Anda di halaman 1dari 138

DING DONG!

MATILAH KAU!
RL. Stine

Ebook by Raynold
Tamanbacaan Tagtag

Convert to PDF & Re edited by :


Farid ZE
Blog Pecinta Buku – PP Assalam Cepu
AWAS!!
JANGAN BACA BUKU INI DARI AWAL
SAMPAI AKHIR!

Adik laki-lakimu, Denny, main kabur saja di


gedung Museum Sejarah Ilmu Alam yang luas! Kau
berusaha mencarinya, tapi yang kautemukan malah
laboratorium Dr. Peebles yang aneh. Kau dijadikan
kelinci percobaan untuk menguji mesin waktu yang
diciptakan sang ilmuwan!
Wow, asyik, kau berkata dalam hati. Aku bakal
jadi orang pertama yang bisa menjelajahi waktu!
Tiba-tiba Denny muncul dan berlari ke mesin itu-
dan langsung lenyap!'
Nah, sekarang adikmu tak lagi tersesat di
museum. Ia tersesat di zaman antah berantah! Kau
harus mencarinya.
Tapi di mana?
Di zaman purba, saat bumi masih dikuasai
dinosaurus yang ganas?
Atau di abad pertengahan, tempat kau akan
berhadapan dengan para ksatria dan tukang sihir yang
kejam?
Atau malah di masa depan, ketika manusia berada
di bawah perintah robot yang bengis?
Hanya satu hal yang pasti-kau harus bisa
menemukan Denny dalam waktu kurang dari dua jam,
atau ia akan tersesat untuk selama- lamanya!
Kaulah tokoh utama dalam petualangan
menakutkan ini. Kau yang pegang kendali. Kau yang
menentukan langkah selanjutnya.
Dan hanya kau yang bisa memutuskan seberapa
seram pengalaman yang menanti dirimu.
Mulailah di halaman 1.
Kemudian ikuti petunjuk di bagian bawah
masing-masing halaman.
Awas, jangan salah pilih! Kalau kau mengambil
keputusan yang tepat, kau akan berhasil meloloskan
diri dari mesin waktu. Tapi seandainya kau mengambil
keputusan yang salah... AWAS!
Jadi tariklah napas dalam-dalam, berharaplah
dirimu bernasib mujur, lalu bukalah halaman 1.
Selamat ber-GOOSEBUMPS-ria!
Dingdong Matilah Kau - hal : 1

Huh, liburan kali ini benar-benar payah! Kau dan adik


laki-lakimu, Denny, bersama kedua orangtuamu pergi ke
New York untuk liburan Natal. Semula kaupikir pasti asyik
nih karena kau bisa mengunjungi Patung Liberty, naik ke
lantai 102 World Trade Center-salah satu, pencakar langit
tertinggi di dunia, dan bermain sepatu es di Rockefeller
Center. Sayangnya orangtuamu tergila-gila pada museum.
"Ini hiburan bermutu," kata ibumu seraya memaksa
kau masuk ke Museum Sejarah Ilmu Alam.
"Ini namanya berlibur sambil belajar," ujar ayahmu
ketika kalian tengah melihat-lihat koleksi pot antik.
"Ini membosankan!" kau menyahut, tapi, tak ada yang
peduli pada keluhanmu. Dan yang paling parah, kau
disuruh menjaga adikmu Denny yang berambut merah.
Hanya saja Denny tidak mau dijaga. "Jangan sok jadi
bos!" katanya setiap kali kau menegurnya. Kau mengikuti
orangtuamu dari satu peragaan ke peragaan lain di museum
itu. Mula-mula sih cukup menarik. Soalnya kau memang
suka dinosaurus.
"Tunggu sampai kaulihat apa yang ada di ruangan
ini!" ibumu berseru.
Memangnya ada apa sih?

__________________________________________
Coba buka HALAMAN 2.
Dingdong Matilah Kau - hal : 2

Kau bergegas ke ruangan berikut sambil berharap kau


akan melihat sesuatu yang seru di sana. Tapi ternyata
ibumu sedang berdiri di depan jam matahari.
"Bagus sekali, kan?" ia berseru. "Peragaan tentang
waktu."
Apanya yang bagus? kau menggerutu dalam hati. Satu
ruangan penuh jam! Huh, membosankan!
Tiba-tiba Denny menendang betismu dari belakang.
"Aduh!" kau memekik. "Jangan macam-macam!"
"Sejak kapan kau jadi bos di sini?" sahutnya sambil
cengar- cengir.
"Sejak aku dapat tugas dari Mom dan Dad!" kau
menjawab, lalu menonjok lengannya.
Denny langsung merengek dan mengadu kepada
orangtuamu. Kau memang tidak bisa menang melawannya!
"Aku haus," kata Denny.
Kau sempat melihat ia menghabiskan setengah
kantong permen jelly dalam waktu kurang dari satu menit.
"Tolong ajak Denny ke tempat membeli minuman," kata
ibumu tanpa mengalihkan pandangan dari jam antik di
hadapannya.
"Ayo." Kau meraih tangan Denny. Tapi Denny
menarik tangannya dan langsung kabur. Kau mengejarnya
melewati lorong yang berkelok-kelok. Akhirnya kau
kehilangan jejak. Tapi di ujung lorong ada pintu bertanda:
AWAS!
EKSPERIMEN BERBAHAYA DILARANG MEMBUKA
PINTU INI
__________________________________________
Beralihlah ke HALAMAN 3
Dingdong Matilah Kau - hal : 3

Eksperimen berbahaya? Apa maksudnya? kau


bertanya- tanya. Lalu kau melihat pintu itu terbuka sedikit.
Wah, gawat! Denny pasti masuk ke sini, kau berkata dalam
hati.
Kau membuka pintu itu dan mengintip dengan hati-
hati. Denny tidak tampak. Kau hanya melihat pria kurus
tinggi dengan rambut putih dikuncir. Pria itu berdiri di
depan komputer yang dihubungkan ke jam besar berbentuk
aneh. Di antara komputer dan jam terdapat benda besar
berbentuk persegi yang mirip bingkai lukisan. Komputer
dan jam itu berdetak dan berdenting.
"Akhirnya kau muncul juga!" pria jangkung itu
berkata. "Aku Dr. Peebles. Kau pasti si sukarelawan."
"Sebenarnya," kau mulai berkata, "aku mencari..."
"Sudahlah, jangan banyak omong," Dr. Peebles
menyela. "Aku sudah siap memulai eksperimen ini. Ayo,
kemari."
"Ehm, aku..."
"Kemari!" bentak si ilmuwan. Ia memasang semacam
kalung di lehermu. Di ujungnya menggantung benda yang
mirip stopwatch, bentuknya aneh dan rumit, dengan empat
tombol besar.
"Kau sudah siap?" Dr. Peebles bertanya.

__________________________________________
Siap atau tidak, bukalah HALAMAN 4
Dingdong Matilah Kau - hal : 4

"Siap untuk apa?" kau bertanya.


"Menjelajahi waktu, tentu saja," sahut Dr. Peebles.
"Kau akan menjadi orang pertama yang menggunakan
kronometer jelajahku."
"Kronometer?" kau mngu1angi. “Apa itu?" Ia
menunjuk stopwatch yang tergantung di lehermu.
"Aku tidak punya waktu...," kau mulai memprotes,
tapi si ilmuwan kembali menyela. "Tentu saja kau punya
waktu!” Dr. Peebles menjelaskan. "Kau bebas pergi ke
masa lalu atau masa depan. Kau akan kembali pada saat
yang persis sama dengan keberangkatanmu. Takkan ada
yang tahu bahwa kau baru saja berkelana."
"Bagaimana cara kerjanya?" kau bertanya sambil
menunjuk stopwatch.
"Mudah saja," jawab Dr. Peebles. "Tekan tombol di
sisi kiri untuk pergi ke masa lalu. Tekan tombol sebelah
kanan untuk pergi ke masa depan. Kalau mau kembali ke
masa sekarang, tombol sebelah atas dan sebelah bawah
ditekan sekaligus."
Boleh juga! kau berkata dalam hati. Bagaimana kalau
alat ini benar-benar bekerja? Menjelajahi waktu pasti
mengasyikkan!
"Sudahlah, jangan buang-buang waktu!" ujar Dr.
Peebles. "Aku sudah siap memulai eksperimen ini."

__________________________________________
Bergegaslah ke HALAMAN 5.
Dingdong Matilah Kau - hal : 5

Kau merenung sejenak. Rupanya Dr. Peebles


menyangka kau orang lain. Tapi perjalanan menembus
waktu pasti seru. Yang jelas, pasti lebih seru daripada
melihat pot-pot kuno sepanjang hari. Dan karena kau akan
kembali pada saat yang sama dengan keberangkatanmu,
kau tetap punya waktu untuk mencari Denny dan kembali
ke orangtuamu sebelum mereka curiga. Di pihak lain,
Denny bisa membuat masalah, sekalipun dalam waktu amat
singkat. Dan kaulah yang bakal disalahkan kalau sampai
terjadi apa-apa. Kau harus mengambil keputusan.
Apakah kau ingin menjelajahi waktu?
Atau lebih baik kau mencari adikmu dulu?

__________________________________________
Kalau kau memutuskan menjadi sukarelawan eksperimen
Dr. Peebles, bukalah HALAMAN 71.
Kalau kaupikir lebih baik mencari Denny dulu bukalah
HALAMAN 62
Dingdong Matilah Kau - hal : 6

"Pakai kuncimu dan buka gemboknya!" wanita itu


memohon. Suara langkah si naga terdengar semakin dekat.
Kunci apa?" kau bertanya.
"Kunci yang menggantung di lehermu!" Kau menatap
kronometer itu. Bentuknya memang mirip dengan bentuk
kunci. "Tapi ini bukan kunci," kau memprotes. "Ini
kronometer!"
"Aku tidak peduli apa namanya!" seru wanita itu.
"Pokoknya, gunakan saja!"
Sekonyong-konyong lidah api tersembur melalui
lubang di dinding.
Kau menoleh dan melihat muka si naga' yang besar
dan penuh sisik. Makhluk itu memicingkan matanya yang
kuning ketika melihatmu.
Ayo! Kau harus mengambil keputusan!
Haruskah kau memakai kronometer sebagai kunci
untuk menyelamatkan wanita itu?
Ataukah lebih baik kau kabur secepat mungkin?
Cepat! Si naga sudah mau menyemburkan api lagi!

__________________________________________
Gunakan kronometer di HALAMAN 94.
Tinggalkan ruangan itu HALAMAN 117.
Dingdong Matilah Kau - hal : 7

KABBOOOM!
Kau meluncur keluar dari pipa tepat pada saat
pembangkit listrik itu meledak. Sedetik kemudian kau
sudah dikelilingi kawanan pemberontak yang bersorak-
sorai.
"Kau berhasil!" seru Jarmal sambil menepuk
punggungmu. "Perang memang belum berakhir, tapi aku
yakin kita akan menang."
"Sekarang kau harus membantu mencari adikku," kau
berkata.
"Aku berhasil melacaknya di sebuah stasiun ruang
angkasa," Jarmal memberitahu. "Dia sengaja dikirim ke
situ supaya aman."
"Aku harus ke sana," katamu.
Jarmal mengangguk dan mengajakmu ke pesawat
ulang-alik berukuran kecil. "Kau bisa pakai pesawat ini,"
ujarnya. "Semoga berhasil."
Kau mengucapkan selamat tinggal, mengambil tempat
di dalam pesawat serba otomatis itu, dan memasang sabuk
pengaman.

__________________________________________
Meluncurlah di HALAMAN 98.
Dingdong Matilah Kau - hal : 8

Si naga semakin dekat, dan kau bisa merasakan


semburan hawa panas setiap kali makhluk itu
mengembuskan napas.
Apa yang akan kaulakukan?
Sekali lagi si naga menyemburkan api.
"Huh, bau naga!" kau tiba-tiba berseru.
Si naga menatapmu dengan tampang tercengang.
"Bau naga!" kau berkata sekali lagi. Kali ini makhluk
itu mundur beberapa langkah. "Lain kali kumur-kumur
pakai mouthwash, dong!" katamu.
Si naga menundukkan kepala karena malu. Kau tidak
tahu berapa lama kau bisa menghalau makhluk itu. Tapi
untuk sementara kau berada di atas angin.

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 9

"Aku memilih sekolah saja," kau berkata kepada si


robot hakim.
Si robot polisi menyeretmu ke ruangan lain di gedung
yang sama. Ternyata kau dibawa ke sebuah ruang kelas
dengan meja-meja dari kayu, papan tulis, dan perangkat
komputer. Selain itu ada peti logam sebesar lemari di
bagian depan ruangan. Semua meja ditempati murid- murid
manusia yang sebaya denganmu.
"Sekarang kita lanjutkan dengan kuis," si guru,
mengumumkan dengan suara datar. "Anita, apa ibu kota
Ulan Bator?"
Salah satu anak perempuan menjawab dengan
tergagap- gagap. "Ehm, a-aku tidak tahu."
"Kalau begitu kau harus masuk frammilizer," ujar
guru itu.
Anak perempuan itu menggigit- gigit kuku ketika ia
maju ke depan kelas. Ia masuk ke dalam peti logam. Si
guru menutup peti dan menekan tombol. Peti itu
berdengung, lalu mengeluarkan sinar berwarna hijau
terang. Kemudian pintunya membuka, dan kau memekik
kaget.

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 36
Dingdong Matilah Kau - hal : 10

"Pertempuran sudah dimulai!" seru Jarmal.


"Penindasan mesin atas manusia akan berakhir! Kau mau
jadi kawan atau lawan?"
"Ehm, aku..." Ucapanmu tenggelam di tengah
gemuruh ledakan. Orang-orang di sekelilingmu menyambar
senjata dan bergegas menyusuri terowongan.
"Aku akan melawan para robot!" kau berseru kepada
Jarmal. "Tapi aku harus mencari adikku! Kalau aku
terlambat kembali ke masa sekarang, kami akan
terperangkap di zaman antah berantah."
"Itu bukan urusanku!" balas Jarmal dengan ketus.
Kau langsung berpaling.
"Beberapa hari lalu kami melihat anak laki-laki," ujar
Jarmal dengan nada lebih lembut. "Barangkali dia adikmu.
Tapi dia kabur dan bersembunyi. Aku berjanji kami akan
membantumu mencarinya-tapi hanya setelah kau
membantu kami melawan para robot. Kau setuju atau
tidak?"
Pikirkan baik-baik. Waktumu hanya satu jam.
Apakah Jarmal bisa dipercaya?
Ataukah lebih baik kau langsung mulai mencari
Denny saja?

__________________________________________
Kalau kau ingin bergabung dengan para pemberontak,
bukalah HALAMAN 111.
Kalau kau ingin langsung mencari Denny, bukalah
HALAMAN 37.
Dingdong Matilah Kau - hal : 11

Denny suka dinosaurus. Jadi kau memutuskan untuk


memeriksa rawa-rawa tempat kau melihat dinosaurus tadi.
Kau yakin Denny pasti pergi ke sana.
Kau pergi ke rawa-rawa. Di sana kau dikelilingi
tumbuh-tumbuhan tinggi yang mirip pakis. Kakimu
terbenam dalam air lumpur. Di balik pepohonan terlihat
sosok-sosok raksasa.
Ya ampun, itu memang Dinosaurus sungguhan!
Wah, boleh juga nih! Rasanya seperti di Jurassic Park
- malah rasanya lebih seru.
Makhluk-makhluk purba itu berwarna merah biru,
hijau, dan ungu-bagaikan sekawanan burung. Ada yang
sebesar anjing dan kucing. Ada juga yang lebih besar
daripada rumah. Semua sedang asyik mengunyah daun dan
rumput.
Baru saja kau hendak melihat lebih dekat ketika bumi
diguncangkan oleh suara yang amat keras. Pohon-pohon
berguncang. Suara itu bertambah keras. Dan semakin keras.
Suara apa itu?
Kau mengintip dari balik pakis raksasa dan melihat
padang rumput yang luas membentang. Matamu terbelalak.
Kau hampir tidak percaya pada apa yang kaulihat. Sosok
besar yang menuju ke arahmu adalah- seekor
Tyrannosaurus rex!

__________________________________________
Kalau berani, bukalah HALAMAN 65
Dingdong Matilah Kau - hal : 12

Kau mencelupkan tangan ke dalam pasir isap dan


mengaduk- aduk untuk mencari kronometer. Sekonyong-
konyong tanah bergetar. Tanah yang kaupijak mulai
bergoyang, dan kau mendengar gemuruh yang
memekakkan telinga.
"Ada apa ini?” kau berseru kepada Denny. Asap
mengepul dari puncak gunung di dekat kalian.
"Itu gunung berapi!" kau memekik. Sedetik
kemudian, gunung berapi itu meletus. Lahar merah
membara mengalir ke luar. Meskipun gunung berapi itu
berjarak hampir satu kilometer, kulitmu seperti tersengat
hawa panas. Batu-batu besar yang putih berpijar mulai
berjatuhan bagaikan bom.
"Awas!" teriak Denny. "Merunduk!" Kau melindungi
kepala dan langsung tiarap.
Wusss! Hampir saja kau tertimpa batu. Batu itu jatuh
ke lumpur, menyebabkan air dan lumpur bercipratan ke
segala arah. Dan sesuatu yang mengilap terlontar ke luar.
Mungkinkah?
Ya, ternyata itu memang kronometer yang kaucari-
cari!
Cepat-cepat kau merangkak maju dan memungutnya.
Benda itu berlepotan lumpur. Terburu- buru kau meraba
tombol-tombol di sisi kronometer.

__________________________________________
Tekanlah tombol-tombol itu di HALAMAN 96.
Dingdong Matilah Kau - hal : 13

Kau mendorong si pengemudi ke samping dan


merebut kemudi dari tangannya. Kau berusaha
membelokkan truk ke kanan, tapi ternyata kemudinya lebih
berat dari dugaanmu. Seluruh keluargamu- termasuk kau
sendiri-tampak ketakutan.
"MINGGIR SEMUA!" kau menjerit.
Sekali lagi kau menarik kemudi. Dan tiba-tiba truk itu
membelok ke kanan. Kau menarik napas lega. Kau
berhasil. Kau telah menyelamatkan keluargamu!
Tapi jangan senang dulu. Truk itu masih meluncur
kencang. Dan kali ini kau menuju tepat ke dinding tembok!
Stop! Rasanya lebih baik kalau kau tidak tahu apa
yang terjadi selanjutnya.
Percayalah, kau takkan gembira.

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 14

Kau tersenyum. Adikmu ternyata tidak bisa


mengendalikan keserakahannya, persis seperti yang
kauduga.
Raja Ruthbert memerintahkan ksatria di sampingmu
untuk membebaskan tanganmu. Kau melepaskan
kronometer dari leher. Ternyata waktu kalian tinggal lima
menit.
Setelah itu kau dan Denny, akan terjebak untuk
selama-lamanya.
"Denny," kau berkata pada adikmu, "ini
kesempatanmu yang terakhir untuk pulang ke masa
sekarang. Ayolah..."
"Aku tidak mau!" seru Denny. "Aku tidak mau ikut."
"Serahkan perhiasan itu!" ujar sang raja. Ksatria di
sampingmu berusaha merebut kronometer yang kaupegang.
Cepat-cepat kau menarik tanganmu. Akibatnya, si ksatria
kehilangan keseimbangan dan menabrakmu. Kau terjatuh
dari pelataran-dan meluncur ke arah kuali berisi minyak
mendidih!

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 106.
Dingdong Matilah Kau - hal : 15

"Dia cuma anak biasa dari abad kedua puluh!" kau


memprotes.
"Aku bukan anak biasa!" seru Denny. "Aku tidak suka
orang ini," dia merengek sambil berpaling kepada sang
raja.
"Dengarkan aku, Denny!" kau berusaha
membujuknya. "Kau dalam kesulitan besar. Kau harus ikut
aku!"
"Sejak kapan kau jadi bos di sini?!" balas Danny
dengan sengit.
"Rebus mata-mata ini dalam minyak mendidih!" si
raja memerintahkan.
"Yeah!" Denny menimpali sambil bertepuk tangan.
"Rebus dia dalam minyak mendidih!"
"Denny, aku kan kakakmu!" kau memekik sambil
membelalakkan mata. Tapi Denny malah cengar- cengir
menjengkelkan. Dua ksatria menangkapmu dan
menyeretmu keluar dari Ruang Takhta.
"Tunggu!" kau berseru. "Kalian membuat kesalahan
besar!"
Tapi tak ada yang peduli. Kau diseret ke puncak puri.
Dan di sana kau melihat kuali besar berisi cairan panas
yang bergolak. Aduh! Tanganmu diikat ke belakang. Kau
tidak bisa menggunakan kronometer. Kalau tidak ada
keajaiban, kau akan direbus dalam minyak mendidih!
Mungkinkah ini hari keberuntunganmu?
__________________________________________
Kalau hari ini bertanggal GANJIL, bukalah HALAMAN
85.
Kalau hari ini bertanggal GENAP, bukalah HALAMAN
52.
Dingdong Matilah Kau - hal : 16

"Kurasa adikku pergi ke masa depan," kau berkata.


"Moga-moga kau benar." Dr, Peebles menekan
tombol pada komputernya. "Siap? Oke, kau harus
melangkah melewati Gerbang Waktu."
Kau melewati bingkai bersinar itu. Kulitmu serasa
ditusuk-tusuk.
"Ada satu hal lagi!" teriak Dr., Peebles. Suaranya
terdengar pelan, seakan-akan berasal dari tempat yang
sangat jauh. "Supaya kau bisa kembali, kau harus..."
"Apa?" kau berseru karena suaranya semakin lemah.
Dia ngomong apa sih?
Kau melihat dua pemandangan yang terselubung
kabut di hadapanmu: sebuah kota besar masa depan, di
mana mobil-mobil kecil beterbangan bagaikan pesawat.
Pemandangan yang satu lagi mirip kota New York. Kau
mengenali beberapa gedung, seperti World Trade Center
dan Empire State Building. Di depan matamu, anak laki-
laki berambut merah yang mirip Denny menghilang di
balik gedung pencakar langit. Tapi betulkah anak itu
memang adikmu?
Kau harus mengambil keputusan!

__________________________________________
Apakah Denny ada di kota masa depan? Kalau kau
beranggapan begitu, pergilah ke HALAMAN 101.
Ataukah Denny berada di New York? Carilah jawabannya
di HALAMAN 54.
Dingdong Matilah Kau - hal : 17

Denny angkat bahu dan memberi penjelasan. "Aku


lewat pintu itu, dan..."
Tapi waktu kalian sudah hampir habis. Kau
memotong penjelasannya. "Tunggu di sini, oke?"
"Sejak kapan kau jadi bos di sini?" balas Denny.
Kau geleng-geleng kepala. Adikmu takkan mau
menurut, kecuali kalau kau menceritakan rencanamu. Kau
berbisik ke telinganya.
Denny langsung tersenyum lebar. "Kalau begitu sih,
aku mau tunggu di sini," ia berjanji.

__________________________________________
Ikuti kelanjutannya di HALAMAN 53
Dingdong Matilah Kau - hal : 18

Herring Bros. adalah perusahaan angkutan yang


bermarkas di lantai dasar sebuah gedung pencakar langit.
Kau melangkah masuk. Di dalam hanya ada beberapa
truk saja. Satu- satunya truk berwarna hijau diparkir di
ujung. Di bilik berjendela kaca kau melihat seorang wanita
dengan mikrofon dan headset. la petugas pemberangkatan.
Barangkali kau bisa membujuknya agar truk hijau itu
diistirahatkan dulu.
Atau barangkali lebih baik kau bicara langsung
dengan sopirnya?

__________________________________________
Untuk membujuk wanita itu, bukalah HALAMAN 20.
Untuk berbicara langsung dengan si sopir, bukalah
HALAMAN 124.
Dingdong Matilah Kau - hal : 19

Kau menghampiri pintu Sarang Tukang Sihir,


menarik napas dalam-dalam, lalu membuka pintu.
Kau memasuki ruangan remang- remang yang berbau
asap. Kau melihat tumpukan buku, beberapa meja,
sejumlah pot berisi cairan mendidih, bola-bola kristal, dan
berbagai alat sihir lainnya.
"Halo!” kau memanggil. “Denny? Ada siapa di sini?"
Di belakangmu terdengar bunyi berdesir.
"Denny?" kau berseru sambil berbalik. Kau
membelalakkan mata. Di atas tumpukan kain kumal di
belakang meja bertengger kadal paling besar yang pernah
kaulihat. Dan pada lehernya melingkar gelang besi dengan
tulisan... TUKANG SIHIR! '
Masa ada kadal bernama Tukang Sihir?
Kadal itu menatapmu dengan matanya yang hitam.
Lidahnya menjulur-julur. Kau mundur selangkah. Makhluk
itu bergerak ke arahmu.
Tiba-tiba kau mengenali tumpukan kain kumal yang
didudukinya-baju Denny!
Kau menelan ludah. Kau mendadak sadar apa yang
terjadi dengan adikmu.... Dan apa yang bakal terjadi
denganmu!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 20

"Permisi," kau menyapa wanita di dalam bilik. "Anda


bisa membantu saya?"
Wanita itu membuka jendela dan berkata, "Akhirnya
kau muncul juga! Kau terlambat."
Rupanya ia menyangka kau pegawai baru. Kau
berusaha menjelaskan salah paham ini, tapi wanita itu
sudah menunjuk truk berwarna merah.
"Naikkan semua peti itu," ia berkata, lalu
menambahkan, "Abe tidak suka kalau harus menunggu."
Kau menoleh ke arah yang ditunjuknya, dan melihat
truk merah itu diparkir bersebelahan dengan truk hijau-truk
yang harus kauberi peringatan. Siapa tahu ini kesempatan
yang kautunggu-tunggu.

__________________________________________
Cepat bukalah HALAMAN 46.
Abe tidak suka menunggu.
Dingdong Matilah Kau - hal : 21

Kau sudah mau memejamkan mata karena ngeri. Tapi


akhirnya ayahmu melihat truk yang meluncur tak terkendali
itu. Ia segera merentangkan tangan untuk menghalau
dirimu, ibumu, dan Denny. Seluruh keluargamu berhenti di
tempat... dan truk itu melesat melewati mereka!
Kau berhasil! Keluargamu selamat!
Sekarang kau harus menarik Denny dan kembali ke
lab Dr. Peebles.
"Ayo, Denny," kau berseru.
"Aku tidak mau!" balas Denny. "Kau tidak bisa
memaksaku!"
Kau melirik kronometer. Dr. Peebles sempat berpesan
bahwa kau harus pulang dalam waktu kurang dari dua jam.
Menit demi menit berlalu. Denny harus kau bawa kembali
secepat mungkin, atau kalian berdua akan terjebak di
zaman antah berantah selamanya.
Kau lebih besar dan lebih kuat- mungkin kau bisa
menyeret adikmu?
Ataukah lebih baik kalau kau berusaha
membujuknya?

__________________________________________
Kalau kau mau menyeret Denny, bukalah HALAMAN 122.
Kalau kau mau membujuknya, bukalah HALAMAN 134
Dingdong Matilah Kau - hal : 22

Seharusnya kau tidak menolak ikut les renang yang


ditawarkan ibumu! Kau memutuskan untuk tidak melompat
ke selokan. Kau berbalik dan siap menghadapi si ksatria
dan tombaknya. Ksatria itu menghentikan kudanya.
"Siapa kau, orang asing?" ia bertanya.
"Aku tamu dari masa depan. Aku mencari adikku."
"Tak ada yang boleh memasuki puri Raja Ruthbert
sebelum berhasil melewati tantangan!" seru si ksatria.
"Tantangan apa?" kau bertanya. "
"Kau harus berduel melawan aku, sang Pembela
Mulia" sahut si ksatria sambil tersenyum mengejek. "Yang
kalah akan dijadikan umpan buaya kerajaan di selokan."
Buaya di selokan? Untung saja kau tidak melompat
tadi!
Si ksatria turun dari kuda dan melepaskan kantong
penuh senjata dari pelana. Kau melihat tombak, pedang,
rantai, dan pentungan kayu yang besar sekali.
"Silakan pilih senjatamu," ia berkata. Jadi, kau betul-
betul ditantang untuk berduel?
"Ayo," si ksatria mendesak. "Jangan buang-buang
waktu!"

__________________________________________
Pilihlah senjatamu di HALAMAN 84.
Dingdong Matilah Kau - hal : 23

"Raja siapa?" kau bertanya.


"Kaupikir aku bodoh?" si ksatria menggeram.
"Pasukan Henry sudah siap menyerang! Jangan
menyangkal. Kau memang mata- mata!"
"Aku anak dari masa depan!" kau menyahut. "Aku
hanya mau..."
Tapi si ksatria tidak peduli. Serta-merta ia mengikat
tanganmu ke belakang, lalu menyeretmu ke depan takhta.
Ia melemparkanmu ke depan kaki sang raja.
"Siapa ini?" sang raja bertanya.
"Mata-mata Raja Henry!" jawab si ksatria.
Kau hendak menyangkal. Tiba- tiba kau melihat siapa
yang duduk di takhta kecil di samping raja. Denny!
"Aku sudah mencarimu ke mana- mana!" kau berkata
padanya. "Kita harus kembali ke lab Dr. Peebles! Kau tidak
bisa..."
"Diam!" Raja Ruthbert menghardik. "Tak seorang pun
boleh menyapa putraku tanpa minta izin lebih dulu."
"Putra?" kau mengulangi sambil melongo. "Tapi ini
adikku, Denny..." .
"Ini putraku, Ruthelford!" sang raja menyela. "Sudah
lama aku menginginkan putra. Bocah ini kuangkat anak
waktu dia muncul di sini!"

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 15.
Dingdong Matilah Kau - hal : 24

Kau mengenakan baju seragam untuk menyamar, lalu


keluar dari gudang untuk menyelidiki stasiun ruang
angkasa.
Tempat ini benar-benar asyik. Kau bisa melihat
ribuan bintang melalui jendela-jendela. Komputer-
komputer canggih dengan lampu berwarna-warni
bertebaran di mana-mana. Tapi detak kronometer
mengingatkanmu bahwa waktumu tinggal sedikit. Kau
harus segera menemukan Denny dan kembali ke masa
sekarang.
Kau melewati sebuah pintu dan melihat tanda panah
bertulisan TELETIME. Kemudian muncul sepasang robot.
Salah satunya mencabut senjata laser dan menghadangmu.
Lorong yang kaulalui bercabang. Tanda hijau menunjuk ke
arah HIDROPONIK dan tanda ungu ke arah RUANG
MESIN.
Sebaiknya kau segera menentukan pilihan dan angkat
kaki!

__________________________________________
Ikuti tanda hijau ke Hidroponik di HALAMAN 80.
Ikuti tanda ungu ke Ruang Mesin di HALAMAN 74.
Dingdong Matilah Kau - hal : 25

"Aku awak baru," kau berbohong kepada si kapten.


"Aku bukan mata-mata. Aku bertugas di daerah
Hidroponik."
"Kalau begitu, kenapa kau tidak tahu bahwa alat
antigravitasi merupakan daerah terlarang?" si kapten
bertanya.
"Aku belum selesai membaca buku peraturan," kau
berdalih.
"Hmm," si kapten bergumam. Ia berpikir sejenak,
lalu melontarkan pertanyaan baru. "Apakah kamar awak
ada di haluan atau di buritan?"
"Di buritan," kau menjawab sambil berharap kau
tidak keliru.
"Betul," ujar si kapten. "Tapi kalau kau memang
termasuk awak pesawat, apa sandi untuk latihan ruang
angkasa? A-Nol atau X-Dua?"
"A-Nol," kau menyahut.
"Ternyata kau memang mata- mata!" si kapten
berseru. "Mana ada latihan ruang angkasa? Anak yang baru
lulus juga tahu itu!"
Ia berpaling kepada robot penjaga di sampingnya.
"Lemparkan mata-mata ini dari lubang udara!" ia
memerintahkan.
"Hei-aku kan berhasil menjawab satu dari dua
pertanyaan!" kau berusaha menawar.
Tapi percuma saja. Kau didorong ke luar lewat lubang
udara, dan serta-merta seluruh tubuhmu meledak. Hidupmu
benar-benar berantakan. Benar-benar mengerikan. Dan
benar-benar...

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 26

"Maaf, Sir," kau berkata seraya menghampiri si


pengemudi truk.
"Petugas pemberangkatan bilang Anda mungkin bisa
membantuku," kau menjelaskan.
"Aku dan keluargaku dari luar kota. Aku terpisah dari
mereka, dan kalau boleh aku ingin menumpang ke hotel
tempat kami menginap."
"Boleh saja, Nak," ia menyahut. "Di mana hotelnya?”
Kau menyebutkan alamat hotel, yang berdekatan
dengan Museum Sejarah Ilmu Alam.
"Wah, kebetulan. Aku memang harus lewat sana," ia
berkata. " Ayo, kita langsung berangkat."
Kau tersenyum lega. Kau. naik ke truk dan duduk di
samping sapir.
"Kau suka kota kami, Nak?" si sopir bertanya ketika
kalian menyusuri jalan yang lebar.
"Suka sekali!" kau menyahut. "Di sini begitu
banyak...”
"Oh-oh!" si pengemudi menyela. "Pedal gasnya
macet!" ia berseru.
Truk itu meluncur kencang. Pandanganmu bolak-
balik antara si sopir dan perempatan yang ramai di depan.
Kau melihat keluargamu. Mereka baru mau menyeberang-
dan truk yang kautumpangi melaju tak terkendali!

__________________________________________
Silakan melaju ke HALAMAN 105.
Dingdong Matilah Kau - hal : 27

"Tunggu!" kau berseru kepada Si sopir. "Aku berubah


pikiran!"
Tapi terlambat. Si sopir tidak mendengarmu. Truknya
sudah mulai melaju. Kau terguncang-guncang sementara
truk menyusuri jalan- jalan di kota. Kau mendengar bunyi
klakson dan mesin kendaraan-kendaraan lain di luar.
Kau terperangkap di belakang bersama ratusan ikan
mati - bagaimana mungkin kau bisa menyelamatkan
keluargamu?
Kau berdiri dan menyelinap di antara peti-peti ikan.
Kau maju ke arah kabin pengemudi. Kau menggedor-gedor
dinding untuk menarik perhatiannya. Tapi truk itu terus
melaju. Dan malah menambah kecepatan!
Truk itu membelok-belok, dan dari luar terdengar
bunyi klakson dan suara orang mencaci-maki. Truk itu
lepas kendali! Dan kau terperangkap di dalamnya!
Sudah terlambat untuk menghentikan truk. Yang bisa
kaulakukan hanyalah menekan tombol kronometer,
kembali ke masa lalu, kemudian mencoba cara lain.

__________________________________________
Kembalilah ke masa lalu di HALAMAN 31
Dingdong Matilah Kau - hal : 28

"Benda-benda ajaib itu adalah tiga batu putih," kau


berkata kepada si robot.
"Betul," robot itu berkata dengan wajah kaku.
"Sekarang kita lihat saja apakah kau bisa melewati ronde
selanjutnya."
Kau sadar kau takkan lolos dari ronde berikut. Cepat-
cepat kau meraih kronometer dan menekantombol sebelah
kanan untuk maju semakin jauh ke masa depan.
Seketika seluruh tubuhmu seperti kesemutan. Ketika
perasaan itu mereda, kau ternyata masih duduk-tapi bukan
di bangku kayu yang keras di ruang kelas. Kau duduk di,
kursi empuk yang nyaman sekali. Sayup-sayup terdengar
bunyi mendesis.
Apakah kau berada di dalam pesawat terbang?
Kau memandang ke luar dan melihat ribuan bintang
di angkasa yang hitam pekat. Di sebelah depan berdiri
bangunan berbentuk donat dengan sejumlah pesawat
antariksa di sisinya. Rupanya kendaraan yang kautumpangi
bukan pesawat terbang, melainkan pesawat ulang-alik! Dan
pesawat ulang- alik itu menuju ke stasiun ruang angkasa.
“Tiga puluh detik sebelum merapat!" sebuah suara
mengumumkan melalui interkom.

__________________________________________
Kalau mau tahu apa yang terjadi selanjutnya, bukalah
HALAMAN 98.
Dingdong Matilah Kau - hal : 29

Kau memutuskan untuk mengelabui para robot


penjaga. Kau melirik kronometer. Waktumu kurang dari
setengah jam untuk mencari Denny dan kembali ke masa
sekarang.
"Kalau kau dicegat penjaga," kata Jarmal, "bilang saja
kau ditugaskan untuk membetulkan romiframpton."
"Apa itu?" kau bertanya.
"Romiframpton adalah prosesor utama untuk
pembangkit tenaga," Jarmal menjelaskan. "Hasilnya ada
dua: si penjaga akan membiarkanmu lewat-atau kau akan
dibuat menguap di tempat."
Oh bagus, kau berkata dalam, hati. Pantas saja tidak
ada yang mau - jadi sukarelawan.
Jarmal menyerahkan baju montir berwarna putih yang
segera kaupakai. Kau memasukkan kotak merah ke dalam
saku bajumu.
"Semoga berhasil," ujar Jarmal. Kau menarik napas
dalam-dalam dan menghampiri gerbang. Kau dicegat robot
besar yang membawa senapan laser.
"Mau apa kau, Manusia?" tanya robot itu.
"Aku ditugaskan membetulkan romiframpton,"
jawabmu. Si robot tampak ragu-ragu. "Tidak ada laporan
bahwa romiframpton rusak."
Perutmu serasa diaduk-aduk.
Apakah kau akan dibuat menguap di tempat?

__________________________________________
Cepat, bukalah HALAMAN 48.
Dingdong Matilah Kau - hal : 30

Si ksatria meraih tongkat dan memegangnya dengan


kikuk. Ini sih kecil, kau berkata dalam hati sambil
memungut apel. Kau melemparkan apel itu kencang-
kencang. Di luar dugaanmu, pukulan si ksatria kena-tapi
apelnya hanya terbang beberapa jengkal saja.
"Kau takkan bisa melebihinya," ujar si ksatria.
"Kita lihat saja nanti," kau menyahut. Si ksatria belum
pernah melihatmu main bisbol sih! Kau menggenggam
tongkat erat-erat sementara si ksatria meraih apel. Ia
mengambil ancang-ancang, lalu melemparkan apelnya ke
arahmu. Tanpa berkedip kau memperhatikan bola merah
yang melintas di udara. Kau pasti bisa memukulnya. Kau
mengayunkan tongkat-dan meleset!
Astaga, meleset!
"Tunggu!" kau berseru. "Aku mau coba lagi."
"Sori," kata si ksatria. "Peraturan tidak bisa diubah-
ubah."
“Tapi...”
"Buayanya sudah lapar." Si ksatria mengangkat
tubuhmu dengan kedua tangan. "Waktu makan siang
mereka sudah lewat!"
Kau berusaha meraih kronometer. Tapi terlambat.
Kau jatuh-jatuh ke selokan. Di bawahmu selusin
mulut menganga siap menyambutmu.
Sayang sekali, jagoan. Rupanya petualanganmu
berakhir sampai di sini saja.

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 31

Tubuhmu seperti kesemutan ketika kau menekan


tombol kronometer. Ketika perasaan aneh itu mereda, kau
masih berdiri di samping kios majalah. Tapi jam di toko di
dekatmu menunjukkan masih ada waktu seperempat jam
sebelum kecelakaan itu terjadi. Kau masih bisa
mencegahnya!
Keluargamu sudah berjalan menuju ke pojok jalan.
Waktumu tidak banyak! Haruskah kau melakukan sesuatu
untuk mengalihkan perhatian mereka?
Atau lebih baik kau menyeberang jalan untuk
memperingatkan mereka?
Lekas ambil keputusan.
Detik demi detik berlalu dengan cepat lho!

__________________________________________
Alihkan perhatian keluargamu di HALAMAN 40.
Peringatkan mereka di HALAMAN 86
Dingdong Matilah Kau - hal : 32

Kau yakin adikmu berada di dalam gua.


"Denny!" kau memanggil. "Denny!"
Kau mulai terbiasa dengan udara pengap serta
kegelapan yang mengelilingimu. Kau melirik kronometer
dan melihat bahwa waktumu tinggal lima belas menit lagi
sebelum kau dan Denny terperangkap di zaman antah
berantah.
"Denny!" kau memanggil sekali lagi. Akhirnya ia
menyahut. Suaranya terdengar sayup-sayup "Tolong aku!"
Suaranya berasal dari bawah tumpukan jerami. Kau
menyingkirkan batang- batang jerami sampai kau
menemukannya tergeletak di lantai, dengan tangan dan
kaki terikat tali.
"Siapa yang menyekapmu?" kau bertanya sambil
melepaskan ikatannya.
"Si singa," Denny menjawab.
Adikmu diikat singa?
"Ayo," kau mendesaknya. "Kita harus kembali ke
masa sekarang!"
"Sejak kapan kau jadi bos di sini?" balas Denny. Tapi
kelihatan jelas ia ketakutan.
Kau bersiap-siap untuk menekan tombol di sisi atas
dan bawah kronometer. Tapi tiba- tiba terdengar raungan
yang membuat bulu kuduk berdiri.

__________________________________________
Carilah asal-usul raungan itu di HALAMAN 64.
Dingdong Matilah Kau - hal : 33

"Ayo, ikut aku," Si tukang sihir mengajakmu ke


ruangan luas yang dipenuhi rak buku berdebu dan peralatan
sihir. Ia duduk di tepi meja dan menatap bola kristal.
"Aku sedang memikirkan alat untuk menjelajahi
waktu," si tukang sihir berkata. "Sebuah jam berwarna
hitam dengan pintu di tengah yang berisi burung mekanis."
Mata si tukang sihir seakan-akan memancarkan bunga
api.
"Ini pertanyaannya: bagaimana caranya supaya waktu
berjalan mundur?
Apakah burung itu harus ditarik keluar dan didorong
masuk tiga kali berturut-turut? Atau kepalanya harus
diputar ke belakang? Pikir baik-baik sebelum menjawab,"
ia menambahkan. "Kalau jawabanmu keliru, kau akan
dikirim ke Lorong Waktu-untuk selama- lamanya."
Kalau kau sudah membaca buku GOOSEBUMPS
berjudul Jam Antik Pembawa Bencana, kau pasti tahu
jawaban yang tepat.
Kalau kau belum membacanya, kau terpaksa menebak
bagaimana caranya agar waktu berjalan mundur.

__________________________________________
Apakah burungnya harus ditarik keluar dan didorong
masuk tiga kali berturut-turut?
Kalau begitu, bukalah HALAMAN 60.
Atau kepalanya yang harus diputar ke belakang? Bukalah
HALAMAN 82
Dingdong Matilah Kau - hal : 34

Kau harus menghentikan truk tersebut-itu satu-


satunya cara untuk menyelamatkan keluargamu.
Cepat-cepat kau menekan tombol kronometer. Tapi
ternyata kau tetap berada di jalan yang sama di kota New
York. Oh-oh. Jangan-jangan kronometernya rusak!
Kemudian kau melihat billboard besar dengan jam
dan kalender digital. Tanggalnya memang sama, tapi
waktunya mundur satu jam. Uih. Untuk sementara
keluargamu masih aman.
Tapi kau harus melacak truk itu dan memastikannya
tidak menabrak keluargamu.
Kau teringat pada tulisan HERRING BROS. USAHA
ANGKUTAN di sisi truk.
Serta-merta kau mencari nomor telepon dan alamat
perusahaan itu di buku telepon.
Ternyata alamatnya tidak jauh dari tempat kau berada.
Apa lagi yang kautunggu?
Waktumu tinggal satu jam.

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 18.
Dingdong Matilah Kau - hal : 35

Kau berbalik. Oh! Ternyata manusia, bukan robot.


"Selamat datang di Kota; orang asing," orang itu
berkata. "Siapa kau?"
"Aku pengelana dari masa lampau," kau menjelaskan.
"Aku mencari adikku."
"Kau takkan menemukannya di sini," sahut orang itu.
"Kau jangan berkeliaran di jalan. Tidak aman. Ayo, ikut
aku."
"T-tapi siapa kau?" kau tergagap-gagap.
"Nanti saja!" ia berbisik. "Kita harus bersembunyi
dulu!"
Kau dibawanya ke pojok jalan, lalu diajak masuk ke
lubang got yang menuju ke sebuah terowongan"
Keadaannya gelap gulita. Di sekelilingmu terdengar bunyi
air menetes. Terowongan itu menuju ke ruangan besar yang
diterangi lilin dan lentera. Beberapa orang sudah
berkumpul di situ.
"Selamat datang di markas pemberontak," ujar orang
yang mengajakmu. "Aku Jarmal, pemimpin pemberontakan
ini."
Pemberontakan?
Apa maksudnya?

__________________________________________
Dapatkan jawabannya di HALAMAN 109.
Dingdong Matilah Kau - hal : 36

Anak perempuan itu lenyap!


"Jackson,” lanjut guru itu seakan-akan tidak terjadi
apa- apa. "43.000.000 dibagi 7,645328 sama dengan...?"
Seorang pemuda jangkung berwajah pucat bangkit
dari kursinya. Ia diam sejenak lalu menggelengkan kepala.
"Aku tidak tahu," katanya.
"Masuk frammilizer!" perintah si robot.
Perlahan-lahan Jackson berjalan ke depan kelas. Ia
masuk ke dalam peti. Dan sedetik kemudian ia juga lenyap.
Kau berdebar-debar ketika para murid lenyap satu per
satu., Sebentar lagi giliranmu. Kau harus melakukan
sesuatu, secepatnya!
Sebenarnya kau bisa menggunakan kronometer untuk
kabur dari masa depan, tapi sayangnya kau belum
menemukan Denny!
Di pihak lain, kau termasuk murid yang pandai-siapa
tahu kau mampu menjawab pertanyaan guru itu.

__________________________________________
Jawablah pertanyaan si guru di HALAMAN 133.
Gunakan kronometer di HALAMAN 68.
Dingdong Matilah Kau - hal : 37

"Sori," kau berkata kepada Jarmal.


"Aku berharap kaum manusia bisa mengalahkan para
robot. Tapi aku harus mencari adikku dulu."
"Itu berita buruk-untukmu," sahut Jarmal. "Tapi berita
baik untuk kami. Sudah lama kami mencari seseorang
untuk digunakan sebagai umpan, supaya para robot mau
masuk ke terowongan."
"Tunggu dulu!" kau berseru. "Aku berubah pikiran!
Aku akan bergabung dengan kalian..."
"Sori," Jarmal menyela. "Terlambat."
Ia merebut kronometer dan menginjak- injaknya
sampai remuk.
"Tapi aku manusia, sama seperti kalian!" kau
memprotes ketika kau diseret ke lubang got oleh Jarmal
dan dua anak buahnya.
"Sama saja," balas Jarmal dengan ketus. "Kami sudah
lima ratus tahun dijajah robot, dan selama itu ada satu hal
yang kami pelajari, yaitu jangan cengeng."
Para pemberontak mengikatmu di bibir lubang got.
Kemudian Jarmal dan anak buahnya berkumpul di bawah,
dengan senjata siap di tangan masing- masing. Dari jalan
terdengar suara tembakan-dan suara itu semakin dekat.
Kalau para robot tiba, kau akan terperangkap di antara dua
pasukan yang bermusuhan.
Yah, apa boleh buat. Petualanganmu berakhir dengan
nasib amat buruk!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 38

Pintu kayu puri itu terbuka lebar.


"Halo?" kau memanggil. "Ada siapa di sini?"
Kau mendengar gema suaramu sendiri. Perlahan-
lahan kau maju dan masuk ke ruang depan yang gelap. Di
salah satu dinding tergantung permadani hias. Di tengah-
tengahnya kau melihat gambar makhluk bertampang seram.
Apakah itu singa? kau bertanya- tanya. Mudah-
mudahan saja kau tidak berpapasan dengannya! Kau
memasuki lorong yang sempit dan berkelok-kelok di
sepanjang dinding berjajar deretan baju besi. Satu-satunya
penerangan adalah sejumlah lilin yang bekerlap-kerlip. Kau
terus menyusuri lorong yang seakan-akan tak berujung.
Kau melirik kronometer. Waktumu tinggal satu jam-tapi
belum ada tanda-tanda keberadaan Denny!
Sekonyong-konyong semua lilin padam. Kau
terperangkap di tengah kegelapan yang hitam pekat!
Dari depan terdengar teriakan yang membuatmu
merinding. Teriakan manusia.
Siapa itu?
Mungkin lebih baik kau berbalik dan cepat-cepat
kabur.
Tapi bagaimana kalau Denny yang berteriak?

__________________________________________
Kalau kau memutuskan untuk maju terus, bukalah
HALAMAN 76.
Kalau kau ingin kabur saja, bukalah HALAMAN 51
Dingdong Matilah Kau - hal : 39

Kau mengulurkan tangan untuk menolong adikmu.


Tanganmu menyentuh tali besar yang mirip tali tambang.
Kau menarik-narik, namun tanganmu tak mau lepas. Kau
mencoba menggunakan tangan yang satu lagi, tapi
akibatnya malah kedua tanganmu tak bisa digerakkan.
"Denny!" kau memekik "Aku terperangkap!"
"Awas, dia datang!" teriak Denny dengan ngeri.
Kedua lampu berwarna merah bergerak
menghampirimu. Ternyata bukan lampu-tapi mata...mata
labah-labah yang membuat sarang itu. Labah-labah paling
besar yang pernah kulihat!
Dengan gigi taring yang panjang dan runcing.
Kau panik. Kau meronta-ronta untuk membebaskan
diri, tapi sia-sia.
Kali ini kau menjadi korban petualanganmu sendiri.
Dan riwayatmu pun...

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 40

Apa yang harus kaulakukan untuk membuat dirimu


dan Denny berbalik? kau bertanya dalam hati.
Kau harus melakukan sesuatu yang menarik
perhatian. Kau kembali melirik kios majalah, dan tiba-tiba
kau mendapat ide. Ide itu tidak bisa dibilang hebat, tapi
hanya itu yang terpikir olehmu. Cepat-cepat kau merogoh
kantong. Kau punya uang sekitar tiga puluh dolar-uang
sakumu, ditambah uang yang diberikan ayahmu untuk
membeli cenderamata. Kau menukar uang di kios majalah
dan mendapat beberapa lembar uang kertas dan sejumlah
keping uang logam.
Sekonyong- konyong kau melihat anak laki- laki
berambut merah. Tampangnya sangat kau kenal. Ia berlari
melewatimu. Kau menatapnya, lalu menoleh ke arah
keluargamu. Denny masih bersama mereka tapi kenapa ia
juga ada di sini?
"Denny!" kau berseru. "Sedang apa kau di sini?"

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 17.
Dingdong Matilah Kau - hal : 41

"Pasukan Raja Henry menyerang!" seru Raja


Ruthbert.
Kedua ksatria langsung bertindak. Mereka
melepaskanmu dan melompat ke depan sang raja. Dengan
gagah berani keduanya berusaha menyelamatkan raja
mereka.
Kau langsung berguling ke samping. Kau harus
menarik Denny dan kabur dari sini.
Sekarang juga!
Tapi salah satu ksatria Raja Henry telah menyambar
adikmu. Tanpa daya kau melihat Denny dibawa ke ujung
puri.
Aduh! Si ksatria mau melemparkan Denny dari atas
tembok! Kau harus melakukan sesuatu, tapi apa?
Sejenak kau bertekad tidak melakukan apa-apa. Biar
tahu rasa si Denny. Habis, ia mau merebusmu dalam
minyak mendidih tadi.
Tapi jangan bagaimanapun juga, Denny tetap adikmu.
Tanganmu masih diikat ke belakang.
Barangkali kau bisa bersiasat agar si ksatria mau
melepaskan Denny.
Atau mungkin kau bisa menghalanginya sebelum ia
sampai di ujung tembok.

__________________________________________
Mau coba bersiasat? Bukalah HALAMAN 121.
Atau silakan menggelinding ke HALAMAN 91.
Dingdong Matilah Kau - hal : 42

Kau membuka pintu dan masuk ke ruang generator.


Cahaya hijau yang terpancar dari sumber tenaga itu terasa
panas di kulitmu. Kau meletakkan kotak merah di samping
sumber tenaga, lalu bersiap-siap lari.
Tapi ketika kau hendak menyelinap keluar, pintunya
tiba-tiba menutup!
Aduh, pintunya terkunci! Melalui jendela kau melihat
robot penjaga yang berdiri di balik pintu. Robot itu
menertawakanmu!
Kau meraih kronometer. Tapi alat itu panas membara,
dan meleleh di tanganmu!
Rupanya akibat cahaya dari sumber tenaga. Kau
berusaha membuka pintu, namun sia-sia. Bom yang
kaupasang telah diprogram untuk meledak dalam waktu
satu menit. Dan waktunya sudah hampir habis.
Mungkin para pemberontak bisa membantumu....
BOOOOM!
Mungkin juga tidak....

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 43

Dengan kalang kabut kau menyingkirkan tumbuhan


rambat itu dan berlari ke pintu keluar. Tumbuhan itu
mengejarmu dengan sulur-sulur panjangnya yang berusaha
melilit kakimu.
Serumpun tanaman geranium menoleh ke arahmu.
Ketika kau mendekat, salah satunya menyemburkan cairan
berwarna pink. Kau terpeleset dan jatuh berdebam.
Di depanmu tanaman mentimun raksasa melontarkan
buahnya ke arahmu. Kau merunduk ketika kau dihujani
tembakan kacang di pohon kacang.
TOLONG!
Kau diserang tumbuh- tumbuhan!
Dengan susah payah kau bangkit dan berhasil
mencapai pintu. Cepat-cepat kau menyelinap keluar.

__________________________________________
Tarik napas dalam-dalam lalu buka HALAMAN 69.
Dingdong Matilah Kau - hal : 44

"Aku akan mencari adikku di masa lalu," kau berkata


kepada Dr. Peebles.
"Oke," ujar si ilmuwan. Ia menekan beberapa tombol
pada komputernya. "Kau tinggal melewati Kronoport," Dr.
Peebles memberitahumu. "Semoga berhasil."
Kau menghampiri bingkai yang berkilau itu, lalu
melangkah maju. Seketika tubuhmu seperti kesemutan.
Segala sesuatu tampak kabur, seakan-akan kau berada di
bawah air. Sedetik kemudian kau melihat dua jalan setapak
di tengah kabut.
Wow! Di ujung jalan setapak sebelah kiri berdiri puri
yang tinggi. Kau melihat. ksatria berbaju mengilap menuju
puri itu dengan menunggang kuda putih. Di ujung jalan
setapak sebelah kanan membentang rawa-rawa dengan
pohon-pohon besar berbentuk aneh. Dan di balik
pepohonan ada... astaga! Seekor dinosaurus!
Jalan setapak mana yang dilewati adikmu?
Jalan setapak mana yang akan kau pilih?
Cepat, kau harus mengambil keputusan!

__________________________________________
Kalau kau menduga Denny mengejar si ksatria, bukalah
HALAMAN 93.
Kalau kau menduga adikmu lebih tertarik pada dinosaurus,
bukalah HALAMAN 11.
Dingdong Matilah Kau - hal : 45

Kau menyelinap di antara rak- rak buku, dan


memasuki gua kecil yang penuh jerami. Udaranya lembab
dan berbau tidak sedap. Timbunan jerami di salah satu
sudut tampak melengkung, seakan-akan telah digunakan
sebagai tempat berbaring oleh binatang besar. Di dekat
lengkungan itu tampak tumpukan tulang yang sepertinya
bekas digerogoti.
"Denny?" kau memanggil dengan gugup. "Denny, kau
di sini?"
"Tolong aku!" seseorang tiba-tiba berseru.
Kedengarannya seperti suara adikmu. "Tolong aku!"
Suara itu berasal dari bagian belakang gua. Kau
merangkak maju dan melihat beberapa timbunan jerami
serta sebuah lubang. Kau merapatkan mata ke lubang itu
dan mengintip. Beberapa titik kecil berwarna merah
tampak menyala dalam gelap.
"Tolong!" Suara Denny terdengar lebih pelan.
Kedengarannya ia ketakutan sekali. Tapi di mana
adikmu?
Apakah ia bersembunyi di balik timbunan jerami?
Ataukah ia melewati lubang di hadapanmu?
Cepat, tetapkan pilihanmu. Waktumu tinggal sedikit!

__________________________________________
Kalau kau hendak merangkak ke dalam lubang, bukalah
HALAMAN 92.
Kalau kau tetap di dalam gua, bukalah HALAMAN 32.
Dingdong Matilah Kau - hal : 46

Kau berjalan ke tempat bongkar-muat barang. Dalam


hati kau berharap kau bisa menghalau truk hijau itu. Tapi
bagaimana caranya?
"Jangan melamun terus!" Abe berkata dengan ketus.
Ia pria bertubuh tinggi besar yang menakutkan. "Ayo,
naikkan barang-barang itu. CEPAT!"
Kau mengangkat peti pertama. Kau berhasil
menaikkannya ke atas truk, walaupun peti itu lumayan
berat. Tapi bagaimana dengan tiga puluh peti lainnya?
Punggungmu serasa, mau patah, tapi setiap kali kau
berhenti- walaupun cuma sedetik - Abe langsung
membentak, "Ayo, cepat!"
Sambil bekerja kau terus mengawasi truk hijau itu.
Dengan mata terbelalak kau melihat seorang pria naik ke
kabin pengemudi dan bersiap- siap berangkat.
Kau harus menghentikannya! Kau menghampiri orang
itu, tapi Abe langsung mengejarmu.
Apakah kau bisa lolos dari kejaran Abe?
Itu tergantung keberuntunganmu.
Apakah kau memakai baju berwarna hijau hari ini?

__________________________________________
Kalau kau mengenakan baju hijau, bukalah HALAMAN
104.
Kalau kau tidak memakai baju hijau, bukalah HALAMAN
63.
Dingdong Matilah Kau - hal : 47

"Apa?" kau memekik.


Dengan mata terbelalak kau menatap si ilmuwan.
Orangtuamu pasti marah sekali karena kau membiarkan
Denny lenyap.
"Kau harus menjelajahi waktu untuk mencari
adikmu," ujar Dr. Peebles. "Tapi Kronoport ini perlu disetel
dulu, supaya kau tidak ikut hilang ditelan waktu!"
Si ilmuwan mulai mengotak-atik mesin waktu. Kau
menatapnya dengan tercengang-orang itu rupanya tidak
main-main!
"Kalau kau sudah menemukan adikmu," lanjut Dr.
Peebles, "kalian harus bersentuhan sebelum memakai
kronometer. Kalau tidak, hanya salah satu dari kalian yang
akan kembali."
"Oke," katamu. "Tapi ke mana Denny pergi? Ke masa
depan atau masa lalu?"
"Tak ada yang bisa memastikannya," jawab Dr.
Peebles. "Kau terpaksa menebak."
Kau meraih kronometer yang tergantung di lehermu.
Alat itu mulai mengukur waktu sesungguhnya sejak Denny
menghilang. Detik demi detik berlalu. Kau harus
mengambil keputusan: Apakah Denny pergi ke masa
lampau atau masa depan?

__________________________________________
Melompatlah ke masa depan di HALAMAN 16.
Kembalilah ke masa lalu di HALAMAN 44.
Dingdong Matilah Kau - hal : 48

Robot penjaga itu mengamatimu dari ujung kaki


sampai ujung kepala. Kau terus menatap senapannya.
"Romiframpton," kau mengulangi.
"Rusak lagi?" ujar si penjaga. "Masuklah. Kau sudah
tahu tempatnya.”
Sebenarnya, kau sama sekali tidak tahu di mana letak
romiframpton. Tapi kau tidak peduli. Yang penting, kau
bisa masuk!
Di hadapanmu membentang lorong yang lurus ke
depan di sampingnya ada tangga yang menuju ke atas.
Di manakah sumber tenaga itu?

__________________________________________
Telusuri lorong itu di HALAMAN 118.
Atau panjatlah tangga di HALAMAN 128.
Dingdong Matilah Kau - hal : 49

Kotak merah itu mulai berdetak- detak begitu kau


menempelkannya ke dinding. Jarmal sempat berpesan
bahwa kau punya waktu satu menit untuk keluar dari
pembangkit tenaga. Tapi waktu sesingkat itu takkan cukup
untuk menuruni tangga!
Tiba-tiba kau melihat pintu kecil di balik tangga.
Pintu itu bertulisan PINTU DARURAT.
Kau segera melewati pintu tersebut. Dan tahu-tahu
kau sudah berada di dalam - pipa yang menuju ke bawah.
Kau meluncur turun sambil menahan napas.
Berhasilkah kau keluar sebelum pembangkit itu
meledak?

__________________________________________
Meluncurlah ke HALAMAN 7.
Dingdong Matilah Kau - hal : 50

"Tunggu!" kau memekik. "Kau jangan..."


Tapi terlambat. Ia sudah terjun ke air. Kau hanya bisa
membelalakkan mata ketika buaya-buaya berenang
menghampirinya-dengan mulut menganga lebar!
"Satu hal lagi," si ksatria berseru sebelum ia disergap
buaya. "Waspadalah terhadap Sarang!"
"Terhadap apa?" kau bertanya. Tapi yang terdengar
hanya suara kertak-kertuk rahang- rahang buaya beradu.
Kau memalingkan wajah dan bergegas melintasi jembatan
untuk memasuki puri.

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 38
Dingdong Matilah Kau - hal : 51

Kau ingin keluar dari puri seram ini. Kau meraba-raba


dinding dalam gelap untuk mencari jalan keluar. Setelah
beberapa langkah, tanganmu menyentuh pegangan pintu.
Kau membuka pintu itu, lalu memasuki ruangan berasap
yang diterangi cahaya merah.
"Siapa itu?" seorang wanita bertanya dengan nada
ketakutan. Sebelum kau sempat menyahut, ia sudah
berseru, "Tolonglah aku!"
Kau menerobos asap dan mengikuti arah suara itu.
Kau sampai di ujung ruangan dan menemukan wanita
cantik yang dirantai ke dinding. Ia berambut pirang dan
mengenakan gaun panjang berwarna hijau.
"Tolonglah aku!" serunya. "Carilah kunci untuk
membuka rantai ini sebelum dia kembali!"
"Siapa yang akan kembali?" kau bertanya.
"Si naga," ia menjawab. "Dia masuk ke sarangnya
untuk tidur siang. Kau harus menyelamatkan aku!"
Kau memandang berkeliling dan melihat lubang di
dinding. Asap menyembur dari lubang tersebut, disertai
suara mendesis. Pasti itu sarang naga yang dimaksud. Kau
mengamati rantai yang mengikat wanita itu ke dinding.
Bentuk gemboknya aneh sekali-hampir bulat.
“Cepat!” wanita itu memekik. "Naganya sudah
bangun!"

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 6 kalau kau berani.
Dingdong Matilah Kau - hal : 52

Kedua ksatria menyeretmu ke kuali berisi minyak


mendidih. Sang raja dan Denny berada tepat di
belakang,mereka.
"Laksanakan hukuman pada hitungan ketiga!" sang
raja memerintahkan. "Denny, tolong!" kau memohon. Tapi
Denny malah menjulurkan lidah. Kemudian ia
mengacungkan jempol kepada sang raja.
“Satu,” sang raja berkata. Kau dicengkeram erat-erat
oleh kedua ksatria.
“Tolong-dengarkan aku...," kau memekik.
"Dua!"
Kau diangkat tinggi-tinggi. Kau meronta-ronta untuk
membebaskan tangan, agar kau dapat meraih kronometer.
Tapi ikatannya terlalu kencang.
"Tiga!" sang raja berseru.
Pada saat yang sama terdengar teriakan yang
membuat bulu kuduk berdiri. Lusinan ksatria bersenjata
lengkap bermunculan di atas atap. Semua mengayunkan
pedang dan pisau dan membawa perisai besar. Atap puri
dipenuhi ksatria yang siap tempur!

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 41
Dingdong Matilah Kau - hal : 53

Cepat-cepat kau naik ke meja kios majalah, lalu


memanjat ke atap.
"Hei!" seru pemilik kios itu. "Ayo, turun!"
Kau tidak menggubrisnya. Sementara si pemilik
marah-marah, kau mengeluarkan sebagian uangmu dan
melemparnya ke trotoar.
"BAGI- BAGI UANG!" kau berseru.
Denny menyerukan kalimat yang sama di bawah.
"BAGI-BAGI UANG!"
"Coba lihat, tuh!" seseorang berseru. " Anak-anak itu
membuang-buang uang!"
Dua atau tiga pejalan kaki mulai memungut uang
kertas dan uang logam.
Semakin lama semakin banyak orang yang
berkumpul. Sejumlah mobil dan taksi berhenti karena ingin
tahu apa yang sedang terjadi. Kau melihat Denny
membungkuk dan mengantongi uang.
"Denny!" kau berteriak. "Jangan..."
Di kejauhan terdengar suara klakson. Truknya sudah
datang!
Kau melihatnya melaju ke perempatan yang hendak
diseberangi keluargamu!

__________________________________________
Cepat, beralihlah ke HALAMAN 58.
Dingdong Matilah Kau - hal : 54

Kau menerobos kabut dan menuju ke jalan di mana


kau melihat anak laki-laki berambut merah tadi. Taksi, bus,
dan truk berseliweran di jalan. Kau dikelilingi gedung-
gedung jangkung. Di mana-mana ada orang yang sedang
berteriak, berdebat, atau tertawa.
Oh-oh. Ini sih persis seperti kota New York zaman
sekarang. Mungkin kronometernya tidak berfungsi. Kau
memandang berkeliling untuk mencari anak laki-laki
berambut merah tadi. Tapi ia tidak kelihatan.
Kau menghampiri kios majalah di pojok jalan.
“Permisi,” kau berkata kepada si penjual. "Museum
Sejarah Ilmu Alam sebelah mana?"
"Memangnya saya petugas informasi," sahut orang itu
dengan ketus.
"Galak amat," kau bergumam. Kemudian kau melihat
setumpuk koran, dan kau membaca tanggal yang tercantum
pada koran paling atas. Ternyata kau memang maju ke
masa depan- tapi hanya satu hari! Sial! kau berkata dalam
hati. Kau sudah siap menekan tombol kronometer sebelah
kanan untuk maju lebih jauh ke masa depan, tapi tiba-tiba
kau terbelalak kaget.

__________________________________________
Mau tahu apa sebabnya? Bukalah HALAMAN 77.
Dingdong Matilah Kau - hal : 55

Kau paling senang berkunjung ke kebun binatang.


Hukuman apa ini? kau bertanya-tanya ketika si robot
polisi membawamu naik mobil terbang.
Tak lama kemudian kau sudah melewati gerbang
kebun binatang. Jerapah, gajah, harimau, dan rusa tampak
berkeliaran. Medan gaya yang berkilau-kilau digunakan
sebagai pengganti terali besi untuk memisahkan binatang-
binatang dan para pengunjung.
"Kau akan tinggal di sini," kata si robot ketika
berhenti di depan peragaan yang dibuat persis seperti ruang
duduk, lengkap dengan sofa, kursi-kursi, dan pesawat TV.
Si robot merampas kronometer yang tergantung di
lehermu.
"Hei, kembalikan!" kau berseru, tapi protesmu tidak
digubris.
Ia mengarahkan senapan laser ke medan gaya yang
mengelilingi tempat peragaan. Medan gaya itu buyar, dan
si robot mendorongmu ke dalam.
"Tunggu dulu!" kau memprotes. "Kau tidak bisa
meninggalkan aku di sini."
"Aku yakin kau akan merasa senang," sahut si robot.
Ia kembali menembakkan senapan laser dan seketika
medan gaya sudah berfungsi lagi.
"Jangan!" kau menjerit sambil berusaha menerobos
medan gaya.
Kemudian sekelompok robot mendekat. Dua robot
kecil menunjuk-nunjuk sambil mengeluarkan suara mirip
suara orang batuk. Apa yang mereka tunjuk?
__________________________________________
Carilah jawabannya di HALAMAN 102.
Dingdong Matilah Kau - hal : 56

Kau memutuskan untuk kembali ke masa lalu. Kau


percaya itulah cara terbaik untuk meloloskan diri dan
mencari Denny.
Si guru sudah selesai menanyai anak perempuan di
depanmu. Tapi sebelum kau mendapat giliran, kau
menekan tombol kronometer sebelah kiri. Tubuhmu seperti
kesemutan, dan ruang kelas mulai menghilang.
Tahu-tahu kau sudah berdiri di trotoar yang rasanya
sudah pernah kaulihat. Di seberang jalan ada robot yang
sedang melihat-lihat etalase toko.
Betulkah kau berada di masa lalu?
Ini kan tempat di mana kau ditangkap oleh si robot
polisi!
Tapi sekarang hari sudah malam, kau menyadarinya
semenit kemudian. Kau memang kembali ke masa lalu, tapi
tidak seberapa jauh.
Kau mendengar suara langkah mendekat. Cepat-cepat
kau menyelinap ke tempat gelap. Kau nyaris tidak berani
bernapas.
Sekonyong-konyong kau merasakan pundakmu
dicengkeram erat-erat.

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 35.
Dingdong Matilah Kau - hal : 57

Kau melewati pintu bertulisan KE SARANG. Kini


kau berada di lorong yang sangat sempit. Lilin-lilin di
dinding memancarkan cahaya redup.
Kau sudah mulai kuatir kau keliru mengambil
keputusan ketika melihat sesuatu di lantai. Permen jelly
yang remuk diinjak. Jantungmu nyaris copot.
Tidak ada permen jelly di abad pertengahan. Berarti
Denny memang di sini!
Kau bergegas menyusuri lorong dan menemukan
lebih banyak permen jelly.
Kau semakin yakin Denny berada di sini.
Tapi di mana adikmu sekarang?
Kau sampai di tangga sempit, dan menaiki anak
tangga yang terbuat dari batu. Di kaki tangga
tampak pintu kayu yang besar. Di atasnya ada tanda
bertulisan SARANG TUKANG SIHIR.
Di samping pintu itu ada pintu kecil bertulisan
SARANG KADAL.
Kau teringat ucapan si ksatria: "Waspadalah terhadap
Sarang."

__________________________________________
Tapi sarang mana yang dimaksudnya? Masuki Sarang
Tukang Sihir di HALAMAN 19.
Periksalah Sarang Kadal di HALAMAN 113.
Dingdong Matilah Kau - hal : 58

Kau menoleh ke arah keluargamu dari masa depan.


Denny dari masa depan dan kau dari masa depan
tampak tertawa-tawa sambil menunjuk-nunjuk hujan uang.
Orangtuamu ikut memperhatikan.
Kemudian ayahmu menatap jam tangan dan
mengatakan sesuatu. Yang lain mengangguk dan menuju
ke pojok jalan.
"Jangan!" kau berseru. Sedetik kemudian truk hijau
itu sudah melaju ke perempatan yang ramai. Decit ban
bercampur-baur dengan bunyi klakson.
Kau berdiri seperti patung. Kau nyaris tidak sanggup
menonton adegan yang berlangsung di depan matamu.
Ibumu memekik nyaring.
Berhasilkah kau menyelamatkan keluargamu?

__________________________________________
Carilah jawabannya di HALAMAN 21.
Dingdong Matilah Kau - hal : 59

Sebentar lagi kau akan berada di tempat aman di masa


depan.
"Berdiri dan jawablah," si robot berkata sambil
menunjukmu.
Kau bangkit. Kau siap menekan tombol kronometer
sebelah kanan.
"Apa," si robot mulai bertanya, "quallicork dari..."
Kau tidak menunggu sampai pertanyaannya selesai.
Kau langsung menekan tombol. Tubuhmu seperti
kesemutan, dan tahu-tahu....
Kau masih berada di ruang kelas dan robot masih
melanjutkan pertanyaannya, "... di adjubibble sebelah
kanan planet Jupiter?"
Kau kembali menekan tombol, namun lagi-lagi kau
tetap berada di tempat yang sama.
Jangan- jangan kronometernya rusak?
Kau menatap tombol sambil menekan jarum
penunjuk.
Dengan ngeri kau menyadari apa yang terjadi. Kau
memang maju ke masa depan - tapi setiap kali menekan
tombol, kau hanya maju lima detik.

__________________________________________
Pergilah ke HALAMAN 73
Dingdong Matilah Kau - hal : 60

"Tarik burungnya tiga kali!" kau berseru.


"SALAH!" si tukang sihir menyahut dengan suara
menggelegar.
Seketika kau melihat kilatan cahaya. Dan sedetik
kemudian kau sudah berada di lorong yang penuh kabut.
Kau terperangkap dalam Lorong Waktu. Di kejauhan
kau melihat orang tua yang berjalan tertatih-tatih sambil
bersandar pada tongkat. Kau bergegas mengejarnya. Orang
itu berjanggut putih dan berambut kelabu. Kayaknya kau
sudah pernah melihatnya:
"Hai," orang tua itu menyapamu dengan suara parau.
Ternyata Denny!
Lorong Waktu telah mengubahnya menjadi kakek-
kakek!
Kau meraih lengannya.
"Denny," kau berkata, "kau harus ikut aku. Barangkali
kita bisa menemukan jalan keluar dari sini."
Denny menepis tanganmu.
"Sejak kapan kau jadi bos di sini?" ia bergumam. Lalu
ia mementung kepalamu dengan tongkatnya. "Sekarang aku
yang lebih tua dan aku yang jadi bos!"
Sungguh malang nasibmu. Kau terperangkap di
zaman antah berantah bersama adikmu yang lebih tua!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 61

Kau mengejar adikmu. Tapi ketika kau sampai di


pohon di mana kau terakhir melihatnya, ia sudah
menghilang.
Kemudian kau melihat sesuatu tergeletak di tanah di
dekat pohon. Ternyata kronometer.
Tapi di mana Denny? Dan kenapa ia meninggalkan
kronometer di sini?
Kau memungut alat itu dan meraba-raba tombolnya.
Denny sempat berkata bahwa ia ingin mencoba sesuatu
yang baru.
Mungkin ia bosan dengan masa lalu dan pergi ke
masa depan?
Langsung saja kau menekan tombol sebelah kanan.
Seketika tubuhmu seperti kesemutan. Kau dikelilingi kabut
ungu. Pandanganmu menjadi kabur. Kau memejamkan
mata sambil berharap rasa pusing yang menyerangmu
segera reda. Kau membuka mata. Dan berkedip. Dua kali.
Di kejauhan terlihat kota yang tampak seperti kota masa
depan.

__________________________________________
Datangilah kota itu di HALAMAN 101.
Dingdong Matilah Kau - hal : 62

Kau serius?
Kau benar-benar lebih suka mencari adikmu daripada
menjelajahi waktu?
Hmm, kalau begitu kau keliru memilih buku!
Pembaca GOOSEBUMPS justru haus petualangan
seru.
Coba pikirkan dulu... lalu kembali ke halaman 5 untuk
memilih lagi!

__________________________________________
Kembalilah ke HALAMAN 5.
Dingdong Matilah Kau - hal : 63

Baru saja kau hendak menghampiri truk hijau, Abe


sudah menepuk punggungmu dengan tangannya yang
besar.
"Ayo, naik," ia berkata sambil mendorongmu ke boks
truk merah. "Kau yang harus menurunkan barang kalau kita
sudah sampai nanti." Ia membanting pintu boks.
Kau terperangkap. Kau tidak mungkin
menyelamatkan keluargamu. Kau berdesak-desakan dengan
semua peti yang kau naikkan tadi. Walaupun ada lusinan
peti yang telah kauangkat, kau tak sempat memperhatikan
peti-peti itu. Baru sekarang kau membaca alamat yang
tercantum: LABORATORIUM BROOKDALE. . . ..
Kemudian kau melihat lubang- lubang kecil yang ada
pada semua peti. Kau mengintip dan sepasang mata
membalas tatapanmu! Ih, seram.

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 135
Dingdong Matilah Kau - hal : 64

Seekor singa yang mengerikan muncul di mulut gua.


Badannya besar sekali-lebih besar daripada singa-singa
yang ada di kebun binatang. Kepalanya tertutup bulu
kuning kecokelatan. Matanya berkilau-kilau ketika
menatapmu.
Tiba-tiba kau mengenali makhluk itu. Ternyata itu
singa yang ada di permadani hias yang tergantung di ruang
depan!
Denny ketakutan. Ia bersembunyi di belakangmu.
"Kau juga boleh!" si singa menggeram sambil
melompat ke arahmu. Ia meraih lenganmu sambil menjilat-
jilat bibir.
Kau menatap kronometer di tanganmu. Si singa
mencengkeram lenganmu, jadi ia akan ikut terbawa ke
masa depan kalau kau menekan tombol sekarang.
Tapi kalau kau tidak segera kembali ke masa
sekarang, kau dan Denny akan terperangkap di zaman
antah berantah untuk selama-lamanya.
Bagaimana, kau mau tetap di sini?
Atau kau akan kembali ke lab Dr. Peebles bersama
Denny dan si singa?

__________________________________________
Kalau mau langsung kabur, bukalah HALAMAN 72.
Kalau mau melawan si singa dulu, bukalah HALAMAN 95
Dingdong Matilah Kau - hal : 65

Tyrannosaurus raksasa itu menjulang tinggi di atas


semua dinosaurus lain. Makhluk tersebut lebih besar dari
yang kauduga. Giginya sepanjang dan setajam belati.
Si tyrannosaurus menggeram keras-keras ketika
melintasi padang rumput. Tubuhmu langsung kaku.
Jantungmu serasa mau copot. Semua dinosaurus lain lari
tunggang-langgang. Tapi satu dinosaurus, yang sebelumnya
lagi asyik mengunyah daun pakis, lebih lamban dari teman-
temannya. Si tyrannosaurus berhasil mengejarnya dan
langsung menggigit kepalanya sampai putus! Kemudian
makhluk buas itu menoleh dan memandang ke arahmu!
Kau berlari sekencang mungkin. Si tyrannosaurus
mengejarmu.
Di depan tampak bentangan rawa berlumpur. Kau
berlari menghampiri. Lalu kau melihat sesuatu di tengah-
tengah rawa. Ternyata Denny! Tapi kenapa ia diam saja?
Kau menoleh ke belakang. Si tyrannosaurus masih
mengejar.
"Denny!" kau berteriak. "Lari!"
"Aku tidak bisa," jawabnya. "Aku terperangkap dalam
pasir isap!"

__________________________________________
Bantulah adikmu di HALAMAN 110.
Dingdong Matilah Kau - hal : 66

Seluruh tubuhmu seperti kesemutan, dan tahu-tahu


kau sudah kembali ke masa sekarang di Museum Sejarah
Ilmu Alam. Ketika kabut mulai menipis, kau melihat kau
berada di tempat peragaan' waktu. Kau berdiri di dekat jam
matahari.
Kau menarik napas lega.
"Ayo," kau berkata kepada Denny. "Kita cari Mom
dan Dad."
"Enak saja," dua suara menyahut berbarengan. "Sejak
kapan kau jadi bos di sini!"
"Wah, gawat," kau berkata setelah sadar apa yang
terjadi.
Rupanya kau membawa dua Denny ke masa sekarang.
Kau telah menyelamatkan nyawa adikmu, tapi sekaligus
menghancurkan hidupmu sendiri.
Menghadapi satu Denny saja sudah setengah mati.
Apalagi dua.
Hancur semuanya!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 67

Kau harus menginjak rem. Truk melaju semakin


kencang. Kau berusaha mencapai pedal rem dengan
kakimu-tapi tidak berhasil!
Jantungmu berdegup kencang ketika melihat
keluargamu mulai menyeberang. Kau merosot ke lantai
truk. Dan dengan kedua tangan kau menekan pedal rem
sekeras mungkin.
CIIIIIIIITTTT!!!! .
Apakah truk itu berhenti?

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 97
Dingdong Matilah Kau - hal : 68

Kau bersiap-siap untuk kabur dari ruang kelas. Kau


masih harus mencari adikmu sebelum waktunya habis, dan
kau tidak bisa tinggal di sini. Sebab terlalu berbahaya.
Si robot sedang menanyai anak perempuan yang
duduk di depanmu. Sementara anak itu tergagap-gagap, kau
meraih kronometer.
Ke manakah kau harus pergi?
Apakah Denny berada di masa depan?
Atau di masa lalu?
Barangkali lebih baik kalau kau kembali ke lab Dr.
Peebles dulu untuk minta bantuannya.
Apa pun pilihanmu, kau harus menentukannya
sekarang!
Sebab habis ini giliranmu ditanya si robot!

__________________________________________
Mau kembali ke lab Dr. Peebles untuk minta bantuan?
Coba buka HALAMAN 127.
Mau mencari Denny di masa depan? Bukalah HALAMAN
59.
Atau kau mau mencari di masa lalu? Kalau begitu, bukalah
HALAMAN 56.
Dingdong Matilah Kau - hal : 69

Kau bersandar ke dinding lorong sambil berusaha


menenangkan diri. Satu-satunya orang yang bisa
membantumu mencari Denny adalah Dr. Peebles. Kau
mengeluarkan kronometer dari balik baju seragam, lalu
menekan tombol atas dan bawah untuk kembali ke lab-nya.
Kau harus kabur sebelum kau dikejar-kejar lagi.
Tapi ternyata tidak terjadi apa- apa.
Sekali lagi kau menekan kedua tombol, dan sekali lagi
tidak ada hasilnya.
Oh, gawat. Apa yang harus kaulakukan sekarang?
Kau menoleh dan melihat tanda panah bertulisan
TELETIME.
Mungkin ada hubungan dengan perjalanan waktu.
Mungkin ada cara lain untuk kembali ke masa
sekarang.

__________________________________________
Masukilah Teletime di HALAMAN 81.
Dingdong Matilah Kau - hal : 70

Segera kau menjauhi bunga mengerikan itu, tapi dari


batangnya tumbuh sulur-sulur yang segera mulai
mengejarmu.
Di balik tumbuhan itu terdapat tanda bertulisan
PINTU KELUAR.
Apakah kau bisa melewati tumbuhan tersebut dan
kabur?
Kau memandang berkeliling dan melihat rak yang
penuh peralatan untuk berkebun. Di antaranya ada garukan
yang kelihatannya cukup tajam. Mungkin lebih baik
garukan itu kauambil untuk dipakai sebagai senjata.
Cepat! Kau harus mengambil keputusan!
Apakah kau akan mengambil garukan dulu?
Atau langsung berlari ke pintu keluar?

__________________________________________
Untuk mengambil garukan, bukalah HALAMAN 123.
Kalau kau mau langsung kabur, bukalah HALAMAN 43.
Dingdong Matilah Kau - hal : 71

"Aku sudah siap untuk menjelajahi waktu!" kau


berseru kepada Dr. Peebles.
"Bagus," ujar pria berambut putih itu.
Ia menekan beberapa tombol pada komputernya, yang
langsung mulai mendengung- dengung. Bingkai di antara
jam dan komputer mulai memancarkan cahaya.
"Kronoport sudah hampir siap," si ilmuwan berkata
sambil menunjuk bingkai itu.
"Aku tinggal menyetel beberapa..." Tapi sebelum ia
sempat menyelesaikan kalimatnya, kau mendengar suara
langkah berdebam-debam. Kau menoleh dan melihat
Denny berlari ke arahmu.
"Denny!" kau berseru. Adikmu bergegas menuju ke
Kronoport. "Jangan masuk ke situ!"
"Sejak kapan kau jadi bos di sini!" seru Denny. Tanpa
berkata apa- apa lagi ia berlari melewati bingkai yang
berpendar. Kau mendengar bunyi pop, dan tahu- tahu
adikmu sudah lenyap.
"Oh, gawat!" Dr. Peebles berseru. "Dia masuk terlalu
cepat. Aku belum selesai menyetel alatnya! Dia akan
terperangkap di zaman antah berantah kalau kau tidak bisa
membawanya kembali dalam waktu dua jam!"

__________________________________________
Bergegaslah ke HALAMAN 47.
Dingdong Matilah Kau - hal : 72

Kau menarik tanganmu dari cengkeraman si singa,


meraih tangan Denny dan menekan tombol-tombol
kronometer untuk meloloskan diri. Tapi tidak terjadi apa-
apa.
"Ada apa ini?" Denny merengek sambil menarik-
narik tangannya.
"Aku juga tidak tahu," kau menjawab dengan ketus.
Kau melepaskan tangan Denny dan mengamati
kronometer. Sepertinya tidak ada yang rusak. Tapi kenapa
alat itu tidak bekerja?
Si singa mengaum keras-keras.
Kau menggoyang-goyang kronometer. Berulang kali
kau menekan tombol-tombolnya. Tubuhmu mulai
kesemutan. Akhirnya! kau berkata dalam hati. Kau
memejamkan mata rapat-rapat. Seluruh tubuhmu serasa
dialiri listrik. Kau membuka mata.
Aduh! Ternyata kau tidak kembali ke lab Dr. Peebles.
Kau masih di dalam puri. Di hadapanmu berdiri pintu
bertulisan KE RUANG TAKHTA RAJA RUTHBERT.
Si singa sudah lenyap. Tapi di mana Denny?
Lalu kau ingat-kau tidak menggenggam tangannya
tadi. Berarti adikmu hilang lagi!
Padahal waktu semakin sedikit!

__________________________________________
Untuk mencari Denny lagi, bukalah HALAMAN 83.
Dingdong Matilah Kau - hal : 73

Dengan kalang kabut kau menekan tombol yang satu


lagi, tombol untuk kembali ke masa lalu.
Si robot meluncur ke sampingmu. Ia merebut
kronometer yang kaupegang. "Dilarang bermain-main
selama jam pelajaran!" ia berseru. "Sekarang jawab
pertanyaannya."
Bagaimana kau bisa menjawab? Apa sih quallicork
dan adjubibble itu?
Kau tidak tahu apa-apa tentang kedua hal itu. Dan kau
juga tidak punya waktu untuk mencari tahu.
Sayang sekali-kelihatannya jawaban kali ini adalah:

WAKTUMU SUDAH HABIS


Dingdong Matilah Kau - hal : 74

Kau mengikuti tanda berwarna ungu, dan bergegas ke


Ruang Mesin. Ruangan itu dipenuhi berbagai mesin dan
layar monitor. Di tengah-tengah terdapat panel kontrol
dengan deretan lampu berkedap-kedip. Di samping panel
kontrol terdapat bilik plastik tembus pandang, kira-kira
sebesar mobil, dengan tulisan ANTIGRAV.
Di dalam bilik itu ada sosok kecil yang melayang-
layang dan berputar-putar di udara.
Ternyata Denny!
Serta-merta kau membuka pintu.
“Denny!" kau berseru. "Kita harus segera kembali ke
masa sekarang!"
"Aku tidak mau," ia merengek.
Kau melangkah ke dalam bilik, tapi kakimu tidak
menapak di lantai. Rupanya tidak ada gravitasi di sini,
sehingga kau pun mengambang. Kau berusaha menjangkau
adikmu tapi ia menghindar dengan mudah.
Tahu-tahu kau sudah dalam posisi terbalik.
Sebenarnya asyik juga sih melayang-layang di sini,
seandainya kau tidak harus segera kembali ke zaman
sekarang.
"Ayolah, Denny!" kau memohon.
"Sejak kapan kau jadi bos di sini?" ia menyahut
sambil nyengir.
Kau kembali berusaha meraihnya,
dan meleset lagi. Kemudian kau melirik ke luar-dan
melihat robot penjaga yang tengah membidikkan senapan
laser ke arahmu.
__________________________________________
Bukalah HALAMAN 115.
Dingdong Matilah Kau - hal : 75

Sedetik kemudian kau sudah berada di lab di Museum


Sejarah Ilmu Alam.
"Selamat datang kembali." Dr. Peebles tampak lega
ketika melihat kau dan Denny.
"Bagaimana perjalanan kalian?" ,
"Seru," kau menyahut.
"Membosankan," Denny mengeluh.
Ia menonjok lenganmu. "Aku lapar!" Kau menatap
adikmu dengan kesal. Kalau bukan karena dirimu, ia akan
lenyap untuk selama-lamanya. Kau teringat segala bahaya
yang kau tempuh untuk menyelamatkannya.
Dan untuk sesaat kau menyesal kau telah
membawanya pulang.

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 76

Teriakan-teriakan itu memantul- mantul dari dinding


yang gelap. Sebenarnya kau ingin ambil langkah seribu
saja. Tapi kau kan harus mencari adikmu.
"Denny?" kau memanggil. Kau meraba-raba dinding
untuk mencari jalan. Cahaya redup muncul di depan, dan
tak lama kemudian kau sudah berada di ruangan berbentuk
bundar.
Kau melihat tiga buah pintu.
Pintu yang satu baru saja kaulewati.
Kedua pintu lainnya bertulisan KE RUANG
TAKHTA RAJA RUTHBERT dan KE SARANG.
Kau teringat ucapan si ksatria, "Waspadalah terhadap
Sarang."
Sarang inikah yang dimaksudnya?
Bagaimana dengan Ruang Takhta?
Mengingat kau berada di puri yang menyeramkan,
bukan tidak mungkin ruang itu pun menyimpan bahaya.
Jadi, pintu manakah yang akan kaupilih?

__________________________________________
Masuki Ruang Takhta di HALAMAN 83.
Masuki Sarang di HALAMAN 57.
Dingdong Matilah Kau - hal : 77

Di depanmu berjalan keluarga yang sangat kaukenal:


ayah, ibu, dan dua anak. Bagaimana mungkin kau tidak
mengenal mereka? Mereka adalah keluargamu.
Kau memperhatikan Mom, Dad, Denny, dan kau
sendiri berjalan menyusuri trotoar. Orangtuamu sedang
mengobrol, sedangkan kau dan Denny kelihatannya lagi
bertengkar-seperti biasa. Denny menonjok lenganmu, dan
kau langsung membalasnya. Melihat dirimu sendiri rasanya
aneh sekali. Kau jadi dua orang di tempat yang sama!
Apa jadinya kalau kau menyapa dirimu yang satu lagi
itu? Kau belum tahu apa yang harus kaulakukan ketika
keluargamu sampai di pojok jalan. Lampu lalu lintas
menyala merah, dan mereka mulai menyeberang. Sedetik
kemudian kau mendengar jeritan melengking dan bunyi
klakson yang sangat nyaring. Kau menoleh. Sebuah truk
berwarna hijau melaju kencang. Truk itu tidak mengurangi
kecepatan, dan terus melaju menuju ke arah keluargamu!

__________________________________________
Cepat! Buka HALAMAN 87.
Dingdong Matilah Kau - hal : 78

"Yeah, pergi dari sini!" Denny menimpali. Tanpa


basa-basi lenganmu dikaratenya. Ini sudah keterlaluan.
Kau segera membalasnya.
"Jangan konyol!" kau berkata. "Ayo, ikut aku! Kalau
tidak, kau bakal celaka!"
"Sejak kapan kau jadi bos di sini?" seru Denny. Ia
bergegas ke perempatan. .
"Stop!" kau kembali berseru. Denny berbalik dan
menendang tulang keringmu.
Saking kesalnya, kau memiting kepalanya. "Ayo,
minta maaf!" kau membentak.
“Sejak kapan kau jadi bos di sini?" balas Denny
dengan sengit.
Kali ini dirimu yang satu lagi tidak tinggal diam.
Sementara kau mengepit leher Denny, dirimu dari masa
depan mendorong- dorong dadanya.
"Ayo, minta maaf," kau berkeras sambil
mengencangkan otot. "Cepat."
Kali ini kau tidak mempedulikan truk yang melaju ke
arah dirimu dan keluargamu.
Kau dan kembaranmu terlalu asyik mengeroyok
Denny!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 79

Kau memutuskan untuk menyusup lewat saluran


udara. Jarmal mengajakmu ke bagian belakang pembangkit
tenaga. Lubang saluran udara berada di dekat permukaan
tanah.
Kau menyelipkan kotak merah berisi bahan peledak
ke balik baju, lalu masuk ke lubang itu.
Perlahan-lahan kau merayap maju. Salurannya sempit
sekali, dan kau nyaris tidak bisa bergerak. Semakin lama,
salurannya malah semakin sempit. Kau maju sejengkal-lalu
mendadak sadar bahwa kau terjepit!
Kau tidak bisa maju maupun mundur. Dan kedua
tanganmu terperangkap di sisi tubuhmu. Kau tidak bisa
meraih bahan peledak mau pun kronometer.
Kau baru saja hendak berteriak minta tolong ketika
terdengar suara hiruk-piruk dari luar.
Whump!
Suara tembakan senapan laser. Rupanya para
pemberontak kepergok pasukan robot!
"Manusia kecil itu ada di dalam saluran udara,
Komandan!" salah satu robot berkata. "Saluran udaranya
akan kita tutup, supaya dia tidak bisa bernapas!"
Klang!
Saluran udara ditutup rapat- rapat.
Rupanya kau berada di pihak yang kalah.
Petualanganmu terpaksa berhenti di sini, soalnya kau
kehabisan napas.

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 80

Kau berlari menyusuri lorong ke daerah Hidroponik.


Wah, kesannya seperti di hutan! Di mana-mana
terlihat daun besar berwarna hijau dan tumbuhan rambat
yang menjalar ke segala penjuru. Ke mana pun kau
memandang kau melihat tumbuh-tumbuhan berbentuk
aneh. Semuanya ditanam di dalam larutan berwarna pink
yang menggelembung-gelembung.
Sebentar-sebentar kau melirik ke arah pintu. Robot-
robot itu bisa muncul kapan saja.
"Denny!" kau memanggil. "Kau di sini?"
Kau melewati daun-daun berbentuk ganjil, bunga-
bunga berbau aneh, dan buah-buah yang besar dan
berwarna-warni. Ini benar-benar ajaib.
Jangan-Jangan tanaman ini bermutasi karena
pengaruh ruang angkasa.
Lalu kau melihat tanda besar bertulisan BAHAYA.
Lho?
Bahaya apa maksudnya?
Di sekelilingmu Cuma ada tumbuh- tumbuhan.
Kemudian kau melihatnya: tumbuhan rambat dengan
batang sebesar kaki gajah. Bunganya besar, dengan daun
bunga berkesan tajam.
Kau maju selangkah untuk mengamatinya dari dekat.
Tiba- tiba bunga itu melesat ke arahmu.
Hidungmu nyaris tersambar daun bunga yang tiba-
tiba menutup.

__________________________________________
Mundurlah ke HALAMAN 70.
Dingdong Matilah Kau - hal : 81

Kau mengikuti tanda menuju Teletime. Tak lama


kemudian kau sudah berada di ruangan luas yang penuh
peralatan elektronis. Di tengah ruangan terdapat panel
besar dengan lusinan monitor TV. Masing-masing monitor
memperlihatkan kejadian dari masa lalu: pasukan Iskandar
Agung, penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika
Serikat, pendaratan di bulan.
Sebuah robot berbaju lab putih mengawasi semua
monitor. Ia tidak melihatmu. Barangkali robot itu bisa
membantumu kembali ke zamanmu sendiri. Baru saja kau
hendak menyapanya ketika alarm berbunyi.
"PERHATIAN SELURUH AWAK!" sebuah
pengeras suara berkumandang. "HARAP WASPADA
KARENA ADA PENYUSUP!"
Si robot ilmuwan berbalik dan melihatmu. Serta-
merta ia mencabut pistol laser.
"Siapa kau?"
Apa yang harus kaulakukan sekarang?
Menceritakan masalahmu dan minta bantuan robot
itu?
Atau lebih baik kau mencoba mengelabuinya?

__________________________________________
Kau meminta bantuan si robot di HALAMAN 125.
Atau cobalah mengelabui robot itu di HALAMAN 99.
Dingdong Matilah Kau - hal : 82

"Aku tahu jawabannya," kau berkata kepada si tukang


sihir. "Supaya waktu berjalan mundur, kepala burung itu
harus diputar ke belakang."
Si tukang sihir melambaikan tangan. Seketika muncul
kilatan cahaya terang benderang, dan si tukang sihir lenyap.
Tempatnya digantikan oleh Denny Kau tidak menyangka
bahwa kau bisa segembira ini karena melihat adikmu.
"Denny!" kau berseru. "Kau sudah kucari ke mana-
mana.”
"Aku memang sengaja bersembunyi!" sahutnya.
Kau menatap kronometer. Waktu kalian tinggal tiga
puluh menit.
"Denny,” kau berkata kepada adikmu. “kita harus
kembali ke lab Dr. Peebles. Sekarang Juga!”
"Sejak kapan kau jadi bos!" seru Denny. .
"Ayo!" kau mendesak. Kau meraih tangan adikmu,
tapi ia segera menariknya.
"Aku tidak mau ikut!" ujarnya dengan ketus. Ia berlari
ke tengah kabut dan menghilang di bagian belakang
Sarang.

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 114.
Dingdong Matilah Kau - hal : 83

Kau melewati pintu bertulisan KE RUANG


TAKHTA RAJA RUTHBERT lalu menaiki tangga batu.
Begitu sampai di atas, kau berada di sebuah ruangan
yang luas. Belasan permadani hias tergantung di dinding, di
antara jendela-jendela yang sempit melengkung. Sejumlah
wanita bergaun panjang duduk di bangku-bangku kayu.
Para ksatria berdiri dalam posisi siaga. Di ujung ruangan, di
alas pelataran, terdapat takhta ­ kayu. Takhta itu diduduki
laki- laki gendut berjanggut yang mengenakan jubah merah
dan mahkota emas.
Itu pasti Raja Ruthbert, kau berkata dalam hati. Di
sebelahnya, di takhta yang lebih pendek, duduk seseorang
berbadan kecil. Mahkotanya kebesaran dan selalu merosot
ke wajahnya.
Salah satu ksatria mencabut pedang dan
menempelkannya ke lehermu. "Mau apa kau di sini, orang
asing?" tanya ksatria itu.
"Aku pengelana dari masa depan," kau segera
menjelaskan. "Aku mencari adikku. Dia berambut merah
dan..."
"Diam!" si ksatria membentak. "Jangan bohong! Kau
mata-mata yang dikirim Raja Henry, kan!"

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 23.
Dingdong Matilah Kau - hal : 84

Kau hendak meraih senjata, tapi kemudian kau


melihat pohon apel yang tumbuh di samping selokan. Dan
tiba-tiba kau mendapat ide- kau yakin kau bisa memberi
pelajaran kepada si ksatria.
"Aku memilih tongkat," kau berkata kepadanya. "Tapi
kita berduel menurut aturanku."
"Baiklah, orang asing," ujar si ksatria setuju. Ia
menyerahkan tongkat padamu.
"Kaulihat pohon apel itu?" kau bertanya. "Petiklah
sebuah apel dan lemparkan padaku. Aku akan memukulnya
dengan tongkat ini. Setelah itu aku yang melempar apel dan
kau yang memukul. Siapa yang bisa memukul paling jauh,
dia yang menang."
“Tantangan ini sungguh aneh," gumam si ksatria.
"Tapi aku terima."
Tahun lalu kau menjadi pemukul terbaik di tim
bisbolmu. Kau berharap pengalamanmu akan bermanfaat
sekarang.
Sanggupkah kau mengalahkan si ksatria?
Untuk mendapatkan jawabannya, lemparlah dua
keping uang.

__________________________________________
Kalau kedua keping memperlihatkan sisi yang sama,
gambar atau angka, bukalah HALAMAN 30.
Kalau satu keping memperlihatkan gambar dan satu lagi
angka, bukalah HALAMAN 116.
Dingdong Matilah Kau - hal : 85

Para ksatria menyeretmu ke pelataran di atas kuali


berisi minyak mendidih.
Sambil menelan ludah kau menatap cairan hitam yang
bergolak hebat. Beberapa detik lagi kau jadi ayam goreng!
Kau berusaha membebaskan tanganmu. Tapi ikatannya
terlalu erat.
Sang raja dan Denny naik ke atap untuk menonton.
"Masih ada yang hendak kaukatakan, mata-mata?"
sang raja bertanya.
"Ya!" kau menyahut. "Izinkanlah aku membawa
Denny... ehm... putra Yang Mulia. Dia akan celaka kalau
tetap di sini!"
"Tidak bisa!" sang raja menghardik. "Laksanakan
hukuman!"
"Denny!" kau memohon. "Jangan biarkan dia
merebusku! Dengarkan aku! Kau harus mencegahnya!"

__________________________________________
Dengarkan jawaban Denny di HALAMAN 132
Dingdong Matilah Kau - hal : 86

Kau harus memperingatkan keluargamu.


"Stop!" kau berseru sambil berlari melintasi jalan.
"Kalian harus kembali ke hotel."
Mula-mula mereka tidak menggubrismu. Kemudian
ibumu membelalakkan mata. Pandangannya bolak-balik
antara kau dan kembaranmu.
"Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan! Mom,
dengarkan aku! Ini berbahaya!"
Tapi keluargamu malah bergegas menjauh. Mereka
tampak bingung sekali!
“Stop!” kau kembali berseru. “Aku tidak tahu siapa
kau, atau kenapa kau meniru putraku,” ayahmu berkata
dengan gusar. "Tapi kalau kau terus mengganggu kami, aku
akan panggil polisi!"
"Dengarkan aku!" kau memohon. "Berhentilah! Aku
mau menyelamatkan..."
"Aku tidak main-main," ujar ayahmu.
"Menyingkirlah, atau kau akan menyesal!"

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 78
Dingdong Matilah Kau - hal : 87

Truk itu melaju semakin kencang ketika mendekati


perempatan. Keluargamu tidak mungkin menghindar.
Sebentar lagi mereka akan gepeng seperti martabak, dan
kau tidak bisa berbuat apa-apa!
Tapi mungkin... Kau meraih kronometer. Mungkin
kau bisa mundur ke masa lalu dan mencegah kecelakaan
ini.
Apakah sebaiknya kau mundur beberapa menit dan
berusaha menghentikan keluargamu?
Ataukah lebih baik kau mundur lebih jauh dan
berusaha menghalau truk itu?

__________________________________________
Untuk menghentikan keluargamu,bukalah HALAMAN 31.
Untuk menghalau truk itu, bukalah HALAMAN 34.
Dingdong Matilah Kau - hal : 88

Si ksatria menebas tali pengikatmu dengan pedangnya


yang tajam. Kau bebas!
Sebelum si ksatria sempat berkata apa-apa, kau sudah
berdiri dan menendang pedangnya sampai terpental dari
tangannya.
Untung saja kau sempat ikut latihan karate sewaktu
liburan musim panas. Sekali lagi kau menendang si ksatria.
Tapi kali ini kau kehilangan keseimbangan. Kau
mengulurkan tangan dan menyambar Denny. Kalian berdua
terjatuh, dan tanpa sengaja salah satu tombol kronometer
tertekan.
Kau tergeletak di tanah. Kepalamu pening. Dan
kemudian kau mendengar orang-orang bersorak-sorai.
"Hidup Raja! Hidup Raja!"
Kau memandang berkeliling dan memekik tertahan.
Kau berada di negeri asing. Dan ratusan orang bersorak-
sorai sambil membungkuk. Ternyata kaulah yang dielu-
elukan!
Kau jadi raja! Kau bangkit dan memberikan perintah
pertama.
"Singkirkan anak budak ini," kau berkata sambil
menunjuk Denny. "Mulai sekarang aku yang jadi bos."

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 89

Kau mengikuti si robot ke gedung besar berdinding


kaca. Robot itu membawamu ke ruang sidang. Sesosok
robot berkilau dengan pakaian serba hitam duduk di balik
meja besar. Pasti dia hakimnya, kau berkata dalam hati.
"Kau dituduh berkeliaran di jalan, Manusia" ujar si
hakim. "Kau mengaku bersalah?" '
"Aku bersalah, Yang Mulia," kau berkata. "Tapi aku
tidak..."
"Diam!” hakim itu menyela. "Jangan mencari alasan.
Kau boleh memilih hukumanmu: bersekolah atau pergi ke
kebun binatang."
Sekolah? Kebun binatang? Hukuman macam apa ini?
Kalau mau tahu, tetapkanlah pilihanmu sekarang.

__________________________________________
Kalau kau memilih sekolah, bukalah HALAMAN 9.
Kalau kau lebih suka pergi ke kebun binatang bukalah
HALAMAN 55.
Dingdong Matilah Kau - hal : 90

"Ada anak laki-laki berambut merah yang sedang


berkunjung ke stasiun ruang angkasa ini," kau memberitahu
si robot. "Apakah mesin-mesinmu bisa menemukannya?"
"Tentu saja," jawab si robot. Langsung saja ia
memutar sejumlah kenop. Wajah Denny muncul di layar
monitor. Ia meringkuk di bawah meja tempat meletakkan
komputer besar. Kau mengamati adikmu, dan menyadari
bahwa meja itu berada di ruangan ini!
"Denny!" kau berseru. Kau bergegas menghampiri
meja. Denny masih bersembunyi di situ. Saking takutnya ia
tidak bisa bergerak maupun bicara.
Dengan, gesit kau melewati si robot dan masuk ke
bawah meja.
"Jangan!" si robot berseru sambil mengejarmu. Tapi
kau sudah meraih tangan Denny, lalu menekan tombol
kronometer sebelah atas dan bawah.
Sesuai petunjuk Dr. Peebles, kedua tombol itu
kautekan selama lima detik.

__________________________________________
Pergilah ke HALAMAN 75.
Dingdong Matilah Kau - hal : 91

Kau menggelinding ke depan kaki si ksatria.


"ADUUUH!" teriaknya ketika kau menabraknya. Ia
jatuh ke belakang, dan Denny terlepas dari tangannya.
Denny memekik ketika ia terempas ke atap. Tapi ia
langsung bangkit lagi.
"Cepat!" kau berkata kepada adikmu. "Buka tali
pengikatku! Kita harus pergi dari sini!"
"Sejak kapan kau jadi bos?" balas Denny.
Tapi kali ini ia menuruti perintahmu.
Si ksatria sudah berdiri lagi. Matanya berapi-api
karena marah. "Kalian berdua akan kuhancurkan!" ia
berseru. Kemudian ia melompat maju.
Cepat! Ambil kronometer dan tekan tombolnya-
tombol mana saja!

__________________________________________
Lalu bukalah HALAMAN 96.
Dingdong Matilah Kau - hal : 92

Kau merangkak melewati lubang kecil itu. Titik-titik


merah berkilau bagaikan permata. Beberapa utas tali yang
lengket menggelantung dari dinding dan langit-langit. Dan
di ujung masing-masing tali terdapat gumpalan berwarna
kelabu.
Kau merangkak maju. Tiba-tiba kau merinding. Tali-
tali itu ternyata bagian dari sarang labah-labah! Dan
gumpalan-gumpalan kelabu yang kaulihat rupanya
serangga berukuran raksasa!
"Tolong!" sebuah suara berseru.
Kau mengamati sarang labah- labah itu dan melihat
satu, gumpalan yang lebih besar daripada gumpalan lain.
"Tolong!"
Rupanya Denny!
Tubuhnya terbungkus tali sutra seekor labah-labah
raksasa!

__________________________________________
Lekas! Bukalah HALAMAN 39.
Dingdong Matilah Kau - hal : 93

Kau mengejar ksatria yang sedang menunggang kuda.


Puri itu menjulang tinggi ke angkasa. Bendera-bendera
berkibar di puncak menara-menaranya. Kau
membayangkan bagaimana rasanya tinggal di tempat itu.
Kayaknya asyik juga! kau berkata dalam hati.
Tiba-tiba kau sadar si ksatria telah lenyap. Cepat-
cepat kau melintasi jembatan tarik yang membentang di
atas selokan pertahanan yang mengelilingi puri. Suara
langkah kuda memecahkan keheningan.
Ksatria tadi kembali lagi. Dan sekarang ia membawa
tombak yang terarah tepat ke dadamu!
“Hei!” kau berseru. "Aku bukan musuh. Aku tamu
dari masa depan!"
Tapi ucapanmu dianggap angin lalu saja. Kuda si
ksatria semakin dekat. Ujung tombaknya tampak berkilau-
kilau.
Oh-oh. Sepertinya ia tidak main- main.
Sanggupkah kau menghadapinya?
Atau lebih baik kau terjun ke selokan, biarpun kau
bukan jago renang?

__________________________________________
Hadapi si ksatria di HALAMAN 22.
Lompatlah ke selokan di HALAMAN 108.
Dingdong Matilah Kau - hal : 94

Terburu-buru kau melepaskan kronometer dan


memasukkannya ke lubang kunci.
"RRRRAAAOOORRRRGGGHHH!" si naga
meraung. Asap dan semburan api memenuhi ruangan.
Wanita itu memekik ketakutan. Kau memutar
kronometer yang sudah menancap.
Di luar dugaan, gemboknya terbuka. Wanita itu
segera melepaskan rantai pengikatnya, lalu meraih
tanganmu.
"Lewat sini!" serunya. "Supaya si naga tidak bisa
mengikuti kita!"
Ia mengajakmu melewati pintu kecil dan langsung
membantingnya. Si naga meraung-raung dengan gusar.
Terima kasih, kau telah menyelamatkanku," ujar
wanita itu. "Bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu?"
Kau menjelaskan bahwa kau sedang mencari adikmu.
"Dia berambut merah," kau berkata, lalu menyebutkan ciri-
ciri Denny.
Wanita itu mengangguk. "Aku melihat anak laki-laki
seperti dia di Ruang Takhta."
Ia menunjuk pintu bertulisan KE RUANG TAKHTA
RAJA RUTHBERT.
Kau menatap kronometer! Waktumu tinggal sedikit!
Kau hanya punya setengah jam untuk mencari Denny dan
kembali ke masa sekarang.
"Semoga berhasil." Wanita itu tersenyum. "Dan,
sekali lagi terima kasih."

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 83.
Dingdong Matilah Kau - hal : 95

Kau menarik tanganmu dari cengkeraman si singa.


Di luar dugaan, kau dilepaskan begitu saja. Tapi
ketika kau hendak menekan tombol kronorneter, si singa
menerjang adikmu, dan kalian berdua terjatuh. Kronometer
terlepas dari tanganmu.
Secara bersamaan terdengar bunyi pop! Denny
mendadak lenyap. Dan sedetik kemudian si singa juga
menghilang!
Kau memandang berkeliling, tapi baik adikmu
maupun makhluk buas itu tidak kelihatan. Sementara itu
kronometermu tergeletak di lantai dalam keadaan remuk.
Aduh, gawat! Mungkin si tukang sihir bisa
menolongmu. Kau kembali menyusuri lorong sambil
berusaha mencari sarang tukang sihir.
Akhirnya kau menemukan pintu bertulisan SARANG
TUKANG SIHIR.

__________________________________________
Temui si tukang sihir di HALAMAN 19
Dingdong Matilah Kau - hal : 96

Kau menekan tombol di bawah jari tengahmu, dan


seketika kau seperti kesemutan. Ketika perasaan aneh itu
mereda, kau berdiri di dekat pohon-pohon kecil. Di
kejauhan tampak sejumlah dinosaurus berleher panjang
yang sedang makan tumbuh- tumbuhan. Dinosaurus!
Astaga! Seberapa jauh kau mundur ke masa lalu?
Kau tidak sempat memikirkannya, sebab Denny sudah
berkata, "Coba lihat batu-batu aneh ini!”
Denny berdiri di samping enam batu bulat yang
bertotol-totol.
Tiba-tiba kau sadar itu bukan batu. Itu telur. Telur
dinosaurus!
Kemudian kau mendengar suara mengetuk-ngetuk.
Salah satu telur mulai retak.
"Wow!" kau berseru. "Kayaknya telur ini sudah mau
menetas!"
"Aku bosan di sini," Denny merengek. Direbutnya
kronometer dan langsung lari meninggalkan dirimu.
"Denny, kembali!" kau menjerit.
Tapi adikmu terus berlari. Kau terpaksa mengejarnya.
Tapi kalau begitu, kau takkan sempat menyaksikan
bagaimana anak dinosaurus keluar dari telur.
Apa yang harus kaulakukan?

__________________________________________
Menyaksikan bagaimana telur itu menetas di HALAMAN
130.
Mengejar Denny di HALAMAN 61.
Dingdong Matilah Kau - hal : 97

Kau mendengar bunyi ban berdecit-decit. Truk itu


berhenti tepat sebelum menerjang keluargamu.
JE-GER!
Sebuah taksi menabrak truk itu dari belakang. Suara
klakson bersahut-sahutan. Beberapa pengemudi turun dari
kendaraan masing-masing. Bau busuk yang menyengat
memenuhi udara.
Ada apa ini? Kau melompat turun dari truk dan
bergegas ke belakang.
Untung saja si pengemudi taksi tidak mengalami
cedera, tapi pintu belakang truk penyok ke dalam. Ikan-
ikan mati yang licin berhamburan ke jalanan.
Idih! Kau meraih kronometer dan menekan tombol.
Sebenarnya kau tidak tega meninggalkan Denny di
masa depan, tapi bagaimana lagi?
Adikmu itu memang tidak bisa diatur!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 98

Pesawat ulang-alik itu akhirnya merapat di sebuah


stasiun ruang angkasa yang besar. Pintunya membuka.
Kau segera turun dan masuk ke koridor. Robot dan
manusia berseliweran di dalam stasiun ruang angkasa itu.
Denny mungkin berada di sini - tapi di mana?
Sepasang robot dengan lencana petugas keamanan
menatapmu tanpa berkedip. Ternyata semua manusia
lainnya mengenakan baju seragam berwarna kuning terang.
Sebaiknya kau cepat- cepat mencari baju seragam seperti
itu, sebelum kau mendapat masalah.
Tepat di depanmu ada pintu bertulisan GUDANG.
Di dalamnya berdiri rak dengan setumpuk baju
seragam yang baru selesai dicuci dan disetrika.

__________________________________________
Kenakanlah baju seragam, lalu bukalah HALAMAN 24.
Dingdong Matilah Kau - hal : 99

Kau yakin kau sanggup mengelabui si robot.


Bagaimanapun juga, kau manusia dan robot itu kan cuma
mesin.
"Tolong jangan tembak aku," kau mengiba. "Aku
tamu dari masa lampau. Aku kemari untuk mencari
adikku."
Si robot tampak ragu-ragu. Tampaknya ia sedang
mempertimbangkan ucapannya. Tapi kemudian kembali
menodongkan senapan laser.
"Aku bisa membuktikannya seandainya kalian punya
teknologi yang lebih canggih," kau menambahkan.
Mata elektronis si robot tampak menyala-nyala karena
gusar.
"Teknologi kami sudah sempurna," sahutnya sengit.
"Apa boleh buat." Kau menghela napas. "Aku yakin
kau pasti tidak bisa menemukan zaman dari mana aku
berasal."
Si robot menghampirimu. "Zaman dari mana kau
berasal?" ujarnya. "Itu mudah."
Kau memberitahukan tanggal dan jam
keberangkatanmu kepada si robot. Si robot menyetel
sejumlah kenop.
Tiba-tiba saja gambar laboratorium Dr. Peebles sudah
muncul di monitor utama yang besar.

__________________________________________
Perhatikanlah apa yang terjadi di HALAMAN 129.
Dingdong Matilah Kau - hal : 100

Kau harus meloloskan diri dari kejaran tyrannosaurus


yang garang itu. Kau meraih tangan Denny dan lari
menyelinap di antara pohon-pohon. Si dinosaurus
mengejarmu, tapi badannya terlalu besar sehingga ia sulit
menyusul kalian.
Kau dan Denny berlari zig-zag. Akhirnya kalian
bersembunyi di balik pohon besar dengan napas terengah-
engah.
Si tyrannosaurus terlihat di kejauhan. Makhluk
raksasa itu memandang ke segala arah, meraung dengan
kesal dan pergi.
"Hebat!" seru Denny.
Kau ber-high five dengan adikmu. Sekarang kau
tinggal kembali ke rawa-rawa untuk mencari kronometer.
Tapi di mana rawa-rawa itu?
Kau kehilangan arah karena berlari zig-zag tadi.
Untung saja Denny masih ingat jalan ke sana.
Kalian menembus hutan dan akhirnya sampai di
daerah rawa. Kau dan Denny bergegas ke arah pasir isap.
Dalam hati kau bertanya-tanya berapa banyak waktu yang
masih tersisa sebelum Denny lenyap untuk selama-
lamanya.

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 12.
Dingdong Matilah Kau - hal : 101

Kau memutuskan untuk menuju ke kota masa depan


itu. Kau dikelilingi gedung-gedung yang terbuat dari kaca
dan logam mengilap. Mobil-mobil tanpa sayap beterbangan
di atas kepalamu. Semua jalan tampak lengang dan bersih.
Tak ada sampah yang berserakan, biarpun cuma secarik
kertas pembungkus permen karet.
Baru saja kau hendak mencari Denny ketika
pundakmu dicengkeram tangan sedingin es.
"Manusia?" sebuah suara berkata dengan nada datar.
"Kau ditangkap!"
Serta-merta kau berbalik. Yang mencengkeram
pundakmu ternyata robot mengilap dengan lencana polisi di
dada. Wajah robot itu tanpa ekspresi, dan ia memegang
sesuatu yang tampak seperti senapan laser.
Pantas saja semuanya begitu bersih dan tenang, kau
berkata dalam hati. Kota ini diatur oleh mesin-mesin!
"Apa kau tidak tahu manusia dilarang berkeliaran di
jalan?" tanya si robot.
"Aku dari... tempat lain," kau menjawab cepat-cepat.
"Aku tidak tahu peraturan yang berlaku di sini. Aku
minta maaf kalau aku berbuat salah."
"Itu urusan hakim," balas si robot. "Ayo, ikut aku."

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 89.
Dingdong Matilah Kau - hal : 102

"Coba lihat yang ini!" ujar sebuah robot kecil. Ia


membaca keterangan di bagian depan medan gaya.
"Ini peragaan 'Manusia Pemalas'," katanya. Kemudian
ia kembali mengeluarkan suara aneh.
"Jangan tertawakan manusia. Itu tidak baik," salah
satu robot yang lebih besar menegurnya.
"Tapi, Mommy," si kecil menyahut. "Tampangnya
aneh sekali. Hai, Manusia! Kau mau ini?" ia melambaikan.
Ia memasukkan sesuatu lewat medan gaya.
Kau membungkuk dan memungut sebuah permen.
“Hei!” seru si kecil. "Permennya diambil! Dan dimakan!"
Robot cilik itu kembali memasukkan permen.
Tiba-tiba kau sadar bahwa kau akan selama-lamanya
berada di sini. Tapi jangan terlalu sedih. Paling tidak kau
akan mendapat banyak permen kalau kau dikunjungi robot
kecil.

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 103

"Ketiga benda ajaib itu adalah pin, pipa, dan


kentang," kau menjawab.
"SALAH!" gurumu berseru dengan suara
menggelegar. "Kau tahu hukumannya untuk jawaban yang
salah! Ayo, maju!"
Kau menuju framrnilizer. Perlahan-lahan kau
berusaha meraih kronometer di lehermu. Tapi sebelum kau
sempat menekan tombol apa pun, si robot sudah
merebutnya dengan tangan magnetnya.
"Dilarang membawa mainan!" kata si robot. "Ayo,
masuk frammilizer!"
Kau tak bisa berbuat apa-apa. Dengan lesu kau
memasuki peti logam yang aneh itu.
Kau telah gagal total.
Kau gagal menemukan Denny, dan kau tidak bisa
menjawab pertanyaan sang guru. Tapi di pihak lain, kau
akan menjadi orang pertama di antara teman-temanmu
yang mencoba framrnilizer.

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 104

"Permisi," kau berkata sambil menghampiri si sopir


truk. "Petugas pemberangkatan bertanya apakah saya boleh
ikut truk Anda. Paman saya pemilik toko yang memesan
barang yang akan Anda antar, dan saya mau menumpang
ke tokonya."
"Boleh saja," sahut si sopir. "Kenapa tidak?"
Kau mengikutinya ke truk hijau. Ia membuka pintu
boks. Di dalamnya bertumpuk-tumpuk peti berisi ikan
segar. Ikan-ikan itu menatapmu dengan pandangan dingin
dan kosong.
"Masuklah," ujar si pengemudi. "Ke situ? T-tapi...,"
kau tergagap-gagap. "Di depan sudah penuh," ia menyela.
"Kau mau ikut atau tidak?"
"Ehm...." Sebenarnya kau harus duduk di depan. Tapi
akhirnya kau menurut dan masuk ke dalam boks. Suasana
langsung gelap ketika si sopir menutup pintu.
Uh, baunya minta ampun. Dan sebentar- sebentar kau
menyenggol badan ikan yang dingin dan bersisik.
Idih!

__________________________________________
Tutuplah hidungmu dan buka HALAMAN 27.
Dingdong Matilah Kau - hal : 105

Truk itu meluncur kencang ke arah keluargamu. Si


sopir sama sekali tidak bereaksi. Malah tampaknya ia
pingsan!
Kau melepaskan sabuk pengaman. Kau harus
melakukan sesuatu! Inilah kesempatan yang kautunggu-
tunggu. Untuk inilah kau kembali ke masa lalu.
Tapi kau tidak menyangka mengemudi truk ternyata
begitu sulit.
Barangkali truk itu bisa kaubelokkan ke jalan.
Atau mungkin lebih baik kau mencoba menginjak rem
saja?
Cepat, kau harus mengambil keputusan!

__________________________________________
Membelokkan truk? Bukalah HALAMAN 13.
Menginjak rem? Bukalah HALAMAN 67.
Dingdong Matilah Kau - hal : 106

Kau menahan napas dan bersiap-siap merasakan


panas minyak mendidih di dalam kuali raksasa itu. Kau
menyilangkan tangan di dada, tanpa sengaja salah satu
tombol kronometer tertekan!
Tubuhmu seperti kesemutan. Kau memejamkan mata.
Dan kemudian kau terempas. Tapi bukan dalam minyak
mendidih!
Kau berkedip-kedip, lalu memandang berkeliling.
Kau berada di sebuah ruangan. Ruang lab Dr. Peebles. Kau
berhasil kembali ke masa sekarang!
"Selamat datang, penjelajah waktu!" Dr. Peebles
menyambutmu. "Bagaimana perjalananmu?"
Kau sudah mau menjawab, tapi tiba-tiba kau teringat
pada Denny.
Astaga, Denny tertinggal di masa lalu! "Aku harus
menyelamatkan adikku...," kau hendak berkata. Tapi
kemudian kau teringat kuali berisi minyak. Minyak
mendidih.
Denny diam saja waktu aku mau digoreng! kau
berkata dalam hati. Dia sama sekali tidak berusaha
menolong.
"Lancar!" kau menjawab pertanyaan Dr. Peebles.
"Semuanya berjalan lancar."
Kemudian kau keluar dari lab dan mulai mencari
orangtuamu. Tentu saja kau harus menjelaskan kenapa
anak bungsu mereka kini bernama Ruthelford dan hidup di
abad pertengahan!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 107

Ya! Pintu belakang truk terbuka. Kau melihat Abe. Ia


membelalakkan mata melihat tikus-tikus yang lari
belingsatan di tempat bongkar-muat.
"Hei!" kau mendengar Abe memanggil sopir truk
hijau. "Coba kemari dan bantu kami membereskan ini.”
Selamat. Para sopir truk begitu sibuk mengejar-ngejar
tikus, sehingga truk hijau baru tiba di perempatan setelah
keluargamu menyeberang.
Kau berhasil. Kau pahlawan. Kau menyelamatkan
keluargamu. Dan kau juga menyelamatkan nyawa dua ribu
tikus putih.

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 108

Kau memilih terjun ke selokan.


BYUUUR!
Airnya dingin-tapi paling tidak kau berhasil lolos dad
ksatria bertampang garang itu. Kemudian kau
mendengarnya- bunyi kertak-kertuk.
Ternyata ada buaya yang sedang mengertakkan
rahang. Buaya itu berada persis di depanmu! Dan
tampaknya makhluk itu lapar berat!
Kau berbalik dan berenang ke arah berlawanan.
Masalahnya, kau bukan jago renang. Sementara buaya itu
semakin dekat.
Tiba-tiba seekor buaya lain muncul di depanmu. Lalu
satu lagi.
Dan satu lagi. Kau dikepung buaya-buaya hijau yang
kelaparan!
Kau meraih kronometer. Tapi sebelum kau sempat
menekan tombolnya, alat itu sudah direbut oleh buaya yang
paling dekat. Dan langsung ditelan!
Sayang sekali. Bagi buaya kronometer itu cuma
hidangan pembangkit selera. Hidangan utama akan segera
menyusul yaitu kau!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 109

Kau mendengarkan penjelasan Jarmal tentang


pemberontakan. ' "Mula-mula semua robot diciptakan
untuk melayani manusia. Tapi kemampuan mereka
semakin bertambah. Dan akhirnya, mereka merebut
kekuasaan.
"Dan sekarang kaum manusia memutuskan untuk
melawan?" kau bertanya.
"Persis," jawab Jarmal. "Pertempurannya akan
dimulai setiap saat sekarang. Kita..."
BOOOM!
Ucapannya terputus oleh ledakan yang memekakkan
telinga.

__________________________________________
Pertempurannya dimulai di HALAMAN 10.
Dingdong Matilah Kau - hal : 110

Kau meraih tangan Denny dan menarik dengan sekuat


tenaga. Tapi Denny tidak bergerak sedikit pun!
Kau menarik sekali lagi. Kali ini adikmu panik.
Tangannya menyambar-nyambar ke arahmu. Kronometer
terlepas dari lehermu dan jatuh ke lumpur.
Si tyrannosaurus berhasil mengejarmu. Kau bisa
melihat giginya yang tajam dan runcing, dan mencium
napasnya yang berbau busuk.
Makhluk raksasa itu meraung, dan semua pohon di
sekelilingmu ikut terguncang.
Sekali lagi kau menarik Denny. Kau mendengar bunyi
plop! Denny terlepas dari pasir isap.
Tapi si tyrannosaurus sudah siap menyerang. Ia
membuka mulut lebar-lebar dan berusaha menjangkaumu
dengan cakarnya yang mengerikan.
Kalang kabut kau mencari kronometer. Kau harus
kembali ke masa sekarang. Tapi alat itu tidak kelihatan
karena terbenam lumpur!
Apakah kau harus mencari kronometer itu sampai
ketemu?
Atau lebih baik kau berusaha kabur dari si
tyrannosaurus?

__________________________________________
Kalau kau memutuskan untuk mencari kronometer, bukalah
HALAMAN 126.
Kalau kau ingin kabur saja, bukalah HALAMAN 100.
Dingdong Matilah Kau - hal : 111

"Selamat datang di pasukan pemberontak!" seru


Jarmal sambil bersalaman denganmu. Ia menunjuk peta
Kota dan menjelaskan rencana tempur.
"Bangunan ini memancarkan energi ke semua robot,"
ia berkata sambil menunjuk gedung besar di peta. "Kalau
pembangkit tenaga ini bisa kita ledakkan, semua robot
bakal tidak berdaya."
Kemudian Jarmal memperlihatkan kotak kecil
berwarna merah. "Kotak ini berisi bahan peledak khusus,"
ia menjelaskan. "Kotak ini harus dipasang dalam jarak satu
meter dari sumber tenaga."
Kau mengikuti Jarmal melalui terowongan, lalu
menaiki tangga yang menuju ke sebuah taman. Lewat di
sela-sela pepohonan kau bisa melihat gedung pembangkit
tenaga. Gedungnya tinggi, putih, dan berbentuk bulat,
dengan antena besar menyembul dari atapnya. Jarmal
memberitahumu bahwa semua pintu masuk dijaga pasukan
robot.
"Kaulah yang akan masuk, karena tak ada robot yang
mengenalmu," katanya.
"Apa?" kau berseru. "Aku yang harus masuk ke
pembangkit tenaga itu?"
"Lho, bukankah sudah kubilang tadi?" tanya Jarmal.
"Seluruh rencana kita tergantung padamu. Kau sudah
siap?"

__________________________________________
Siapkah kau? Kalau begitu, bukalah HALAMAN 119.
Dingdong Matilah Kau - hal : 112

"Ini kehormatan besar untukmu. Kau termasuk


manusia pertama yang diterima di sekolah ini."
Si robot membawamu ke sebuah mobil terbang. "Dan
kau tahu sendiri apa yang terjadi dengan manusia yang
menolak kehendak robot." Sebenarnya kau tidak tahu-tapi
kau sudah bisa menebaknya. Mobil itu mendarat di atap
sebuah gedung tinggi.
"Ruang kelasmu di sebelah sana," si robot berkata.
"Aku perlu waktu untuk bersiap- siap...," kau
berusaha mencari alasan.
"Omong kosong," si robot menyela.
"Guru yang baik tidak butuh persiapan."
Tahu-tahu kau sudah berada di ruang kelas besar yang
penuh robot mengilap. Semuanya membawa komputer
laptop, dan mereka siap mencatat setiap ucapanmu.
Moga-moga para pemberontak akan berhasil
membebaskan Kota, dan membantumu dan Denny
meninggalkan masa depan.
Sementara itu, kau hanya bisa berdoa dalam hati dan
menceritakan segala sesuatu yang kauketahui tentang
snazzilizer dan romiframpton.

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 113

Kau merunduk dan membuka pintu ke Sarang Kadal.


Suasana gelap gulita. Kau tidak bisa melihat apa pun.
Kau menahan napas, lalu merangkak melewati pintu kecil
itu. Setelah berhasil masuk, kau berdiri lagi.
Kau berada di ruangan yang gelap dan pengap. Lalat
dan serangga-serangga lainnya beterbangan kian kemari.
Seorang pria dengan jubah panjang masuk melalui
pintu lain.
Ia memandang berkeliling. "Tukang Sihir!" ia
memanggil. "Tukang sihir! Di mana kau?"
"Maaf," kau menyapanya dengan sopan. "Bukankah
kau tukang sihirnya?"
"Memang," ia menyahut. "Aku tukang sihir, tapi aku
kehilangan kadalku yang bernama Tukang Sihir. Kau
melihatnya?"
"Tidak," katamu, "tapi aku juga sedang mencari
seseorang. Aku..."
"Aku tahu siapa kau dan apa yang kaucari," si tukang
sihir memotong.
"Kau penjelajah waktu."
"Ya," kau berkata dengan heran. "Dan aku mencari..."
"Bocah yang kaucari terperangkap di lorong waktu,"
ujar si tukang sihir.
"Sebelum kau bisa menemukannya, kau harus
menjawab pertanyaan soal waktu."
Mendengar kata waktu, kau langsung melirik
kronometer. Waktumu sudah hampir habis!

__________________________________________
Jawablah pertanyaan si tukang sihir di HALAMAN 33.
Dingdong Matilah Kau - hal : 114

"Denny!" kau berseru. "Jangan lari!"


Kau kembali ke Sarang. Denny sedang menyusup ke
lubang gelap di antara dua rak buku. Dari lubang itu
terdengar suara napas. Tapi sepertinya bukan suara napas
manusia!
Beranikah kau menyusul adikmu?

__________________________________________
Kalau kau berani, bukalah HALAMAN 45
Dingdong Matilah Kau - hal : 115

"Manusia mata-mata!" seru si robot dengan senapan


laser. "Kalian kutangkap!"
Kau berputar-putar dan keluar dari bilik itu. "Kami
bukan mata- mata!" kau memprotes. "Kami hanya..."
"Diam!" si robot membentak. Kau mulai panik. Kau
mengeluarkan kronometer dan meliriknya. Kau dan Denny
harus segera pulang.
"Kau salah paham," katamu kepada si robot. "Aku
dan adikku harus..."
"Kau bisa menjelaskan semuanya kepada Kapten,"
ujar si robot. Serta-merta ia merampas kronometer dari
tanganmu.
"Jangan!" kau memekik. "Kembalikan!"
Kau berusaha meraih kronometer, tapi si robot
mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Ayo, ikut aku!" katanya dengan ketus. Tangan
besinya mencengkeram pergelanganmu. "Kau juga," ia
menambahkan sambil menyambar Denny.
"Sejak kapan kau jadi bos?" balas Denny.
Ia menendang kaki si robot dan langsung kabur. Si
robot berhenti sejenak. Kau mendengar bunyi berdesir di
dalam kepalanya.
"Kapten yang tahu apa yang harus dilakukan," robot
itu bergumam. "Sekarang ikut aku."

__________________________________________
Ikutilah si robot ke HALAMAN 131.
Dingdong Matilah Kau - hal : 116

"Aku siap berduel," tantang si ksatria. Ia memetik


apel dari pohon. Kemudian ia mengambil ancang-ancang
dan melemparnya ke arahmu. Kau memegang tongkatmu
seperti tongkat bisbol, lalu memukul apel itu keras-keras.
Apel itu melayang jauh, melewati si ksatria.
"Aku bisa memukul lebih jauh dari itu," si ksatria
berkoar. Ia mengambil tempat di ujung jembatan tarik.
Sekarang giliranmu memetik apel. Kau bersiap-siap
dan menatap si ksatria. Kemudian kau mengambil ancang-
ancang. Dan melempar. Si ksatria mengayunkan tongkat
dengan sekuat tenaga. Ia berhasil memukul apel yang
kaulempar, tapi apelnya cuma menggelinding beberapa
meter saja.
Yeah! "Hore, aku menang," kau berseru. "Sekarang
aku boleh masuk ke puri? Aku harus mencari adikku."
Si katria mengangguk., "Baiklah, orang asing,"
katanya sedih. "Kau boleh masuk ke puri. Tapi sesuai
peraturan, aku harus melompat ke selokan."

__________________________________________
Pergilah ke HALAMAN 50.
Dingdong Matilah Kau - hal : 117

Kau ingin menolong wanita itu, tapi kau harus


mencari Denny. Langsung saja kau berbalik dan bergegas
keluar dari ruangan yang penuh asap.
"Tunggu!" wanita itu berseru. "Kau tidak lulus ujian
ksatria!"
"Apa?" "Sebenarnya aku bukan wanita tak berdaya,"
wanita itu menjelaskan. Ia membebaskan diri dari rantai
yang mengikatnya ke dinding.
"Sebenarnya aku pawang naga. Ini adalah ujian untuk
calon ksatria. Setiap orang yang tidak mau menolongku
berarti gagal."
“Tapi aku tidak mau jadi ksatria!" kau memprotes.
"Jangan mengada-ada," jawab wanita itu. "Kalau
tidak, kenapa kau berada di sini?"
"Aku mencari adikku...," kau berusaha menjelaskan,
tapi percuma.
Wanita itu menjentikkan jari, dan si naga langsung
meluncur ke arahmu.

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 8.
Dingdong Matilah Kau - hal : 118

Kau mulai mencari sumber tenaga itu. Setelah


beberapa waktu, kau sampai di pelataran yang dijaga robot.
"Berhenti, Manusia!" robot itu berkata. "Mau apa kau
di sini?"
"Aku disuruh memperbaiki romiframpton," jawabmu.
"Memangnya ada apa?" tanya si robot. Kau berpikir
sejenak, lalu mengucapkan hal pertama yang terlintas di
kepalamu.
"Denyut snazzilizer-nya terlalu lambat."
“Pantas saja belakangan ini banyak gangguan," sahut
si robot. "Kaulah yang pertama mengetahui letak masalah
sesungguhnya."
Rupanya si robot percaya! Kau sempat tercengang.
"...aku harus mulai bekerja," kau akhirnya berkata.
"Biarkan saja," ujar robot itu. "Setelah masalahnya
ketahuan, kami bisa memperbaikinya sendiri. Jenius seperti
kau lebih berguna sebagai pengajar di sekolah elektronika.
Ayo, ikut aku."
"Tunggu," kau memprotes. "Aku harus.."
"Aku bilang, ikut aku!" si robot mengulangi dengan
tegas.

__________________________________________
Pergilah ke sekolah elektronika di HALAMAN 112.
Dingdong Matilah Kau - hal : 119

"Tidak bisa," kau memprotes. "Aku tidak akan masuk


ke situ."
"Kalau kau mengharapkan bantuan untuk mencari
adikmu," ujar Jarmal dengan ketus, "lebih baik kau
menurut saja."
Kau tidak punya pilihan. Jarmal menyerahkan katak
merah berisi bahan peledak. "Ingat, kotak ini harus
dipasang dalam jarak satu meter dari pembangkit tenaga.
Dan satu hal lagi... kau punya waktu satu menit untuk lari
sebelum kotak ini meledak."
"Bagaimana cara masuk ke gedung itu?", kau
bertanya.
"Ada dua cara," jawab Jarmal. "Yang pertama, kau
harus melewati robot yang berjaga di depan.”
"Itu sih bunuh diri," kau bergumam. "Dan cara yang
satu lagi?"
"Kau bisa merangkak lewat saluran udara," ujar
Jarmal. "Dengan cara itu kau bisa menghindari robot
penjaga. Tapi salurannya sempit sekali."
Bagaimana kau akan memasuki gedung pembangkit
tenaga?
Pikirkan baik-baik nasib seluruh umat manusia
mungkin tergantung pada jawabanmu!

__________________________________________
Kau mau mencoba melewati para penjaga? Bukalah
HALAMAN 29.
Atau kau mau merangkak lewat saluran udara? Kalau
begitu, bukalah HALAMAN 79.
Dingdong Matilah Kau - hal : 120

Kau memutuskan untuk berkata terus terang.


"Aku bukan mata-mata," kau mengulangi. "Tapi aku
juga bukan anggota awak. Sebenarnya aku penjelajah
waktu."
"Hah, mana mungkin!" si kapten menggeram. "Coba
buktikan bahwa kau memang penjelajah waktu!"
"Alat yang dirampas penjaga tadi adalah kronometer,"
kau menjelaskan. "Berkat alat itulah aku bisa berpindah-
pindah dari satu zaman ke zaman lain."
Si penjaga menyerahkan kronometer kepada sang
kapten, yang mengamatinya sejenak, lalu memberikannya
kepadamu. Kau cepat-cepat menyelipkannya ke balik baju
seragam, sebelum si kapten sempat berubah pikiran.
"Kalau kau memang berasal dari masa silam," si
kapten berkata, "coba sebutkan apa warna mata
allosaurus!"
"Aku belum setua itu," kau memprotes.
Si kapten menghela napas. "Oke, kau tunggu saja di
luar sementara aku memutuskan apa yang harus kulakukan
denganmu."
Penjaga meraih tanganmu dan menyeretmu ke lorong
di luar.

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 69.
Dingdong Matilah Kau - hal : 121

Denny menjerit ketakutan ketika si ksatria siap


melemparnya ke bawah.
"Stop!" kau berseru. "Dia Ruthelford, putra Raja
Ruthbert," kau berkata.
Si ksatria menatapmu dengan heran. "Memang betul.
Kalau bukan, untuk apa aku bersusah payah hendak
menyingkirkannya ?"
"Raja Ruthbert akan membayar tebusan besar
untuknya," kau melanjutkan. "Kau akan mendapat lebih
banyak emas dan permata daripada yang bisa kau
bayangkan."
"Betulkah itu?" tanya si ksatria. "Bagaimana kau
tahu?" .
“Aku agen sang raja," kau menjawab. Itulah yang
pertama terlintas dalam benakmu.
"Oh ya? Kalau begitu, kenapa tanganmu diikat?" si
ksatria kembali bertanya.
"Ehm, aku..." Kau berusaha mencari alasan.
"Lepaskanlah ikatanku, dan aku akan menunjukkan
sebabnya!"
Si ksatria mengamatimu dari atas ke bawah. Ia
mencabut pedangnya.
Oh-oh! Apa yang hendak dilakukannya?

__________________________________________
Carilah jawabannya di HALAMAN 88.
Dingdong Matilah Kau - hal : 122

Kau mengulurkan tangan untuk menyeret Denny


sebelum kau menekan tombol kronometer.
"TIDAK MAU!" teriak Denny. Ia menarik tangannya
dan langsung kabur.
"Denny, jangan lari!" kau berseru.
Tapi Denny terus berlari. Ia melintasi jalan dan
menabrak kembarannya-Denny dari masa depan. Kedua-
duanya jatuh ke trotoar.
Wajah ibumu mendadak pucat ketika ia melihat dua
Denny. “
Oke,” ujar ayahmu. "Siapa di antara kalian Denny
yang asli?"
"Aku!" sahut salah satu Denny yang berambut merah.
"Bukan, aku!" seru Denny yang satu lagi.
Ia menonjok lengan Denny yang pertama. Denny itu
langsung membalas.
Oh-oh, kau harus melakukan sesuatu! Kau bergegas
melintasi jalan dan meraih kedua Denny. Kemudian kau
menekan tombol kronometer.

__________________________________________
Kembalilah ke zaman sekarang di HALAMAN 66.
Dingdong Matilah Kau - hal : 123

Kau meraih garukan itu. Lalu, sambil menjulurkannya


ke depan, kau menuju ke pintu di seberang ruangan.
Tanaman rambat itu mengikutimu. Kepala bunganya
terus menyambar-nyambar.
Kau sudah hampir mencapai pintu, ketika sesuatu
melilit mata kakimu. Ternyata sulur tanaman rambat itu!
Kau menghajarnya dengan garukan yang kaubawa.
Tapi percuma. Sulur itu mulai melilit seluruh tubuhmu.
Dalam sekejap saja kau sudah mirip mumi!
Tiba-tiba pintu membuka. Seseorang melangkah
masuk sambil mendendangkan lagu kesukaanmu.
Rupanya Denny! Kau berusaha memanggilnya. Tapi
sia-sia. Kau tidak bisa bicara kau bahkan tidak bisa
bergerak.
Kau mendengar Denny berjalan mondar-mandir,
melihat berbagai tanaman di ruangan itu. Akhirnya ia
berhenti tepat di hadapanmu. Ia mengamati tanaman
rambat yang melilitmu.
"Wo, tanaman ini keren juga," katanya.
Tanaman?
Itu bukan tanaman itu adalah kau!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 124

Kau menanyakan sopir truk berwarna hijau itu pada


wanita di dalam bilik. Sopirnya ternyata seorang pria
berambut kelabu dengan jaket kotak-kotak.
Sekarang kau harus memutuskan apa yang akan
kaukatakan padanya. Barangkali kau bisa menumpang, lalu
membelokkan truk sebelum menerjang keluargamu.
Akhirnya kau mendapatkan dua rencana.
Kau bisa mengatakan bahwa kau tamu dari luar kota
yang tersesat, dan kau ingin menumpang ke hotel tempat
kau menginap.
Atau kau bisa mengaku bahwa petugas
pemberangkatan menyuruhmu ikut dengan truk hijau itu.
Rencana mana yang akan kaupilih?

__________________________________________
Kalau kau memilih rencana pertama, bukalah HALAMAN
26.
Kalau kau memilih rencana kedua, bukalah HALAMAN
104.
Dingdong Matilah Kau - hal : 125

"Tolonglah aku!" kau memohon kepada si robot.


"Aku mencari adikku dan..."
"Diam kau, Penyusup," perintah si robot. Sambil terus
menodongkan senapan laser, ia menggiringmu ke kursi di
depan deretan monitor.
"Kau akan menjadi pembantuku di ruang Teletime,
Manusia. Aku butuh seseorang untuk membantuku
mempelajari masa lalu," ujar si robot.
Ia menunjuk salah satu monitor. "Kau harus
mengawasi monitor ini siang dan malam, dan melaporkan
segala sesuatu yang kaulihat."
Boleh saja, kau berkata. Paling tidak, kau bisa
menonton TV terus!
Kau mengambil tempat di salah satu kursi empuk.
Monitor di hadapanmu memperlihatkan George
Washington tengah menyeberangi Sungai Delaware.
Adegan itu diulang sekali lagi. Dan sekali lagi. Mula-mula
sih lumayan menarik. Tapi lama-lama kau mulai bosan.
Benar-benar bosan.
Hari berganti bulan, dan bulan akhirnya berganti
tahun. George Washington masih juga menyeberangi
sungai itu. Dan kau masih juga menonton.
Dibandingkan pelajaran sejarah tanpa akhir ini,
berkunjung ke museum bersama orangtuamu benar-benar
mengasyikkan!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 126

Kau harus bisa menemukan kronometer. Tanpa pikir


panjang kau mencelupkan sebelah tangan ke dalam pasir
isap. Kau merogoh-rogoh... tapi sia-sia.
Tiba-tiba Tyrannosaurus rex itu meraung keras-keras.
Kau mencelupkan kedua tangan ke dalam pasir isap. Denny
berlutut di sampingmu dan ikut mencari. Kalian terus
merogoh-rogoh lumpur.
Dinosaurus itu semakin dekat. Tangannya mulai
bergerak maju. Kemudian terdengar suara yang keras
sekali. Ternyata si dinosaurus bersendawa karena
kekenyangan - dan suaranya sekeras ledakan!
Kau dan Denny sampai tersentak kaget. Kalian
berguling ke depan... dan terjatuh ke dalam kolam pasir
isap!
Oh, gawat! Kalian berdua tersedot ke bawah, semakin
lama semakin dalam, dan kau pun menyadari bahwa
riwayatmu sudah....

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 127

Kau berusaha kembali ke lab Dr. Peebles.


Tapi apakah waktunya masih cukup? Murid di
depanmu memberikan jawaban yang salah.
"Aku minta ampun!" anak perempuan itu memekik.
"Biarkan aku mencoba sekali lagi."
Tapi si guru langsung mendorongnya ke dalam
frammilizer. Dan setelah itu, mata elektronisnya yang
berwarna merah beralih kepadamu.
"Berapa banyak elektron yang terdapat di dalam satu
ons bubur?"
Kau meraih kronometer dan meraba-raba tombol
sebelah atas dan bawah untuk kembali ke lab Dr. Peebles.
"Jawab!" si robot membentak.
Cepat-cepat kau menekan kedua tombol.
SPROINNGGG!
Kau mendengar bunyi aneh ketika kronometer di
tanganmu mendadak hancur. Roda gigi mungil dan chip
komputer beterbangan ke segala arah.
"Jawab pertanyaannya!" si robot mengulangi.
Sayang sekali. Kau tidak bisa kembali ke zamanmu
sendiri. Tapi jangan terlalu bersedih kecuali kalau kau tahu
jawabannya kau tidak perlu berlama-lama di dalam ruang
kelas!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 128

Kau mulai memanjat tangga logam. Dengan sebelah


tangan kau meraba saku untuk memastikan katak merah itu
masih ada.
Tinggi gedung itu sekitar tiga puluh tingkat. Dan di
puncak tangga kau melihat cahaya hijau yang berdenyut-
denyut. Itu pasti sumber tenaganya, kau berkata dalam hati.
Kau mulai memanjat lebih cepat. Tak lama kemudian
kausudah sampai di puncak tangga. Kau menatap bola
besar yang mengeluarkan cahaya hijau. Bola itu berada di
dalam ruangan bulat berdinding kaca. Matamu silau karena
cahaya itu.
Kau mencari pintu masuk dan akhirnya melihat pintu
kecil dengan tulisan:
SANGAT BERBAHAYA. DILARANG MASUK.
Tapi kau harus masuk, untuk menempelkan bahan
peledak.
Atau? Jarmal cuma berpesan bahwa bahan peledak itu
harus dipasang dalam jarak satu meter dari sumber tenaga.
Ia tidak bilang kotak merah yang kaubawa harus berada
dalam ruangan tempat sumber tenaga itu. Barangkali saja
ini sudah cukup dekat.
Cepat, kau harus mengambil keputusan-sebab ada
robot penjaga yang datang!

__________________________________________
Masuki ruangan itu di HALAMAN 42.
Atau tempelkan katak merah ke dinding, lalu lihatlah apa
yang terjadi di HALAMAN 49.
Dingdong Matilah Kau - hal : 129

Bagus! Kau berhasil mengelabui si robot!


Di layar monitor kau melihat dirimu sendiri saat
melewati Kronoport.
Kemudian kau mendengar Dr. Peebles berkata: "Ada
satu hal lagi! Supaya kau bisa kembali, kau harus menekan
kedua tombol paling tidak selama lima detik!"
Itulah yang ingin kaudengar. Sekarang kau tahu
bagaimana cara kerja kronometer!
Tapi kau tetap belum berhasil menemukan Denny.
"Aku tidak percaya mesin Teletime ini benar-benar
memperlihatkan masa lalu," kau berkata.
"Apa!!??" si robot menyahut dengan geram.
“Beraninya kau menghina peralatanku!" Ia bersiap-siap
Untuk menembak.
"Kalau alat ini benar-benar sehebat yang kaukatakan,
coba perlihatkan masa sekarang."
"Masa sekarang?" si robot berseru.
"Ya." Kau mengangguk. "Adegan dari masa lalu itu
bisa saja cuma film atau rekaman video. Aku baru percaya
bahwa mesin ini benar-benar berfungsi kalau aku bisa
melihat kejadian masa sekarang."
"Baiklah," si robot menggerutu. "Tapi setelah itu kau
akan kubuat menguap. Ada adegan tertentu yang ingin
kaulihat?” Ia menambahkan sambil tersenyum bengis.
Kau ikut tersenyum. Tampaknya rencanamu akan
berhasil.

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 90.
Dingdong Matilah Kau - hal : 130

Yang benar saja! Mana mungkin kau melewatkan


kelahiran seekor dinosaurus?
Seumur hidup kau takkan bisa lagi menyaksikannya.
Kalau mengejar Denny sih, urusan nanti saja.
Kau terus menatap telur besar itu.
Ini benar-benar asyik, kau berkata dalam hati. Siapa
tahu ini telur brachiosaurus atau triceratops. Sudah sejak
dulu kau ingin melihat makhluk- makhluk itu.
Tok. Tok. Tok
"Bayi dinosaurus itu berjuang keras untuk keluar dari
telurnya.
KRAK!
Telur raksasa di hadapanmu mendadak retak. Kau
mencondongkan badan ke depan. Kau sudah tidak sabar!
Kemudian makhluk itu muncul. Kau melihat ekor
panjang... paruh mungil... dan bulu lembut yang masih
basah.
BULU?
Kau membelalakkan mata. Makhluk ini bukan
dinosaurus. Tapi anak ayam.
Anak ayam purba yang aneh.
Oke. Sebaiknya kau mengambil hikmah dari kejadian
ini. Jangan keburu senang kalau melihat sesuatu yang
menarik.

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 131

Kau mengikuti robot itu untuk menemui si kapten .


Kaptennya ternyata seorang wanita. Wanita manusia tapi
tampangnya benar-benar galak.
"Kau tertangkap saat memata- matai alat antigravitasi
rahasia," ia berkata dengan tegas. "Ganjarannya,adalah
hukuman mati di tempat. Ada yang ingin kaukatakan?"
Hukuman mati di tempat! Kau harus berusaha
menjelaskan kenapa kau ada di sini. Tapi bagaimana kalau
si kapten tidak percaya?
Mungkin lebih baik kau berlagak jadi awak baru yang
belum tahu aturan-aturan yang berlaku di sini.
Tentukan pilihanmu dengan cermat. Ini masalah
hidup dan mati!

__________________________________________
Kau mau coba berbohong? Bukalah HALAMAN 25.
Atau kau mau berterus terang? Kalau begitu, bukalah
HALAMAN 120.
Dingdong Matilah Kau - hal : 132

"Sejak kapan kau jadi bos?" Denny berkata sekali


lagi. "Ayo, Dad, teruskan saja!"
"Bersiap-siaplah untuk digoreng, mata-mata!" seru
ksatria di sebelah kananmu. Ia menyeretmu ke tepi
pelataran.
"Tunggu!" kau berseru. Kau berpaling kepada sang
raja. "Sebelum hukuman ini dilaksanakan, aku membawa
barang milik putra Yang Mulia."
"Tunggu!" sang raja memerintahkan. "Barang apa
itu?"
"Perhiasan mahal," kau menyahut. "Izinkanlah aku
untuk mengembalikannya."
"Yeah!" seru Denny. "Kembalikan padaku!"

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 14.
Dingdong Matilah Kau - hal : 133

Si guru berpaling kepadamu. "Berdirilah," robot itu


memerintahkan.
Kau bangkit dengan perasaan waswas. Kau menahan
napas ketika guru itu mulai bicara. Inilah saatnya. Bisakah
kau menjawab pertanyaannya, ataukah kau akan masuk
frammilizer?
"Pada zaman dulu pernah ada tukang sihir bernama
Morgred di Inggris. Dia mempunyai mantra untuk
menjelajahi waktu. Mantranya menggunakan tiga benda
ajaib. Sebutkan benda- benda itu. "
Morgred? Itu kan si tukang sihir dalam buku
GOOSEBUMPS berjudul, Semalam di Menara teror. Kau
masih ingat. Tapi bisakah kau mengingat jawaban atas
pertanyaan itu?
Kalau kau lupa, kau terpaksa menebak!
Coba ingat baik-baik, lalu jawab pertanyaan itu.

__________________________________________
Apakah ketiga benda tersebut pin, pipa, dan kentang?
Kalau kaupikir itu jawabannya, bukalah HALAMAN 103.
Atau mungkin tiga buah batu putih? Kalau itu jawabanmu,
bukalah HALAMAN 28.
Dingdong Matilah Kau - hal : 134

Kau harus membujuk Denny untuk kembali ke zaman


sekarang bersamamu. Tapi bagaimana caranya?
Tiba-tiba kau mendapat ide. "Denny," kau berkata
dengan tenang. “Aku mau kembali ke lab Dr. Peebles. Tapi
kau jangan ikut.”
"Kenapa?" Denny bertanya dengan curiga
"Itu bukan urusanmu,” kau berkata dengan nada
mengejek
“Nanti saja kau menyusul atau sekalian besok saja."
"Tidak bisa!" balas Denny dengan sengit. "Aku mau
ikut sekarang!"
"Pokoknya, kau tidak boleh ikut," ujarmu. "Aku mau
pergi, sendiri."
"TIDAK BISA!" seru Denny. "Aku mau ikut."
"Sori."
"Awas, nanti kuberi tahu Mom!" ia mengancam. "Kau
selalu mau jadi bos!"
"Ya sudah," kau berkata sambil pura-pura kesal.
"Pegang tanganku."
Denny meraih tanganmu sambil cengar cengir.
Kau menatap kronometer.
Empat puluh lima detik-masih banyak waktu. Dan
Denny bahkan tidak sadar bahwa ia telah menyiasati
dirinya sendiri!

TAMAT
Dingdong Matilah Kau - hal : 135

Astaga! Tikus! Peti-peti itu penuh tikus. Tikus-tikus


putih untuk digunakan dalam eksperimen di laboratorium.
Tiba-tiba kau mendapat ide. Secepat mungkin kau
membuka semua peti dan melepas tikus- tikus itu. Dalam
sekejap binatang-binatang itu sudah menyebar ke: seluruh
truk.
"Tolong! Tolong!" kau menjerit sambil menggedor-
gedor pintu belakang.
Apakah ada yang mendengar teriakanmu?

__________________________________________
Bukalah HALAMAN 107.

Anda mungkin juga menyukai