Anda di halaman 1dari 96

ANIMORPHS #45

THE REVELATION
K.A. Applegate

PENGUNGKAPAN
“Terkadang tidak ada jalan keluar sama sekali.
Bahkan untuk para Animorphs. . .”
SUMMARY :

Segalanya telah menjadi semakin aneh. Berjuang melawan alien.


Bertarung untuk menyelamatkan bumi. Dan tetap mencoba untuk menjadi
normal. Marco, salah satu anggota Animorphs, dan Ax adalah yang paling
sering melakukannya. Tapi, semuanya berubah. Invasi Yeerk di Bumi
semakin menjadi-jadi. Secara rahasia, tentunya. Tapi sekarang, semuanya
justru muncul ke permukaan. Bahkan Ayah Marco membeberkan
beberapa proyek top secret-nya. Sesuatu tentang pengembangan Zero-
Space...
Marco tidak tahu apakah Ayahnya sudah berubah menjadi
Pengendali. Tapi, dia tahu bahwa dirinya tidak akan membiarkan para
Yeerk kali ini. Mereka sudah mengambil Ibunya. Dan Marco akan
melakukan apapun resikonya untuk menyelamatkan Ayahnya. Apapun...

2
Translated by :
Belinda Arimbi (1- 7)
Anna Aulia (8 – finished)
https://www.facebook.com/arimbinandyashasekarlangit/
rubynamie.blogspot.com
www.facebook.com/annami.cosplayer

Copyright © 2000 by Katherine Applegate.


All rights reserved. Published by Scholastic Inc.

3
Untuk Michael dan Jake

4
BAB 1

NAMAKU Marco. Dan diriku pada kuliner diibaratkan Sammy Sosa1 pada
baseball. Saat tiba giliranku memasak makan malam, aku tidak menggunakan layanan
pesan antar. Aku tidak membuka sekaleng Chef Boyardee2 dan menyajikannya. Ya
ampun, aku lebih mahir lagi.
Aku pakai oven.
Aku tahu. Kau bakal bilang, "Tapi, Marco, kau 'kan berjuang memerangi invasi
para alien. Kau, dan teman-temanmu berjuang 24 jam dalam seminggu. Bagaimana
kau bisa meluangkan waktu untuk memasak?"
Nggak mudah. Tapi, dengan sedikit bantuan dari freezer dan seseorang
bernama Red Baron3, segalanya jadi lebih sederhana.
Ditambah, malam ini aku ingin membuat ibu tiriku merasa.. yah.. senang karena
telah menikahi ayahku. Bahkan walaupun aku bukanlah 100% alasan di balik segalanya,
dia membuat ayahku bahagia. Itu tetap berarti sesuatu.
Sebuah mobil berhenti di jalan depan, pintu mobil tertutup, dan kemudian
terdengar derap sepatu berhak di jalan setapak. Nora, ibu tiriku.
Aku menyiapkan tiga piring kertas di meja, menata peralatan makan perak,
menyambar cangkir-cangkir dan setumpuk serbet. Nora tidak pernah menggunakan
piring kertas, tapi hei, bukan dia yang akan cuci piring malam ini.
Pintu terbuka. Aku mendengar desahan napas dan suara tas berat dijatuhkan di
lantai teras.
"Hei," sapaku.

1
Samuel Peralta "Sammy" Sosa itu pemain baseball professional dari Dominika. Sosa main untuk lima
tim Major League Baseball selama karirnya dalam jangka waktu 1989–2007. Tapi, sekarang dia udah
nggak main lagi dan jadi bussinessman.
2
Nama makanan kalengan. Produknya makanan Italia, kebanyakan macam-macam pasta.
3
Aku belum nemuin Red Baron yang dimaksud yang mana, kemungkinan Red Baron yang dimaksud itu
sebuah kedai pizza, namanya Red Baron Pizza. CMIIW

5
"Hei," Nora balas menyapa. "Rapat staf pengajar berlangsung lebih lama
daripada yang.." Aroma masakan rumahan Red Baron menggelitik hidungnya, tanpa
ragu lagi. "Marco!" serunya sembari masuk ke dapur.
"Kau benar-benar memasak makan malam!" Dia melirik piring kertasnya dan
memutuskan untuk tidak berkomentar. "Kau memang anak tiri impianku!"
Wanita itu guru matematika. Aku tidak akan pernah memahaminya. Dan
sekarang, dia malah memujiku.
Aku memaksa tersenyum. "Gila, nggak?"
Ada suara sebuah mobil lain berhenti. Terdengar siulan mengiringi langkah
jalan yang cepat. Aku mengambil beberapa soda dari dalam lemari es. Pintu depan
terbuka. Ayah masuk dengan langkah kakinya yang besar, sambil tersenyum lebar.
Pipinya merona. Ia seolah baru saja diberi minyak pelumas.
"Halo, keluarga!"
Oke, ada terlalu banyak antusiasme daripada yang seharusnya kulihat. Dan kata
"keluarga" bakal terdengar aneh buat seseorang, kecuali jika itu menyangkut aku,
ayahku, dan ibuku yang sesungguhnya. Dan, tahu apa yang lebih memuakkan? Ayahku
membawa buket bunga di balik punggungnya.
Dan tentu saja, bukan untukku.
Kupikir ada beberapa ciuman. Mungkin juga bisik-bisik sentimentil. Entahlah.
Aku memalingkan wajah. Sudah cukup aku melihat kekuatan cinta antara Jake dan
Cassie, atau Rachel dengan Tobias.
"Ada apa ini?" Nora nyengir kayak anak sekolahan, lalu duduk.
"Oh, tidak ada." kata ayah berseri-seri, di kursi yang berhadapan. "Hanya.. kau
adalah wanita paling menakjubkan di dunia."
"Aku tahu lebih baik dari itu." Suara dewasanya kembali muncul, saat dia
menata bunga-bunga di meja. "Ada apa denganmu?"
"Mari katakan saja bahwa segalanya jadi semakin menarik di tempat kerjaku.
Sungguh, mengambil pilihan yang ada itu mungkin saja jadi hal terbaik yang pernah
kita alami."

6
Oven berdengung. Aku menarik keluar pizza yang kupanggang dan memotongnya di
tatakan.
"Jadi ada apa nih, Dad? Kita bakal kaya?"
Aku menumpuk potongan pizza dengan keju leleh dihadapannya.
"Well.." katanya perlahan. "Apa yang tengah dikerjakan timku mungkin saja
merupakan salah satu peningkatan terhebat sepanjang sejarah manusia."
"Sebuah pengacau saluran HBO?"
"Marco, aku serius. Penemuan yang kami buat ini, mendorong keinginanku
untuk melihat keberhasilanmu dalam matematika." Dia memandang Nora penuh
pengertian. "Paling tidak, untuk lulus ujian."
"Dia benar. Matematika adalah bahasa alam. Bahasa universal. Segalanya dapat
digambarkan dan dipahami melalui angka-angka." Wajahnya dihiasi oleh kebahagiaan
yang aneh. Aku penasaran bagaimana sederet angka bisa membuat orang merasa
seperti itu.
Sekilas terbayang mimpi burukku soal ujian aljabar yang terakhir kali kuikuti.
"Dad, cerita sajalah apa yang sedang Dad kerjakan."
"Aku benar-benar tidak seharusnya memberitahu kalian." katanya tiba-tiba. "Ini
rahasia. Top secret."
Nora memandangnya. Ayah mulai luluh.
"Oke.." katanya perlahan. "Jika kalian janji untuk tidak bilang-bilang.. dan
maksudku, ke siapapun.. mungkin aku bisa memberitahu dasar-dasarnya."
Ayah menelan segigit pizza dan mendorong piringnya ke samping agar dia bisa
mencondongan tubuh dengan siku bersandar di meja.
"Kami menemukan apa yang kami pikir sebagai suatu keseluruhan dimensi yang
baru, mungkin malah sama sekali bukan dimensi. Semacam.. Marco, kau belajar
tentang bangun ruang 'kan?"
Kapan aku mulai belajar untuk tidak meminta ayahku agar merinci segalanya?
Insinyur Teknik, seperti halnya guru matematika, punya cara yang mencengangkan
rumitnya soal situasi teoritis, yang bisa membuat otak lemahku tertidur hampir
seketika. Bahkan lebih cepat dari buku matematika.

7
"Lupakan kelas matematika." sahutnya saat aku mulai linglung. "Kau tahu
bagaimana bentuk kerucut 'kan? Well, kerucut adalah bangun dua dimensi jika
dianologikan dengan ruang lima dimensi yang kita tempati."
Aku mendesah dan bangun untuk mengambil seiris pizza. Ayah menahanku dan
memaksaku duduk.
"Tapi, kerucut adalah bangun tiga dimensi." Nora mengoreksi.
"Memang benar. Saat permukaan kerucut adalah dua dimensi, maka
permukaannya ada di dimensi ketiga."
"Hmm.." Nora tampak bingung.
"Yeah." kataku lebih keras. "Hmmm."
"Kerucut itu memiliki sebuah keistimewaan." Ayah bersikeras.
"Sebuah.. apa?"
"Suatu tempat dimana semua garis bersilangan. Tempat dimana kau bisa
menghadap ke arah manapun atau ke semua arah sekaligus. Dimana kau bisa bergerak
ke arah manapun tanpa berpindah sama sekali."
"Apa hubungan kerucut ini dengan pekerjaanmu?" Tatapan bingung Nora
mengungkapkan bahwa Ayah baru saja melampuinya dalam bertingkah aneh. Yang
sialnya, justru membuat Ayah lebih bertekad untuk menjelaskan.
"Kita menempati kehidupan hanya pada satu garis di kerucut itu, hanya pada 4
dimensi belaka, termasuk dimensi waktu."
Aku merasa mataku berputar ke dalam kepalaku.
"Kita telah terjebak di permukaan kerucut sepanjang waktu. Saat kita ingin
pergi kemanapun, kita harus berkelana di suatu garis. Tapi sekarang, bayangkan
seseorang menyadari keistimewaannya. Suatu titik tanpa ukuran, tanpa luas, tanpa
perpanjangan. Representasi fisik dari ketiadaan. Ketiadaan yang bukanlah apa-apa.
Malah, merupakan tempat awal dan akhir dari segalanya! Ruang sebenarnya yang
berfungsi ganda!"
"Keren." kataku. " Aduh, tapi aku ada PR. PR matematika yang banyak." Aku
membuang piring kertasku ke tempat sampah lalu berjalan ke ruang keluarga.

8
Terkapar di sofa dan mengambil remote. Aku adalah penganjur channel pra-PR yang
cepat.
"Kau sebut apa penemuanmu?" Kudengar Nora bertanya.
"Aku tidak benar-benar tahu." kata Ayah untuk sementara. "Bisa kau namakan
apa, sesuatu yang bahkan bukan suatu apapun sama sekali?"
Tidak ada apapun di TV. Film Star Trek lama. Film Star Trek baru. Hidupku
penuh cerita fiksi ilmiah. Bagaimana dengan Dunia Yang Nyata?
"Bagaimana kau menamainya?" sambung Ayah. "Zero Nol, kukira. Zero-Space
―Ruang Nol.”

9
BAB 2

AKU nyaris berhenti bernapas.


Aku terlonjak, memandang melewati sofa, langsung ke dapur. ZERO-SPACE?!
Nora melirikku waspada. "Marco, kau baik-baik saja?"
Aku menutup mulutku yang ternganga. Memaksakan diri untuk berkedip.
Normal. Jadilah normal. Bertingkah normal.
"Baik.. uh, yeah umm aku baik-baik saja."
Aku kembali duduk. Tanganku gemetaran. Kepalaku dibanjiri adrenalin.
Bagaimana bisa aku melewatkannya! Dia telah menggambarkan Zero-Space. 5 menit
yang lalu! Bagaimana?
Bagaimana!
Aku menyambar telepon nirkabel dan menekan nomor Jake.
"Halo." jawabnya.
"Kita ada.." Aku bicara dalam bisikan, terbatuk di tengah kalimat untuk
mendapatkan suaraku. "..masalah."
Ada jeda. Aku mendengar suara di latar belakangnya, lalu Jake pura-pura
menertawakan lelucon Tom. Tom, kakaknya, seorang Pengendali.
Aku menunggu.
Akhirnya, Jake mengomel.
"20 menit?"
"Baik." kataku dan menutup telepon.
Ayah masih bicara pada Nora. "Kami sedang bekerja untuk berkomunikasi lewat
keganjilan ini. Substansi normal memiliki dimensi dan dalam teorinya tidak punya,
melewati.."

10
Berita baru, Dad : Substansiku melewati keanehan itu beberapa kali seminggu.
Setiap kali aku morph, kelebihan massaku tersedot ke suatu ketiadaan.
Suatu gelembung pada waktu itu.
Ayah melanjutkan tanpa antusiasme yang kentara.
"Tapi, kami telah memutuskan bahwa partikel dasar tertentu dapat melewati.."
Aku tidak bisa menjaga agar mulutku diam.
Aku harus tahu.
Jika Ayah adalah Yeerk.. well, itu mudah. Aku nggak akan kehilangan 2 orangtua
di tangan musuh.
Nggak akan.
"Jadi, Dad," sahutku sambil melangkah kembali ke dapur. "Dad bisa.. kayak,
ngobrol sama orang lewat benda itu?"
"Tepat sekali." katanya. "Bagaimana hal itu lebih baik dari radio?"
Aku mengamati wajahnya, matanya, lebih seksama daripada yang pernah
kulakukan. Jika dia adalah seorang Pengendali, aku akan melihatnya.
Sisa-sisa Yeerk.
Kesombongan, kecongkakannya. Akan melihatnya. Kau tidak bisa melawan
musuh selama ini dan tidak tahu bagaimana merasakan keberadaannya, untuk
mengatakan adakah siput Yeerk yang menyelimuti otak ayahmu.
Bisakah kau?
"Marco," katanya. "Komunikasi lewat keistimewaan ini, lewat Zero-Space ini,
akan jadi seketika itu juga. Tidak seperti cahaya, contohnya, komunikasi sebenarnya
tidak memiliki jarak tempuh."
Mata Ayah berkobar penuh gairah dan kekaguman. Tidak ada kejahatan. Tidak
ada misteri.
"Pikirkanlah," katanya. "Kita bisa berbicara pada bintang terjauh secara instan,
mengirim informasi lebih cepat daripada kecepatan cahaya. Tidak ada jarak tempuh
sama sekali."
Dia tersenyum, yakin dirinya telah membingungkanku dan Nora.

11
"Itu mengagumkan, sayang." Ketertarikannya, yang awalnya sungguh-sungguh,
kini hanyalah kesopanan belaka. Dia membawa buketnya ke wastafel dan mulai
meletakkan kuncup-kuncup berwarna ungu di dalam air. Aku lalu duduk di kursinya.
"Dad," kataku. "Saat Dad bilang Dad bisa berkomukasi dengan benda Zero-
Space ini, apa maksudnya? Maksudku, siapa yang bakal Dad hubungi? Aku tahu ada
beberapa bentuk kehidupan terfosil di Mars, tapi aku tidak berfikir kalau mereka bisa
menjawab telepon."
Ayah bersandar di kursinya.
"Marco, kau adalah tahanan dari pendidikanmu. Mereka mengajarkanmu
tentang sistem tata surya. Mereka memberimu pandangan sekilas mengenai Galaksi
Bima Sakti. Tapi, apa mereka pernah mengisyaratkan sebanyak apakah yang ada di luar
sana? Berapa banyak kemungkinan nyata yang ada bahwa disuatu tempat yang
melampaui kemampuan kita, di sebuah tempat yang sangat jauh, yang bahkan tubuh
kita tidak bisa berharap cukup berumur panjang untuk mengarunginya, hidup sesuatu
yang menggetarkan hati?"
Dia terdengar sangat polos. Yeerk tidak akan membiarkan induk semangnya
bicara seperti itu. Tidak akan.
"Bahasa apa yang akan Dad pakai untuk berkomunikasi?" selidikku. "Jika ada
kehidupan di luar sana, jangan bilang mereka bisa bahasa Inggris."
"Kita bisa mencobanya dengan musik." kata Ayah dengan mudahnya. "Atau
matematika, bahasa universal." Matanya menatap Nora dengan penuh kasih sayang.
Sungguh murni. Sangat bukan-Yeerk.
Tapi aku perlu bukti.
Bukti bahwa dia masih Ayahku saja dan tidak ada yang lainnya. Firasatku cukup
tidak enak.
"Aku sebaiknya kembali ke kantor," katanya tiba-tiba, dan bangkit. Aku berdiri
di seberangnya.
"Kalangan atas bilang bahwa jika pada akhir minggu ini, tim kami telah
menyempurnakan alat kecil ini, yang bisa, secara teori mengirim dan menerima

12
komunikasi lewat Zero-Space, kami akan menyajikan penemuan kami saat konferensi
bulan depan. Kalian berdua tahu 'kan apa artinya."
Ayah merangkul pinggangku dan Nora, dan mencoba mengangkat kami ke
udara. Mungkin dia memang Pengendali. Dia tidak pernah melakukan itu sebelumnya
"Ini artinya berliburlah-dengan-keluargamu-ke resort-di-gunung-biaya-
ditanggung-perusahaan. HBO untuk si anak. Kolam renang untuk sang istri. Serbuan ke
mini-bar untuk semua orang. Kita bisa melakukannya saat akhir pekan. Pergi ke luar
kota untuk 5 hari penuh."
"5 hari?" tanyaku.
"Jika kau memilih untuk sekolah.."
“Enggak.." sahutku cepat. "Enggak, kok. Aku cuma memikirkan.." Aku menatap
mata Ayah. "Dad tahu 'kan, tanaman kita. 5 hari. Itu 'kan cukup lama. Mereka nggak
bakal bertahan tanpa Miracle-Gro4."
Ini test. Bodoh tapi perlu. Jika ada Yeerk di kepalanya, dia tidak akan
membiarkan Ayahku pergi lebih dari tiga hari. Siklus pemberian sinar Kandrona adalah
tiga hari. Yeerk tidak terlalu fleksibel dengan hal itu.
Ayah menatapku seolah aku idiot.
"Apa kau memahami apa yang aku katakan? Aku akan menarikmu dari sekolah.
Tidak ada bab bangun ruang. Tidak ada biologi. Anakku, tanamannya akan bertahan
dalam 5 hari." Ayah menjabat tangan Nora. "Aku harus pergi." Dia berhenti di pintu
depan dan berpaling pada kami.
"Kalian tahu?" katanya. "Penemuan Zero-Space ini? Ini penemuan besar.
Sangat besar. Kupikir hidup kita tidak akan jadi sama lagi."

4
Nama pupuk buat tanaman bunga dan sayuran.

13
BAB 3

<MUSTAHIL!> Ax berseru untuk kedua kalinya. <Tidak mungkin sains manusia


melakukan lompatan sejauh itu. Ini pasti ulah Yeerk.>
"Kenapa Yeerk mau memanfaatkan manusia untuk mengembangkan apa yang
sudah mereka punya? Itu aneh." Rachel mengintip dari balik buku matematikanya.
Kawan seperjuanganku yang kejam. Rachel tidak melulu memikirkan soal kecantikan.
Tidak, dia juga harus punya otak. Dia sebenarnya berencana untuk lulus ujian besok.
Kami ada di gudang jerami Cassie alias Klinik Rehabilitasi Satwa Liar. Tempatnya
sesak oleh binatang berbagai ukuran dan keterangan yang menempel di kandangnya,
ada yang menggaruk kandangnya, ada yang berkaok. Beberapa malah diam menonton
kami.
Ax sedang tidak dalam wujud morph. Aku merasa kami riskan di sini, setelah
waktu makan malam.
"Kau yakin kita aman, Cassie?" tanyaku. Cassie berpaling dari buku
matematikanya. Kuberitahu ya, itu konspirasi.
"Kau bercanda?" katanya. "Dokumentasi PBS tentang lemur? Sebuah pesawat
Dome bisa saja mendarat di halaman dan mereka bahkan tidak akan menyadarinya."
Orangtua Cassie itu dokter hewan, hanya mereka orang yang kutahu, suka
binatang — dan dokumentasinya — lebih dari Cassie.
"Ditambah.." sambungnya, sambil mengangguk ke arah elang ekor merah yang
bertengger di kasau. "..kita punya Tobias."
<Ini pasti jebakan.> kata Tobias. <Jebakan yang sangat rumit.>

14
"Terlalu rumit." Aku membalas. "Apa kalian pikir Yeerk ingin dapat masalah
dengan menanamkan ide Zero-Space pada firma teknik yang remeh? Dan menunggu
ada orang menyambar idenya? Dan menunggu lebih lama lagi agar berita
pengembangannya bocor dan sampai ke KITA? Itu lambat dan nggak menyakinkan.
Bukan Yeerk."
"Bisa saja hal ini lebih sederhana dari yang kita pikir." kata Jake tenang,
membaringkan diri di setumpuk jerami kering. Perang ini telah mendewasakan
sahabatku dengan cara yang tak bisa kau lihat. Tapi kau bisa tahu bahwa pikirannya tak
lagi seperti anak-anak. Sesungguhnya, itulah yang terjadi pada kami semua. "Mungkin
saja tidak ada alat Zero-Space sama sekali. Bisa saja Yeerk menyebarkan isu tentang
itu, tahu bahwa idenya akan menarik bandit Andalite seperti lebah pada madu."
"Isu?" kata Cassie ragu-ragu.
<Pasti itu.> Ax memutuskan. <Tidak mungkin manusia bisa berada begitu dekat
dengan teknologi komunikasi Zero-Space.>
<Tapi, jika insinyur manusia bagian dari Yeerk,> Tobias beralasan. <Itu berarti
Ayah Marco..>
"Tidak," Aku berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir. "Yeerk nggak
menguasai Ayahku. Nggak. Memang, kedengarannya buruk. Tapi, Ayahku bukan
Pengendali. Aku mengetesnya, sudah kukatakan."
"Mungkin dia membodohimu dengan perjalanan lima hari itu." kata Rachel.
"Jika dia tahu kau mengetesnya, dia bakal ikut bermain. Mengakalimu dalam
permainanmu sendiri."
"Dengar," kataku sungguh-sungguh dan berhenti mondar-mandir. "Mungkin dia
korban penipuan. Mungkin dia hanya orang polos di tengah-tengah anggota Yeerk di
kantornya. Tapi dia bukan salah satu dari mereka. Setidaknya belum."
Kenyataan itu menghantamku tiba-tiba. Dia pasti jadi yang selanjutnya di daftar
mereka. Dimana sebenarnya Ayahku saat ini? Di kantor seperti katanya pada kami?
Atau di kolam Yeerk? Dan kenapa.. kenapa mereka membiarkannya bebas selama ini?
Apa Yeerk benar-benar butuh pengalih perhatian, seorang manusia bodoh yang
kelihatannya tulus hanya agar samaran mereka tidak terbongkar?

15
Atau mereka hanya sedang menunggu saat yang tepat untuk menguasai dan
mengambil-alih Ayahku? Seperti malam ini.
<Kalian harus mengakui,> kata Ax sungguh-sungguh. <Bahwa ini tidak seperti
jebakan yang biasanya dipakai Yeerk, mereka malah membiarkan salah satu anggota
tim mereka tanpa Yeerk di dalam kepalanya. Ini akan menjadi pelanggaran keamanan
tingkat tinggi.>
Aku merasa Jake memandangku, lalu menepuk bahuku.
"Bagaimana kita menanganinya, Marco? Ayahmu, keputusanmu."
Jake itu pemimpin yang diplomatis. Dia membuatnya sebagai kebijakan untuk meminta
masukan. Tapi, apa yang kuinginkan sekarang adalah kediktatorannya. Aku ingin dia
memerintahkan kami untuk menyelamatkan Ayahku.
"Entahlah." kataku malahan. "Bagaimana dengan pengawasan di kantor? Dia di
sana sekarang."
Jake melirik Cassie.
"Oke." katanya. "Pengintaian, mulai saja sekarang. Ax, Tobias tetap awasi Ayah
Marco sampai dia pulang ke rumah."
ITULAH saat aku menyadari kenapa Jake melirik Cassie. Dia bertanya padanya
apakah aku bisa dipercaya. Mereka melakukannya dalam sekejap mata.
Dan Cassie berkata 'tidak'.
Mereka pikir aku terlalu khawatir pada hal ini. Marco yang malang hampir
kehilangan orangtua di tangan musuh untuk yang kedua kalinya. Tentu saja, dia ingin
bertindak cepat.
"Marco," sambung Jake. "Kau mengawasi di depan rumah. Aku akan mengecek
Erek dan melihat apa yang dia tahu. Kita akan membandingkan catatan besok pagi."
Ax morph jadi northen harrier dan mengepak terbang ke arah Tobias.
"Aku ingin pergi dengan mereka." kataku. "Sepertinya Yeerk akan menjadikan
Ayahku induk semang, jauh dari rumah."
"Ax dan Tobias akan mengurusnya." kata Jake. "Mereka tidak punya ibu tiri
yang menunggu di rumah. Tidak akan ada yang terjadi, walau tanpamu."

16
Apa dia sungguhan? Ada sesuatu dalam suaranya yang membuatku bertanya-
tanya.
"Kau tidak bisa yakin soal itu, Jake. Bagaimana jika sesuatu memang terjadi?
Aku ingin ada di sana."
"Kau akan ada di sana. Sekarang, kau pulanglah. Segalanya akan baik-baik saja."
Dia tersenyum, tapi matanya tidak.
Aku berjalan keluar dari gudang jerami dan mulai menyusuri jalan. Aku tidak
morph jadi burung. Aku ingin berjalan sebagai anak normal. Aku ingin berpura-pura,
walau sebentar, bahwa aku hanyalah anak biasa.
Tapi, pikiranku lebih tahu.
Jake, sahabat terlamaku tidak mempercayaiku untuk melakukan hal yang benar
saat keluargaku terlibat.
Aku akan menunjukkan bahwa dia salah.

17
BAB 4

BRRRIIIIING!
Aku tersentak dari tidurku seperti pilot JI SAC yang waspada. Siap untuk
mengoperasikan pesawat.. nyalakan mesin, lepas landas!
Tunggu. Tidak, itu hanyalah dering telepon. Dan aku hanyalah Marco. Bocah
yang tertidur di atas buku matematikanya. Dengan iler dimana-mana. Mengerikan.
Brrrriing!
Aku menyambar telepon di meja. Sudah kuangkat dan saat hampir kukatakan..
"Halo?" Dad berkata dengan suara grogi. Sepertinya kami telah mengangkat
telepon bersamaan. Dia belum sadar.
"Hei, ini Jack. Dari kantor."
"Jack. Ada yang bisa kubantu?"
Telepon ini untuk Ayahku, yang sudah pulang, selamat, dan sedang ada di
ranjangnya. Aku bisa angkat tangan. Seharusnya aku angkat tangan. Kulihat jam
tanganku. Pukul sebelas malam. Kenapa orang kantor menelepon selarut ini?
"Ini soal Russ." kata suara datar seorang pria. "Ada kecelakaan mobil. Russ
tewas."
"Oh, Tuhan!"
"Istri Russ.. dia histeris. Dia seperti.. kau tahu bagaimana. Kau pernah
kehilangan istri. Kami pikir kau pasti lebih baik dalam menenangkannya. Bisakah kau
mampir ke sana?"
"Tentu." katanya.
Aku masih memegang telepon. Kudengar Ayah turun tangga, masih berbicara,
menanyakan alamat si janda.

18
Aku bertemu Russ di piknik perusahaan beberapa tahun lalu. Aku juga bertemu
istrinya. Terlintas di benakku malam saat Ibuku menghilang, meninggalkan luka di
hatiku ketika kusadari dia tidak akan pernah kembali.
"Hmm." kataku dengan keras. "Menyedihkan."
Perhatianku tertuju kembali pada PR matematikaku. Soal nomer 8. Aku
memicingkan mata. Sungguh sulit dipahami, tidak peduli berapa kali aku melihatnya.
Soal nomer 9..
Dan sesuatu menamparku. Sekilas, sekelebat kejadian. Kepingan puzzle yang
akhirnya bersatu. Bukan tentang soal nomer 9. Tapi panggilan telepon itu.
Seorang pria dari tempat kerja Ayahku tewas, pria yang bekerja dalam proyek
Z-Space. Telepon larut malam. Suara si penelepon yang mengatakan 'Kami pikir kau
pasti lebih baik dalam menenangkannya.'
Kami?
Oh, astaga!
Terlompat, segera aku membanting pintu kamar. Pintu elektris di garasi
berdebam pelan. Mobil Ayah baru saja keluar!
TIDAK!
Ayahku mengemudi langsung ke arah jebakan dan aku tidak menguping cukup
lama untuk mendengar alamatnya.
Kujangkahi tiga anak tangga sekaligus. Mengecek catatan di dekat telepon.
Tidak ada apapun.
Catatan di meja Ayah. Tak ada juga
Dimana rumah Russ?
Dimana 'mereka' akan menunggunya?
Layar komputernya masih nyala —tidak ada screen saver. Di bagian bawah
layar ada window Yahoo! Maps yang diminimize. Aku menyambar mouse dan
mengkliknya.
Bingo! 1366 Fairmount dan sebuah peta jalan jika aku berencana untuk
mengemudi ke sana. Tapi, tidak. Aku akan terbang. Dan aku butuh seseorang jika aku

19
ada apa-apa. Aku menelepon Jake. Jariku menekan tombol gila-gilaan sembari berjalan
ke pintu belakang.
"Halo?" Itu bukan Jake. Suaranya serak dan kasar. Ini Tom.
Aku langsung terpaku. Telepon berdering di tanganku dan sebelum aku sempat
berpikir, ada suara di sana.
"Siapa ini? Kau yang telepon tapi kau diam saja. Siapa ini!" Tom akhirnya mulai
tidak sabar.
Aku terguncang, agak malu. Aku membayangkan ada Yeerk di ujung telepon
sana.
"Ini Marco." gerutuku. "Aku ingin bicara sama Jake. Maaf deh."
Tom mengomel dan akhirnya menutup telepon.
Kasihan Jake. Ada siapa lagi? Ax, Tobias. Mereka pasti sudah kembali ke hutan.
Cassie juga tidak mungkin, karena orangtuanya pasti di rumah. Rachel.
Aku menekan nomornya. Dia menjawab.
"Kau ingin nongkrong?" kataku. Selalu bicara dalam bahasa kode. Harus hati-
hati.
"Dimana?"
"1366 Fairmount."
"Kapan?"
"Lima menit lalu."
"Bilang apa soal lebih awal?"
"Uh-huh."
Aku meletakkan telepon dan berjalan ke pintu.
Aku senang ada Rachel. Jika kau pikir situasinya bakal jadi buruk, kau pasti mau
Rachel di sisimu.
"Marco?" Nora berdiri setengah tertidur di tangga. "Mana Ayahmu?"
"Dad? Dad cuma pergi ke toko. Mungkin dia ngidam Chunky Monkey. Dad pasti
cepat balik." Nora mempertimbangkan omonganku sebentar, sampai dia memutuskan
untuk percaya dan kembali tidur.

20
Aku keluar dan morph jadi osprey di halaman belakang. Berbahaya sih, tapi 'kan
gelap. Aku langsung mengepak keras-keras sebelum sayapku terbentuk sepenuhnya.
Terbang ke atas, ke atas, dan ke atas. Lampu jalan membuat gemerlap kota jadi
tampak seperti garis sederhana. Peta di Yahoo!. Aku menukik turun, merendah dan
lebih rendah lagi sampai aku menemukan mobil Ayah.
Hampir sampai!
Aku menukik bagai pesawat akrobatik. Mendarat dan demorph di semak-
semak.
Lampu menyala di lantai dasar. Gorden merah dan tebal melindungi jendela.
Bayangan bermain-main di baliknya. Siluet aneh dan pergerakan tiba-tiba. Perkelahian.
Dimana sih Rachel?
Aku mengendap-endap menuju rumah itu, setengah merangkak agar kepalaku
tetap di bawah pagar. Aku berhenti di sebuah jendela dan menempelkan wajahku di
sisi jendela yang kira-kira gordennya tidak terlalu menempel ke birai.
"Ahhh!" Sebuah suara terganggu muncul dari suatu tempat di dalam ruangan
itu.
Dua Hork-Bajir berdiri kaku, siaga. Di hadapan mereka, dua Pengendali-manusia
memaksa Ayahku duduk di kursi, mengikatnya, dan mengamankan dia di sebelah
kolam Yeerk portabel!
Salah satu pria itu adalah Russ. Orang 'mati' yang ternyata masih hidup.
Aku langsung berdiri. Melupakan soal peringatan dan kehati-hatian dan
keamanan. Lupakan segalanya, kecuali Dad, kata instingku.
Tapi aku malah diam tak bergerak. Menyaksikan saat salah satu pria itu
mendorong kepala Ayahku ke pinggiran tangki. Ayahku memberontak, sebuah
serangan putus asa sebagai bentuk kengeriannya. Pria itu menampar wajah Ayahku.
Ayahku menendang kolamnya. Cairan di dalamnya tumpah, meluber ke pinggir
hingga ke atas karpet.
Aku menonton semua itu, terkesima. Nyatakah ini? Inikah waktunya?
Lalu, kemarahan dan kebencian menjalar dari dalam tubuhku seperti bisikan iblis.
"Ini tidak boleh terjadi." kataku pelan. "Jangan Dad. Jangan lagi.."

21
Insting memerintahkanku untuk mengakhiri mimpi buruk ini, menerobos kaca
jendela, menghancurkan para Pengendali, membebaskan Ayahku.
Tapi, kau seorang Animorph, pikiran rasionalku mendebat. Seorang prajurit.
Kau harus membiarkan ini terjadi. Kau tidak bisa menyelamatkannya sekarang.
Bahkan, kebebasan sementara akan menjadi sebuah akhir. Para Yeerk tidak akan
berhenti hingga mereka menemukannya. Menemukanmu. Teman-temanmu. Kau harus
membiarkan ini terjadi. Ini adalah hal pintar untuk dilakukan. Satu-satunya hal yang
bisa dilakukan.
Aku menyaksikan saat kepala Ayahku dipaksa masuk ke dalam cairan kental dan
keruh itu. Satu mata terbenam di bawah permukaan cairan. Dan yang lainnya terpaku
penuh kengerian pada siput tanpa rumah yang berenang mendekat. Semakin dekat.
Semakin dekat...

22
BAB 5

"TIDAAAAAKK!"
Aku mengangkat tinjuku yang besar dan hitam untuk memecahkan kaca. Aku
telah morph, tanpa sadar ataupun tanpa niat untuk itu. Gorila : ekspresi wajahnya
cukup menggambarkan perasaanku yang sesungguhnya — kemarahan yang terlalu
hebat untuk ditahan. Itu yang terjadi. Inilah akhir dari kepintaran dan awal dari
kebenaran.
Crash!
Aku memecahkan kaca dan menarik tubuhku lewat jendela yang hancur. Jutaan
keping berkilauan menghujani lantai. Udara malam yang dingin menghambur masuk di
belakangku. Gorden merahnya tersibak tak karuan.
Semuanya membeku. Semua mata tertuju ke arahku.
Aku menyambar benda yang paling dekat, sebuah kursi dari kayu ek, dan
mengayunkannya agar tidak menghalangi jalanku. Lengan gorila memang mirip mesin
alat berat. Kau hanya berpikir, aku akan menggerakkannya, dan itulah yang terjadi.
Tanpa dorongan. Tanpa usaha apapun.
Kursi itu membentur dan pecah ke arah cermin di dinding. Kaca pecah ini, akan
jadi kartu panggilanku.
<Menyingkir dari kolam dan kalian mungkin tidak akan terluka.> dengusku.
"Andalite," si pria 'mati' meludah.
Dua Hork-Bajir penjaga menyergap. Memburuku, mengitari sebuah sofa kulit
gelap, kaki siletnya mengoyak kulit pelapis sofa itu saat mereka melintasinya.

23
Aku menyambar senjata terdekat, bola kaca dari sebuah lampu lantai.
<Awas kepalamu!> seringaiku, dan melemparkan bola kaca itu bagai bola
bebas. Salah satu Hork-Bajir gagal menangkapnya seperti kentang panas. Dia terjatuh
ke belakang dan membenturkan kepalanya sendiri ke meja. Idiot-idiot ini rupanya
bukan pemain bola pro.
<Kau. Yang di meja. Angkat kepalamu!> Aku berteriak pada Ayahku,
memalsukan suaraku agar terdengar lebih berat. <Angkat kepalamu. Sekarang!>
Aku melihat dia memiringkan lehernya, memaksakan diri melawan tangan
manusia yang marah.
Tiang lampunya masih berada di genggamanku, sebuah tiang panjang dari besi
tempa.
Whack! Whack! Whack!
Dengan cepat, kupukul Hork-Bajir kedua tepat di lutut, di perut, dan di
kepalanya. Dia terjatuh ke tanah. Gedebuk, lalu berdebam dengan keras.
Aku mengangkat sofanya ke samping.
Ayahku berteriak lagi. Aku berbalik untuk melihat kepalanya meluncur kembali
ke kolam! Lumpur keruh dan kental meleleh di pipinya!
Dan siput Yeerk mulai merayap menuju telinganya!
<TIDAK!>
Ini mungkin saat-saat paling aneh dalam hidupku. Dalam sekejap mata,
segalanya berubah. Live action menjadi slow-motion. Aku melihat masa depan Dad di
tanganku.
Kedua tanganku sendiri.
Aku menyerbu ke depan, lenganku memanjang, tanganku terulur. Lamban..
terlalu lamban!
"Ahhhh!"
Yes! Aku menangkap sebagian punggung licin siput Yeerk dengan jari-jari
raksasaku dan merenggutnya dari kepala Ayahku. Kubanting siput itu ke lantai.
Si Pengendali-manusia mundur. Aku meraih kursi dimana Ayahku terikat dan
meluncurkannya melewati lantai, langsung ke arah dinding. Ayahku mengutuk dan

24
menendang-nendang, tapi masih terikat di sana. Setidaknya dia bebas. Itulah yang
paling penting.
Aku meraup kolam Yeerk-mini itu dengan tanganku dan mengangkatnya.
Ratusan galon cairan Kandrona tumpah ruah di lantai. Satu-satunya siput Yeerk
abu-abu terapung-apung dalam semburannya. Siput itu terantuk salah satu sisi meja
dan tersapu ke arah pintu belakang yang terbuat kaca. Saat hampir menabrak bagian
bawah pintu, aku membuka pintu itu. Cairan terkuras dengan cepat ke teras di luar.
Ada kecipak pelan saat Yeerk itu akhirnya terjatuh.
<Musuh telah dihancurkan.> Kataku pada orang-orang yang masih berdiri
terpaku. Aku mengambil langkah menuju mereka dan apa yang masih tersisa dari
kepercayaandirinya. Mereka telah melihatku menghabisi dua Hork-Bajir. Mereka tahu
pasti, aku bisa merobek lengan mereka dari pangkalnya.
Aku mengambil langkah lain —dan ekspresi mereka berubah. Mereka
tersenyum dengan separo seringaian yang identik. Ini tidak masuk akal. Tidak, sampai
aku sadar mereka tidak menatap ke arahku.
SSSSEEEWW! SSSSEEEWW!
Dua silet berjalan menjerit ke arahku! Dua Hork-Bajir baru!
Aku menghindar tapi pedang-pedang itu menyerempet kepalaku. Aku
menghantam lantai. Terbirit-birit di bawah meja makan. Kedua Hork-Bajir itu tepat di
belakangku. Aku menolakkan sebuah kursi ke arah mereka. Salah satu Hork-Bajir itu
menendangnya.
Aku meraih sebuah kursi berlengan, menggenggam erat kaki-kakinya, dan
melemparkannya ke belakangku untuk menghalangi mereka. Mereka bertarung
dengan gumpalan kapas dan busa cukup lama untukku melakukan lompatan
melampaui sofa yang hancur dan melambungkannya ke udara. Mengubah mereka
menjadi seperti alat pelantak!
<Ahhhh!>
Aku menggeram. Merasa sedikit terangkat.
Kuharap Russ mengasuransikan rumahnya.
Ka-plash! Bam!

25
Aku kehilangan kedua Hork-Bajir, tapi berhasil menghancurkan peralatan
elektroniknya.
Salah satu Hork-Bajir mulai tertawa. Paling tidak, itulah yang kupikir sedang dia
lakukan.
Aku mundur dan menabrak dinding. Mereka menerjang ke arahku, pisau-silet
mengudara, mulut berbentuk paruhnya terbuka. Whoa. Benar-benar napas yang
berbahaya.
Aku melihat ke atas. Ke bawah. Ke kiri. Ke Kanan. Pasti ada jalan untuk
menyelamatkan diri. Senjata yang belum aku gunakan!
Satu cakar Hork-Bajir mencekik leherku dan memaksaku mundur.
Aku megap-megap, mencari udara dan mencoba meninju perutnya. Tidak
sampai. Wajahku diliputi kesakitan, kepalaku mulai berputar-putar.
<Ini sangat menyenangkan, anak-anak.> Aku terengah-engah. <Tapi, sekarang
aku harus pulang.>
Mereka punya tepat satu detik untuk berpikir bahwa aku sudah gila.
"Roooooaaaaarrrr!"
Sepasang telapak tangan berbulu seukuran raksasa dengan cakar yang bisa
mencincang salmon sebelum kau bisa bilang "Iox," menghantam kepala Hork-Bajir itu
bersamaan.
Aku bahkan tidak ingin menggambarkan apa yang Rachel lakukan setelahnya.
Katakan saja, Yeerk-Yeerk itu tidak akan membuat masalah untuk sementara.
<Baiknya, kau baru muncul.> kataku kesal, tersungkur pada dinding, darah
menodai catnya.
<Kayaknya aku sedikit terlambat, nih.> jawab Rachel, mengalihkan mata
beruangnya pada Ayahku.

26
BAB 6

DAD nggak pernah terlihat setakut sekarang ini. Dia sangat pucat. Seputih
kertas. Dia juga gemetaran.
Weeeeeeeooooo! Weeeeeeeeooooo!
Suara sirene terdengar dari jauh. Mereka datang kepada kami. Aku melakang
maju. Ayahku gemetar ketakutan seakan dia mengira aku akan membunuhnya.
Marco, dasar idiot, kau ini gorila yang menyeramkan! Bicara padanya, katakan
sesuatu. Buat dia percaya padamu.
<Kami di sini untuk membantumu,> kataku berusaha menyamarkan suara.
<Semuanya baik-baik saja.> Mata Ayahku berpindah dari si kera ke si beruang, tampak
tidak terlalu yakin.
<Hebat, deh,> kata Rachel hanya padaku. <Sekarang apa? Apa yang harus kita
lakukan dengannya?>
<Dia sudah melihat terlalu banyak. Jelas, Yeerk berniat membuat semua orang
yang terlibat penelitian Z-Space itu jadi Pengendali. Sekarang setelah Ayahku
diselamatkan bandit Andalite, nggak ada jalan keluar untuknya.>
Aku berhenti sebentar, memandang ruang keluarga yang benar-benar
berantakan. Apa yang sudah kulakukan? Aku sudah sinting. Semua urusan ini sinting.
<Kupikir, mungkin, inilah saatnya...>
Aku menunggu Rachel untuk menjawab. Dia hanya diam. Aku menganggapnya
sebagai tanda bahwa dia setuju.
<Satu hal yang pasti,> katanya tiba-tiba. <Kalian HARUS segera keluar dari sini!>
Aku maju, bergerak tiba-tiba, melepaskan ikatan Ayahku, dan menyambar
pinggangnya. Dia menegang dan melawan, berteriak-teriak putus asa.
<Dengar!> geramku. <Kami orang baik. Hanya kami yang kau punya.>

27
Dia menendang sekali lagi, lalu terdiam. Aku membawanya keluar lewat pintu
belakang, lewat lumpur Yeerk setinggi mata kaki. Rachel membuntuti. Kami menerjang
mobil Dad yang terparkir. Aku melepaskannya di depan pintu pengemudi.
<Masuk!>
Aku berlari ke sisi penumpang dan merenggut pintunya. Whoops! Terlalu keras.
Pintunya hampir terlepas dari engselnya.
<Apa yang kau lakukan?!> dengus Rachel.
Aku mengangkat bahu, lalu melontarkan diri ke dalam mobil dan
menyandarkan kursi belakang sedemikan rupa, yang mana sangat tidak ada
pengaruhnya. Kepalaku berputar ke arah dashboard. Sebuah kaki dan sebuah lengan
menggantung di bekas pintu samping mobil itu.
Ban mobil polisi berdecitan di sudut perempatan, tertinggal di belakang sekitar
lima blok. Beberapa polisi mungkin bebas, tapi sebagian besar pasti Pengendali.
Kenapa harus menebak-nebak mana yang akan datang?
Ayahku gemetaran saat memegang kunci seperti orang tua. Napasnya cepat
dan tercekat.
<Kemana kau akan pergi?> tanya Rachel. <Bagaimana kami menemukanmu?>
<Akan kuberitahu secepat yang kubisa,> kataku.
Mesinnya mulai terbatuk dan menyala. Rachel kembali menyelinap di antara
semak-semak.
Polisi mulai memenuhi jalanan.
<JALAN!> teriakku. <AYO BERGERAK!> Ayahku terlalu takut untuk tidak patuh.
Segera, kami meluncur saat sinar menyilaukan dan sedan putih berdecitan pada halte
di jalan 1366. Aku menengok ke belakang lewat lubang bekas pintu.
<Rachel?> Aku memanggil ke arah kegelapan, tidak yakin jika dia bisa
mendengarkan. <Trims.>
Sebuah van meluncur melewati mobil patroli dan ngebut ke arah kami.
<Cepatlah! Ayo bergerak!>
Kami melaju perlaham melewati seorang pria yang trauma di kendaraannya.
Ayah berpaling ke jalan yang akan membawa kami pulang.

28
<Tidak!> teriakku.
"Tapi... putraku," dia terengah-engah. "Istriku.
<Ke Selatan! Ke arah sana!> aku memerintahnya. <Kau tidak bisa pulang.>
Aku tidak bisa membiarkannya. Terlalu berbahaya. Nora mungkin saja sudah
ada dalam kendali Yeerk...
Van itu menabrak kami dari belakang. Sentakannya membuat kepala kami
terlempar ke belakang. Aku menoleh lewat bahuku. Dua Hork-Bajir berada di dalam
kendaraan itu. Salah satunya bergantung di pintu gesernya. Di dalam, aku hanya bisa
menebak. Enam atau tujuh atau bahkan lebih.
<Sial!>
Ayah hanya ternganga ngeri.
<Kita sedang diikuti. Ayo! Ke jalan raya!> Tapi, dia malah membeku. Aku harus
mengambil alih. Kusambat setirnya. Meregangkan dan menekan kaki raksakaku di
gasnya, tepat di atas sepatu Ayah.
Skreeeeeee!
Kami mengemudi seperti di Formula One.
"Ahhhh!" jerit Ayah. Entah karena aku menginjak kakinya atau karena cara
mengemudiku yang ternyata lebih buruk dari yang kukira. Aku menyalakan lampu
merah, membanting setir keluar jalur, menyalip di antara lalu lintas jalan raya.
Atau aku mencobanya..
Klakson-klakson menjerit protes. Aku merasa sedikit bersalah saat
menyerempet sebuah Jeep Cherokee. Dan juga Hodge itu. Juga Hondanya.
Tapi, kami tidak kehilangan van-nya!
Aku pindah dari jalur satu. Jalur dua. Jalur tiga. Jalur empat.
Van itu masih saja menempel di bumper kami!
Tanda lalu lintas. Keluar 54...
Scrrrrrreeeeeeekkk! Aku mengerem, membuat ban meninggalkan bekas di
jalanan.
Aku membelok melewati empat jalur lalu lintas itu, dari jalur paling kiri ke arah
jalur keluar.

29
Screeeeeeek! Para Yeerk itu masih saja mengikuti.
<Ambil alih kemudinya!> perintahku. Ayah mematuhinya.
Aku menoleh. Yeerk itu memutar terlalu tajam. Mereka meluncur.. ,
meluncur.., dan akhirnya tergelincir ke arah pembatas beton.
Kaaachoomp! Tabrakan mengerikan terjadi saat kami kabur dari pandangan.
Ada pengemudi yang buruk, dan ada pengemudi yang lebih buruk.
Lingkungan rumah sangat sepi, semuanya tidur. Ini sudah lewat tengah malam
dan langit bersih dari bintang-bintang. Akhirnya kami berbalik ke jalan dua jalur.
"Kau ini siapa?" kata Ayah sembari menginjak rem dan menengakkan bahu.
"Kau ini apa?"
<Ingat dua orang berpisau yang mencoba membunuhku? Ada dua ratus di
antara mereka yang mencari kami sekarang. Jika kau tidak terus mengemudi...>
Mobilnya berhenti. Ayah membuka pintu dan melontarkan dirinya keluar. Ia
mulai berlari.
<Tidak!> teriakku.
Tertatih di parit saluran air, bangkit, dan menyebrangi ladang penuh alang-
alang.
Aku memaksa diriku keluar dari mobil dan mengejarnya. Hanya ada satu hal
yang harus dilakukan. Tapi, semua yang aku pikirkan hanyalah orang terakhir yang
kutahu, orang terakhir yang akan mengetahui rahasia Animorphs.
Ayah akan berakhir bagai tikus dalam perangkap. Selamanya. Kami yang
melakukannya. Kami harus melakukannya.
<Dad!> Aku memanggilnya lewat bahasa-pikiran. Dalam suaraku sendiri.
Dia terpaku. Berbalik. Dan menatapku.
Dalam remang cahaya lampu depan mobil, aku mulai demorph. Dengan
perlahan, untuk berubah dari monster menjadi anak laki-laki tepat di depan mata
Ayahku.
Ayah masih terpaku bagai patung, matanya membesar. Tepat saat aku sudah
sepenuhnya berubah, aku melihat air mata menggenang di matanya.
"Ini aku," kataku segera saat mulut manusiaku terbentuk.

30
Ayahku tergagap parau. Ia berjalan ke arahku melewati alang-alang.
"Bagaimana? Aku tidak mengerti."
Dia menyentuh rambutku, wajahku, pundakku. Lalu ia merangkulku.
Memelukku. Air matanya di pipinya menetes di pipiku sendiri.
"Bagaimana?" tanyanya lagi.
"Ceritanya panjang, Dad. Ceritanya sangat amat panjang."

31
BAB 7

KAMI memesan burger dari restoran buka-sepanjang-malam di pinggiran kota.


Tempatnya terlalu mirip tempat pembuangan sampah dan tidak mungkin Yeerk akan
mengeceknya. Kuharap sih. Lagipula, kami makan di dalam mobil, di sudut gelap
tempat parkir.
Kuberitahu Ayah segalanya. Hampir segalanya.
Ceritaku entah bagaimana telah membuat dia termangu. Ayah tampak
terpesona, sekaligus tidak percaya. Dia terus menggelengkan kepala keras-keras setiap
kali segalanya yang kuceritakan, yah.. memang terlalu banyak untuknya.
Saat aku berhenti bicara, untuk pertama kalinya Ayah berkata bahwa dia harus
menelepon Nora. Kubiarkan dia melewati tempat parkir menuju telepon umum.
Kubiarkan dia menekan nomor teleponnya.
"Sayang, ini aku," kata Ayah. "Yah, aku baik-baik saja."
Aku bisa mendengar Nora di ujung telepon. Berteriak, khawatir, takut.
"Aku sedang dengan Marco," katanya lagi. "Dimana? Kami ada di..."
Aku memutuskan sambungan dan menyambar gagang telepon dari telinga
Ayahku. Dengan marah, kuhempaskan benda itu.
Dia menatapku. "Apa itu?" tuntutnya.
Untuk pertama kalinya sejak kejadian mengerikan yang terjadi di rumah Russ,
ini terasa seperti Ayah yang kutahu. Ayahku yang sesungguhnya. Ayahku yang berpikir.
Figur Ayah yang berwenang. Untuk pertama kalinya sejak aku demorph, pandangan
matanya tampak berjarak.
"Kenapa kau lakukan itu?"
Aku mulai berjalan kembali ke mobil. Dia mengikuti.
"Kubilang, apa maksudnya tadi?"
Aku duduk di kursi penumpang. Ayah duduk di sebelahku dan membanting
pintu. Setidaknya, ada pintu yang bisa dia banting

32
"Dad tahu apa sebenarnya maksudku tadi," kataku tenang. "Jika Dad
mendengarkanku, Dad bakal tahu kalau sekarang Yeerk sudah menyusup masuk rumah
kita, mungkin malah menyadap telepon kita. Aku bertaruh mereka sedang duduk di
sofa kita sekarang, menunggu Dad untuk masuk ke rumah, jadi mereka bisa—"
"Hentikan," kata Ayah marah. "Hentikan itu. Aku mendengarkanmu, Marco.
Aku mendengar setiap katanya. Tapi, kau harus mengerti... Aku tidak punya bukti,
tidak... bagaimana bisa aku bpercaya semuanya yang kau katakan? Kau berubah wujud
dari gorila menjadi anakku. Tapi, aku yang mengira aku melihatnya. Aku sedang
ketakutan. Aku sedang disiksa, kemudian diculik. Mungkin pikiranku menipuku.
Mungkin ini hanya mimpi."
Sebelum dia selesai bicara, aku sudah setengah jalan.
Kulitku mengeras, kemudian menghitam, lalu menipis bagai cangkang telur.
Kaki dan lenganku memendek sampai tidak ada yang tersisa untuk menopangku. Aku
jatuh ke arah kursi, mengecil, dan mengecil hingga remah dari roti burger tampak
bagai bongkahan batu, dan kebutaan melenyapkan pandanganku.
Shloooooop!
Pinggangku menyusut hingga sekian milimeter, membelahku menjadi dua.
"Ya Tuhan!" Ayahku menjerit. "Oh, tidak!"
Aku sedang berubah menjadi semut. Tapi aku tidak akan menunggu sampai
naluri semutnya muncul. Tidak.
Aku mulai demorph.
Kubiarkan Ayah menontonku dan segala hal mengerikan serta keanehan dalam
proses morph. Kubiarkan dia duduk di sana, sendirian, dan semakin dekat dengan
kenyataannya yang baru, saat aku demorph menjadi anak laki-laki lagi. Dan mulai
morph lagi.
Bulu-bulu tercetak di kulit dalam 2 dimensi, lalu menjadi 3 dimensi. Bulu-bulu
mulai tumbuh dan keluar saat tubuhku menyusut dan kepalaku berubah. Hidungku
mengeras dan menjadi berujung tajam serta b _____. Jari-jariku, walaupun menjadi
lebih kecil, tumbuh semakin kuat, dan menjadi cakar pengoyak daging. Mataku
menajam, menjadi sejernih penglihatan manusia super.

33
Lagi, aku mulai proses kembali menjadi bocah manusia. Kembali ke bentuk yang
Ayahku kenali sebagai anaknya.
"Aku punya sekitar duapuluh binatang lain yang bisa ku-morph." kataku saat
bulu terakhirku menghilang. "Mau lihat lobster-ku?"
Aliran keringat dingin mengalir di sisi kepala Ayahku. Dia tidak perlu melihat
yang lainnya.
Aku telah menakutinya, membuatnya ngeri. Membuatnya gugup, cemas, dan
khawatir. Dia sedang menanganinya. Untuk seorang pria yang kenyataannya baru saja
dijungkir-balikkan, dia menerimanya dengan cukup baik.
Dia memandang lewat kaca depan mobil dan sejenak menatap suatu titik di
kejauhan. Matahari sudah hampir terbit. Dan memberikan potongan dunia kami yang
suram, sebuah gambaran. Ayah menatapku kembali.
"Aku paham," katanya pelan. "Aku paham. Kau seperti ada di neraka."
"Ada di neraka dan kembali." Aku tersenyum. "Beberapa kali malah."
Ayahku balas tersenyum.
"Aku akan membawa Dad ke beberapa temanku, Dad." kataku. "Dad bisa
bersama mereka sampai kami memutuskan . . ."
"Whoa," Ayahku menjawab dengan cepat. "Apa kau gila? Ayah akan ke polisi."
"Dad, para Yeerks itu polisinya. Aku tidak bisa membiarkan Dad
melakukannya."
Dia kembali terkejut dan bingung. "Apa maksudmu kau tidak bisa
membiarkanku? Aku Ayahmu. Aku yang memberitahumu apa yang harus dilakukan.”
Tidak dalam hal ini, Dad. Tidak dalam dunia ini.
"Dad, tentu saja Dad ayahku," kataku, melawan arus emosi. Dan akan sangat
bagus jika ada yang harus membuat keputusan untukku lagi, aku menambahkan dalam
diam. "Aku sayang Dad. Aku menghormati Dad. Tapi aku telah berjuang dalam perang
ini untuk waktu yang lama. Aku sudah melewati lebih banyak misi, lebih banyak
pertarungan, dan lebih banyak melihat hal-hal mengerikan yang hanya bisa Dad
bayangkan. Ini pertarunganku. Perangku. Aku dan teman-temanku, kami tahu apa yang
terjadi. Dad tidak."

34
Ayah mengerutkan dahi padaku, dan kembali memandang matahari yang
sedang terbit.
"Kau ceritakan apa yang sedang terjadi." sahutnya pelan.
"Tidak semuanya. Aku melupakan sesuatu."
Dad tertawa sinis. "Biar kutebak. Visser Three adalah ayahmu, Ibumu Andalite,
dan aku sama sekali tidak ada hubungannya."
"Tidak." jawabku. Bahkan sama sekali tidak mendekati. Tanganku
mencengkram kulit jok. "Mom bukan Andalite. Dan dia tidak tenggelam. Dia adalah
induk semang Visser One. Mom sudah jadi budak si Visser sejak sebelum ia
menghilang."
Wajah Ayah memucat. "Maksudmu, Eva?"
"Maksudku Mom."
Dad bersandar ke depan. Kepalanya membentur kemudi. Kedua tangannya
menutupi wajahnya.
"Ya, Tuhan," katanya.
"Dia masih hidup."
"Aku tidak tahu . . ."
Dia kembali menyandarkan punggung ke kursi. Kepalanya membentur
penyandar kepala. "Jika saja aku menunggu . . ." Dad menutup mata, dan
membukanya. Lalu dia meraih laci mobil, merogohnya, dan menarik satu pak rokok
dan sebuah pematik. Dia mengambil satu dan menyalakannya.
"Dad, apa yang Dad lakukan?" kataku lembut. "Dad berhenti merokok lima
tahun yang lalu. Matikan."
Dad memandangku dan melemparkan rokoknya keluar.
"Aku mencintai Nora," katanya. "Aku mencintai dia seperti aku mencintai
Ibumu."
Kata-katanya membuat tenggorokanku tercekat. Tidak. Tidak bisa. Nora
memang baik, tapi . . . dia adalah guru matematika.
Ibuku adalah segalanya.
Tapi, Dad mencintai Nora. Entah mengapa, hal itu jadi hal baru bagiku.

35
Kepeningan dan sakit kepala menyerangku bagai batang besi. Kepalaku
berputar. Matahari yang tengah terbit menjadi terlihat kejam dan tidak pantas.
"Aku akan membawamu ke tempat teman-temanku." kataku pelan.
"Kemudikan mobilnya kembali ke kota."
Ibuku ada di tangan musuh. Aku merasa hanya aku satu-satunya yang peduli.
Dad mencintai wanita lain.
Aku berharap aku bisa menjaga omonganku.
Semestaku, impianku, runtuh.

36
BAB 8

KAMI keluar dari jalan raya pada sebuah pintu keluar tidak jauh dari rumah
kami. Tapi, kami tidak akan pulang ke rumah.
Ini jam enam pagi. Jam sibuk dimulai. Siapa sangka orang-orang meninggalkan
rumah mereka di pagi buta. Berguling dari tempat tidur untuk pergi ke sekolah tepat
waktu adalah penyiksaan bagiku. Potongan rambut Dad membuatnya tampak kasar,
namun ia tetap membiarkannya. Mengetahui bahwa Mom telah melakukan sesuatu
yang lucu pada wajahnya. Membuatnya terlihat kaku dan kasar, juga berbeda.
“Belok sini,” Seruku. “Rumah ketiga dari kanan.”
Semua rumah di perumahan ini terlihat baru, besar dan tampak sama, dengan
dua garasi mobil di setiap ujung jalannya.
“Rumah dengan Lab hitam yang halamannya bocor?”
“Hu uh.”
Kami memarkir mobil, berjalan di halamannya dan membunyikan bel. Aku
menunggu sambil menatap jalanan. Van Hork-Bajir teringat jelas. Aku mengamati
sebuah mobil yang melaju keluar dari garasi di ujung jalan.
Aku mendengar Erek menuju pintu.
“Dad, ini akan sangat aneh.”
“Please,” Dad berkata tenang. “Gak akan seaneh itu.”
“Dad, hanya saran, saat kau bertemu Animorphs, jangan pernah katakan gak
akan seaneh itu. Karena kami selalu aneh.”
Erek King – Erek si Chee- membuka pintu.
“Uh-oh.” Melihat ke arah Dad lalu padaku.
“Yah, aku tahu.” Kataku.
“Apakah ia?” Erek bertanya penuh kewaspadaan.
Aku mengangguk. Erek menggapai lengan kami dan menggeret kami ke dalam.
Pintu terbanting di belakang kami. Kami berdiri di dalam ruang tengah Mr.King,

37
ruangan normal yang tertutup taman bermain anjing Chee yang berantakan, beberapa
kaki dibawah kami. Mata ayahku menerawang sofa. Kemudian mulutnya ternganga. Ia
tersandung menabrak dinding.
Mr.King duduk di sofa sedang menonton kami. Cukup normal. Kecuali ia tidak
mengenakan pakaian. Tidak berkulit juga. Ia sedang duduk santai dengan alami,
dimana menurutnya adalah duduk-duduk dengan tubuh android. Bukan dengan
hologram manusia.
Saat Mr. King menyadari Dad sedang terperangah, hologramnya segera
berpendar lagi pada tempatnya.
“Ingat para Chee?” Tanyaku. “Ras android kuno yang diciptakan oleh kaum
Pemalite dan diciptakan untuk kedamaian. Aku sudah cerita padamu.”
“Benar.” Kata Dad lemah. “Aku cuma berfikir kau sedang menarik kakiku.”
“Erek.” Panggilku. “Yeerk hendak menangkap ayahku. Dengan sedikit informasi
yang ayahku punya mengenai transponder Z-space. Lalu Dad membuat para Yeerk
marah karena telah menggagalkan rencananya untuk memasukan siput ke telinganya.
Apa kau bisa menyembunyikannya disini tanpa melanggar programmu? Dan bisa kau
melenyapkan mobilnya?”
“Tidak masalah.” Jawab Erek. “Tentu saja ia boleh tinggal. Apa ia suka anjing?”
Dad melirikku. Kami sepertinya memiliki perasaan yang sama terhadap anjing
Nora, Euclid. Jengkel dan kasihan bercampur dengan rasa sayang yang hampir tidak
ada sama sekali. Tapi, anjing Nora adalah anjing yang bisa disebut anjing sebenarnya.
“Aku sangat menyukainya.” Kata Dad memaksa tersenyum.
“Erek,” Kataku. “Ada satu hal lagi. Ayahku telah dinyatakan hilang. Itu berarti
setiap sub-Visser di kota ini mencari petunjuk, akulah petunjuknya. Jika aku dinyatakan
hilang juga…jika mereka berfikir kami berdua hilang…”
“Mereka akan menanyakan teman-temanmu.”
“Cukup gawat kan?”
“Yeah, tapi kami bisa mengatasinya.” Ujarnya. “Jangan khawatir. Kami akan
menunjukkan pada Yeerk apa yang ingin mereka lihat: kau dan ayahmu. Masih hidup,

38
sehat, dan tidak tahu apa-apa.” Sebelum kami sempat berkedip, Erek telah berubah
menjadi duplikat Dad yang sempurna.
“Apakah ia morf menjadi diriku?” Kata ayahku melongo.
“Bukan. Erek adalah android, ingat? Dan itu adalah hologram.”
“Oh,” Katanya segera paham. “Oh, wow.” Jiwa insinyur dalam dirinya baru saja
tertendang. Keinginan tahuan teknisnya bangkit. Ia mengulurkan tangan untuk
menyentuh hologram Erek. Tangannya menembus ‘kulit’ Erek.
“Whoa.” Pekiknya. “Sulit dipercaya! Erek, kau haus memberitahuku tentang
proses kejanya. Aku ingin tahu semuanya.” Ia menarik tangannya kembali, lalu
menyentuhnya lagi, kali ini di bagian pinggangnya.
Erek mengerutkan kening seolah Dad telah menyalahi martabatnya, tapi ia
tetap bersikap sopan. “Kita akan ngobrol lagi nanti.” Katanya sambil dengan lembut
menarik tangan Dad dari dalam perutnya.
“Benar.” Dad merasa malu. “Jadi, kau bisa meniru hologram aku dan Marco?
Bagaimana dengan Nora?”
Erek dan aku bertukar pandang. Kami tahu ini sudah terlambat.
“Kami akan melakukan apa pun yang kami bisa.” Ujarnya. “Tapi kau harus tahu
Yeerk bergerak cepat. Kau harus siap untuk kemungkinan terburuk.”
Aku menatap sedih wajah lelah Dad, dan perutku terasa terbenam. Aku
mempertaruhkan hidupku hampir setiap hari pada segala macam misi gila, namun aku
tidak memilih untuk mempertaruhkannya demi Nora. Sekarang, ia mungkin sudah
tidak tertolong lagi dan ini semua salahku.
Kurasa Dad tidak akan menerima kenyataannya.
“Mereka tidak akan menyentuhnya.” Aku berbohong. “Ia ada di sekolah hampir
sepanjang hari. Semuanya akan baik-baik saja.”
Dad terlihat agak lega.
“Ikutlah denganku.” Kata Erek mengganti hologram Dad dengan seorang anak
seukuran Jake. Kami menuju tangga. Aku berjalan di samping Erek.
“Kau tahu, Yeerk tidak membuang-buang waktu untuk merasuki Dad. Mereka
hampir mencoba membunuhnya. Bagaimana jika mereka mencoba membunuhmu?”

39
“Aku bisa tahan dengan serangan sinar Dracon tingkat rendah.”
“Tapi gimana kalau kekuatan penuh?”
Erek mengangkat bahu. “Tergantung dari sudut tembakan, durasi, dan
keberuntungan. Marco, programku hanya melarang untuk melakukan kekerasan,
bahkan dalam keadaan darurat. Dan tidak melarangku mati.”
“Yeah, aku mengerti.”
Kami mengikuti Dad menuruni tangga ke basement. Kemudian, seperti yang ku
ingat, lantai mulai turun seperti elevator. lima lantai berhenti lalu dinding di belakang
kami menghilang menjadi lorong bercahaya keemasan.
Kami berada di ruagan luas bercahaya. Rerumputan di bawah kaki kami
terbentang luas. Aliran sungai kecil dan bunga-bunga liar menghiasi sekitar. Kupu-kupu
dan lebah bergerombol di sekitar bunga, serta tupai-tupai naik-turun dari berbagai
pohon. Sekeliling taman dipenuhi ratusan bahkan ribuan anjing yang bahagia dan
bermain, yang diawasi oleh Chee berbentuk android.
“Mereka adalah Chee.” Erek menjelaskan pada Dad. “Mereka akan berbaik hati
padamu selama kau tinggal disini.”
Dad mengenyakan diri di rumput di bawah pohon. Dua hingga tiga anjing
berlari untuk menyambutnya. Seekor anjing kampung remaja mulai menjilati wajahnya
dan terus menjilati sampai akhirnya Dad memutuskan untuk membelainya.
“Kau janji akan menjaganya?” Aku berkata pada Erek. Aku melirik Dad yang
matanya telah menutup sekarang. Ia telah terlelap dengan anjing masih menjilati
wajahnya. Dua Chee mendekat. Salah satunya meletakkan bantal dibawah kepala Dad.
Satunya lagi menutupinya dengan selimut.
Erek tersenyum. “Kurasa ia akan baik-baik saja.”

40
BAB 9

Aku orang terakhir yang tiba di gundang jerami. Rachel segera membuang
pandangan saat mata kami bertemu. Jadi, ia telah menceritakan pada semuanya.
Tobias memelototiku dengan tatapan serius elangnya. Yang lain juga tidak telihat lebih
ramah.
“Silahkan.” Suaraku gemetaran. “Kalian bisa bilang aku ini sudah gila, bodoh,
dan benar-benar gak waras!”
Hening. Apa yang kuharapkan? Aku sudah menunjukkan pada Jake bahwa ia
tidak bisa mempercayaiku. Aku sudah melakukan apa yang sangat ia takutkan.
Kali ini aku tidak melakukan hal yang benar.
Aku telah membiarkan perasaanku mengalahkan akal.
Dan aku tidak merasa lebih bahagia daripada teman-temanku.
“Tak ada alasan lagi.” Akhirnya aku berkata. “Inilah yang terjadi. Sedetik
kemudian aku berjanji untuk membiarkan Yeerk merasuki ayahku, detik berikutnya aku
berjuang melawan selusin Hork-Bajir.”
<Rachel bilang cuma ada empat Hork-Bajir.> Kata Ax.
“Terserahlah.”
“Apa kau tahu artinya?” Jake berkata tenang.
“Tentu saja.” Aku menatap semuanya kemudian kembali pada Jake. “Artinya
tidak akan ada lagi ujian matematika.” Tak ada yang tersenyum. Aku terduduk di
tumpukan jerami dan menenggelamkan kepalaku di tangan, kepalaku gemetara karena
lelah. Aku hanya ingin berbaring sejenak.
“Aku tahu.” Kataku. “Maafkan aku.”
“Tidak apa-apa, Marco.” Cassie berkata ramah. “Tak ada yang bilang ini akan
mudah bagimu. Aku tahu aku juga tidak bisa… tidak bisa melihat Yeerk mengambil
orang tuaku.”
“Dan kau gak seharusnya begitu.” Rachel berkata kasar. “Cassie benar. Marco
bertindak seperti manusia.” Ia diam sejenak. “Ini pertama kalinya.”

41
“Itu tindakan ceroboh.” Kata Ax dengan wajah cemas aliennya. “Kau bertindak
sendirian di depan umum.”
<Yeerk akan melacak semua orang yang berhubungan dengan ayahmu.> Tobias
menggema. <Dimulai denganmu dan berkahir dengan kami.>
“Aku sudah selangkah lebih maju di depanmu tahu, bocah-burung.” Aku
berkata lelah. “Erek dan aku sudah punya rencana.”
“Kita tidak bisa merubah apa yang sudah terjadi.” Jake berfilosofis. “Intinya
sekarang adalah kita mengetahui perangkat Z-space benar-benar ada.”
“Dan kita harus mendapatkannya!” Rachel.
Aku menggelengkan kepala. “Misi yang mustahil. Jika Yeerk telah
mengendalikan semua orang di lab dan tahu kita mau mengambil alatnya, ini bunuh
diri namanya. Dan untuk apa kita melakukannya?”
“Kalau kita bisa mendapatkan alat itu, kita akan mendapatkan komunikasi
langsung ke alam semesta.” Jawab Rachel. “Seperti handphone antar planet.”
<Kurasa, alat itu butuh lebih dari baterai lithium-ion tunggal> Ujar Ax.
“Kalian tahu maksudku? Aku bicara tentang komunikasi yang sangat penting.
Komunikasi langsung dengan armada Andalite.”
<Tidak juga kalau kita sudah mati duluan.> Tobias bergumam.
Rachel menghela nafas. Cassie meliriknya.
“Dari laporan terakhir yang kita punya,” Sambung Cassie. “Bumi bukanlah
prioritas utama bagi Andalite. Apa gunanya jika kita bisa menghubungi armada yang
tidak bisa atau tidak mau membantu kita?”
“Kita masih gak yakin akan hal itu.” Aku membalas. “Gak ada sumber informasi
yang kita dapat secara langsung.”
Rachel berdiri.
“Ada apa sih dengan kalian? Apa kalian gak sadar bahwa tranponder Z-space
berarti akses ke semua transmisi Z-space. Benarkan, Ax?”
<Ya.>
“Jadi, itu bukan sekedar telepon rumah.” Rachel mendebat. “Itu adalah
kesempatan untuk menghalangi transmisi Yeerk.”

42
Aku merasa seperti orang idiot karena tidak menyadari sebelumnya.
Seberapa banya kesempatan untuk menjadi pengamat antar planet?
Kesempatan untuk mengacaukan telepon Yeerk?
<Aku…> Ax ragu-ragu, mulai berjalan mondar-mandir kemudian berbicara lagi.
<Alat buatan manusia ini, tampaknya setara atau bahkan lebih unggul…> Aku
bersumpah ia berusaha mengatasi dirinya dari kata-kata yang tersedak. <…lebih unggul
dari teknologi Yeerk.>
“Lihat,” Seruku. “Apapun alat ini, dan seberapa rumit pun alat ini, alat ini dibuat
dengan menggunakan komponen manusia, kan?”
Ax tampak semakin kesal.
<Butuh tiga ratus millennia Andalite untuk melanggar batas-batas dunia dengan
roket sederhana. Sedangkan ras kami sudah lebih unggul jauh sebelum Z-space
ditemukan. Ras kami sudah siap untuk tantangan, dan sudah dipersiapkan untuk
perjalanan dan komunikasi dimensi zero.>
“Aku tahu, Ax.” Kataku. “Manusia itu konyol dan belum dewasa. Tapi kau
melupakan satu hal. Jika alat itu dibuat dengan komponen buatan manusia, ayahku
seharusnya mampu membuatnya lagi.”
Kali ini, suara tersedak sungguhan.
“Maksudku, seharusnya kau bisa membuatnya lagi dengan bantuan Dad.”
Pernyataan itu nampaknya bisa diterima oleh Ax.
Jake mengangguk.
“Ax?”
<Aku akan melakukannya, pangeran Jake.>
“Baiklah,” Seru Jake. “Ayo lakukan. Ini terlalu penting untuk tidak dicoba.”

43
BAB 10

Ax dan aku sempat terenyak oleh beberapa komplek rumah yang sangat mirip
satu sama lain sampai bamm! Kami tepat berada di depan rumah Erek.
Sesaat lalu kami mendarat pada rumput liar tebal yang berada di antara kolam
renang dan deretan semak belukar. Untuk pertama kalinya aku sadar jika Chee tidak
bisa berperang mungkin mereka juga dilarang menyakiti lingkungan. Dan pupuk
termasuk merusak lingkungan.
<Rumputnya lezat.> Ujar Ax, sambil demorf dibalik pohon kemudian mulai
membenamkan kuku-kukunya yang baru terbentuk ke dalam semak-semak. <Segar
dan lezat.>
Aku baru saja ingin melontarkan lelucon tapi mulutku sudah setengah jalan
berubah bentuk dari paruh Osprey ke bibir manusia, membuatku susah berbicara.
Ax morf lagi ke bentuk manusia lalu kami berjalan dengan susah payah
melewati semak ke pintu belakang.
“Ini disebut teras.” Ax mengamati. “Paddy. Paddy-Ohhh.”
“Uh-uh, dan ini namanya teras rumah. Ayolah.”
Dapurnya sungguh bersih dan terang. Aku berjalan melewati ruang tengah.
Sangat terlihat normal dengan sofa, kursi, dan segala pernak-perniknya. Sebuah TV
menyala tanpa suara. Menampilkan gambar presiden yang sedang berpidato di depan
murid SMA.
“TV nya sudah menyala selama setahun.” Kataku.
Aku menoleh ke arah tangga, Ax tidak ada di belakangku.
“Ax?”
Tidak ada jawaban, hanya terdengar suara berisik dari dapur.
Aku perlahan mundur dan melihat pintu kulkas menjeblak terbuka. Ku intip dari
atasnya.
Para Chee sungguh ramah, ada susu dan kue yang menunggu kami dari dalam
lemari es dan sepertinya Ax memutuskan waktunya cemilan.

44
“Orr-ee-ooh!” Serunya, menatapku dengan mata melebar. Dagunya penuh
dengan remah-remah dan gumpalan cokelat.
“Ayolah!” Perintahku.
“ORR-EE-OOH…”
Kadang-kadang mudah sekali melupakan bahwa bocah ini adalah prajurit.
Di bawah tangga, kami bertemu Erek yang menunggu kami di dekat pintu
masuk Dog Park World nya.
“Dimana Dad?” Tanyaku, melihat sekeliling dengan cemas. Dipikiranku, aku
takut ayahku memutuskan untuk pergi menyelamatkan Nora. Chee tidak akan punya
kekuatan untuk menghentikannya.
Tapi Erek menunjuk pada sebuah pohon di sudut taman yang bercahaya.
“Dia disana...”
Dad sedang berbaring nyenyak dengan beberapa anjing meringkuk di
sekelilingnya. Saat ia melihatku, ia berbisik ‘ssshh’ kemudian menunjuk pada anak-
anak anjing yang sedang tidur.
Ia terlihat santai. Hampir terlalu santai. Mungkin ia mencoba menghadapi
kenyataan baru dan membiarkan kenyataan itu menghadangnya.
“Dengar, Dad.” Aku berbisik di sekitar para anak anjing. “Aku dan teman-
temanku butuh bantuanmu. Hasil kerjamu pada transponder Z-space adalah hal
terpenting yang pernah terjadi pada kami. Itu mungkin saja bisa mengubah segalanya.”
“Kurasa aku pernah dengar kata-kata itu kemarin.” Jawabnya letih.
“Bisa kau buat lagi, Dad?”
Pertanyaan itu nampaknya telah membangunkannya dari mimpi indahnya. Ia
segera bangkit duduk dan anjing-anjing pun berhamburan pergi.
“Tapi aku harus kembali ke lab.” Ia melanjutkan. “Segala
perhitungan..perlengkapan dan belum lagi komponen-komponenya, mustahil sekali
kalau tidak kembali kesana.”
“Kami tidak mengijinkan anda kembali kesana.” Ax berkata datar. “Yeerk telah
mengendalikan semuanya. Mereka mungkin sedang menunggu anda disana. Aku

45
berpengalaman dalam teori medan Z-space. Mungkin aku bisa
membantu…membantumu membuat alat itu lagi.”
Dad memandangku bingung seolah-olah mengatakan, “Siapa bocah ini?” . Ax
terlihat seperti bocah SMP biasa yang kikuk. Walaupun mungkin lebih tampan dari
kebanyakan anak lainnya. Pasti karena ia punya DNA-ku.
“Tidak apa-apa, Dad. Ingat? Kau pernah bertemu Ax beberapa waktu lalu dan
kau juga pikir ia agak aneh. Itu karena dia adalah Andalite sungguhan. Adik laki-laki
Elfangor. Tunjukan padanya, Ax.”
Dad mengibaskan tangannya. “Tidak, tidak perlu. Benar, sekarang aku ingat.
Aku sudah mendengar banyak tentangmu…”
Tapi Ax sudah terlanjur morf ke bentuk aslinya. Mata tangkainya mencuat dari
atas kepalanya. Mulutnya mengerut ke dalam hamparan kulit biru. Sebuah pisau ekor
berkilau tumbuh melewati kepalanya. Kaki tambahan muncul dari panggul.
Dad ternganga takjub.
“Mau makan lalat?” Godaku.
Ia menutup mulutnya dan berkedip beberapa kali. “Aku sungguh gak percaya.”
Kurasa, semua jenis ilmu pengetahuan diam-diam mempercayai alien. Pertama
Erek, kemudian Ax. Dad pastilah merasa senang.
<Sudah seberapa jauh anda mengembangkan penetrasi Z-space?> Tanya Ax.
“Oh, well, kami telah berhasil mendeteksi radiasi substellar dengan
menggunakan prototype bulan lalu. Perubahan fase yang diukur sangat sesuai dengan
teori kami. Kami akan, maksudku telah mencoba transmisi getarannya.”
Pembicaraan itu membuat Ax tertarik, tapi membuatku pusing.
<Itu adalah bentuk sederhana dari transmisi subspace, mudahnya seperti radio
transmisi manusia yang menggunakan kode morse.>
“Tepat.”
<Jika transmisi getaran ini berhasil, komunikasi full-spectrum akan
mempermudah cara kerjanya.>
“Pelajari cara merangkak dulu baru berjalan.” Aku tidak mengomentari siapa-
siapa.

46
“Tapi ada kendala besar.” Ujar Dad. “Kita tidak bisa mendapatkan peralatan
dan komponen yang diperlukan. Benda-benda itu tidak semudah benda-benda yang
bisa didapatkan di toko radio.”
<Aku suka toko radio.>
“Tentu.” Timpal Dad. “Aku juga suka, tapi mereka tidak menjual kordinator
stellar. Mungkin para Chee bisa membantu kita?”
<Chee tidak bisa turut serta dalam pembuatan teknologi yang menyebabkan
perang dan kehancuran.> Ax menjelaskan. <Itu sudah tertera di program mereka.>
“Kalau gitu gak ada harapan.” Seru Dad, kemudian berbaring kembali di bawah
pohon.
“Dad, dad, dad, jangan remehkan anakmu ini. Pencurian- atas dasar keadilan
dan kebebasan – adalah salah satu bakat yang dimiliki Animorphs. Jika kau
mengingnkannya, akan kami dapatkan.”
Dad nampak terganggu. “Marco, kau tidak bisa…”
“Jangan khawatir. Kami cuma mengambilnya dari perusahaan para pengendali,
dan kami akan mencari segala cara untuk membuat segalanya baik-baik saja saat
perang usai.”
“Tapi hal itu tidak benar.”
“Dad, tidak ada lagi yang benar.”
Ia terdiam sejenak. Kemudian ia bangkit dan menatap kami.
“Baiklah anak-anak, ayo kerjakan.”

47
BAB 11

“Aku tidak sabar untuk segera menjauh dari orang-orang gila di kantor.” Dad
memasukkan beberapa pakaian dalam dan celana pendek ke dalam koper terbuka di
atas ranjang. “Aku bahagia bisa menjauh dari hari-hari gila itu. Orang-orang jadi tergila-
gila pada beberapa alat elektronis yang mungkin tidak akan bisa menyala.”
Aku berdiri di sampingnya, di dalam kamarnya di rumah, membantunya
mengepak barang. Dad mengambil kamera dari laci dan melemparkannya ke
tumpukan pakaian.
“Jadi, Dad? Saat kita pergi ke Acapulco nanti, bisa kita menyewa Jet Ski?”
“Benda itu mencemari udara dan membuat kebisingan.” Jawabnya sambil
melipat kaus yang bergambar orang Hawaii sedang berteriak. “Dan sangat berbahaya.
Apa kau mau bertanggung jawab atas pencemaran lingkungan?”
“Tidak, aku hanya ingin melayang di atas air dalam lima puluh mil per jam dan
melompati ombak setinggi sepuluh kaki.”
“Coba lihat,” Ujarnya.
“Kenapa kita tidak menunggu Nora mendapat cuti saja sih? Kenapa kita harus
pergi sekarang?” Desakku.
“Aku sudah memberitahumu, Marco.” Jawabnya seraya melempar baju renang
belel ke dalam tas. “Karena aku harus menjauh dari pekerjaanku untuk sementara.
Sudah jelas, alat bodoh yang sedang ku kerjakan itu milik seseorang, dan aku berada
dalam bahaya karenanya. Diculik dan ditahan oleh orang-orang berpakaian konyol?
Aku tidak butuh keruwetan semacam itu. Biarkan orang lain yang menyelesaikannya.”
Itulah hal terakhir yang kudengar dari Dad.
Kemudian ada ledakan dahsyat. Pintu kamar meledak dan serta merta empat
orang pengendali berpakaian polisi bergegas memasuki ruangan.
Dad membeku dan tercengang.

48
Kemudian, empat sinar Dracon menyala dan menyatu pada sesosok manusia.
Untuk sepersekian detik, aku melihat baju, rambut, kulit, semuanya menguap
meninggalkan kerangka hitam yang bermahkota cahaya dalam cahaya yang bersinar.
Tubuhnya menguap menjadi gumpalan asap. Lantai hangus tertera di lantai
menandakan tempat dimana Dad tadi berdiri.
Lalu, empat senapan mengarah pada seorang bocah. Mengarah padaku, Marco.
Aku bahkan tak sempat berteriak saat tubuhku hilang terbakar.
Karena itu bukanlah aku. Bukan pula ayahku. Orang yang Yeerk pikir adalah
kami telah mati.
Kemudian Yeerk pergi dan aku mulai demorf. Aku ingin melihat peristiwanya
dengan mataku sendiri. Menonton semua itu dengan penglihatan distorsi kecoak serta
merasakan semuanya dari bawah lemari tidak cukup bagiku. Tubuh manusiaku
perlahan muncul dari tubuh serangga.
“Semuanya aman,” Aku berkata cepat. Tirainya masih tertutup. “Apa kalian
oke?” Hologram Erek berkilauan dan menghilang. Ia terbaring di lantai dekat ranjang,
hangus dan berasap.
Tapi Mr. King lah yang benar-benar ku khawatirkan, Chee yang berperan
menjadi ayahku. Hologramnya pudar dan gambarnya mulai berpendar. Di antara
hologram lemah tubuh manusianya, aku bisa melihat beberapa kerusakan sirkuit.
Bingkai mekanik rumitnya hampir hancur.
“Kapasitas proyeksinya sudah sangat rusak.” Erek mendekat untuk mengamati.
“Bisa kau perbaiki?” Kataku cemas.
“Kuharap. Tapi pertama-tama aku harus membawanya pulang. Matrix
strukturalnya dalam bahaya.”
“Bagaimana denganmu?”
“Sistemku sembilan puluh Sembilan persen masih utuh.” Ia berkata tenang,
“Apakah proyeksinya meyakinkan? Proyeksi gambar penghancuran kau dan ayahmu.”
“Menakjubkan.” Kataku. “Yeerk tidak akan mencari kami lagi. “Sudah ku
katakan pada Jake, aku akan melakukan apa pun untuk menghapus jejak kami.”

49
Erek menopang Mr. King berdiri. Aku mengintip ke luar jendela melalui celah
tirai. Sebuah mobil polisi masih diparkir di depan. Empat algojo Yeerk berdiri santai di
trotoar, berbicara dengan Nora.
Mereka mengenalnya. Ia mengenal mereka.
Gerakan agresif terlihat dari gerakannya.
Tidak butuh rumus matematika untuk segera mengartikannya.
Nora telah diculik.
Para pengendali kembali ke dalam mobil dan mobil segera melaju dengan
lampu berkedip tanpa suara.
Perutku terasa mual. Bukan mual kayak habis minum susu basi, tapi rasa mual
karena ingin menangis namun air mataku tak kunjung bisa keluar.
Nora adalah wanita baik-baik. Bisakah aku menyelamatkannya? Bisakah
seseorang menyelamatkannya?
Yeerk pasti telah menculiknya pada malam ayahku memintaku untuk
mengijinkannya pulang menyelamatkan Nora.
Aku tahu bahwa ia dalam bahaya, tapi aku tidak melakukan apa-apa.
Semua itu salah. Salahnya adalah bagian dari diriku yang menginginkannya
keluar dari kehidupan kami.
Perutku serasa diremas.
Tidak, aku tidak menginginkan ini terjadi. Tidak.
Aku memikirkan Dad. Bisakah seseorang tahan karena kehilangan dua kali
dalam hidupnya? ‘Kematian’ dari seseorang yang sangat disayangi? Orang yang makan
sarapan bersama setiap hari? Orang yang menemani tidurmu setiap malam?
Tidak, aku tidak akan membiarkannya pergi seperti Mom.
“Ayo,” Ujar Erek.
Nora keluar dan mengikuti pengendali polisi dengan mobilnya.
Erek dan tubuh Mr.King yang hampir tidak terlihat karena tubuh Androidnya
mulai terlihat sepenuhnya, tertatih-tatih keluar dari kamar tidur menuruni tangga.
“Bisa ku bantu?”
Erek tertawa.

50
“Kau bisa menahan berat seratus pond? Ia seberat itu lho.”
“Oh,” Kataku sedih. “Oke, aku akan buka pintu saja. Bagaimana cara kalian
pulang?”
“Aku akan membuat proyeksi gambar di sekeliling kami, sesuatu yang berjalan
lamban. Mungkin truk sampah.”
Para Chee sudah sampai di teras, aku berbalik memandang ruang keluarga.
Mataku menangkap sebuah foto yang ditempel di papan gabus ruang kerja
Dad. Itu adalah foto Dad dan aku yang diambil Mom dihari cerah beberapa tahun lalu.
Kemudian, semua itu terasa menyakitkan.
Aku sudah mati, dan berakhir sudah sekolah, kencan, dan video game. Berakhir
sudah segala kenormalan.
Anak di foto itu sudah menyiapkan pizza beku terakhirnya untuk makan malam.
Telah menempuh kelas matematika terakhirnya. Telah menonton film terkahirnya di
Cinaplex.
Ia telah membuat pengorbanan besar.
Aku bisa mengambil foto itu, foto itu cukup muat di paruh Osprey ku.
Aku melangkah maju lalu berhenti.
Tidak.
Aku sudah memiliki memoriku sendiri.
Itu sudah cukup.

51
BAB 12

“Akka upe ozo oti. Scute! Muta pule.”


Ax memandangku penuh harap.
<Apa chip penerjemahnya belum berfungsi?>
“Uh, enggak. Kecuali muta pule itu ada artinya untukmu. Coba lihat… gak, gak
ada.”
Ax terlihat murung kemudian berbalik ke alat yang mereka kerjakan beberapa
hari terakhir.
Sebagai tambahan, beberapa hari belakangan ini, kau harus coba rasanya
bermalam di bawah pohon taman Chee dengan anjing sebagai bantal.
Para Chee juga menceritakan beberapa kisah menakjubkan abad pertengahan.
Para raja, penakluk, penjelajah, dan hal semacam itulah. Mr. King bahkan pernah
menjadi koki di kapal Darwin dan menjadi kepala produksi Henry Ford. Maksudku, itu
keren banget dan menarik.
Tapi jujur saja, tanpa HBO hidup jadi sedikit mengerikan.
“Kina ala ozo.. ja…jangan pernah tangkap mereka kecuali kita tahu mereka
akan akan datang…nem zurka kakis loti.”
“Ax! Hey. Beberapa detik lalu terdengar bahasa Inggris. Kau berhasil!”
<Tidak.> Kata Ax cepat. <Aku tidak bisa menstabilkan program chip
penerjemahnya.>
Ia sekilas menatap ayahku.
“Bisa kau pasangkan dengan ini?” Dad mengangkat kawat biru kemudian
menunjuk pada sebuah komponen melingkar.
<Itu akan memakan waktu.> Katanya. <Aku harus menafsirkannya atau coba
meringkasnya.>
Ax telah mengocehkan tentang interplanet selama berjam-jam. Dan selama
berjam-jam pula kami telah berkumpul disini, di Scoop Ax. Kami berkumpul untuk

52
pembukaan transponder Z-space, tapi Dad tidak bilang alatnya masih dalam
pengerjaan.
“Jadi, alatnya gak akan bisa diterjemahin?” Rachel berkata tidak sabar. “Kalau
gitu, apa fungsinya?”
Ax berhenti bekerja lalu menatap kami dengan mata utamanya. Ia menyentuh
kedua sisi alat itu dengan halus. Alat itu terlihat sangat kecil, mirip pendingin mini.
Tapi sudah cukup jelas dari cara Ax memegangnya, alat itu lebih berharga
baginya daripada lemari pendingin. Ia memegangnya seperti bayi yang baru lahir
dengan kabel yang menggantung seperti kaki. Obrolan kosmik mengalir lembut dari
lubang suaranya.
<Kapasitas transmisinya belum bisa diaktifkan, begitu juga sistem
penerjemahannya. Tapi alat ini dapat mengamati dan menguraikan komunikasi Yeerk,
itulah yang sedang ku kerjakan sekarang.>
“Ax, kau luar biasa.”Ujar Cassie.
Ax memandang Dad dan menyiratkan sekilas senyum dimatanya.
<Terkadang, kalian manusia sangat menakutkan.> Ia bergumam. <Hanya butuh
empat dekade dari penerbangan antariksa pertama untuk menemukan komunikasi
Zero-space.> Ia menendang debu dengan kuku kakinya. <Kami para Andalite mungkin
berharap kalian dijajah Yeerk saja.>
“Sejauh ini, kalian para Andalite sudah meninggalkan kami dijajah Yeerk.”
Rachel berkata datar.
Ax bisa saja membantah penghinaan itu, tapi aku berfikir perasaannya masih
terpecah antara kebanggaan dan penghinaan karena manusia – ayahku – telah
membuat suatu lompatan besar dengan membuat alat yang lebih canggih dari
teknologi Andalite.
“Ax, apa saja yang kau dengar?”
<Sulit sekali menyatukan kalimatnya.> Jawabnya sementara. <Pengetahuanku
tentang kebudayaan Yeerk tidak banyak. Aku tidak benar-benar memahami
komunikasi Yeerk.>

53
<Jangan khawatir, Ax-man.> Tobias berseru dari cabang rendah di pohon
terdekat. <Kalau menurutmu mereka ngomong apa?>
<Aku akan coba berspekulasi dan menebak.> Ax memprotes.
“Coba saja.” Rachel memerintah. “Kalu gak bisa juga, aku pergi.”
<Ada satu hal,> Ax memulai. <Satu kesimpulan meresahkan yang bisa ku
gambarkan, walau dengan kebenaran yang terbatas.> Ax menatapku. <Visser One
sudah kembali ke bumi. Tapi dengan tujuan lain. Ia sedang ditahan di kolam Yeerk. Ia
akan segera dieksekusi sebagai penghianat.>
Aku merasakan tubuhku kaku dan jantungku terhenti.
“Marco, Eva adalah Visser One.” Seru Dad, suaranya gemetar.
Aku mengangguk.
<Dari yang bisa kupahami,> Ax melanjutkan. <Mati sebagai penghianat artinya
mati kehabisan sinar kandrona. Peristiwa ini hanya disaksikan oleh dewan ketiga belas
yang akan datang dalam dua hari. Visser Three akan naik pangkat menjadi Visser One,
dan-> Ax menambahkan. <Itu hanya rumor – belum ada kepastiannya, tapi yang pasti -
pengeksekusian Visser One akan berdampak pada seluruh jagat raya tanpa terkecuali
bumi.>
Aku tahu artinya. Kami semua tahu. Visser One, sang pencetus invasi Yeerk ke
bumi. Menyukai penaklukan secara diam-diam.
Tapi Visser Three, seorang egomaniak, telah melakukan penaklukan terang-
terangan sejak awal. Impian indahnya adalah memusnahkan pusat kekuasaan manusia
dengan cara perang terang-terangan. Serta membuat sejumlah besar manusia menjadi
sekutunya dengan cara cepat dan terbuka.
Jika dia berhasil bertahta, Animorphs bukan lagi ancaman. Segalanya akan
musnah. Jutaan manusia akan mati. Kebudayaan manusia akan sirna.
<Tentu saja ini cuma spekulasi.> Ax mengulangi.
Aku tertawa getir. “Ax, spekulasi mu itu seperti perhitungan komputer. Itu lebih
dari sekedar tebakan.”

54
“Itu gak boleh terjadi.” Seru Jake, suaranya dalam. “Kita gak akan membiarkan
Visser Three naik pangkat. Kalau Yeerk merubah taktik mereka untuk menyerang
secara terbuka, ini semua akan berakhir.”
Apa yang bisa ku katakan? Aku baru saja mempertaruhkan segalanya – kami
semua – demi menyelamatkan ayahku. Sekarang aku tidak bisa mengusulkan misi
untuk menyelamatkan ibuku. Situasinya berbeda, ini jauh lebih berbahaya.
Ini artinya kami harus mengunjungi kolam Yeerk.
Kemudian suara Cassie terdengar, sangat jelas dan polos, dan mengajak. “Kalau
Ax masih tidak yakin yang Yeerk rencanakan, hanya satu orang yang tahu.”
Ia menyelamatkanku. Ia memberiku kesempatan yang tak dapat ku tanyakan.
Setiap otot di wajahku menegang. Aku tidak akan menangis. Aku hanya tidak
akan lupa bahwa terkadang, Cassie adalah teman yang paling berani dan cerdas.
Aku masih menunggu seseorang berbicara. Gambaran tentang Mom di tiang
pancungan, sebagai tahanan Yeerk, korban Yeerk, yang babak belur dan dipukuli
hingga memar terlintas di benakku.
“Visser One,” Ujar Jake.

55
BAB 13

Aku harus mengatakan sesuatu. Aku harus memberitahu mereka bahwa aku
tidak kehilangan pandangan mengenai realitas perang ini.
“Terus gimana kalau Visser One adalah tebakan terbaik kita untuk tahu rencana
Visser Three? Untuk apa kita mempertaruhkan nyawa kita untuk menyelamatkannya?”
Jake memandangku. “Tunggu sebentar, kau tahu kau ingin
menyelamatkannya.”
“Dengar!” Aku melanjutkan, lebih tegas. “Andai kita bisa menyelamatkannya –
dan itu pengandaian yang luar biasa – ia masih punya Yeerk di kepalanya. Bagaimana ia
bisa bekerja sama dengan kita dan memberitahu semuanya?”
“Memang gak akan.” Jake berkata singkat, menenggelamkan argumenku. “Tapi
kita bisa membuatnya kelaparan.”
“Apa akan menyakitkan?” Dad berkata cemas. “Apa ia bisa tahan?”
“Sangat menyakitkan.” Jawab Jake. “Tapi lebih menyenangkan dibanding apa
yang telah Eva lalui selama ini.”
Rachel melirik Dad kemudian padaku. “Kemana ayah dan ibumu akan pergi
setelah itu?” Ujarnya. “Mereka harus meninggalkan kota dan pergi sejauh mungkin.”
“Aku tak bisa melakukannya.” Dad memprotes. “Aku tak akan meninggalkan
Nora.”
“Kau tak punya pilihan lagi.” Rachel berkata dingin.
Rasa bersalah lain menyengatku. Nora mungkin hanyalah satu-satunya orang
yang ingin ia selamatkan. Ia ingin pergi dari kota ini bersamanya, istrinya… menjadi
buronan bersama dengan orang yang ia cintai.
<Aku tahu tempat bagus.> Ujar Tobias. <Iklim sedang, tak ada wisatawan,
murah dan berpenduduk ramah. Mereka memang agak lamban, tapi mereka bisa
menceritakan hal besar.>
“Koloni Hork-Bajir merdeka.” Seru Cassie. “Kita akan mengantar mereka ke
Hork-Bajir!”

56
Itu adalah solusi sempurna bagi masalah keamanan orang tuaku. Dad bisa
melampiaskan segala kebenciannya pada pepohonan karena ras alien parasit telah
mempermainkan kebebasannya. Dan juga sejumlah anak-anak yang mengatur
kebebasannya. Kehidupannya telah benar-benar direnggut darinya. Memang ia
memahami kenyataan yang ada, tapi ia tak menyukainya.
Benarkah? Pikiranku dibanjiri adegan damai dan harmonis yang bermandikan
cahaya matahari. Mom memanjat pohon dengan Toby. Dad mengajarkan bahasa
Inggris di tengah hamparan bunga. Mereka bisa bertindak sebagai penasihat para
Hork-Bajir. Mereka bisa menjadi gubernur tidak resmi di lembah itu….
Apa yang kupikirkan?
“Ide bagus.” Aku berkata dengan antusias yang dibuat-buat. “Itu juga kalau kita
berhasil keluar dari perangkat mematikan kolam Yeerk.” Aku mengerutkan kening.
“Dengar, peluang keberhasilan kita itu mungkin akan lebih sukses di dunia dimana
Rachel pendek, gendut, dan jelek. Serta Tobias adalah burung bangau. Tapi di dunia
ini? Kita mati-matian menggunakan sembilan nyawa bocah kita. Yeerk pasti memiliki
keamanan tingkat tinggi untuk mencegah Visser One melarikan diri. Peluang
keberhasilannya kecil sekali.”
“Sedih sekali.” Dad menggema. “Suram sekali.” Aku meliriknya. Oke, mungkin
sesekali kami suka menirukan sajak pada kata terakhir orang lain. Tapi kami
melakukannya saat hanya berdua saja.
Dad tersenyum pada tanah. Aku menyelesaikan argumenku.
“Yang mau ku katakan adalah kita tak punya rencana. Kita bahkan tak tahu cara
masuk ke kolam Yeerk lagi. Tidak sejak jalan masuknya ditutup tempat pencucian
mobil.”
<Itu tidak benar.> Kata Ax sambil melirikan mata utamanya. Ia menyetem
tombol besar pada transponder Z-space, lalu tombol yang lebih kecil. Ia mencabut alat
pendengaran dari telinganya.
<Aku telah mendengar percakapan Z-space untuk tahu bahwa baru-baru ini
Yeerk menambahkan satu terowongan lagi yang mengarah ke kolam Yeerk.>
“Dimana?” Tanya Jake.

57
<Gak jelas sih, tapi itu tersambung ke fasilitas bawah tanah baru untuk
dermaga dan tempat perbaikan Bug Fighter. Terowongan itu juga dilengkapi
dekontaminasi proses untuk membunuh apa saja yang hidup.>
“Ax,” Kataku. “Terakhir kali ku cek, kita gak bisa berubah jadi objek mati kayak
kursi dan meja. Dan kalau pun bisa, kita juga gak bisa melawan Hork-Bajir dong.”
“Bagaimana kalau hewan kecil?” Cassie menyarankan. “Apakah kutu atau lalat
tidak mempan terhadap dekontaminasinya?”
<Tidak.> Ax berkata yakin. <Dekontaminasi Yeerk sangat efektif dan tak
pandang bulu.>
“Terus kenapa kau menceritakan ini pada kami?” Rachel meledak.
<Karena perisai Bug Fighter cukup kuat untuk menahan dekontaminasinya.>
Jawab Ax lembut.
Jake tersenyum, hampir tertawa.
“Aku mengerti.” Katanya. “Yang harus kita lakukan adalah mencuri Bug Fighter,
temukan terowongannya, terbang melewatinya, mendarat di dermaga, hindari
keamanan, masuk ke kolam Yeerk, culik Visser One, bawa dia ke pesawat, dan kabur
dari sana. Cukup sederhana.”
Kini Rachel terlihat lebih bahagia karena akan ada bahaya.
Cassie mengangkat alis serius.
Tobias mendarat di permukaan tanah, seolah ia setuju dan mendukung
kegilaan ini.
“Kalian harus membuat perangkap untuk Yeerk.” Kata Dad tiba-tiba. “Dari
perdebatan yang ku tangkap, kalian butuh rencana yang cukup besar untuk membawa
Bug Fighter,tapi cukup kecil untuk memberi kalian kontrol.”
Aku menatapnya. Ayahku memang tak pernah berhenti membuatku kagum.
Begitu juga semangatnya.
“Benar sekali.” Kataku setuju, “Kita butuh perangkap, dan aku baru saja punya
ide.”

58
BAB 14

“Bisa kau mendengarku? Kau bisa dengar aku? Apa ini Poli-si? Aku menelepon
dari hutan nasional. Aku punya sesuatu paling aneh yang pernah ada terjebak disini. ini
semacam monster yang dipenuhi bilah pisau.”
Lolongan dan erangan bergema dalam kegelapan.
Teman-temanku?
Mungkin saja.
Atau bukan.
Suara telepon di ujung sana terdengar seperti berbicara dari dalam kaleng.
“Monster! Pisau!” Teriakku. “Sumpah, aku punya alien luar angkasa hidup!”
Seketika, aku menjadi prioritas utama mereka. Dimana aku? Dan siapa aku ini?
Aku memberikan lokasiku, kemudian menutup telepon.
Otot kejang mencengkeram dadaku. Rencana ini terlalu gila! Dan akulah yang
mengusulkannya.
<Teruskan!> Jake meraung dalam bayang-bayang di suatu tempat.
Aku menarik topi kamuflase menutupi wajahku. Gaya ini kudapatkan dari hasil
pinjaman ayah Jake. Seharusnya topi ini bisa menutupi wajahku, jadi para Yeerk di Bug
Fighter tak akan mengenaliku sebagai bocah yang tertembak. Bocah yang seharusnya
sudah mati.
“Mari berharap ini berhasil.” Bisikku seraya mengencangkan penutup telinga
sampai ke dagu dan menatap ke langit.
Sebuah Bug Fighter butuh empat menit untuk menukik turun dari orbit. Sinar
lampunya menyala semerah darah memecah langit. Aku berjongkok di bawah pohon
pinus besar. Saat Bug Fighter itu terbang rendah di atas kepalaku, tiba-tiba aku
berharap aku pakai jaket kamuflase juga.
Bukan jaket oren ini.

59
Rencananya adalah untuk membuat Yeerk melihat seorang manusia yang
meringkuk – yaitu aku – bersama dengan beberapa Hork-Bajir yang kakinya terjerat
jebakan.
Aku meringkuk dengan ahli.
Aku lega Dad sudah aman bersama koloni Hork-Bajir. Tadinya ia ingin ikut juga
dalam misi ini tapi ia kalah suara dengan kami.
<Mereka datang,> Seru Rachel. <Mereka akan mendarat. Bersiaplah!>
Aku meraba kumparan tali kabel yang mencengkram dadaku. Bug Fighter itu
melayang lebih rendah. Dari luar jendela, aku dapat melihat Taxxon yang
mengendalikannya.
Pshhhhhhh-shhhhh-thooomp!
Pesawat itu mendarat. Sesaat kemudian pintunya membuka. Dua Hork-Bajir
melompat keluar sebagai bayangan besar di kegelapan hutan.
Kemudian – seekor harimau melesat dari dalam kegelapan ke lahan terbuka
kecil.
“Rrrroooaaahhhh!”
WHAM!
Satu Hork-Bajir jatuh.
WHUMP!
Seekor Grizzly menyeruak dan menghantam kedua prajurit itu.
Kraak!
Kepala Hork-Bajir itu segera membentur lambung pesawat.
“Gaah…..” Katanya lirih. “Laah…” Teriak korban kedua, mulai tak sadarkan diri.
Selangkah lagi.
Taxxon di dalam pesawat berlari cepat ke arah pintu keluar dan terjun ke
hutan!
"Sneeet! Sneeyanyanahhhh!"
Awas! Aku berteriak dalam hati. Jake membuatku berjanji untuk tidak
mengucapkan sepatah kata pun. Jika Yeerk menyadari ada manusia dalam serangan itu
kami akan mati. Kami semua.

60
Yes! Seekor serigala melesat dari dalam kegelapan di sebelah kanan dan
seorang Andalite melesat dari kegelapan di sebelah kiri, bagai kilatan petir biru.
Ploosh! Ploosh!
Cassie menyerang bagian belakang Taxxon dan Ax menyerang bagian depan.
Taxxon itu terhempas ke dalam langit malam.
"Skreeeeeeeeyaaaaa!"
Ka-blooooosh!
Ia mendarat dengan bunyi kedebug yang keras.
Aku berlari ke arah Bug Fighter. Tobias sudah demorf. Tubuhnya mulai
menyusut dan menyusut di atas kaki Hork-Bajir nya. Kalau sudah jadi burung, ia bisa
bergerak bebas.
<Ikat mereka.> Perintah Jake. <Yang erat, supaya mereka tetap disini sampai
Hork-Bajir merdeka membawanya.>
“Gimana dengan Taxxon nya?” Tanyaku.
<Ia bisa mengurus dirinya sendiri. Mungkin ya, mungkin juga tidak.>
“Benar juga.”
Aku menyilangan lengan dua Hork-Bajir itu dan mengikatnya dengan tali. Salah
satunya mengerang dengan wajah menghadap tanah. Rachel membungkamnya
dengan sedikit jentikan cakar grizzly nya.
Jantungku berdegup kencang, tapi aku sudah berhasil mengikat tangan dan kaki
mereka.
<Ayo.> Perintah Jake sambil demorf.
Rachel naik ke papan dengan Tobias melayang.
Aku menatap Hork-Bajir yang terikat. Menyentuh kulitnya yang sekasar kulit
kayu. Kepalanya terangkat kemudian jatuh terkulai. Dengusannya menggetarkan
udara.
Aku akan pergi ke kolam Yeerk.
Dan kumpulan gergaji yang bernafas ini, akan menjadi kostumku.

61
BAB 15

“Seberapa keren ini? Ini mestinya jadi model sport edisi terbatas. Maksudku,
wow. Yeerk hanya membuat beberapa ratus model.”
Aku berjalan ke salah satu jendela kecil. Lampu merah saling silang menyoroti
tanah dibawah dengan irama lambat.
<Sebenarnya,> Ax mengoreksi. <Ini cuma model standar. Walaupun versi
terbarunya yang lebih canggih yang dirancang berguna untuk jari-jari Taxxon, model ini
sudah diproduksi ribuan.>
Aku mengamati raut wajah Ax yang berusaha mati-matian untuk mematikan
lampu sorotnya. Sepertinya sulit sekali. Lampu sorotnya mati kemudian menyala lagi.
Lampu sorot itu akan menarik perhatian kecoa tanpa kaki yang seukuran RV ini.
Kecoa. Mahkluk kecil yang membuat ibumu memukul dinding dapur dengan
panik dan tak mau makan seharian.
Bug Fighter ini sama sekali tidak hangat dan nyaman. Ini bukan jenis kendaraan
yang bisa membuatmu bersantai-santai.
Tiba-tiba suara tekanan udara tehempas…
“Ax?”
Whoooooossshh!
“Aaaaaax!”
Kepalaku terhempas kembali. Tubuhku membentur empat tubuh lainnya
menabrak dinding kabin. Seekor elang memekik saat tubuh kurusnya terhempas ke
langit-langit.
<Aku sudah bisa mengendalikan pesawatnya.> Ax mengumumkan. <Harap
tenang ya. Kurasa kokpit pesawatnya sudah dimodifikasi untuk mutan Taxxon, Taxxon
dengan kaki-kaki ganda.>
Aku menarik napas panjang. Bagus sekali. Kita membajak pesawat yang sudah
dirancang untuk mutan.
“Butuh bantuan?” Jake menawarkan.

62
“Ini gila banget.” Aku bergumam. Dari tempatku duduk, aku melihat Ax yang
tak berdaya dan sangat kebingungan. Jemarinya menjelajahi setiap tombol bagai pilot
gila dengan catatan khayalannya.
“Uh, Ax-man.” Kataku. “Apa kau punya sedikit petunjuk mengenai ini?”
<Aku sekarang sudah dapat petunjuk kok. Aku hanya butuh beberapa waktu
lagi sebelum menerbangkan pesawat ini dengan mulus.>
Tobias jatuh ke lantai dengan bunyi kedebug. Kami berhenti mendadak
kemudian melayang terhuyung-huyung.
Ax menggeser dua tuas di atas kepalanya kemudian menekan tombol merah.
Terdengar suara kipas udara. Udara hangat segera berhembus dari bawah kursi yang
menempel di dinding. Mata pengintai Ax melihat sekeliling dengan kebingungan.
“Kerja bagus, Ax.” Kata Rachel tidak sabar. “Kau memang punya bakat luar
biasa dalam hal penghangat dan pendingin ruangan.”
“Mungkin kita harus baca buku panduannya?” Cassie.
<Tidak, tidak. Itu tidak perlu.> Ax berseru dengan percaya diri. <Aku puny ide.
Daripada kita mencari terowongan berdasarkan petunjuk tidak jelas dari obrolan Z-
space, kenapa kita tidak membiarkan Bug Fighternya yang memandu kita? Semua
pesawat tempur Yeerk tingkat rendah diprogram otomatis untuk kembali ke pangkalan
saat penerbangan mulai, urn.. terancam.>
“Kayak mode penyelamatan?” Tanya Cassie.
<Bukan. Pengukuran keselamatan. Yeerk tidak mempercayai pilot mereka
sendiri.>
“Yeah, baguslah. Kita benar-benar butuh auto pilot nih.”
Pesawat tiba-tiba tersentak, kemudian mulai naik dengan cepat dan berputar
perlahan-lahan. Segala sesuatu di luar jendela berubah seterang siang hari.
Penglihatan malam Yeerk.
Aku berjalan ke bagian depan kapal untuk melihat lebih jelas. Bodohnya aku,
kalau saja aku menunggu setengah detik lebih lama, aku tidak perlu berjalan.
Pesawat melesat dan melayang di udara menjauhi tanah. Dan sebelum kami
sempat berteriak, kami sudah terjebak dalam kapsul yang melayang di udara.

63
<Kalian harus pakai sabuk pengaman.> Ax memarahi kami, empat orang anak
manusia dan satu Angry Bird.
Aku berdiri di atas lututku, dibawah kami, melalui jendela penglihatan malam,
adalah hamparan laut dengan ombak-ombak yang menerjang.
“Ax, apa kau yakin semuanya oke?”
“Kita menuju langsung ke lautan.”
<Aku……aku…….>
“Yeeeeeeoooooowwwww!”
Jeritan keras.
“Yaaaaaa tuuuuu haaaannn!”
Aku terjatuh! Kami melesat menuju bumi bagai peluru. Kecepatan ini
menyesakkan dadaku dan kaki Rachel menjepit leherku.
Aku merasa kulit wajahku tertarik karena tekanannya.
“Yaaaahhh!”

64
BAB 16

“Taaaaaaaaahhh!”
Beberapa detik setelah menceburkan kami ke lautan, Bug Fighter ini ternyata
punya ide lain.
Ia perlahan berhenti, berputar, kemudian naik ke atas dengan cepat.
“Ahhhh! Ada apa nih?”
Semuanya kecuali Tobias dan Ax meluncur menyebrangi lantai dan kembali
menabrak dinding.
<Mungkin…> Kata Ax gemetar. <Mungkin kita belum punya cukup kecepatan.
Kalau kapal ini ingin ke bawah air, ia harus punya cukup kecepatan dulu.>
“Bawah air!”
<Kurasa begitu.>
“Bukankah itu akan membunuh kita?”
<Memang pada kecepatan ini, kematian bisa saja terjadi.>
Bagus. Terbunuh karena autopilot. Sungguh memalukan.
Lalu- gambaran tentang ibuku muncul di kepalaku, saat kulihat ia di kolam
Yeerk dulu. Tulangnya patah dan tubuhnya berlumur darah. Ia memohon kekejaman
Yeerk dan memintaku untuk membiarkan Visser One mengontrol dirinya karena ia
tahu hal itu mungkin akan memberi bumi kesempatan bertahan.
Kalau ia bisa tahan dengan penyiksaan Yeerk, aku juga harus tahan dengan
siksaan autopilot yang tidak ada apa-apanya ini.
Aku melirik keluar salah satu jendela. Lautan, hutan, dan lampu-lampu kota
berseliweran, bagaikan potret yang dipercepat dari kamera satelit.
Whoosh!
Lalu kami bertambah cepat, semua cahaya di dalam kota berubah menjadi
sebuah titik cahaya. Lebih banyak titik cahaya sampai yang bisa kulihat hanyalah ribuan
titik cahaya putih yang menyala. Sesaat lalu kukira itu bintang-bintang, lalu aku baru
menyadari titik-titik bersinar itu adalah kota-kota. Kita hampir keluar ruang angkasa!

65
Cassie tersentak. Ini sangat luar biasa.
<Kita harus mencapai batas puncak lintasannya.> Ax berkata dengan
ketenangan yang dibuat-buat. <Itu akan membatasi keselamatan kalian.>
Sekali lagi, pesawat melambat. Aku tidak merasakan tekanan gravitasi lagi, tapi
bumi sudah berhenti menjauh. Rasanya seperti kami sudah berada di puncak karet
gelang besar yang sedang ditarik dan akan dilepaskan.
Aku menarik-narik banyak karet gelang selama kelas matematika tanpa alasan.
Apa aku lagi stress?
Ya, oh ya. Tentu saja.
Fwoop!
Pesawat itu segera mengayun terlempar ke bawah tanpa ragu.
“Aaaaaaaah!”
<Aaaaaaaah!>
Tepat menuju bumi. Semakin cepat dan semakin cepat.
Kami menembus melewati awan permilidetiknya.
Kemudian menuju kilauan cahaya kota. Menuju garis-garis pantai.
Dan kemudian pesawat langsung menyelam ke dalam air!
Gambaran biru dan abu-abu memenuhi jendela. Semain jelas dan semakin
tajam setiap detiknya.
Desiran ombak…..
Seseorang menjerit lagi, dan pada saat yang sama aku melihat kematian.
Kami sudah pernah menyelam, demorf di antara udara-udara yang masih
tersisa sambil menghindari sinar Dracon, melalui kecepatan yang memusingkan dan
telah berhasil melalui semua itu. Tapi tidak, tidak ada yang sebanding dengan ini.
Sepersekian detik aku merasa, bukan hanya pengandaian, aku rasanya ingin
mati saja.
Bagaimana rasanya menghantam dinding biru kematian dengan kecepatan satu
juta mil per jam!
“Ahhhhhhhhhhhhhhh!”
<Ahhhhh!>

66
Enam suara jeritan terdengar semakin aneh di kepalaku.
Dan kemudian, aku membuka mata.
Segerombolan ikan melintas di depan cahaya merah Bug Fighter kami.
Aku masih hidup, dan kami sudah berada di bawah laut. Pesawat ini jadi kapal
selam!
Autopilot membelokan kapal dan mengarah pada beberapa jalur yang hanya
diketahui oleh musuh.
Aku melirik teman-temanku. Rachel memeluk tubuh elang Tobias tidak erat
tapi tetap menjaganya. Ax berdiri dengan kakinya yang goyah. Jake dan Cassie
berpegangan tangan. Tak ada satu pun yang bicara.
Kami menyelam semakin dalam ke dalam laut gelap.
Di sepanjang dasar laut, tertampang pemandangan yang lebih aneh dari apa
pun di permukaan planet ini. Sebuah gua menghilang di bawah kami dan sebuah
gunung menjulang dari kegelapan. Seekor mahkluk kuning menyala melintas di
hadapan kami.
Kemudian, lampu kami menyinari sebuah penghalang besar. Penghalang yang
padat, brgerigi, ditutupi tumbuhan laut dan terlihat tidak asing.
<Itu sebuah kapal.> Seru Tobias.
Yeah, seperti yang terlihat di TV kabel yang berjudul, Lost Ship Of the Sea:
Terror, Treasure, and Discovery.
“Berubah jadi Hork-Bajir.” Jake memerintah. “Kita tak punya banyak waktu.”
Kami morf. Enam mahkluk berorot setinggi enam kaki yang dipenuhi mata pisau
ditubuhnya memenuhi Bug Fighter. Tapi ini adalah morf paling tepat untuk misi ini
seperti yang diharapkan. Penglihatan bagus, otak lamban, tubuh kuat, dan salah satu
dari ratusan budak Yeerk.
Tak akan ada yang memperhatikan kami, dan tak akan ada yang tahu kami
bukan pengendali, kuharap.
Pesawat ini miring secara otomatis, menghindari sisi peninggalan laut itu.
Kemudian kami mulai mengitari bagian atasnya perlahan.

67
Lambung kapalnya berukuran raksasa, ujungnya menyentuh dasar laut.
Sebagian besar telah rusak. Piringan baja terpaku di sekitarnya. Sebuah menara dan
tiga senjata besar mencuat dari dek.
<Perang dunia dua.> Bisik Jake. <Ini kapal perang.>
Bug Fighter berputar sekali lagi kemudian mengarah pada pusat kapal.
<Ini dia.> Teriakku, mengayunkan mata pisauku tidak percaya. <Jangan bilang
kita akan melewati baja-baja itu.>
Kami menuju ke arah lambung kapal. Aku tak mau menutup mata kali ini.
<Obrolan z-space itu,> Kata Ax tiba-tiba. <Mereka menyebutkan tentang kapal
manusia. Ini pintu masuk ke guanya!>
Saat kami akan menabrak, kapalnya membelah. Membuka seperti kotak
berengsel, memperlihatkan sebuah celah yang tersambung dengan bagian atas dek.
Ikan-ikan dan mahkluk laut yang mati berhamburan keluar dari celah tersebut,
menabrak jendela kami.
<Layar radiasi.> Ax menjelaskan. <Alat pelindung stasiun Yeerk yang tidak biasa.
Segala yang hidup akan langsung mati.>
Aku menelan ludah.
Kami melewati celah selebar beberapa inchi dan masuk dalam kegelapan.
Pesawat ini terjun cepat ke dasar laut, melalui tabung bawah air menuju pusat
bumi.
Secara bertahap, dinding terowongan pun berubah menjadi tanah, bebatuan
berubah menjadi beton.
Seketika, Bug Fighter kami dan seluruh kru Hork-Bajir di dalamnya telah berada
di gua besar yang terang benderang. Hanggar bengkel servis berjajar di dinding
ruangan yang seperti kubah itu. Besar ruangan ini sama seperti kolam utama Yeerk.
Lantainya dipenuhi Taxxon dan Hork-Bajir yang berlalu lalang dari dermaga Bug
Fighter. Petugas pengendali manusia berseliweran dari kapal ke kapal.
Sebuah pesawat Blade sedang diservis di sebuah hanggar pribadi.
Bug Fighter kami melayang di sepanjang dermaga Bug Fighter hingga mencapai
landasan kosong.

68
Kami turun perlahan dan mendarat dengan sedikit hentakan.
<Kita sudah mendarat.> Ax berkata tidak perlu.
Jake bangkit. <Ayo, guys.>

69
BAB 17

Enam Hork-Bajir keluar menuruni tangga pesawat dan melangkah di lantai


beton.
Aku, untuk pertama kalinya, melakukan yang terbaik untuk terlihat berarti.
<Semua Bug Fighter ini.> Cassie berkata dalam bahasa pikiran pribadi. <Yeerk
punya pasukan yang luar biasa!>
Yeah, pasukan disini lebih banyak dari perkiraan kami. Puluhan Bug Fighter dan
satu pesawat Blade, dan mereka kesini cuma untuk diservis.
Jika invasi habis-habisan tiba, semua ini tak akan cukup.
<Tetap tenang, semuanya.> Kata Jake. <Pura-pura saja kita tahu apa yang harus
dilakukan. Dan jangan terlihat linglung.>
Para kru Bug Fighter lainnya berbaris melintasi ruangan besar. Kami meniru
mereka dengan membentuk dua baris dan melangkah serempak sampai tiba di pos
pemeriksaan.
Dua Hork-Bajir yang menggenggam pistol Dracon mengacuhkan kami.
Sedangkan yang ketiga, yang lebih kurus dan terlihat pintar mengangkat tangan
pisaunya ke arah kami menyuruh kami berhenti.
Kalau saja aku cuma anak normal biasa tanpa kekuatan morf, jantungku pasti
sudah copot. Bukan tentang ketiga orang penjaga itu. Maksudku, kita berenam bisa
langsung mengalahkannya. Tapi ada banyak Hork-Bajir di sekeliling kami! Mereka
benar-benar hidup!
Penjaga keamanan yang agak kurus itu turun dari tempat duduknya dan
berjalan menuju Ax, kemudian memperhatikannya dari atas sampai bawah. Kemudian
ia mundur dan mendengus pada yang lain.
“Grrrffffssshhh Grrrruuufffssshhht!”
Akhirnya, ia melambaikan tangan pada kami.

70
<Tidak, kau punya hari yang sempurna, sir.> Aku berkata lembut. Tak ada yang
tertawa. <Coba lihat, mungkin kita berada dalam benteng Yeerk, tapi hidup itu tentang
pengalaman, kan? Ini adalah pengalaman kan?>
<Tutup mulutmu,> Ujar Rachel.
<Oke.>
Kami mengikuti kru lainnya ke koridor panjang di tepi gua tempat kami
memarkir pesawat. Ada jalan yang bergerak seperti landasan koper di bandara. Pada
jalan di kedua sisi kami, alat transportasi lalu lalang dua arah.
<Kita sebentar lagi sampai di kolam Yeerk.> Tobias mengamati.
<Kita harus berpencar untuk menemukan Visser one.> Seru Jake. <Tempat ini
besar dan kita tak punya cukup waktu.>
Sesaat kemudian kami muncul dalam terowongan yang terhubung ke kompleks
gua kolam Yeerk yang kami sudah kenal dan kami sayangi.
Dan disana, di tengah kolam Yeerk yang luber, terikat dengan tiang dermaga,
adalah Visser One.
Ibuku.
<Gampang banget,> Kata Cassie.
Visser One – ibuku – telah diikat dan dirantai. Kalau ada bagian tubuhnya yang
tak memar dan tak berdarah, aku pasti tak melihatnya. Ia sangat terluka seperti yang
terlihat.
Rasanya aku ingin berlari ke arahnya dan membebaskannya, tapi aku tak bisa.
Itu akan membunuh kami semua.
Para pengendali mencemooh dan meneriakinya dari sisi kolam. Ia bukan lagi
Visser mereka. Ia adalah seorang pengkhianat, seorang pecundang.
Penyiksaan, penghinaan, dan kematian. Yeerk benar-benar membuat eksekusi
publik.
Dan jelas, kelaparan itu berjalan dengan baik. Visser meronta-ronta dan
menjeritkan kata-kata yang tak karuan kepada kerumunan.
Yeerk di dalam kepala ibuku sudah putus asa. Dikelilingi oleh sinar kandrona
yang tak bisa ia dapatkan, adalah kelaparan yang benar-benar menyiksa.

71
Rasa sakit dan mual mengaduk perutku.
<Mom!> Aku berteriak dalam bahasa pikiran pribadi.
Ocehannya terhenti tiba-tiba. Ia mendengar bahasa pikiranku. Ibuku masih
cukup hidup untuk mendengar suaraku!
<Mom!> Teriakku lagi. Kali ini, ia tidak merespon, atau tidak bisa merespon.
Visser One kembali meraung dan berteriak, meneriaki ketersiksaannya. Menarik ikatan
di pergelangan tangan dan kakinya yang erat hingga menimbulkan memar dan lebam
hitam. Aku tak bisa melihatnya.
Sebuah bilah pisau menekan punggungku lembut. Itu Jake.
<Aku tahu ini sulit,> Katanya. <Tapi kita harus melakukannya dengan benar.>
<Visser One tahu siapa kita ini.> Kataku segera. <Dalam dunianya, kelaparan
mengacaukan pikirannya. Ia bisa mengatakan apa saja.>
<Apa semua orang akan mendengarnya?> Timpal Cassie. <Apa semua orang
akan mengerti yang ia bicarakan?>
<Ia tak akan bicara.> Ujar Ax.
<Apa yang membuatmu yakin?>Tanya Tobias.
<Dia tak akan dapat apa-apa dari memberitahu mereka tentang kita. Ia itu akan
segera mati.>
<Benar juga.> Tobias menjawab serius. <Tapi kau gak bisa bilang juga bahwa
gak ada ruginya kalau memberitahu mereka. Aku tahu bagaimana rasanya. Kalau ia
pikir itu akan menyelamatkan hidupnya, ia akan bicara.>
<Bagaimana cara kita membawanya keluar dari sini?> Kata Racel singkat. <Kita
kan gak bisa kesana, dan menggendongnya ke pesawat.>
<Betul.> Kataku mencoba fokus untuk membuat rencana. <Kita gak bisa pergi
dua langkah tanpa dibunuh. Kita benar-benar kalah jumlah.>
<Oke, jadi rencana penyelamatan dan kabur dengan mulus itu gak akan
terjadi.> Ujar Cassie. <Apa yang…>
<Kembali ke pesawat,> Jake memerintah. <Sekarang.>
<Dan meninggalkan Visser One?> Cassie meratap, marah. <Kita sudah sejauh
ini. Kita tak bisa menyerah begitu saja.>

72
<Tak ada yang berkata kita menyerah.> Ujar Jake.
Ia melirikkan mata sengit Hork-Bajirnya ke arah pintu masuk jalan yang
terhubung. Meneliti jalan yang kita lalui untuk masuk ke kolam Yeerk.
Ax adalah orang pertama yang paham.
<Aku adalah pilot yang handal.> Seru Ax. <Tapi seperti yang terlihat, pesawat
Yeerk tidak seresponsif pesawat Andalite. Aku hanya tak mengira beberapa alat yang
kaku itu bisa digerakkan.>
<Kita akan menerbangkannya kesini?> Tanya Rachel.
<Punya ide lain?> Jake sudah mulai berjalan kembali ke kapal. Kami mengikuti,
berjalan dengan cepat. Melangkah melewati lintasan berjalan bersama sekelompok
Taxxon.
Kemudian, saat kami mendekati pos pemeriksaan, para penjaga telah
berkumpul.
<Kumohon, sibukkan mereka dengan menanyai para Taxxon.> Ujar Tobias.
“Sttooppffllleeessshh!” Pemimpin pasukan keamanan memerintah.
Jake berhenti.
<Terus jalan.> Ia memberitahu kami. <Aku bisa menanganinya.>
“Pesawat mu terlambat. Jelaskan!”
“Ya,” Ujar Jake. Menyambungkan bahasa manusia dengan bahasa Hork-Bajir.
“Kami mengalami kecelakaannhh…. Menabrak hutan saat mesin kami mati. Aku harus
mendarat. Aku memerintahkan untuk memperbaiki pesawat disini.”
<Tetap tenang, semuanya.> Ia memberitahu lewat bahasa pikiran pribadi.
“Bohong.” Teriak si kurus tadi sambil mendorong Jake pada rekannya. “Sudah
dicek seluruhnya. Tak ada kerusakan pesawat. Gussscccssshhh!”
Para Hork-Bajir di atas Hanggar menjulurkan kepala mereka.
<Dalam hitungan kedua.> Jake mengarahkan. <Semuanya, lari!>

73
BAB 18

Jake mengangkat siku pisaunya menebas dinding Hork-Bajir yang mencoba


menahannya.
Catatan: jangan pernah menentang pasukan keamanan Yeerk, ini cuma akan
menimbulkan kekacauan.
<Ke pesawat!> Teriak Jake.
Ia meninju Hork-bajir lain yang menghadangnya dan berlari menyusuri deretan
pesawat. Tiba-tiba –
Tseeeeew! Tseeeeew!
Udara disekelilingnya meledak oleh tembakan sinar Dracon.
<Tidak!>
Jake menghilang dalam kepulan asap menyala.
<Jake!> Teriak Cassie.
<Tenanglah.> Jake menjawab sambil terengah-engah. <Aku baik-baik saja. Aku
berjongkok di belakang troli servis.>
Ia memang tak terlihat, tapi bukan berarti para keamanan yakin ia sudah mati.
Semua perhatian dan senjata tertuju pada kepulan asap dimana Jake terakhir terlihat.
Tak ada yang memperhatikan perubahan yang berlangsung di belakang tempat
penyimpanan peralatan. Seorang Andalite biru dan elang ekor merah tumbuh dan
morf di belakang dua Hork-Bajir. Tobias mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi
dengan tenang ke arah kubah.
Thwack . . . Thwack-Thwack-Thwack!
Ax!
“Aaghshs…!” Empat sinar Dracon berdentangan ke tanah. Empat parjurit
menggenggam tombak berteriak putus asa dan kebingungan.
Ax meluncur bagai peluru ke arah Jake. Cassie, Rachel, dan aku yang masih
dalam tubuh Hork-Bajir mengambil pistol Dracon dari lantai.
<Tembak ke arah Ax!> Teriakku.

74
Ini adalah kesempatan kami, satu-satunya pilihan kami untuk kabur. Selama
kami menembaki Andalite, para Hork-Bajir itu tak akan menembak kami. Kami berlari
di belakang Ax dengan tembakan yang selalu meleset darinya.
<Ke pesawat!>
Kami semua berlari ke arah Bug Fighter. Tak ada waktu lagi!
Kata-kata mutiara: saat kau kabur dari kejaran musuh, jangan pernah lihat ke
belakang. Itu sama sekali bukan ide bagus. Aku berbalik untuk melihat segerombolan
Hork-Bajir yang marah, Hork-Bajir bersenjata berhamburan keluar dari terowongan.
Perlukah aku melihat itu? Apa itu bagus untuk moralku? Enggak. Pastinya
enggak.
“Pengkhianat!” Aku tiba-tiba mengamuk, mengarahkan sinar Draconku ke arah
segerombol pasukan keamanan Hork-Bajir. “Disana! Disana! Tangkap dia!”
“Guflesshhhkkl Defffantii” Teriak salah satu pemimpin dari rombongan
pertama. “Mati kau, pengkhianat!” Teriak mereka. Sekarang pasukan keamanan
melawan pasukan keamanan.
Tepat sekali seperti yang kami inginkan. Perang sipil. Kebingungan. Yeerk
melawan Yeerk.
<Cepat naik ke pesawat!> Jake meraung. <Aku sudah menunggu di dalam nih!>
Dimana Rachel dan Cassie? Aku sendirian dan kehilangan mereka.
Aku berlari.
Cakar panjang dan kasarku menggores lantai dingin. Jantung Hork-Bajir ini
berdetak keras di dadaku. Paru-paruku serasa terbakar dan keringat menetes ke
mataku.
Jendela pesawat kami menyala mengisi daya.
<Semua sistem sudah siap.> Kata Ax dari dalam. <Autopilot sudah dimatikan,
sekarang aku yang pegang kendali.>
<Ayo jalan, Ax.> Jake memerintah.
<Tunggu! Tunggu aku!> Aku menaikik tangga sempit menuju pesawat.
Ax di ruang kontrol, Tobias bertengger seperti boneka di dalam.

75
<Ayo cari para gadis.> Aku menarik nafas sambil mulai demorf. <Aku kehilangan
Rachel dan Cassie.>
Kami lepas landas.
<Naikkan tangga.> Seru Ax.
Ka-bammmm! Sinar Dracon menyentuh medan gelembung kami.
Ax tidak menunggu perintah selanjutnya, ia sudah tahu apa yang harus
dilakukan.
Kami meluncur di udara, terjun kebawah, dan naik lagi. Aku merasa perutku
harus dibawa ke hangar bengkel servis.
Aku sudah menjadi manusia sekarang, manusia yang mampu morf. Aku sudah
muak dengan Hork-Bajir. Aku ingin sesuatu yang berbulu dan familiar.
<Disana!> Tobias berteriak. <Aku lihat mereka! Di belakang pot perbaikan!>
Kami naik, kemudian turun lagi, naik lagi, turun lagi. Bug Fighter gila: kendaraan
karnaval dari neraka.
Ax bergerak dan membuka pintu.
<Turunkan tangga.> Serunya.
Cassie berjongkok rendah sambil melindungi kepalanya dari tembakan Dracon.
Aku mengulurkan tanganku yang masih setengah jadi tangan gorilla, kemudian
menyambar lengannya dan menariknya.
<Ahhh!>
Cassie sudah naik.
Rachel menyusul di belakangnya.
<Naikkan tangga.>
Tseeeew!
Kendaraan servis meledak dalam sekejap dan panasnya menggoyahkan
pesawat kami.
<Ax!> Jake memerintah. <Pergi dari sini!>

76
BAB 19

Aku melihat ke jendela. ‘Mata’ merah Bug Fighter berdatangan dari mana-
mana.
Salah satunya terbang dari hanggarnya, tabung-tabung dan kabel-kabel servis
masih melekat pada lambung pesawat.
Aku berusaha mempercepat perubahanku.
Blaammm!
Sebuah cahaya putih dan ledakan instan.
<Jangan terbang melewati hanggar perawatan.> Ax menasihati. <Ada yang
tidak beres.>
Sinar Dracon menembaki perisai pesawat kami. Ax menginjak gas dan
mengarahkan kapal ke arah terowongan.
Weee-oo-wee-oo!
Suara alarm memekakkan telinga. Lampu berkedip memenuhi panel kontrol.
Aku menatap Ax.
<Gak bakal bisa lewat. Terlalu sempit.>
<Lakukan sesuatu, Ax!> Teriak Jake.
Ax melakukan sesuatu. Ia memelankan pesawat dan mengarahkan meriam
Dracon kami ke terowongan batu itu lalu menembak. Bebatuan padat terbakar,
mencair, kemudian menghilang.
Tobias memantau perisai, <Kekuatan perisainya menurun, Ax! dua puluh
delapan persen, dua puluh enam!>
Bebatuan terbakar. Potongan tebing yang terbakar jatuh ke lintasan berjalan
yang kami lewati beberapa menit lalu.
Ka-Bam! Bamm! Bam! Bam! Bam!
Sinar Dracon terus menembaki kami dari bawah.
<Ax! kau bisa menerbangkan kita melaluinya? Ya atau enggak?>
<Ya.>

77
<Whoa!>
Pesawat miring empat puluh lima derajat! Dan Ax membawa kami menuju api.
Kami menggores, menabrak… dan bergesekan dengan bebatuan yang terbakar!
Kami menerjang seperti peluru.
<Ax, kau gilaaaaaa!> Cassie berteriak.
Tiba-tiba, cahaya, udara.
Kompleks kolam raksasa Yeerk terbuka dihadapan kami.
<Kerja bagus, Ax-man!> Ujar Jake, terengah-engah. <Sekarang, alihkan
perhatian mereka dari Visser One.>
Ia mengarahkan meriam Dracon ke arah kompleks bangunan di tepi kolam. Ia
menembak, meleset!
<Biarkan sang ahli bekerja.>
Aku merebut kendali.
Tseeeew!
Sebuah bangunan lenyap. Bangunan lainnya terbakar.
Tseeew!
Sebuah bulldozer tak berpenghuni terbakar. Para pengendali berlarian
menyebar ke segala arah. Rasanya seperti akhir film Holywood musim panas.
Dan aku yang mengendalikannya.
Aku memutar kanon ke arah kolam.
Ibuku mungkin sedang tak waras, tapi matanya melebar saat ia melihat kanon
Dracon.
<Hati-hati.> Seru Rachel.
Aku mengarahkannya ke tepian kolam. Bukan pada Yeerk atau para pengendali.
Hanya pada sebuah tangki metal berat. Simbol perbudakan.
Tseeew!
Sebuah tembakan daya rendah membuat dinding tangki meleleh.
Tak ada kerusakan besar karena aku memang tak berniat melakukannya. Aku
hanya ingin membuat semua orang kabur.
Hork-Bajir dan manusia berhamburan melarikan diri.

78
<Bawa kami kesana.> Seru Jake pada Ax. <Rachel, Marco, kalian siap?>
Aku mendengus. <Kalau bukan kami yang melakukannya, gak ada yang bisa.>
<Ayo lakukan.>
Ax menerbangkan pesawat di atas air kotor berkandrona. Sebuah lubang yang
terbuka.
<Turunkan tangga.> Kata Ax gugup.
<Ayo!> Teriak Jake. <Ayo!>
Kami melompat keluar. Kaki gorilaku dan cakar Hork Bajir menghantam
semenanjung logam dimana ibuku terikat. Dermaga infestasi itu hanya selebar balkon,
tapi itu sama berbahayanya dengan jembatan tali gantung yang membentang di
pegunungan Andes.
Dengan cepat, Rachel mengiris borgol yang mengikat ibuku ke tiang.
Dada…pergelangan tangan….pergelangan kaki.
Ibuku sepertinya tak tahu kami disana untuk menyelamatkannya. Yeerk di
dalam kepalanya sudah teralu tak sadarkan diri.
<Bawa dia!> Rachel menggeram. <Pesawatnya akan segera nabrak!>
Tseeew!
Sebuah sinar Dracon menembak pesawat tepat di atas kepala kami.
Tembakannya menggetarkan dermaga dan membakar sisi pesawat kami!
<Bertahanlah!> Seru Jake dari atas. <Kami akan segera kembali.>
Tak ada pilihan. Ax harus menjauh sebelum pesawat kami dibantai habis-
habisan. Pesawat kami menggulung perisainya kemudian terbang menjauh.
<Kita terjebak!> Seru Rachel. <Seharusnya gak begini.>
Bug Fighter besar lain datang dari arah terowongan, mengibaskan udara ke
sekitar kolam.
Ax terbang lurus tepat ke arah atas kubah, dengan pesawat penyerang tepat di
belakangnya.
Tseeew!
Sinar Dracon meleset saat hendak menembak pesawat kami yang sedang
melaju.

79
Tseeew!
Jake menghancurkan perisai pesawat musuh.
Aku berbalik pada ibuku, menyandarkannya di tubuhku untuk melindunginya
dari pertarungan. <Mom, ini aku. Marco.>
Dengan hati-hati aku mendekapnya di tanganku. Ia tak bergeming selama satu
detik, kemudian mulai menjerit lagi.
Tseeew! Tseeew!
<Merunduk!> Rachel berteriak. Sebuah tembakan Dracon meledakkan langit-
langit. Batu-batu kecil menghujani lantai bagai hujan es yang mematikan.
Ka-plash! Ka-plash! Plash!
Beberapa potong bebatuan tercebur ke kolam beberapa kaki dari kami, dan air
kolam menciprati kami seperti cairan lengket.
<Kita benar-benar dalam masalah.> Rachel berkata sungguh-sungguh,
menunjuk ke sekelompok Hork-Bajir menakutkan dengan pita biru menggembung yang
terikat di lengan mereka.
<Siapa mereka? Mereka…. besar dan seram. Mereka adalah Hork-Bajir paling
besar yang pernah kulihat!>
Aku bangkit dan memanggul mom ke bahu.
<Ayo ke dermaga!> Teriakku.
<Terus apa?>
<Lari yang kencang.>
Celah yang memisahkan dermaga dan semenanjung hanya selebar lima kaki.
Mungkin lebih sih. Rachel segera berlari di sepanjang semenanjung bagaikan di arena
lapangan terbang. Ia bersiap, meroket, lalu melompat….
Lompatan jauh yang sempurna.
<Marco, ayolah!>
Tak ada pilihan. Aku bersiap melompat seperti DC-3. Lompatan itu terlalu jauh,
terlalu….
<Ahhhh!>
Kami meluncur di udara melewati para Yeerk, dan menghantam dermaga.

80
Tiba-tiba, ibuku benar-benar lemas.
Oh tuhan, apa ia mati? Apa aku membunuhnya?
Tidak. Matanya terbuka dan ia terlihat memohon padaku.
“Bunuh dia.” Bisiknya.
Apa? Aku menunduk ke arah dermaga. Siput kecil telah melarikan diri dari
telinga mom dan hendak kabur! Ia pasti ingin menceburkan dirinya ke kandrona, itulah
makanan dan kehidupannya….
Tapi masalahnya, waktu melompatku tadi tidak tepat. Visser One telah
menghantam dermaga saat kami mendarat tadi. Dan sekarang, ia malah menggeliat
semakin jauh.

81
BAB 20

Bam!
Seorang Hork-Bajir biru menebas Rachel tepat di wajahnya!
Bam! Bam! Bam! Bam!
Ia memukul balik. Dengan tinju-pisau-gila nya. Hork-Bajir itu terhuyung tapi
masih berdiri.
“Aku Grath.” Geramnya dengan mata kuning-oranye yang membara. “Aku
adalah pemimpin pasukan elit Hork-Bajir biru. Menyerahlah, atau mati.”
<Menyerah?> Rachel berkata padaku tidak percaya. <Ia benar-benar gak kenal
aku.>
“Seorang Hork-Bajir akan segera mati diatas dermaga ini, Mr. Grath.”
Geramnya. “Tapi tentu saja itu bukan aku.”
Whoosh!
“Bunuh dia!” Suara ibuku terdengar lebih keras sekarang. Gemetar penuh
amarah. Visser One sedang merayap, mengerutkan tubuhnya sampai setengah kali
ukuran tubuhnya, lalu merayap ke depan. Mengerut, memanjang, mengerut,
memanjang. Irama lamban tanpa henti menuju pinggir dermaga.
Aku menggapai untuk mengambilnya.
Bam!
<Ahhh.>
Kaki bercakar menusuk kakiku. Hork-Bajir lain telah mendarat di dermaga!
Aku menjatuhkan ibuku yang segera tersungkur.
“Kau akan mati, Andalite!” Hork-Bajir biru lain menikam punggungku.
BAM!
Aku berputar dan meninju dadanya. <Kurasa enggak, dasar aneh!>
Aku melirik kembali ke tempat ibuku terbaring tak bergerak, setengah
melindunginya di antara aku dan Rachel yang masih bertempur. Sekujur tubuhnya
penuh memar dan patah. Ia bahkan tak mampu mengangkat kepalanya.

82
Namun, ia masih saja mengamuk, “Kau tak akan bisa kabur, cacing kotor!”
Tseeew! Tseew! Tseew!
<Ahh!> Teriak Rachel. <Aku tertembak! Ini buruk.>
Aku harus menolong Rachel!
“Bunuh dia!”
Aku juga harus menolong Mom!
Aku mengepalkan tinju gorilaku, mengangkatnya dan siap menghantamkannya
pada siput itu.
Tseeew!
“AAAAArrrgghh!”
Rasa sakit terbakar menjalar di kaki kananku!
Aku terhuyung jatuh ke dermaga, rasa terbakarnya begitu menyakitkan lebih
dari yang bisa kubayangkan. Aroma bulu dan daging hangus memenuhi lubang
hidungku, baunya enak sekaligus memuakkan.
<Marco!> Rachel.
“Bunuh dia!” Ibuku.
Pertempuran Bug Fighter gila berdengung di atas kepalaku! Bebatuan
menghujani.
Bam!
Hork-Bajir biru menebas wajahku. Oke, sebenarnya itu gak perlu. Kemarahanku
memuncak, aku berdiri.
Ka-bam!
“Galaaaah!”
Aku meninju si biru hingga jatuh dari dermaga.
Splash!
Ia meronta-ronta dalam air berlendir itu.
Sebuah Bug Fighter berdengung di atas kepalaku. Tekanan udaranya
menghempaskan tubuhku. Deru mesin memenuhi telingaku. Suaranya sungguh
melengking dan memekakkan telinga.
Kemudian, tiba-tiba –

83
TSEEW!
Sebuah sinar merah melintas di atas kepala kami.
Ka- BLAAAM!
Bug Fighter itu meledak dan menghujani kami dengan puing-puing api.
Tumpukan isi perut dan potongan tubuh bertebaran dimana-mana!
<Tidak!>
Jake, Ax, Cassie, Tobias…… mati!
Semuanya telah mati.
<Tidaaaaaak!>
Rachel.
Aku berputar melompati Mom. Memukul dua prajurit yang menggeret Rachel
ke dermaga.
Kemarahanku memuncak dan rasa sakit ini semakin menjadi-jadi.
Whoomf! Bam!
Aku meninju lengan besarku ke dada Hork-Bajir. Tubuhnya menggelinding dan
tercebur.
<Ayo! Pergi dari sini!> Teriakku.
Kepalaku terasa pusing. Tangan Rachel hanya tinggal pembuluh vena yang
mengucur dari lengannya yang putus. Dua Hork-Bajir biru berjalan di dermaga
infestasi, siap melompat…..
Tiba-tiba, susana hening.
Pesawat Bug Fighter lainnya telah menghilang. Tak ada deruan mesin dan
tembakan sinar Dracon. Tak ada pertempuran.
Sebuah suara baru terdengar…
Suara tawa jahat dalam bahasa pikiran memenuhi seisi kompleks kolam.
Hork-Bajir berpita biru membeku dalam langkahnya.
Aku melihat ke seberang kolam, Visser Three telah berdiri di tepian kolam.
Tubuh Andalite curiannya condong kesamping.
Kemudian ia mulai morf.

84
Tubuh Andalite birunya berubah hitam. Sesuatu yang panjang dan datar
mencuat dari leher dan punggungnya, kemudian mengembang ke dua arah
membentuk sayap. Sayap hitam yang besar!
Sayap itu tumbuh semakin sempurna dan lebar hingga keduanya menyatu di
tengah-tengah. Sayap delta yang menyambung.
Sebuah kepala tumbuh di tengahnya. Tidak, itu bukan kepala…
Itu sebuah mulut! Panjang dan lebar disertai dengan lidah perak yang menjilati
barisan gigi-gigi yang berkilauan.
Lalu matanya… berwarna oranye dan besar sebesar softball, berada di kedua
sisi mulutnya.
<Haa haa haa.> Ia berkoar. <Andalite kecil yang malang. Terjebak di atas
dermaga. Dan terjebak untuk mati….>
Sayapnya yang besar mengepak sekali, dan itu sudah cukup untuk membuat
Visser Three melayang di udara. Kepakan kedua membuatnya meluncur naik ke puncak
kubah. Ia bagaikan siluet besar yang menutupi kami semua.
<Kenalkan Bievilerd.> Raungnya. <Mahkluk kecil yang ku temui di planet Ondar.
Gigi-giginya akan mengoyak dagingmu bagai sehelai kertas.>
Rachel dan aku terdiam. Apa yang harus kami katakan?
<Kalian akan mati!> Pekiknya. <Dan setiap orang disini akan melihat kalian
mati.>
<Kita harus pergi dari sini!> Teriakku pada Rachel.
<Aku gak bisa.> Jawabnya.
<Kau harus bisa!>
Tapi aku tahu itu tidak mungkin. Darah mengucur deras dari lengannya yang
putus. Ia hampir kehilangan kesadaran.
Visser Three mengepak sayapnya lagi dan meluncur turun dengan mulut siap
menyerang.
Tak ada cara untuk kabur. Tidak ada!

85
Aku mencoba untuk mengangkat Rachel dan ibuku sekaligus. Mereka
gemetaran dan mengerang kesakitan. Usahaku benar-benar menyedihkan! Cederaku
ini juga membuatku lemah untuk melakukan sesuatu….
Tiba-tiba –
Zzzeeeeooowww! Sebuah pesawat Bug Fighter muncul dari belakang gudang!
Tseeew!
Tembakan Dracon menderu tepat mengenai perut Bievilerd.
“Rrrrooooaaahhh!”
Sang Visser berteriak. Pesawat Bug Fighter itu meluncur ke arah kami.
<Marco!> Itu suara Jake…. Itu Bug Fighter Jake!
<Tapi tadi aku melihat kalian meledak?>
<Enggak.> Katanya. <Kau lihat pesawat Yeerk yang meledak. Dimana
kepercayaanmu pada Ax-man? Bertahanlah, kami datang.>

86
BAB 21

Tseew!
Tembakan kedua melubangi lipatan sayap Bieviler. Sayap tersebut segera
mengerut, layu, dan hancur.
<Sampah Andalite!> Teriak Visser. <Kalian harus membayarnya! Aku akan
membuat kalian membayarnya! Bunuh mereka!
Tseew! Tseew!
Jake menghantam dua Hork-Bajir biru sebelum mereka menebas kami dengan
pisau-tempur mereka.
<Aku sudah tak kuat lagi, Jake.> Gumam Rachel, masih terbaring dekat kami.
<Bawa kami keluar dari sini!>
Aku mencoba mengangkat ibuku lagi, tapi kali ini dia menolak dengan sisa
tenaganya yang lemah.
Sinar Dracon bertubi-tubi menembak ke arah dermaga….
“Mati!” Ia mendesah, matanya tertuju pada gumpalan abu-abu kecil beberapa
inchi dari tepi.
Visser One!
<Mom, hentikan!>
Ia maju ke depan, lengannya menggapai dan mencengkeram….
“Mati!”
Bug Fighter melayang di atas kolam, menutupi kami dari tembakan Dracon,
melayang rendah beberap kaki di atas kami.
Wajah mom berubah seketika, air mata manusia sungguhan membasahi
pipinya. Air mata amarah, rasa sakit, dan kebahagiaan.
Kemudian, tangannya meremas parasit itu, tapi siput itu masih hidup.
“Tidak!”
Aku menghentakkan kakiku ke arah siput yang masih menggeliat itu lalu
berakhir sudah.

87
…..sudah jelas ini adalah akhir perjalanan Visser One.
Ibuku, Eva menerawang melewati mata gorilla ku dengan ekspresi puas.
Meskipun itu semua sedikit membuatku takut.
“Sekarang kita bisa pergi.” Bisiknya.
Setelah itu, ia pingsan dalam pelukanku.
Ax menurunkan tangga, dan serta merta aku melompat ke dalam pesawat. Jake
dan Cassie melompat keluar untuk mengangkat Rachel dan membawanya masuk. Misi
ini berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan.
<Pesawatnya tertembak!> Teriak Cassie.
<Tidak mungkin!> Seru Tobias.
<Ax?>
Kami jatuh. Mesinnya mati.
Ka-PLAAASH! Kami menghantam ke dalam sesuatu yang lembut…..dan cair.
Glug-glug-glug
Jari lincah Ax bekerja panik di atas panel-panel kontrol. Aku melihat ke luar
jendela.
<Kita ada di dalam KOLAAM!> Teriakku.
Cassie membujuk Rachel untuk segera demorf agar mengobati luka-luka
fatalnya. Aku juga harus segera melakukannya.
<Pangeran Jake, aku tidak bisa lagi mencapai kecepatan untuk lepas landas.
Kolam ini seperti rawa. Seberapa pun kita bergerak, ia akan semakin menarik kita ke
dalam.>
Kami semakin lama terhisap ke dalam jantung wilayah musuh!
Aku meninju kepalan tangan manusiaku ke dinding kabin.
Ibuku membuka matanya, mencoba untuk berbicara tapi yang keluar hanyalah
desahan dan suara batuk yang tidak jelas.
“Mom, ada apa?”
Ia menatap Ax.
“Nyalakan pasokan sinar Dracon sampai penuh.” Gumamnya.

88
“Apa?” Seruku. “Ax, kau dengar? Ia berkata nyalakan pasokan sinar Dracon
sampai penuh.”
Ax memutar mata pengintainya.
<Itu akan meledakkan kapal. Ledakan itu akan menghancurkan kita semua.>
“Ax, dengarkan dia!”
<Apa ibumu itu cuma mau lihat kita semua mati?> Ax berkata lewat bahasa
pikiran pribadi.
“Ax, dia itu sudah bebas sekarang!” Seruku. “Sudah bebas tahu!”
“Itu tidak akan meledakan kapal.” Ia melanjutkan, berkata dengan susah payah.
“Tidak jika wktunya tepat. Saat pasokan Dracon mencapai angka maksimum lima puluh
lima persen, alihkan ke mesin. Lalu tembakkan sinarDracon kemana pun.”
Aku melirik Ax, Ax melirik Jake, Jake melirik Cassie, dan Cassie melirik Rachel
yang sekarang sudah berubah ke wujud manusia.
<Kurasa itu masuk akal juga.> Ujar Tobias dari tempatnya bertengger dekat
panel kontrol.
<Kalau begitu, lakukan saja.> Timpal Jake.
<Tapi…>
<Lakukan.>
Dengungan suara pasokan Dracon yang berlebihan berkecamuk, membuatku
berfikir pesawat ini akan meledak.
Tapi ibuku telah menjadi induk semang Yeerk untuk waktu yang lama. Ia telah
belajar banyak hal dan ia tahu apa yang ia lakukan.
Dengungan itu terhenti. Ax menembakan sinar Dracon langsung ke dalam
kolam. Uap dan asap menderu di sekeliling kami.
<Apa yang terjadi?>
<Secara teknis.> Ax menjawab. <Molekul-molekul air meledak. Singkatnya, kita
merebus para Yeerk.>
Cassie berpaling dari jendela saat pesawat mulai terangkat.
Ax menekan tombol daya.

89
Di belakang, Visser Three melanjutkan raungannya. <Kalian akan mati,
Andalite! Aku akan membunuh kalian dengan perlahan dan menyakitkan! Kalian
semua milikku!>
Kami terbang melintasi terowongan yang terbakar. Terbang ke arah area
muatan, ke arah area bengkel dan servis. Para Bug Fighter Yeerk mengejar di belakang
kami.
Aku berlutut di samping mom. Mendekapnya di lenganku saat kami
menghambur ke dalam lautan dan memeluknya dengan aman.
Bug Fighter muncul ke permukaan menembus langit malam. Lalu naik, naik
hingga berada di atmosfir.
Suara Ax memecah keheningan bagai alarm.
<Kita kalah jumlah, pangeran Jake. Banyak pesawat di orbit bersiap untuk
menyerang.>
<Tak ada pilihan.> Jake menjawab. <Lenyapkan pesawat.>
Segera, pesawat berbalik, turun, dan terus turun menuju hutan nasional.
Kami mendarat dan keluar dari pesawat beberapa detik sebelum pesawat
meledak. Tidak jauh dari hutan dimana petualangan ini pertama kali dimulai. Kami
hampir kembali ke titik awal kami.
Tapi kali ini, aku membawa hadiah.

90
BAB 22

“Mom.”
“Ya, sayang?”
Ia melingkarkan lengannya ke bahuku sambil memandangku.
Matanya menyiratkan kalau ia sudah cukup sembuh. Luka-luka di wajah dan
tangannya, tulang-tulang patah, memar-memar……alam telah melakukan
pekerjaannya dengan baik.
Pertolongan pertama dari Chee juga tidak menyakitkan.
Ia masih terlihat sama seperti dulu. Well,hampir. Perubahannya tidak terlalu
terlihat jelas. Masih ada semacam ketegangan dan kewaspadaan mewarnai wajahnya.
Semua itu belum ada saat aku masih kecil.
Karena saat itu ia belum menjadi budak.
Sebuah matahari emas menghangatkan langit. Awan-awan lembut berarak
memenuhi langit biru.
Sebuah hari yang sempurna. Tapi kalau ini hari yang sempurna, kenapa aku
tidak merasa sesempurna itu? Kalau hari ini mimpiku jadi kenyataan kenapa aku
merasa begitu salah?
Kami sedang berjalan kaki menuju lembah Hork-Bajir, Promise Land bagi para
pengungsi. Jadi, mengapa aku merasa gelisah?
“Sayang, ada apa?” Tanya nya lagi.
“Tak ada. Hanya saja, lembah ini sangat menakjubkan. Kau akan aman disini.
Bebas. Dan aku merasa senang.”
Kami mencapai puncak bukit dan pemandangan lembah tertampang di depan
kami.
Berdiri di tepi Grand Canyon? Kurasa rasanya sama.
Mom terlihat sangat takjub.

91
“Para Yeerk tidak tahu. Mereka pikir mereka telah menghancurkan ini semua.”
Serunya tiba-tiba. “Dan ternyata mereka belum. Visser Three punya cukup banyak
kekuatan untuk meluncurkan serangan dalam beberapa bulan ini. Ia akan membakar
seluruh kota dari atas orbit, Marco. Dia akan memperbudak banyak umat manusia.”
Ia telah menjadi Visser One. Siapa aku ini berani mendebatkan argumennya?
“Yeah, well. Mungkin juga enggak.” Kataku berani. Menjadi berani adalah
tugasku.
Sebuah lambaian tangan tertangkap mataku. Di bawah lereng, dekat
sekelompok Hork-Bajir yang melambaikan pisau-pisau mereka, ada seorang manusia
yang tersenyum.
Dad.
Aku tidak berkata apa-apa. Begitu pula mom. Ia hanya menuruni bukit bagai
seorang wanita yang tak melihat suaminya selama berbulan- bulan…
Ini seperti film klise. Dua orang yang saling mencintai bersatu kembali. Inilah
yang selalu ku impikan sejak kutahu ibuku masih hidup. Dad membuka tangannya dan
mom jatuh ke pelukannya.
Mereka saling merasa malu. Mereka sudah tak pernah lagi melakukannya untuk
waktu yang sangat lama.
Semua yang ku usahakan sekarang berada tepat di depan mataku.
Jadi, rasa sesak apa yang menekan hatiku ini?
Para Hork-Bajir telah menyiapkan pesta. Bark Schnitzel, Bark chow men, Bark
fume a la crème (Semua makanan yang dibuat dari kulit pohon).
Aku membuka kaleng supermarket dan membawanya. Aku perlu meyakinkan
para Hork-Bajir makanan ini juga harus dihitung.
Aku lupa dimana pembuka kalengnya, tapi siapa yang butuh pembuka kaleng di
lembah yang penuh pasukan berbilah pisau begini?
Matahari mulai terbenam saat kami menyelesaikan makan malam. Para Hork-
Bajir menyalakan api unggun. Mom mendengarkan dengan seksama saat Jara Hamee
mulai menceritakan salah satu cerita terkenalnya.
Dad menarikku menjauh.

92
“Marco?” Bisiknya. “Apa ada cara untuk menyelamatkan Nora? Apa ada cara
untuk menyelamatkannya sekarang?”
Kata-katanya membuatku terasa sedikit perih. Tapi sekarang, aku tahu bahwa
kehidupan dan cinta itu hal yang rumit.
“Kau tahu aku mencintainya – “
Aku mengangguk, membuat keputusan.
“Dad, gimana kalau Nora sudah menjadi pengendali sekarang? Bagaimana
kalau Yeerk sudah menangkapnya karena mereka tahu kau terlibat dalam pekerjaan
rahasia?”
Rasa sakit tersirat di wajah Dad.
Hati nuraniku terasa berat. Bendungan permanen ini telah dihancurkan.
Keluargaku telah kembali, tapi tidak benar-benar kembali.
Tidak sejujurnya.
Itu tadi adalah salah satu pemikiran putus asa yang ku harap dapat diterima
Dad.
Tapi hal ini sama sekali tidak mudah bagiku.
“Apa kau bilang?”
“Segala yang terjadi denganmu sudah diatur oleh musuh.” Ujarku. “Kau gak
bisa menyalahkan dirimu sendiri.”

93
BAB 23

Ombak berdesir di pantai berpasir.


<Tiga mil.> Seru Tobias. <Manusia terdekat berada tiga mil dari pantai ini. Tapi
kurasa mereka gak akan pergi kemana-mana. Mereka, urn…terlalu fokus satu sama
lain.>
Bukan berarti aku bisa lihat ombaknya. Ini adalah malam hari, dengan bulan
sabit yang sama sekali tidak membantu.
“Apa benda ini benar-benar sudah siap?” Tanya Jake sambil memandang
transponder Z-space. Kami sudah membiarkan sedikit waktu kami berlalu dengan tak
melakukan apa-apa. Hanya menonton Ax menyelesaikan alat itu.
<Siap untuk transmisi, Pangeran Jake. Chip penerjemah telah diinstal dan
diaktifkan.>
Jake tersenyum, memberikan tatapan yang tak biasa padaku… tatapan
pengakuan persahabatan kami.
Dad dan aku telah dilaporkan mati tertembak oleh penyusup tak dikenal. Dan
polisi setempat tidak melakukan pencarian lebih lanjut karena tidak adanya petunjuk.
Bukan kejutan, kan.
Nora adalah salah satu korban, satu lagi pengendali di antara kami. Ia sekarang
masih tinggal di rumah kami dan masih mengajar di sekolah kami. Tobias pernah
memergokinya sedang berada di dekat pintu masuk kolam Yeerk pada malam hari.
Mungkin…mungkin saja suatu hari nanti aku bisa menyelamatkannya.
Tempat tinggal Chee tidak begitu buruk kok. Aku lebih banyak berada disana
sekarang. Mereka punya TV dan cemilan Oreo.
Saat aku butuh beberapa kabel, aku biasanya menghabiskan sepanjang malam
di scoop Ax. Soalnya sangat beresiko kalau aku tinggal dirumah Cassie, Rachel, atau
Jake.
Dan saat kami tidak punyai misi, biasanya aku mengunjungi lembah.
Selalu ke lembah.

94
“Mari selesaikan yang satu ini.” Kataku. “Transmisi ini mungkin berarti kalian
akan ditangkap Yeerk, jadi kita harus super hati-hati dengan apa yang kita ucapkan.
Dan juga, kita gak bisa pergi sama-sama saat selesai. Ax sudah membawa mesin itu
bersamanya sehingga Yeerk gak akan bisa melacak situs transmisinya.”
“Tunggu.” Rachel menyela. “Memangnya kita gak bisa memblokir situs
transmisinya aja? Kayak di film-film?”
<Itu akan diblokir ke dalam empat jalur terpisah.> Ujar Ax dengan sedikit
menghina. <Namun bagi peralatan Yeerk, hal itu setingkat dengan cara anak kecil.>
“Tapi tetap masih ada kemungkinan, kan?” Ujar Cassie penuh harap. “Ada
kemungkinan kalau mereka mungkin berfikir sinyal transmisinya datang dari suatu
tempat di dalam pesawat mereka.”
<Kemungkinan kecil.> Jawab Ax.
“Ayo lakukan saja.” Seru Jake menggosok-gosokkan tangannya.
“Mari berharap armada Andalite membuka transmisinya dua puluh empat
jam.” Kataku. “Ax, kau punya nomor Andalite kan?”
Aku menggeser-geser kakiku dengan cemas di atas pasir. Menghela napas
dalam.
Ax mengetik beberapa kode pada keypad kecil. Jari-jarinya terlihat sedikit
gemetar. Ini adalah panggilan telepon yang sangat jauh.
Aku memandang langit berbintang dan planet-planet serta dunia alien yang
berada jauh diluar pandanganku.
“Lihat!” Seru Cassie sambil menunjuk pada cahaya kecil di sisi mesin yang
sekarang berwarna biru terang.
<Kita tersambung.> Jawab Ax.
Keempat kelopak matanya berkedip dengan cepat. Ia berdiri dengan tegap.
Sebuah suara……suara berat yang memerintah…
<Siapa ini?> Tuntut petugas Andalite di ujung sana. <Sipa yang menghubungi?>
Ini benar-benar nyata! Suara ini….kata-katanya….
Sambungan kami ke dunia lain!
Jake memberi sinyal pada Ax untuk menjawab.

95
Tapi Ax menggelengkan kepala.
<Tidak, kurasa ini adalah bagianmu.>
Jake menatap kami satu persatu, kemudian mengusap rambutnya.
“Ini……” Ia berdeham, kemudian melirik kepada Ax lagi dan tersenyum.
Kemudian ia mendekat ke alat itu.
“Ini dari bumi.” Katanya.

Kami tak tahu siapa mereka….

Tapi kami tahu siapa kau….

Thx for reading 


BR: Anna

96

Anda mungkin juga menyukai