THE RESISTANCE
01-08-2016 10.46
PENERJEMAH : Bu Beng siau Jin
FB : www.facebook.com/huseinhsb
BAB 01.
Namaku Jake.
Ibu tak tahu apapun tentang Yeerk. Dan aku ingin tetap
begitu.
Aku bukan lelaki yang puitis, Biasanya, tapi sore ini aku tak
bisa apa-apa kecuali memperhatikan kondisi cuaca hari ini yang
menggangu perasaanku.
Itulah pekerjaanku.
Jadi jika kami merusak topeng Yeerk, Apa yang akan jadi
perhatian mereka jika tak menghancurkan kota-kota besar di
dunia.
kotak kuno itu dihiasi dengan bulu lembut hitam. Kotak itu
didekorasi dengan garis-garis hiasan terbuat dari logam dengan
bentuk hiasan kuno. Tutupnya yang terbuka sedikit menampilkan
nama Flitzhenry di tempat namanya.
CRAAASSSHHHH !
Hanya sedikit cahaya yang masuk dari luar untukku agar bisa
melihat cabang pohon besar yang menghantam jendela kaca di
basement. Hujan dan angin menderu kedalam melalui jendela itu.
Krisis lainnya.
Krisis ini akan jadi lebih baik jika mereka semua jadi kecil.
BAB 02.
Dibawah baju dingin tadi ada banyak benda kecil, Medali tua
yang tertempel pada baju tua, Pisau karatan dengan dua mata
tajam, di dasar rak itu ada pegangan yang seharusnya ada disana,
disana ada cincin logam buatan tangan.
Tom, Bukan saudaraku lagi, Dia Yeerk aku yakin itu, AKu tak
tahu, aku melihat semuanya normal, Keluargaku bisa bertahan
hidup semua bergantung pada kemampuan ku berpura-pura.
“Jika listrik tak hidup, mungkin kita tak akan sekolah besok.”
“Kemana?”
THUNK !
Sesuatu terjatuh ke lantai dari lipatan jaket itu.
“Jake ?”
Di zaman dahulu.
BAB 03.
Isaiah Fitzhenry
“Letnan !”
Sersan Raines menerobos pintu dan berlari kearahku.
Terdengar suara kasar dari bootnya yang menginjak lantai kayu.
Derap kakinya terdengar seperti datangnya pasukan berkuda dan
aku langsung berlompat karena refleks.
Aku berdoa bahwa aku, Tak akan terkena demam juga.
“Apakah kita mendapat jawaban ?” Tanyaku cepat.
Aku telah mengirim telegraph untuk menerima perintah
baru. Aku berharap kita akan pindah ke timur bergabung dengan
penduduk, untuk mengamankan orang-orang kita yang sakit.
“Tidak, Tuan, “ Balas Raines.
Tatapan matanya fokus ke lantai, lalu dia memandang keluar
jendela, lalu ke lantai lagi. Geraman rahangnya kelihatannya
sanggup mematahkan giginya.
“Lalu Apa .?”
Boot Raines kelihatan basah dan lembab. Dilapisi lumpur, dan
beku, tak ragu lagi, aku menatap keluar jendela dari gedung yang
kami jadikan markas pusat.Hujan bercampur salju turun di luar
ruangan.
Aku menggoyang-goyangkan jariku, Sebagai penanda rasa
nyeri, Dan aku tahu bahwa aku lebih baik darai kebanyakan pria
disini.
Raines mengangkat mata birunya.
“Ini dari baris telegraph tuan,” Ucapnya, ”telah terpotong.”
Aku merasakan darah mengalir turun dari wajahku.
Kita terpotong.
Raines menggerakkan badannya.
“ Ini kelakuan pasukan berkuda Panglima Forrest, Letnan.
Salah seorang musuh yang ada di hutan yang memotong baris
telegraph ini.”
“Bagaimana kau bisa tahu ?” Aku bertanya balik, AKu
berharap Raines salah, “Apakah kau yakin,?”
“Prajurit kita yang menangkap musuh, dan membawanya ke
kemah kita.”
Aku menatap keluar dari jendela. Kabut biru yang luas di
pengunungan terlihat seperti musuh yang mendekat secara diam-
diam. mengintai kami, menjerat kami, Bersiap untuk menyerang.
Jadi Forrest sudah dekat !
“Apakah tahanan tadi ada diluar ?”
“Di tenda rumah sakit tuan, Dia mencoba kabur dan
tertembak di lengan-nya.”
Sinkler’s Ridge adalah kota yang penuh dengan bangunan
kayu. Kota yang tak berarti apa-apa yang belum pernah kami
lihat,Jika bukan hanya karena ada di persimpangan tiga jalan
disini.
Dua jalur kereta api kecil berlalu lewat sini, Kecil hanya
dalam ukuran tapi fungsinya besar, jalur kereta ini dipakai untuk
mengangkut perlengkapan ke pasukan Panglima Sherman.
Perlengkapan penting seperti Kopi, Jaket bulu, tenda, senapan,
sepatu, kaus kaku, artileri dan amunisi.
Semuanya penting untuk perang ini.
Jika kita kehilangan simpang tiga ini, Pemberontak bisa
menghancurkan pasukan Jendral Sherman, Kemenangan di
Vicksburg dan Atlanta tak akan berarti lagi.
“Jaga jalur kereta api di Simpang tiga di Sinkler Ridge
tetap ada ditangan perserikatan kita.”
Oh, Bagaimana sederhananya perintah itu terdengar dua
hari yang lalu saat lelaki tinggi dan gagah itu mengucapkannya.
Prajuritku berjatuhan bagai lalat, Demam semakin
menyebar, ditambah lagi udara dingin.
Sangat dingin.
Dari banyaknya barang yang kami butuhkan. Aku harus
memprioritaskan selimut.
“Berapa banyak prajurit kita yang siap tempur ?” Tanyaku.
“Kurang dari dua puluh lima orang, Letnan, Jika Forrest
datang kesini hanya dengan pasukan kecil, kita tak akan sanggup
bertahan dari mereka, Ini Faktanya.”
Hari ini adalah hari ulang tahunku yang kedua puluh. Dua
tahun di ketentaraan dan dengan dukungan semua orang jadilah
aku seperti ini, walaupun aku tak berharap jadi begini,Badanku
tak tinggi aku kurus. Rambutku menjulur ke keningku seperti
keritingnya bayi dan tak mau tumbuh kebelakang.
Orang-orang harus melihatku sebagai anak muda daripada
seorang Pria dewasa.
Rasa hormat yang kudapatkan. Aku tahu rasa hormat begitu
butuh waktu untuk didapatkan.
Tapi aku merasa aku bisa membuktikannya dengan
kekuatannku, Menunjukkan bahwa hatiku bebas dari rasa takut
dan kelemahan, Bahwa aku ada untuk melayani perserikatan dan
akan terus berguna.
“Jika kita tak bisa mengirim telegraph untuk terima
perintah baru, Kita harus mematuhi perintah yang ada.”
“Letnan ?” AKu bisa mendengar rasa terkejut dari suara
Raines.
“Bersiaplah untuk mempertahankan posisi kita, Jika
pemberontak inginkan simpang tiga ini, Mereka harus berperang
untuk itu dan berperang dengan kerja keras, Apakah aku benar,
Rainess ?”
Raines seorang lelaki yang baik, Tahan kerja keras, Aku tak
pernah melihat rasa kalah dari wajahnya, Dan aku juga tak
melihatnya sekarang.
“Ya, Tuan,?”
“Atur pasukan kita dan atur ulang tugas mereka, Tapi
pertama, beritahu petugas rumah sakit, bahwa aku akan datang
sendiri melihat tawanan kita,”
“Ya, Tuan,” Ulang Raines, Memberi hormat lalu berbalik
dengan sepatunya yang berisik.
Suara siulan riang terdengar dari luar jendela, Itulah anak
dari kota ini, dan temannya yang memainkan drum. Mereka
mondar-mandir dijalan utama membunyikan drumnnya.
“Saat Johnny datang dari ketentaraan ke rumah,
Horee ! Horee !!
Mereka sedang berlatih,
Mereka sudah siap.
Saat kami bertempur, Aku mungkin akan memanggil mereka.
BAB 04.
Brrr-ing. !
Aku terbangun. Mengambil telepon sebelum mataku terbuka.
Meletakkanya di kupingku, kubuka mataku.
“Halo ?”
“Oh, hai, Jake, “ Ucap Cassie.
Aku menguap, sekarang masih 04.55 A.M
“Maaf. aku pasti telah salah menekan panggilan cepat, dan
sekarang karena kita sudah tersambung aku ingin
memberitahumu bahwa Toby meminta padaku agar berterima
kasih atas pinjaman catatan sejarahmu, Aku kira dia
menyukaimu.”
“Bagus, “ Ucapku, “Okay,Pergi beri makan ayam, atau apapun
yang bisa kau lakukan di jam segini.”
“Yang benarnya, memberikan obat-obatan pada hewan, “Bye”
Cassie berbicara tak masuk akal tentang Toby tadi
sesungguhnya adalah kode kami yang berarti bahwa ada masalah
dengan Hork-Bajir yang merdeka.
Aku harus mengeceknya ke lembah mereka. Sekarang.
Aku keluar dari kamarku melintasi lorong, Mendengarkan
sesuatu, Tak ada suara, Rumahku di pagi ini terasa dingin, carpet
terasa dingin saat kakiku melangkah diatasnya. Aku berjalan
mendekati kamar Tom, dan dengan hati-hati membuka pintunya.
Dia sedang tertidur.
Aku menatapnya sebentar. Tak ada pergerakan. Aku
melangkah masuk, lantainya berbunyi keras, Aku membeku, Tom
tetap tak bergerak,Aku mendekatinya dan menyentuh selimutnya,
Jantungku berdetak keras, Apa yang mesti kukatakan saat dia
terbangun, ?
Aku menekan selimut itu pelan, Selimut itu terasa lembut.
Bantal, Kamar tidur Tom penuh dengan selimut.
Tom pasti keluar bekerja sebagai Yeerk.
Lagi.
Dengan cepat, dan diam aku keluar dari kamarnya dan pergi
mengintip ke kamar orang tuaku, keduanya terlihat sedang
tertidur,
Aku melangkah pelan menuruni tangga, meminum segelas jus
orange dan menulis pesan pada orang tuaku.
Kami pergi pagi-pagi sekali, Pergi langsung ke sekolah,
Jangan khawatir, Aku akan makan Telur McMuffin.
Aku menempelkan catatan itu di mesin pembuat kopi dan
berjalan keluar dari dapur, Aku keluar dan memanjat pohon di
kegelapan lalu morph jadi burung Peregrine Falcon. Lalu terbang
mengudara di langit pagi.
Langit pagi terhampar diantaraku, Setiap orang di jalan,
setiap mobil yang lewat, dan setiap rumah, terlihat jelas semua,
Setiap orang bisa saja pengendali, dan pengendali bisa ada di
mana saja, tapi sedikit dari pengendali itu yang tinggal di hutan,
sama seperti rumah dan jalan, semakin sulit ditemukan di hutan,
dimana setelah memasuki hutan, aku bisa bernafas dengan lega.
Aku selalu berpikir aku selalu tahu jalan ke lembah Hork-
Bajir, tapi setiap kali aku ingin kesana setelah dekat aku selalu
tersesat, Timur tiba-tiba menjadi barat dan utara berubah jadi
selatan. Lembah itu tiba-tiba ada dikanan, selalu berganti-ganti,
Dan aku tak pernah yakin dimana aku harus menemukan lokasi
sesungguhnya.
Hal ini terjadi lagi pagi hari ini, Aku terbang berputaran
karena tersesat, Tiba-tiba....
Aku terbang ke punggung bukit mengikuti cahaya pertama
dari matahari pagi, di punggung bukit ini ada aliran hawa yang
terbentuk, aku mengikutinya hingga sampai di perkemahan, Aku
hinggap di cabang pohon sebelum akhirnya turun ke tanah untuk
demorph.
Yang lainnya sedang menunggu.
<Halo, Pangeran jake,> Ax menatapku dengan mata utamanya,
sedang mata tanduknya memandang sekeliling. <Situasinya sangat
buruk, koloni ini dalam bahaya.>
Ax tak pernah bersikap begini, bahkan saat dia beraksi
sendirian saat menculik Visser Two dari pesawat,dimana Visser
Two menyarankan agar Amerika menembakkan nuklir ke china, dia
tak pernah menatapku langsung ke mata, dan baiknya, Aku
bersukur dia sekarang tetap begitu.
Ya, Ax telah bekerja keras, dan dalam cara yang aneh dia
selalu percaya bahwa akulah yang akan mengambil keputusan.
Atau bahkan keputusan dimana membiarkan kematian dari
ratusan orang untuk menyelamatkan jutaan lainnya.
Aku sangat bangga dengan Ax, marah juga padanya, AKu
merindukan saat-saat dimana pertemanan kami lebih sederhana
dari ini, Berharap semuanya jadi lebih baik, Tapi sekarang, Kami
bersama-sama mencegah perubahan besar diantara kami.
Inilah yang akan kami lakukan.
“Mengapa ?” Tanyaku, “Apa yang terjadi, ?”
Marco menganguk pada Toby, Hork-Bajir muda dengan
kemampuan khusus, Sang ‘Peramal’, Tingginya tujuh kaki, hampir
sama dengan tinggi Hork-Bajir pria dewasa.
Kebanyakan Hork-Bajir tak bersinar terang, pengecualian
pada Tobi, Beberapa Hork-Bajir berkata bahwa dia sang
Clayvoyant, seseorang yang bisa melihat ke masa depan sebelum
terjadi. Dan semua Hork-Bajir merdeka selalu meminta petunjuk
dan pendapat darinya.
Toby berdiri di tengah lingkaran dengan Ax, Marco, Cassie
dan Rachel. Tobias bersandar di bahu Rachel. Hork-Bajir lainnya
berdiri di samping orang tua Marco, mendengarkan dari jarak
jauh.
“Ada apa Toby,? Apa yang terjadi,?”
“Kami menyerbu fasilitas Yeerk semalam, Jake.” Jawabnya,
“Satu hari perjalanan dari sini, kami menyelamatkan empat orang
kami, “ Dia berhenti sebentar dan menatap aliran hawa disini,
“Tapi seorang Pejuang kami telah tertangkap.”
BAB 06.
24 Desember 1864.
Ayam jantan Joe Miller berkokok jam setengah enam pagi,
tak memberikan jawaban apakah dia bertahan di malam,
prediksinya tentang serangan Negro.
Saat kopiku sedang di didihkan, aku mencari kantung gula,
aku tak dapat satupun, aku harus minum kopi pahit hari ini.
Ini terasa seperti nasib buruk.
“Cepat, Cepat ! “
Suara serak sersan Spears bergema di pagi yang dingin ini.
Pagi ini aku meninjau lembah, Aku melihat sersan Spears sedang
berdiri di kabut pagi, sedang mengawasi pekerjaan Jacob dan
teman-temannya. Yang sedang bekerja di bawah menggali lubang
dan parit.
Senapan Spears ditunjang dibahunya, memang begitulah
seharusnya, aku telah memerintahkan semua orangku agar
membawa senjata di setiap kegiatan mereka.
Tapi dari pengamatanku, Tangan Spears terlalu dekat
dengan pelatuknya.
“Mereka pemalas, Letnan.” Ucap Spears dari jauh dengan
keras, saat melihatku mendatanginya. “Jika orang-orang kita
kerja keras, sekarang pasti sudah selesai.”
“Masalahnya yang kulihat sekarang, Spears tanah disini beku
sekeras granit.”
“Tidak, Tuan,” Ucap Spears berbicara dengan aksen
Skotlandia, “tanah disini selembut mentega, benarkan itu anak-
anak.? lembut seperti mentega.”
Jacob melihat keatas, menatapku. melambaikan tangannya
dan berjalan kearahku dari tanah galian. “Aku ingin berbicara
pada anda tentang..”
“Kau !” Teriak Spears.
Jacob terdiam.
“Kembali ke posisimu dan mulai bekerja. !”
Jacob ragu-ragu.
“Letnan,” Dia memanggilku. “Ini tentang penempatan...
DOR !
Suara senapan ditembakkan di udara.
Jacob terjatuh ke tanah.
Spears mulai tertawa, Dia menembak kearah langit.
“Spears !” Teriakku.
Dia meletakkan senapan itu kembali ke bahunya. Jacob
berdiri di tempat. Mata semua orang kulit hitam itu menatapku.
“Ya, Tuan?” Jawab Spears.
“Pergilah memeriksa pergerakan musuh, bawa beberapa
orang bersamamu.”
“Apa kau membebaskanku dari tugas ini ?”
“Aku akan disini hingga kau selesai.”
“Baiklah, Tuan,”
Spears turun dari tempatnya dan melewati tanpa suara.
Walaupun dia bawahanku, aku tak bisa mendiamkan kelakuannya
didepan orang-orang itu, aku harus menariknya.
“Kembali bekerja, !” Teriakku, “Jacob kemari !” Panggilku.
Aku mengambil alih tugas Spears mengawasi pekerjaan ini.
Aku bisa merasakan alasan mengapa Jacon ingin berbicara
denganku. penempatan lubang ini tak sesuai, aku menyadari hal
itu, jika kami memindah ini mundur seratus kaki dari kota, kami
bisa menempatkannya dibelakang aliran sungai, pertahanan alami
yang ada disini, Benteng buatan tuhan.
“Jacob,” Ucapku ramah, “Kau punya pendapat untuk
dibagikan.”
Dia mengangguk.
“Ya... Letnan, posisi ini bukan tempat terbaik, *Rebs datang
dari bawah naik keatas, membuat mereka lebih dekat ke kota,
dengan itu kalian punya kesempatan lebih banyak untuk
menembak. lalu saat mereka masuk ke aliran sungaui mereka akan
lebih tertahan lagi.
“Aku pikir kau benar,” Ucapku.
Spears dan tiga anggotanya berangkat menuruni lembah
dengan berkuda, Saat kudanya melewati aliran sungai kudanya
meringkik keras.
“Bronco !” Jerit Spears.
Kuda itu masuk juga kedalam air, melangkah dengan aneh
diantara batu dan lumpur.
Aku dan Jacob menatap saling mengerti, Aliran sungai itu
benteng yang kami butuhkan.
“Perintahkan pada teman-temanmu mulai menggali lagi,”
Ucapku, “Tapi kali ini sesuai dengan rencananmu.”
Aku menunggu Jacob menerima perintah baru ini.
“Bagaimana dengan senapan ?” Tanyanya. Harapan terpancar
dimatanya.
“Mengapa kau ingin bertempur ? Setelah kalian selesai
mengerjakan tugas ini, kalian bisa kembali ke lembah dengan
aman. apakah kalian belum mendengar apa yang dilakukan prajurit
di Benteng Pillow ? Apakah kau tahu nama Natahan Bedford
Forrest ?”
Wajah Jacob mengeras. Dia tahu nama itu, Tapi aku ingin dia
tahu kenyataan.
“Tepat disana di Tennesse, dilembah sana beberapa hari
yang lalu, Pasukan berkuda Panglima Forrest menguasai benteng
Perserikatan di Missisipi. Pasukan Negro yang ada didalam
menyerah, tapi Forrest tak menawan mereka, dia membunuh
mereka semua tanpa ampun, Jacob itu pembunuhan.”
“Aku tahu, Letnan. Jika mereka menemukan kami, mereka
juga akhirnya akan membunuh kami, juga.”
Ketenangannya membuatku merinding, dia tahu
kebenarannya dan tetap ingin berperang.
“Orang-orang kota tak akan mengizinkan hal itu.” Ucapku
merubah arah pembicaraan. “Begitu juga dengan beberapa orang-
orangku, Kau tahu Spears, dia tak akan berperang disampingmu.”
Jacob tetap keras kepala.
“Kau butuh orang,” Ucapnya, mengulangi ucapannya hari itu,
“Kami ada disini.”
Aku menatap marah kearah perkemahan dan kota. Apakah
Jacob tak melihat bahwa ini hal mustahil ? Ya, kami memang
kekurangan orang. Ya, kami memang butuh orang, Ya, memang
bunuh diri jika mengikutkan mereka.
“Berikan kami kesempatan, Letnan.”
Gerbong kereta bermuatan peralatan rumah tangga
terparkir didepan beberapa rumah di kota, Orang-orang kulit
putih sedang memuat barang-barang mereka dan bersiap untuk
kabur.
Aku menatap rumah Joe dan Sally Miller, tak ada gerbong
disana.
Clop-Clop, Clop-clop, Clop-clop/
Suara kaki kuda berlari.
Muka Spears merah dan penuh keringat, suara kibaran jaket
dan ringkikan kuda terdengar mendatangi.
“Letnan !” Jerit Spears. “Mereka kurang dari satu mil lagi
dari sini !”
BAB 13.
Jake.
Teriakan menyayat. !
Tobias terpukul salah satu tentakel monster itu. Dia
terpukul jatuh ke pepohonan.
Monster Morph dari Visser itu melangkah kearah Hork-Bajir
yang berlarian, Bola-bola api berhamburan dari mulutnya, Hork-
Bajir tua dan muda terbakar semuanya.
Tak ada pilihan, aku berlari, melewati tubuh Taxxon yang
tewas serta melompati Hork-Bajir yang terbakar, ku fokuskan
semua tenaga ke kaki belakangku, Aku melompat.
Aku melompat ke Visser, Ku tanamkan taring empat inchi-ku
kedalam leher salah satu kepala monster itu.
<Kau tak berdaya,> Raung-nya. <Kau akan mati, >
Kugigit semakin keras, kukatupkan rahangku sekeras
mungkin, kubantu mencakar-cakar luka disekitar gigitan itu.
Aku melayang-layang di udara, hanya gigitanku pada lehernya
yang menahanku.
Darah monster itu yang panas mengaliri mulutku.
Tapi selama aku disini, Visser tak bisa menyemburku dengan
apinya. Jika dia menyembur, dia akan melukai dirinya sendiri.
Dia bisa menggigitku dengan giginya dari lain kepala, dengna
gigi besinya yang berkilauan.
Tsssss !
<Ahhh !>
Aku berputar dan menghindari gigitannya. Mencakar lebih
dalam agar tetap bertahan.
Tssss.
Gigi panas dari monster itu menerkam punggungku. Dagingku
terkoyak !
Whumph !
Aku kehilangan pegangan. Jatuh ke tanah. Bergulingan ke
aliran sungai.
Aku mencoba berdiri. tapi tekanan keras dari atas
menekanku. Menekanku sehingga aku tak bisa bernafas.
Visser meraung, dua dari delapan lapan cakarnya
mencengkram leherku. Tiga dari delapan kepalanya mengendus
wajahku.
Dan aku tahu bahwa aku akan mati.
BAB 25.
Selesai.
Jika penasaran kelanjutannya baca Animorph 48. The Return.
Selesai,
Huta Raja Tinggi, 13 Januari 2016 14.43
Mohon Maaf jika ada kata-kata yang tak dimengerti. ^_^.