tentu saat ini yang kamu butuhkan bukan kamar luas dengan pendingin ruangan yang non-
stop menyala, karena kini tidur tanpanya dapat membuatmu susah nyenyak. Serious case of
insomnia. Jarum jam berputar-putar seperti permainan di pusat Arcade, dan kamu berharap-harap
cemas di angka berapa jarumnya akan berhenti, kemudian Voila! Seperti hadiah pada umumnya,
perempuan itu akan keluar dari lubang kotak 150x80—mengenakan seragam kantornya seperti
waktu pertama kali kamu bertemu dengannya— dan tersenyum menenteng dua kaleng bir dingin,
sambil berteriak: “Aku datang!”

Waktu itu kamu bertemu dengannya, setelah seharian memimpin regu untuk mencari
Kerajaan Atlantis di seluruh lautan. Kemudian mampir sebentar ke sebuah bar yang baru kamu tahu
ada, di pinggir pantai dekat Markasmu. Di sana, hanya ada enam orang termasuk kamu. Seorang
kakek veteran angkatan bawah tanah, sepasang remaja yang sedang melakukan quickie (obviously a
fellatio) seorang bartender, dan perempuan itu.

Kamu bilang perempuan itu terasa amat familiar, seperti pernah kamu lihat di wajah bangkai
patung-patung bidadari Yunani atau gambar Ratu dan Putri yang berpesta di tembok Piramida Mesir.
Anyway, singkatnya kamu akhirnya memutuskan memesan wiski, dua gelas; satu untukmu, dan satu
lagi untuknya. Bartender menyetel musik dan bernyanyilah Jimi Hendrix, All Along The Watchtower.
Kamu dan perempuan itu menghabiskan waktu berbincang, dan saat itu kamu benar-benar tidak
asing pula dengan perbincangan itu. “Apa aku mengenalmu?” Pada akhirnya kamu bertanya ragu-
ragu. Perempuan itu tidak menjawab, malah memintamu untuk mengantarnya pulang. Segera dia
beranjak dan pergi ke balik pintu. Kamu mengikutinya, dan dibawah kakimu anak tangga tumbuh
satu persatu. Wait? Sejak kapan bar ini tinggi sekali, sampai di luar barulah kamu menyadari bahwa
bar itu ada di puncak menara yang tinggi dengan cat tua yang sudah berkerak. How? Kamu benar-
benar yakin tidak menaiki tangga sebanyak itu. Namun keadaan di luar degan cepat mengalihkan
pikiran itu. Semua berantakan, seperti baru saja terjadi bencana. Ketika sampai di parkiran semua
mobil (termasuk mobilmu) telah terbalik dan berserakan. Rupanya tertiup angin badai, A
Supermassive Wind Tsunami just happened!

Terpaksa kamu mengantar perempuan itu ke apartemennya dengan berjalan kaki. Di


perjalanan, tiang- tiang rubuh, orang-orang berkumpul di gereja dan sekolah, bapak-bapak
berkumpul sambil ngopi dan membicarakan bagaimana pemerintah akan mengganti kerusakan yang
terjadi. Dari jauh tentara dan tim medis mulai menyebar membantu sekitar. Beberapa orang tidak
mengalami cedera apapun, sebagian lagi luka-luka bahkan ada yang langsung meninggal tertimpa
daun satu ton dari pohon-pohon baja yang sengaja ditanam pemerintah untuk kebutuhan industri.

Kemudian kamu sampai di rumahnya, dia memintamu masuk. Perempuan itu menyalakan
pemutar musik di kamarnya. Kamu kembali minum wiski sambil bercerita sampai larut dan lelah.
Kamu dan perempuan itu akhirnya berbaring. Kasurnya pun sangat terasa familiar juga untukmu.
Kamu memandangi tubuhnya yang berbaring di sampingmu, betapa kamu merasa amat dekat, amat
nyata bahwa kamu benar-benar mengenal perempuan itu. Wangi parfum Mawar Damascena-nya,
rambut hitamnya yang pendek sebahu, kepalanya yang memantul ke kanan dan kiri, lehernya yang
jenjang dan sepasang kakinya yang mungil bergerak-gerak saat dia bercerita. Tepat sebelum
terserang kantuk, kamu akhirnya bertanya sekali lagi. Apakah Kamu pernah mengenalnya?

Kali ini perempuan itu terdiam. Perlahan-lahan dia duduk di atas kedua pahamu. Dia
tersenyum teramat manis. Perlahan juga dia membelai kepalamu. Sejenak kemudian dia berkata:
“Aku adalah setiap perempuan yang kau bayangkan, di setiap cerita yang kau buat begitu fantastis di
kepalamu. Seekor bidadari, seorang dewi, seorang ratu, seorang pelacur yang mengubah nasib
sejarah raja-raja. im your half-remembered dream. Akulah Balqis maupun Zulaikha yang penuh
asmara. Atau Aspasia maupun Theodora, Aku bisa bangun tiap pagi, membuatkanmu sarapan
sebelum pergi bekerja, oh dan tentu Aku bisa mengangkat kedua kakiku dan menerima penismu
kapanpun, sekarang juga tak akan jadi masalah. Akulah yang dapat kamu miliki untuk selamanya.”

Untukmu—yang mabuk— sebagian dirimu masih kebingungan, sebagian lagi menggagap itu
sebatas romantic-talk. Kamu menggenggam tangan perempuan itu (begitu hangat, begitu terasa
dekat!) dan mulai mencium bibirnya. Demi Annie Lennox dan sihir “I Put A Spell On You” -nya, tentu
saja malam ini akan ada seks. Guarantee. Perlahan kamu mulai membuka baju kantor yang
dikenakannya. Kamu menahan punggungnya yang mulus dibawah tanganmu. Perempuan itu
menarik-narik bilah besi pada sabukmu. Damn, she’s good. like Jane Birkin from all her movies.
Sudah satu jam lebih berlalu. Ketika posisimu diatasnya, kamu merasa akan mencapai klimaks.
Cepat-cepat kamu mencabut penismu sebelum sempat memuntahkan hangatnya. Kamu pun rebah
begitu saja disamping perut ramping perempuan itu. Kamu dan perempuan itu terengah, sama-sama
tersenyum. Semenit kemudian dia beranjak ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Kamu akhirnya
menyusulnya juga. Setelah mandi singkat, kamu dan perempuan itu berbaring berdua. kamu berkata
pada perempuan itu.

“You’re Aphrodite? Right?”

“Maybe,” Jawab perempuan itu.

“Well, Bisakah aku mencintaimu?”

Perempuan itu hanya tersenyum, lalu memelukmu. Matamu terasa berat. Kemudian hanya
buram, dan akhirnya kamu terlelap.

Gelap...

***

Kamu tiba-tiba terbangun, setelah baru tertidur selama tiga jam saja setelah bercinta dengan
perempuan itu. Namun kamu menyadari dia tidak ada sampingmu. kamu mencarinya di kamar
mandi. Beberapa menit kemudian barulah kamu baru menyadari bahwa kamu sedang berada di
dalam kamar mandimu sendiri, lengkap dengan alat mandimu dan handuk bergambar transformer-
mu yang konyol. Kamu pun kembali ke kamar dan menyadari bahwa ini adalah kamarmu, dan kasur
dengan sprei motif polkadot murahan itu adalah kasurmu. Bagaimana aku bisa berakhir disini?
Apakah aku dipindahkan saat tidur? Perempuan itu akan mampu menjelaskannya, pikirmu. Maka
kamu beranjak ke sofa menanti perempuan itu datang kembali. Tentu saat ini yang kamu butuhkan
bukan kamar luas dengan pendingin ruangan yang non-stop menyala, karena kini tidur tanpanya
dapat membuatmu susah nyenyak. Serious case of insomnia. Jarum jam berputar-putar seperti
permainan di pusat Arcade, dan kamu berharap-harap cemas di angka berapa jarumnya akan
berhenti, kemudian Voila! Seperti hadiah pada umumnya, perempuan itu akan keluar dari lubang
kotak 150x80—mengenakan seragam kantornya seperti waktu pertama kali kamu bertemu
dengannya— dan tersenyum menenteng dua kaleng bir dingin, sambil berteriak: “Aku datang!”

Tok tok tok


Suara ketukan di pintu amat jelas. Kamu berlari berharap perempuan itu datang, mungkin
sehabis membeli kudapan ataupun sebungkus rokok di minimarket. Semakin dekat semakin nyaring
suara ketukan. Dengan tergesa kamu pun membuka pintu. Bukan perempuan itu yang berdiri di
sana, melainkan Letnan asistenmu. Dia terlihat amat mengantuk.

“Selamat malam-eh, pagi pak, semua pasukan regu telah siap, kita akan menjalankan operasi
pencarian Kerajaan Atlantis 15 menit lagi, saya kemari untuk menjemput anda”

Kamu dengan bingung meng-iyakan. Bukankah operasi sudah dimulai kemarin? Apakah aku
benar-benar datang ke bar di puncak menara yang tinggi dengan cat yang berkerak? Apakah benar-
benar terjadi badai yang amat dahsyat? Apakah semalam aku benar-benar telanjang, having sex
with Aphrodite? Ratusan pertanyaan terbit satu-persatu. Namun kamu memutuskan berpakaian, dan
pergi menuju Markas.

“Letnan, kita baru akan mulai kan?” tanyamu di depan pintu sebelum berangkat.

“Ya tentu pak, bapak sendiri yang menetapkan harinya.”

“Di dekat Markas, apakah ada menara dengan bar di puncaknya?”

“bar Journe? Ada pak, buka 24 jam setahuku, Cuma ya begitu. Kumuh. Minumannya pun
kualitas rendahan”

Kamu pun tahu harus pergi kemana malam hari ini. Kamu mengeluarkan kunci, mengunci
pintu rumahmu. Kamu benar-benar yakin, bekas tubuh perempuan itu dan kaki-kaki mungilnya
masih tercetak samar di sepraimu yang berantakan. Sebelum menutup pintu, kamu sempat
mencium sisa bau wiski juga wangi parfum Mawar Damascena, entah dari dalam kamarmu atau dari
ngiang kepalamu.

Anda mungkin juga menyukai