Anda di halaman 1dari 6

JALAN KELUAR

Hari itu. kuberdiri di suatu ruangan yang asing. Ruangan ini terlihat kotor dan berukuran
tidak lebih dari 10x10 meter. Apa mungkin ruangan ini berada di bawah tanah? Dugaan ku
ruangan ini terhubung pada Lorong-lorong dekat pertambangan yang terletak di bawah tanah.
Entahlah tidak ada yang tahu, ini hanya dugaan-dugaan yang kubuat di kepala ku saja. Tembok
ruangan ini lapisi oleh batu bata yang terlihat sudah melapuk. Warna ruangan ini terlihat hitam
gelap bercampur hijaunya lumut yang menutupi setiap ujung ruangan. Lumut Dan utaian jaring
laba-laba menghiasi sudut-sudut ruangan. Terdapat pintu yang terlihat rapuh pada masing-
masing sisi dari ruangan ini. Jalan gelap menuju tempat yang tak diketahui tertutup dibalik
rapuhnya pintu kayu . Jam diujung dinding ruangan menunjukkan tepat pukul 12 malam.
Untungnya aku tidak sendirian, ada beberapa orang tak kukenal yang juga terlihat kebingungan.

Aku sempat berpikir untuk berkenalan dan bertanya pada salah satu orang ini. Mana tau
ia ini dapat menjelaskan tentang keadaan yang sedang terjadi. Namun aku tidak berani untuk
bertanya. Mau dalam situasi biasa atau situasi mendesak, mimpi atau dunia nyata sepertinya
aku tidak memiliki keberanian untuk bertanya. Namun sepertinya bertanya pun tidak ada
gunanya. Semua orang sibuk menerka-menerka ruangan. Mungkin mereka juga sedang
berusaha untuk menemukan petunjuk tentang ruangan ini.

Aku berjalan pelan-pelan menelusuri ruangan kubus ini yang ukurannya tidak terlalu
besar. Entah sudah berapa Kali aku mengelilingi ruangan ini. Detik Dan menit berlalu, namun
aku juga tak yakin apakah konsep waktu bekerja pada ruangan ini. Tidak peduli seberapa keras
aku memikirkannya namun aku tidak dapat menentukan ingatan yang dapat menjelaskan
alasan aku bisa sampai pada ruangan ini. Seakan-akan langit yang mengirimku ke tempat ini
dengan alasan yang tidak jelas.

Kesunyian ruangan tiba-tiba diganggu oleh suara dentuman yang sangat kencang.
Semua orang terlihat kaget dan bingung tentu saja termasuk diriku. Suara tersebut berasal dari
pintu di sebelah sisi kanan ruangan. Dengan cepat beberapa orang berdiri dekat dengan pintu
tersebut berpindah ke bagian ruangan yang lebih jauh dari pintu. Beberapa detik setelah suara
dentuman terdengar semua orang diam di tempat mereka masing-masing. Dalam waktu yang
singkat ini semua orang mulai memikirkan pertanyaan dalam pikiran mereka masing-masing.
Berdasarkan kerasnya frekuensi suara yang terdengar dapat kita simpulkan bahwa sumber
suara tersebut berada pada tempat yang jaraknya tidak terlalu jauh. Selang beberapa detik
setelah dentuman kencang tadi, bunyi dentuman yang lainnya mulai berdatangan. Suara
tersebut mulai mendekat dan semakin membesar.

Jantungku berdetak dengan sangat kencang. Tidak ada yang tahu apa yang menunggu
kami di balik pintu tersebut. Menilai dari dentuman yang kita dengar, sepertinya suara itu
disebabkan oleh sesuatu yang besar. Apa suara tersebut dihasilkan dari suara terjatuh? Apa
mungkin barang terjatuh dapat mengeluarkan suara sekencang itu? Namun bunyi dentuman
tersebut terdengar bergerak mendekat. Mungkin lebih masuk akal jika kukatakan suara
tersebut berasal dari mahluk berukuran besar. Jika benar suara itu berasal dari suatu mahluk
yang hidup, mahluk apakah itu? Apakah sebuah raksasa? Beruang? Jika benar itu adalah mahluk
yang besar dan buas kemana aku bisa berlari? Apa aku harus masuk ke salah satu pintu
tersebut? Apa yang terdapat di balik pintu tersebut? Kepala ku terus memberikan pertanyaan
pada diriku sendiri. Siapa sih yang tidak khawatir disaat-saat seperti ini. Salah satu penyebab
utama manusia terus khawatir dan takut akan dunia ini adalah ketidak tahuan.

BRAKKK! Tanpa diberikan waktu untuk berpikir sejenak, tiba-tiba pintu tempat suara itu
berasal hancur lebur. Mahluk berukuran yang sangat besar tiba-tiba melaju sangat cepat dan
menghancurkan pintu di bagian sisi kiri juga. Mahluk ini bersisik dan memiliki ukuran yang
sangat besar. Saking besarnya tubuh mahluk tersebut memenuhi ruangan kotak ini sehingga
hanya bagian ujung-ujung ruangan lah yang tersisa. Entah apa nasib orang-orang yang tidak
sempat menghindar. Aku cepat-cepat berusaha membantu dua orang yang terjatuh dekat
diriku. Tanpa sempat membantu seseorang lainnya lagi tiba-tiba mahluk tersebut menyerang
dari belakang. BRAKKK! Tembok tersebut hancur lebur dan tanpa pikir Panjang aku langsung
merunduk untuk menyelamatkan diri.
Tanpa diberikan waktu untuk bernafas, mahluk tersebut membalikkan wajahnya dan
mengejar kami. Orang-orang yang masih selamat berlari berusaha menyelamatkan dirinya ke
arah yang berbeda-beda. Aku cepat-cepat berlari ke tembok dibelakangku yang telah hancur
lebur tertabrak mahluk tersebut. Dua orang yang kuselamatkan berlari ke arah yang sama
denganku. Namun tidak beruntungnya mahluk itu berbalik arah dan dengan cepat mengejar ke
arahku.

Aku tak sempat berbalik untuk melihat wajah mahluk tersebut ataupun sempat untuk
berpikir apapun. Aku berlari dengan sekuat tenaga berusaha menyelamatkan diri. Adrenaline
dan rasa panik membuatku tak sempat melihat apa yang ada didepanku. Dengan samar-samar
aku dapat melihat seperti apa kira-kira tempat dibalik pintu tersebut. Pintu pada sisi-sisi
ruangan tersebut terbuka menuju Lorong-lorong pembuangan air yang tidak ada ujungnya.
Lorong-lorong ini seperti membentuk labirin yang tidak memiliki jalan keluar. Lorong ini
tergenang oleh air dan dilapisi lumut berwarna hijau tua. Beberapa graffiti terlihat menghiasi
tembok ditambah dengan kaleng dan plastik buangan pada sekitar ujung selokan. Meskipun
ruangan ini tidak memiliki lampu namun aku masih dapat melihat dengan samar. Disepanjang
Lorong ini terdapat banyak pintu yang terbuat dari kayu yang sudah tua. Mungkin saja dibalik
pintu-pintu tersebut terdapat ruangan atau mungkin lebih banyak lagi Lorong-lorong yang
saling terhubung tanpa ujung.

Meskipun sudah berlari dengan sekuat tenaga tentu saja kecepatanku tidak melebihi
cepatnya mahluk mengerikan tersebut. Sambil berlari aku dapat mendengarkan suara mahluk
tersebut menabrak tembok Lorong di bagian kanan maupun kiri. Suara dentuman dan
runtuhnya tembok memenuhi seluruh Lorong. Kaki ku terus berputar seperti layaknya roda.
“Sampai kapan aku akan terus berlari?” pikirku. Aku seperti orang yang sedang berlari di rel
kereta tanpa ujung demi menghindari tabrakan kereta. Namun tetap saja akhirnya kereta
tersebut akan memgejarku. Tak peduli seberapa cepat atau seberapa lama aku dapat bertahan
tetap saja aku memiliki batas. Aku tidak tahu sampai kapan mahluk ini akan terus mengejarku.
Mungkin saja mahluk ini tidak memiliki batas. Jika aku terus berlari sambil menunggu mahluk ini
kehabisan tenaga sama saja aku seperti berjudi mempertaruhkan nyawa. Aku masih harus
pulang kerumah. Aku masih mempunyai banyak urusan yang belum kuselesaikan.
Solusi tersingkat yang dapat kupikirkan untuk menghindar dari kejaran mahluk tersebut
adalah dengan memasuki salah satu pintu ruangan pada lorong ini. Namun rencana ini memiliki
banyak resiko. Bagaimana jika pintu tersebut terkunci? Bagaimana jika aku tidak sempat
memasuki ruangan tersebut dan mahluk mengerikan tersebut melahapku terlebih dahulu?
Tidak ada jaminan pula bahwa setelah aku memasuki ruangan lain mahluk tersebut akan
berhenti mengejarku. Meskipun begitu jika aku tidak mencoba bukankah hasilnya akan sama?
Mahluk ini akan melahapku saat aku kehabisan tenaga. Aku tidak punya pilihan lain.

Pertama-tama untuk melaksanakan rencana ini aku perlu membuat jarak yang lebih
jauh dari mahluk ini agar aku memiliki waktu untuk membuka pintu. Dengan sekuat tenaga aku
mendorong diriku untuk berlari lebih kuat lagi agar aku dapat menciptakan jarak yang
diperlukan. Dengan susah payah aku akhirnya berlari lebih cepat dari sebelumnya dan akhirnya
terciptalah jarak yang menguntungkan diriku. Sebelum melambat aku cepat-cepat berlari
menyamping mendekat pada salah satu pintu.

Saat ku hendak mendorong pintu tersebut tiba-tiba kakiku tergelincir. Tanpa membuang
sedetikpun aku cepat-cepat menyeimbangkan diriku dan Kembali berlari. Akibat tergelincir kini
jarakku dengan mahluk tersebut semakin dekat. Jujur kegagalan selalu menjatuhkan
kepercayaan diriku. Aku hanya bisa tertawa dalam pikiran. Aku tidak habis pikir jika tadi aku
tidak sempat Kembali menyeimbangkan diri apa yang akan terjadi pada diriku? Apakah rencana
ini memang bisa dilakukan? Keadaan ku sekarang sangat menfrustasikan. Setelah beberapa
menit Kembali berlari aku berusaha menenagkan diriku dan mencoba rencanaku sekali lagi.
Karena kini aku tidak mempunyai jarak yang cukup mungkin ini akan menjadi usaha terakhirku.

“SEKARANG!” setelah memberi aba-aba pada diriku, aku cepat-cepat berlari ke pintu di
samping dan dengan cepat mendorong pintu tersebut. Pintunya terbuka! Aku dengan cepat-
cepat masuk lalu mengunci pintu kayu tersebut dari dalam. Mahluk itu melewati ruangan ini
dan dengan cepat lanjut mengejar dua orang lainnya yang berlari kearah yang sama denganku.
Betapa leganya diriku. Ruangan ini dipenuhi oleh kegelapan. Aku langsung meraba-raba tembok
berusaha mencari saklar lampu. CTEK! Suara saklar mengemma di seluruh ruangan diselingi
nyalanya lampu yang menyinari seluruh ruangan.
Aku berdiri terdiam selama beberapa detik. Ruangan ini terlihat seperti kamar mandi.
Ruangan ini berbentuk persegi Panjang dan dipenuhi oleh lumut. Terdapat tempat
penyimpanan air dengan gayung berwarna merah, wastafel, dan juga kaca. Satu kata yang
menjelaskan ruangan ini adalah mengerikan.

Ruangan ini dipenuhi oleh bercak-bercak darah mengering berbentuk tangan berwarna
coklat kemerahan yang memenuhi bagian bawah tembok ruangan. Tulang-tulang dan mayat
manusia saling bertumpuk satu sama lain di ujung-ujung ruangan. Wastafel pada ruangan ini
terlihat kotor dan tidak dapat digunakan. Namun beberapa tetes air terus menerus keluar dari
wastafel tersebut. Pada kaca kotor yang sedikit pecah terdapat tulisan yang ditulis oleh noda
darah yang entah apa bacanya. Apa mungkin tulisan tersebut dituliskan sebagai peringatan?

Apa hanya diriku? Namun aku lebih memilih untuk terus berlari dikejar mahluk
mengerikan daripada diam di ruangan ini. Ruangan ini memiliki suasana mengerikan dan sangat
horror. Jika saat diluar ruangan aku kelelahan fisik setelah berlari selama beberapa lama, hanya
beberapa detik diruangan ini membuatku sangat mual dan Lelah secara mental. Keadaan ruang
ini membuatku merasa takut dan sangat gelisah. Ketidak tahuan akan apa yang pernah terjadi
atau akan terjadi di ruangan ini membuatku risih. Namun, mungkin lebih baik aku tidak tahu.
Mungkin jika aku tahu, aku akan merasa lebih takut dari sekarang.

Aku berjalan ke dekat tempat penampungan air dan duduk disebelah bawahnya. Kini
aku hanya ingin beristirahat. Tidak ada apapun atau seorangpun yang dapat menjelaskan
padaku tentang segala hal yang sedang terjadi. Aku merasa frustasi dan tersesat. Aku seperti
sedang berada di dalam labirin mengerikan tanpa jalan masuk ataupun jalan keluar. Aku sudah
berusaha sekuat tenaga namun sepertinya tidak membuahkan hasil. Apa orang-orang yang
bersama denganku tadi selamat? Apakah mereka bersembunyi di ruangan atau apakah mereka
masih berlari? Apa mungkin aku masih dapat menemui salah satu dari mereka? Apakah
keadaan akan berbeda jika tadi aku masih berlari? Apakah tempat ini memiliki petunjuk?
….Apakah aku akan pernah keluar dari tempat ini? Beribu-ribu pertanyaan memenuhi pikiranku.
Beratnya beban pikiranku terus mendorongku kebawah.
Disaat aku merasa tidak ada solusi aku berdoa. Mengapa baru kupikirkan sekarang? Dari
awal aku hanya mengandalkan diri sendiri untuk memecahkan masalah. Disaat aku tidak bisa
menemukan jalan keluar dari masalah yang kuhadapi aku memejamkan mataku dan meminta
pertolongan padaNya. Hanya sosok yang maha kuasalah yang dapat memecahkan masalah
tanpa jalan keluar. Selang beberapa detik suasana terasa sangat sunyi dan tenang. Aku akhirnya
merasa sedikit lebih tenang.

Saat kubuka mataku betapa terkejutnya diriku. Kini aku berada diruangan tidurku.
Tubuhku basah dipenuhi keringat dan jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Langit
masih gelap dan matahari masih bersembunyi. Betapa leganya diriku, ternyata ini semua
hanyalah MIMPI.

Anda mungkin juga menyukai