Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM HIDROPONIK DAN GREENHOUSE

ACARA VI
PENGAMATAN DEFISIENSI UNSUR HARA

Mega Safitri
NIM A1D020091
Kelas D

PJ Asisten:
Regina Septiani Zahro
Imarotunnairoh

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
ACARA VI
PENGAMATAN DEFISIENSI UNSUR HARA

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum acara VI yaitu:


1. Mengidentifikasi gejala yang timbul dari defisiensi unsur hara makro.
2. Mengidentifikasi gejala yang timbul dari defisiensi unsur hara mikro.
3. Mengidentifikasi gejala yang timbul akibat toksisitas unsur hara.
4. Mendiagnosa dan mengevaluasi kembali konsentrasi pupuk yang
diaplikasikan.

B. LANDASAN TEORI

Tumbuhan membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan dan


perkembangannya. Terdapat 16 unsur yang merupakan unsur hara esensial
yang dapat dibagi menjadi unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro
relatif dibutuhkan tanaman seperti: C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S, sedangkan
unsur hara mikro sama pentingnya dengan unsur hara makro hanya dalam hal
ini tanaman hanya membutuhkan zat-zat ringan tersebut seperti: Fe, Mn, Bo,
Mo, Co, Zn dan Cl (Suarsana et al., 2019). Nutrisi dalam budidaya
menggunakan sistem hidroponik disediakan dalam bentuk larutan nutrisi.
Larutan nutrisi yang digunakan dalam sistem hidroponik adalah pupuk
anorganik yang terbuat dari garam mineral. Formulasi nutrisi hidroponik
adalah susunan nutrisi dalam larutan yang digunakan untuk menumbuhkan
tanaman ke ukuran yang "tepat". Ukuran yang tepat meliputi jenis yang tepat
dan kadar nutrisi yang tepat. Jenis unsur hara meliputi unsur Karbon (C),
Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium
(Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn),
Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Boron (B), Molibdenum (Mo), Nikel (Ni) dan
Klorin (Cl). Unsur C tidak dimasukkan dalam rumusan, unsur H dan O
dimasukkan dalam rumusan, tetapi tidak diperhitungkan, karena unsur H dan
O sudah ada dalam larutan. Unsur C diisi dengan udara, H diisi dengan molekul
air dan O dipenuhi dari air dan udara. Unsur N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Cu,
Zn, Co, B, Mo, Ni, dan Cl pada larutan nutrien hidroponik merupakan garam
larut air yang termasuk senyawa ionik. Budidaya secara hidroponik umumnya
menggunakan larutan hara berupa larutan hidroponik standar AB mix (Nugraha
& Susila, 2015).
Dalam sistem hidroponik, nutrisi diberikan dalam bentuk larutan nutrisi
yang tersedia untuk tanaman. Unsur hara yang diberikan mengandung semua
unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk mencapai pertumbuhan
yang optimal. Faktor keberhasilan budidaya sayuran hidroponik adalah nutrisi
yang digunakan. Nutrisi sangat penting untuk keberhasilan budidaya
hidroponik, karena tanpa nutrisi pertumbuhan tanaman akan terhambat dan
dapat memberikan hasil dan hasil tanaman yang kurang maksimal. Unsur hara
adalah unsur hara makro dan mikro yang harus ada untuk pertumbuhan
tanaman. Unsur hara dikatakan bergerak apabila unsur hara mampu berpindah
dari suatu bagian ke bagian lain sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan
tanaman (Qurrohman, 2017).
Pupuk adalah makanan untuk semua jenis tanaman. Pupuk diserap dan
dihisap oleh tanaman melalui “pori-pori” di ujung akar, daun dan seluruh
bagian tumbuhan di atas media. pemupukan adalah tindakan memberikan
nutrisi tambahan, atau dapat berkontribusi secara langsung atau tidak langsung
dalam memberikan makanan pada tanaman. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesuburan media untuk ditanami dan mendapatkan nutrisi yang
cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman.
Penyediaan pupuk dalam budidaya tanaman harus disesuaikan dengan
kesuburan media (Purba, et al., 2021).
Pupuk diberikan pada sayuran untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Dalam hidroponik, istilah pupuk disebut nutrisi. Penting
untuk menghitung dengan cermat jumlah masing-masing nutrisi sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Itu bukan hal yang mudah. Namun, petani tidak perlu
mempersulit semua perhitungan ini karena dapat menggunakan nutrisi siap
pakai. Nutrisi Hidroponik adalah pupuk hidroponik lengkap yang mengandung
semua unsur makro dan mikro yang diperlukan untuk tanaman hidroponik.
Pupuk tersebut diformulasikan secara khusus tergantung pada jenis dan fase
pertumbuhan tanaman. Pupuk hidroponik terdiri dari hara makro dan mikro
berupa 100% garam mineral yang larut dalam air (Herwibowo & Budiana,
2014).

C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan yang diperlukan meliputi tanaman kangkung dan pakcoy hidroponik


di greenhouse. Alat yang digunakan meliputi kamera, lup, Bagan Warna Daun
(BWD), SPAD, Plant Munsell Chart, pH meter, DHL (EC) meter, TDS meter, dan
alat tulis.

D. TATA LAKSANA PRAKTIKUM

Praktikum acara VI dilakukan dengan menggunakan prosedur, sebagai


berikut:
1. Pengumpulan data
a. Data iklim mikro meliputi suhu, kelembaban, serta data EC dan pH.
b. Data mengenai morfologi tanaman pada semua stadia pertumbuhannya
(normal atau abnormal).
c. Data mengenai gangguan berbagai penyakit terhadap tanaman.
d. Data mengenai riwayat pengaplikasian pestisida.
2. Mendeskripsikan gejala
a. Gejala defisiensi yang muncul pada organ tanaman dan letaknya (di bagian
pucuk daun atau daun tua)
b. Gejala toksisitas yang timbul pada organ tanaman dan letaknya (di bagian
pucuk daun atau daun tua)
c. Mencatat penampilan umum tanaman meliputi warna, ukuran, bentuk, dan
pola perkembangan gejala pada organ.
3. Diagnosis akhir.
a. Setelah semua informasi dikumpulkan, dibuat keputusan penyebab
masalah. Contoh: apabila gejalanya hanya pada single plant mungkin
karena variasi genetik tanaman. Gejala yang disebabkan oleh gangguan
hara umumnya terjadi pada banyak tanaman berhubungan dengan kondisi
kadar unsur hara pada larutan.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Tabel 1. Data iklim mikro, morfologi, gangguan OPT

Data Iklim Mikro


Tanggal Gangguan
Jenis Tanaman Sistem Intensitas
Pengamatan EC Suhu Kelembaban OPT
pH Cahaya
(µS/cm) ( C)
o
(%)
(Lux)

21-03-2023 Kangkung (Kontrol) Wick 2,05 5 195 30,4 80 Tidak ada,

NFT 1 2,26 5,7 246 31,5 74 Tidak ada

NFT 2 - - - - - Tidak ada

21-03-2023 Kangkung (Bio P) Wick 2,44 4,7 195 30,4 80 Tidak ada

NFT 1 2,26 5,7 246 31,5 74 Tidak ada

NFT 2 - - - - - Tidak ada

21-03-2023 Kangkung (Bio P) Wick 3,05 4,8 195 30,4 80 Tidak ada
NFT 1 2,26 5,7 246 31,5 74 Tidak ada

NFT 2 - - - - - Tidak ada

21-03-2023 Kangkung (Bio T) Wick 2,3 5,5 195 30,4 80 Tidak ada

NFT 1 2,26 5,7 246 31,5 74 Tidak ada

NFT 2 - - - - - Tidak ada

21-03-2023 Kangkung (Bio T) Wick 2,38 5,7 195 30,4 80 Tidak ada

NFT 1 2,26 5,7 246 31,5 74 Tidak ada

NFT 2 - - - - - Tidak ada

21-03-2023 Pakcoy (Kontrol) Wick 1,3 5,3 195 30,4 80 Tidak ada

NFT 1 2,50 5,2 246 31,5 74 Tidak ada

NFT 2 1,70 5,3 786 30,1 82 Tidak ada


21-03-2023 Pakcoy (Bio P) Wick 2,49 5 195 30,4 80 Tidak ada

NFT 1 2,50 5,2 246 31,5 74 Tidak ada

NFT 2 1,70 5,3 786 30,1 82 Tidak ada

21-03-2023 Pakcoy (Bio P) Wick 2,63 5,6 195 30,4 80 Tidak ada

NFT 1 2,5 5,2 246 31,5 74 Tidak ada

NFT 2 1,70 5,3 786 30,1 82 Tidak ada

21-03-2023 Pakcoy (Bio T) Wick 2,3 6,2 195 30,4 80 Tidak ada

NFT 1 2,50 5,2 246 31,5 74 Tidak ada

NFT 2 1,70 5,3 786 30,1 82 Tidak ada

21-03-2023 Pakcoy (Bio T) Wick 2,35 5,3 195 30,4 80 Tidak ada

NFT 1 2,50 5,2 246 31,5 74 Tidak ada


NFT 2 1,70 5,3 786 30,1 82 Tidak ada

Tabel 2. Deskripsi gejala

Tanggal Jenis Tipe Gejala pada Posisi


Sistem Foto
Pengamatan Tanaman Pertumbuhan Daun Daun

21-03-2023 Kangkung Wick Normal Tidak ada Tidak ada


(Kontrol) gejala gejala
NFT 1 Normal Tidak ada Tidak ada
gejala gejala

NFT 2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


gejala

21-03-2023 Kangkung Wick Abnormal Daun Daun


(Bio P) menunjukkan bagian
gejala klorosis bawah.
atau daun
menguning
yang sifatnya
seragam, yang
terjadi pada
daun tua
maupun muda
(Inaya et al.,
2021).
Pada daun
ditunjukkan
gejala terbakar
di antara urat
daun dan tepi
daun (Inaya et
al., 2021)

NFT 1 Normal Tidak ada Tidak ada

NFT 2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


gejala
21-03-2023 Kangkung Wick Abnormal Daun berwarna Daun
(Bio P) coklat bagian
kehitaman di bawah
bagian
ujungnya
(Armita et al.,
2022).

NFT 1 Abnormal Daun tanaman Daun


menguning bagian
atau klorosis bawah
(Khodijah et
al., 2022).

NFT 2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


gejala
21-03-2023 Kangkung Wick Normal Tidak ada Tidak ada
(Bio T) gejala gejala

NFT 1 Abnormal Daun berwarna Daun


hijau pucat atau bagian
hampir kuning bawah
(klorosis), serta
daun tidak
berkembang
(Sumiati et al.,
2023).

NFT 2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


gejala
21-03-2023 Kangkung Wick Abnormal Daun berwarna Daun
(Bio T) hijau terang bagian
hingga bawah
menguning
(klorosis)
(Armita et al.,
2022).
Daun terdapat
bercak
kecoklatan
yaitu gejala
terbakar dan Daun
mengering bagian
(Ariawan et al., bawah
2016).
NFT 1 Abnormal Ujung daun Daun
berwarna hijau bagian
terang hingga bawah
menguning
(Armita et al.,
2022).

NFT 2 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


gejala

21-03-2023 Pakcoy Wick Normal Tidak ada Tidak ada


(Kontrol) gejala gejala
NFT 1 Normal Tidak ada Tidak ada
gejala gejala

NFT 2 Abnormal Daun terbakar. Daun


Bagian tepi bagian
daun awalnya bawah
menguning
diikuti dengan
munculnya
bintik coklat
(nekrotik) yang
menandakan
sel jaringan
mati (Eka &
Anggraini,
2017)

21-03-2023 Pakcoy Wick Normal Tidak ada Tidak ada


(Bio P)

NFT 1 Abnormal Daun Daun


menguning. bagian
bawah.
NFT 2 Abnormal Daun Daun
menguning. bagian
bawah

21-03-2023 Pakcoy Wick Normal Tidak ada Tidak ada


(Bio P) gejala gejala

NFT 1 Abnormal Daun Daun


menguning bagian
(klorosis) dan bawah
tepi daun
mengering
(Andriani,
2017).
NFT 2 Normal Tidak ada Tidak ada
gejala gejala

21-03-2023 Pakcoy Wick Abnormal Daun Daun


(Bio T) menguning bagian
(hijau tidak bawah
sehat) (Rahman
et al., 2022).
NFT 1 Abnormal Daun berwarna Daun
hijau pucat bagian
(Rahman et al., bawah
2022).

NFT 2 Normal Tidak ada Tidak ada


gejala gejala
21-03-2023 Pakcoy Wick Abnormal Daun Daun
(Bio T) mengalami bagian
klorosis dan bawah
terdapat
beberapa daun
yang kering
(Ainun et al.,
2021).

NFT 1 Abnormal Daun berwarna Daun


hijau terang bagian
hingga bawah
menguning
(klorosis)
(Armita et al.,
2022).
NFT 2 Abnormal Tepi dan ujung Daun
daun bagian
menunjukkan bawah
gejala terbakar
(Ariawan et al.,
2016).

Diagnosis Gejala
1. Pakcoy kontrol NFT 2
Gejala defisiensi K terjadi pada daun tua. Bagian tepi daun awalnya menguning diikuti dengan munculnya bintik coklat
(nekrotik) yang menandakan sel jaringan mati. Kemudian bintik melebar disepanjang tepi daun yang mengalami
kecoklatan dengan tepi gelap (jaringan daun telah mati) yang dikelilingi oleh warna kuning (lapisan sel daun yang belum
mati). Namun, Bagian pertulangan daun tetap berwarna hijau (Eka dan Anggraini, 2017).
2. Packcoy perlakuan Bio P60 pada sistem NFT 1 dan NFT 2
Gejala kekurangan unsur N pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, mula-mula daun menguning dan mengering lalu
daun akan rontok dimana daun yang menguning diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas (Munir,
2016).
3. Kangkung perlakuan Bio-P60 pada sistem wick
Gejala kekurangan unsur N menunjukkan gejala klorosis dimulai dari daun yang paling tua dan paling bawah kemudian
berlanjut ke bagian atas tanaman, tanaman yang mengalami kekurangan nitrogen akan berwarna pucat, berwarna hijau
kekuningan, tidak hanya pada daun tetapi juga pada batang tanaman. Untuk gejala defisiensi unsur K ditunjukkan dengan
daun tua yang akan menunjukkan gejala terbakar (nekrosis) di antara urat daun dan tepi daun, semakin parah tingkat
defisiensi akan menyebabkan gejala nekrosis semakin meningkat (Inaya et al., 2021).
4. Kangkung perlakuan Bio-P60 pada NFT 1
Mengalami gejala kekurangan unsur hara N, yang membuat daun mengalami gejala klorosis yang membuat warna daun
tampak kekuningan karena kandungan klorofil nya rendah (Khodijah et al., 2022).
5. Kangkung perlakuan Bio-T10 pada sistem NFT 1
Mengalami defisiensi unsur hara N. Gejala yang tampak, yaitu daun berwarna hijau pucat atau hampir kuning (klorosis),
serta daun tidak berkembang. Gejala ini muncul pada daun bagian bawah atau daun tua. Defisiensi ini menyebabkan daun
tidak dapat berkembang dengan baik sehingga daun berukuran kecil (Sumiati et al., 2023).
6. Pakcoy perlakuan Bio-T10 pada sistem wick dan NFT 1
Mengalami defisiensi unsur hara N. Gejala yang tampak, yaitu daun tua atau daun bagian bawah menguning atau hijau
pucat (hijau tidak sehat) (Rahman et al., 2022).
7. Kangkung perlakuan Bio-P60 sistem wick
Mengalami defisiensi unsur hara K dimana muncul gejala ujung daun dewasa yang berwarna coklat seperti terbakar dan
daun coklat tersebut merupakan jaringan daun yang mati (Armita et al., 2022).
8. Kangkung perlakuan Bio-T10 pada sistem wick dan NFT 1
Mengalami defisiensi unsur hara N dan K dimana pada daun bagian bawah berwarna hijau muda hingga menguning
(klorosis). Hal tersebut sependapat dengan (Armita et al., 2022) dimana tanaman yang mengalami defisiensi unsur N
akan menunjukkan gejala klorosis (daun menguning) pada daun dewasa dengan gejala klorosis yaitu hijau muda hingga
kuning, semakin berat tingkat defisiensi yang terjadi daun tanaman akan semakin menguning dan dalam kasus yang parah
akan menyebabkan daun mengalami nekrosis. Selain itu, muncul bercak kecoklatan dimana daun terlihat kering dan
terbakar pada sisi - sisinya (Ariawan et al., 2016).
9. Pakcoy perlakuan Bio T-10 pada sistem wick, NFT 1, NFT 2
Mengalami defisiensi unsur hara N dan K. Gejala yang tampak yaitu pada daun bagian bawah mengalami klorosis yaitu
daun berwarna hijau muda hingga menguning dan tepi daun menunjukkan gejala terbakar. Hal tersebut sependapat
dengan (Ainun et al., 2017) dimana gejala defisiensi unsur K terjadi di daun tua. Gejala defisiensi unsur K adalah
munculnya bercak transparan pada daun, kemudian daun menjadi kering.
2. Pembahasan

Budidaya dengan sistem hidroponik di perkotaan merupakan salah


satu kegiatan pertanian yang menjadi alternatif solusi yang cocok untuk
mengatasi masalah keterbatasan lahan pertanian di perkotaan (Krismawati,
2012). Golongan tanaman yang sering dibudidayakan dengan sistem
hidroponik adalah sayur-sayuran. Dalam penerapannya, hidroponik
mengutamakan hasil produksi yang berkualitas tinggi, bebas dari bahan
kimia sintetik yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga dalam
penerapannya semua bahan berasal dari bahan organik dan tidak
mengandung pestisida (Susila, 2004 dalam Nurlaili et al., 2020).
Unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman terbagi menjadi dua yaitu
unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro merupakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak
sedangkan unsur hara mikro merupakan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang sedikit. Unsur hara makro essensial pada
tanaman adalah nitrogen (N), posphor (P), dan kalium (K). Hal ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Jamili et al., (2017) bahwa unsur hara N,
P dan K merupakan unsur hara esensial yang sangat berperan pada
tanaman terutama pada fase vegetatif dan generatif. Tando (2018) pun
menyatakan bahwa unsur hara makro merupakan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak antara lain, Fosfor (P), Kalium
(K), Nitrogen (N) belerang (S), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg). unsur
hara primer (N, P, K) dan unsur hara sekunder (S, Ca, Mg), sedangkan
yang tergolong unsur hara mikro (dibutuhkan dalam jumlah kecil, antara
lain besi (fe), boron (B), mangan (Mn) seng (Zn), tembaga (Cu) dan
molybdenum (Mo). Nutrisi dalam hidroponik dibagi menjadi 2 yaitu
nutrisi yang mengandung unsur makro dan yang mengandung unsur
mikro. Nutrisi yang mengandung unsur makro yaitu nutrisi yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti N, P, K, S, Ca, dan Mg. Nutrisi
yang mengandung unsur mikro merupakan nutrisi yang dibutuhkan dalam
jumlah yang sedikit seperti Mn, Cu, Zn, Cl, Cu, Na dan Fe (Hidayanti &
Trimin, 2019).
Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan bahan berupa
makanan bagi tumbuhan untuk melanjutkan hidupnya. Penggunaan pupuk
pada waktu yang tepat, dosis yang tepat, dan cara aplikasi yang tepat akan
menentukan efektivitas pupuk yang digunakan. Berbeda dengan defisiensi,
toksisitas hara yang terjadi pada tanaman biasanya berupa mikronutrien.
Hal ini karena unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah yang sangat
sedikit (0,01% dari berat kering tanaman), sehingga peningkatan unsur
hara mikro dalam jumlah sedang akan menyebabkan keracunan.
Peningkatan kandungan mikronutrien sekitar 10% dari tingkat kebutuhan
tanaman akan mengurangi bahan kering jaringan tanaman. Gejala
keracunan tanaman juga berbeda dengan gejala defisiensi, yang relatif sulit
diidentifikasi secara visual (National Council of Educational Research and
Training, 2021).
Gangguan nutrisi pada tanaman menjadi perhatian besar bagi petani
di seluruh dunia, selain masalah-masalah penting lainnya. Sistem
pertanian dengan menanam terus menerus dan peningkatan intensitas
pertanian menambah masalah gangguan nutrisi. Di satu sisi, hal ini
menyebabkan beberapa defisiensi nutrisi, dan di sisi lain, menyebabkan
toksisitas dimana sebelumnya di area ini nutrisi tidak menjadi masalah.
Dalam situasi seperti itu, petani modern, serta ilmuwan pertanian,
membutuhkan informasi untuk membantu mereka memutuskan apakah
tanaman di lapangan menderita gangguan hara atau tidak. Gejala defisiensi
dan toksisitas unsur hara seringkali dapat digunakan untuk tujuan tersebut
(Grundon, 1987 dalam Wiraatmaja, 2017).
Defisiensi unsur hara juga dapat bersumber dari media tanam,
sehingga pada saat media tanam dalam hal ini tanahnya hilang atau
kelebihan (keracunan) zat gizi tertentu akan mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Pada umumnya tumbuhan mengalami
kekurangan unsur hara karena ketersediaan unsur hara tersebut di dalam
tanah rendah. Tapi kehadiran nutrisi dalam jumlah besar di dalam tanah,
tidak dapat menjamin tanaman tersebut akan terhindar dari keadaan
defisiensi nutrisi karena keadaan defisiensi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor dan dapat dipengaruhi oleh cekaman biotik dan abiotik
(Mia, 2015), misalnya gangguan tanah, misalnya pH tanah yang terlalu
rendah (asam), kondisi tanaman dan infeksi penyakit. Kekurangan nutrisi
juga dapat terjadi karena toksisitas nutrisi esensial tertentu atau nutrisi
non-esensial yang mungkin menjadi terhambatnya penyerapan unsur hara
esensial yang dibutuhkan tanaman (Yi et al., 2020; Rakesh et al., 2021).
Pada praktikum hidroponik dan greenhouse acara VI dilakukan
pengamatan defisiensi unsur hara. Praktikum dilakukan dengan
mengamati adanya gejala defisiensi dan toksisitas pada tanaman kangkung
dan tanaman pakcoy yang dibudidayakan secara hidroponik dengan sistem
NFT dan wick. Secara keseluruhan, tanaman pakcoy dan kangkung
mengalami gejala defisiensi unsur N dan K. Pada tanaman kangkung yang
mengalami defisiensi unsur N pada daun bagian bawah/daun tertuanya
berwarna pucat, berwarna hijau kekuningan, tidak hanyak pada duan tetapi
juga pada bagian batang tanaman. Sedangkan pada tanaman pakcoy yang
mengalami kekurangan unsur N memiliki ciri-ciri yang hampir sama
dengan tanaman kangkung yang membedakan hanya pada tanaman
pakcoy yang mengalami defisiensi unsur N akan terlihat kerdil. Bagian
daun yang mengalami defisiensi unsur hara N mengalami klorosis pada
bagian daun tertuanya.
Pada tanaman kangkung dan pakcoy yang mengalami defisiensi
unsur K terlihat bahwa daun tertuanya berwarna coklat seperti terbakar dan
daun coklat tersebut adalah jaringan daun yang sudah mati. Sedangkan
pada tanaman pakcoy defisiensi unsur hara K memunculkan gejala pada
bagian tepi daun berwarna kuning yang diikuti dengan munculnya bintik
coklat yang menandakan sel jaringan sudah mati. Lama-kelamaan bintik
coklat tersebut akan melebar disepanjang tepi daun yang mengalami
kecoklatan dengan bagian tepinya gelap namun tulang daun pakcoy masih
berwarna hijau. Pada tanaman pakcoy dan kangkung yang dibudidayakan
hanya mengalami defisiensi unsur hara dan tidak terdapat adanya
tosksisitas unsur hara.
Proses identifikasi terhadap gejala defesiensi nutrisi tanaman secara
umum dapat dilakukan melalui dua metode diagnosis yaitu secara kasat
mata (visual) dan analisis jaringan organ tanaman. secara visual melihat
secara langsung hambatan pertumbuhan tanaman dilapangan, sedangkan
secara analisis jaringan dapat melihat respon fisiologis tanaman di
laboratorium (Aliyaman, 2021). Diagnosis visual untuk toksisitas unsur
hara hanya dapat dilakukan dengan pengamatan gejala visual pada daun
tua atau daun dewasa, berbeda dengan gejala defisiensi. Hal tersebut
disebabkan karena gejala visual defisiensi lebih spesifik, serta terjadinya
toksisitas satu unsur hara tertentu akan menginduksi defisiensi unsur hara
yang lain (Marschner, 2012 dalam Armita, et al., 2022).
Unsur N merupakan unsur hara terbanyak yang dibutuhkan tanaman
setelah C, H dan O. Tanaman memanfaatkan nitrogen dalam bentuk urea,
nitrat dan amonium. Senyawa nitrat dan amonium umum digunakan dalam
nutrisi hidroponik, sedangkan urea tidak digunakan pada hidroponik
karena urea dimanfaatkan tanaman apabila telah terhidrolisis oleh enzim
urease menjadi amonium. Keberadaan mikroorganisme yang mengubah
urea menjadi amonium pada hidroponik terbatas populasinya atau bahkan
tidak ada. Kebutuhan tanaman terhadap unsur nitrogen pada ase vegetatif
lebih besar dibandingkan dengan fase generatif. Seiring dengan
pertumbuhan tanaman kebutuhan nitrogen akan berkurang (Qurrohman,
2017).
Defisiensi unsur N menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat,
warna daun hijau muda (pucat) karena N merupakan bagian integral dari
klorofil. Apabila defisiensi berlangsung dalam jangka waktu lebih lama
daun akan menguning dan berguguran. Apabila kelebihan unsur N dapat
menyebabkan pertumbuhan vegetatif berlangsung lebih lama, tanaman
mudah rebah, defisiensi unsur K, serta mudah terserang hama dan
penyakit. Pada Ilustrasi contoh kondisi daun yang mengalami defisiensi
akan tetapi gejala yang muncul tidak akan persis sama untuk seluruh jenis
tanaman. Hasil yang akurat mengenai kondisi hara didapatkan dengan cara
analisis jaringan tanaman di laboratorium (Jones, 2005 dalam Qurrohman,
2017).
Unsur kalium (K) pada sebagian tanaman hampir sama dengan
kebutuhan N. Unsur kalium berperan dalam semua fase pertumbuhan
tanaman terutama peralihan dari fase vegetatif ke generatif. Unsur K
berperan dalam metabolisme tanaman sebagai aktivator enzim, mengatur
turgor tanaman, sangat vital dalam proses fotosintesis dan pembentukan
karbohidrat, berperan dalam efisiensi penggunaan air kaitannya dengan
membuka dan menutup stomata, dan meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap serangan hama dan penyakit (Moekasan & Prabaningrum, 2011;
Winarso, 2005 dalam Qurrohman, 2017).
Rasio unsur makro K terhadap N total menurut Sutiyoso (2006)
dalam Qurrohman, (2017) rasio K/N untuk sayuran daun dan sayuran
batang 1,3 -1,4, rasio K/N sayuran bunga dan sayuran buah 1,8. Defisiensi
unsur K pada tanaman menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan
penyakit, pertumbuhan terhambat, pembentukan pati terganggu, suhu di
dalam daun meningkat sehingga menyebabkan ujung daun seperti
terbakar. Gejala yang terlihat adalah munculnya bercak-bercak nekrotik
berwarna coklat pada daun dan batang tua.
Selain melakukan identifikasi tanaman yang mengalami defisiensi
tanaman, dilakukan pula pengamatan dengan mengambil data iklim mikro
seperti, EC, pH, intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban, dan juga
mengamati pertumbuhan (normal atau abnormal) morfologi dari tanaman
kangkung dan pakcoy. Pada hasil pegamatan dikatakan bahwa tanaman
mengalami defisiensi unsur hara N dan K karena nilai EC dari larutan lebih
rendah dibandingkan dengan niali EC normal. Namun, gejala defisiensi
yang terlihat pada tanaman belum terlalu parah karena tanaman masih
tumbuh normal. Gejala defisiensi yang terlihat pada tanaman sudah dapat
dikatakan mengalami defisiensi unsur hara N dan K.
Parameter pH yang diamati berdasarkan pada data iklim mikro
tanaman kangkung memang cenderung sedikit asam. Parameter pH
berperan pada penyerapan larutan nutrisi oleh akar tanaman. Nilai pH pada
tanaman pakcoy berada pada rentang 6-7 (Istarofah and Salamah, 2017).
Parameter pH pada hidroponik penting karena berfungsi sebagai
penghantar nutrisi ke akar tanaman. Nilai pH setiap tanaman berbeda-
beda. Hal ini dikarenakan kemampuan akar tanaman yang berbeda pula
dalam menyerap ion-ion dalam larutan nutrisi. Nilai pH dapat ditingkatkan
dengan menambahkan larutan basa seperti kalium hidroksida, serta nilai
dapat diturunkan dengan menambahkan larutan asam seperti asam fosfat
(Nugraha, 2014). Pengukuran dan pengendalian nilai pH menggunakan
sensor pH. Nilai pH sangat mungkin berubah-ubah karena larutan nutrisi
dalam sistem hidroponik memiliki kapasitas penyangga (buffering) yang
rendah (Kaiser & Ernst, 2016). Perubahan pH (pH swing) dalam sistem
budidaya hidroponik dapat pula disebabkan oleh temperatur udara. Selain
itu, ion yang dikeluarkan oleh tanaman akan mempengaruhi pH larutan
hara hidroponik dan tekanan osmotik tanaman (Purbajanti et al., 2017).

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum hidroponik dan


greenhouse acara VI adalah:
1. Gejala dari defisiensi unsur hara makro nitrogen dan kalium terlihat
pada tanaman kangkung dan pakcoy.
2. Gejala tersebut disebabkan pemupukan yang kurang tepat pada kadar
AB Mix yang diberikan, serta monitoring hara yang tidak efektif.
2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara VI ini adalah


sebelum melakukan praktikum, praktikan harus memahami dan
mengetahui hal yang akan dilakukan. Mengetahui cara melakukan
identifikasi terhadap defisiensi unsur hara secara spesifik pada tanaman
dan juga harus memperhatikan intruksi dari asisten agar praktikum
berjalan dengan lancar dan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Ainun, A., Walida, H., Dalimunthe, B. A., & Rizal, K. 2021. Hara Status of
Potassium Absorption In Producing Palm Oil Plant In Perlabian Village,
Kampung Rakyat District, Labuhanbatu Selatan District. Ziraa'ah
Majalah Ilmiah Pertanian, 46(2): 193-197.
Aliyaman. 2021. Pengaruh mineral nutrisi nitrogen dan besi terhadap sifat fisiologis
dan pertumbuhan tanaman terong lokal Buton (Solanum melongena L.).
Sang Pencerah, 7(3): 359-370.
Andriani, V. 2017. Pertumbuhan dan kadar klorofil tanaman pakcoy (Brassica rapa
L.) terhadap cekaman NaCl. Jurnal Stigma, 10(2):58-67.
Ariawan, R., Thaha, A. R., Prahastuti, S. W., & Made, I. 2016. Pemetaan Status
Hara Kalium Pada Tanah Sawah Di Kecamatan Balinggi, Kabupaten
Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Doctoral dissertation,
Tadulako University.
Armita, D., Wahdaniyah, H., & Al Amanah, H. 2022. Diagnosis visual masalah
unsur hara esensial pada berbagai jenis tanaman. Teknosains: Media
Informasi Sains dan Teknologi, 16(1): 139-150.
Eka, M. & Anggraini, N. 2017. sistem pakar identifikasi defisiensi unsur hara pada
tanaman kopi menggunakan metode certainty factor berbasis web. Jurnal
Sains & Informasi, 1(2): 223-236.
Herwibowo, K., & Budiana, N.S. 2014. Hidroponik Sayuran. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Hidayanti, L., & Trimin, Ka. 2019. Pengaruh nutrisi ab mix terhadap pertumbuhan
tanaman bayam merah (Amaranthus tricolor L.) secara hidroponik. Jurnal
Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 16(2).
Inaya, N., Armita, D. and Hafsan, H., 2021. Identifikasi masalah nutrisi berbagai
jenis tanaman di Desa Palajau Kabupaten Jeneponto. Filogeni: Jurnal
Mahasiswa Biologi, 1(3): 94-102.
Istarofah, I. & Salamah, Z. 2017. Pertumbuhan tanaman sawi hijau (brassica juncea
l.) dengan pemberian kompos berbahan dasar daun paitan (Thitonia
diversifolia). Biosite Biologi Sains Terapan, 3: 39-46.
Khodijah, N. S., Arisdandi, R., Saputra, H. M., & Santi R. 2022. Pertumbuhan dan
hasil kangkung akuaponik dengan perlakuan berbagai jenis pupuk foliar
dan padat tebar lele pada sistem budikdamber lele-kangkung. Jurnal
Kultivasi, 21(1): 105-112.
Munir, M. S. 2016. Klasifikasi kekurangan unsur hara N, P, K tanaman kedelai
berdasarkan fitur daun menggunakan jaringan syaraf tiruan. Skripsi.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
National Council of Educational Research and Training. 2021. Biology. In Mineral
Nutrition (Chapter 12, pp. 194-205). New Delhi: NCERT.
Nugraha, R. U. & Susila A. D. 2015. Sumber sebagai hara pengganti AB mix pada
budidaya sayuran daun secara hidroponik. J. Hort. Indonesia, 6(1): 11-19.
Purba, T., Ningsih, H., Purwaningsih, Junaedi, A.S., Gunawan, B., Junairiah,
Firgiyanto, R., & Arsi. 2021. Tanah dan Nutrisi Tanaman. Medan:
Yayasan Kita Menulis.
Qurrohman, B.F.T. 2017. Formulasi Nutrisi Hidroponik AB Mix dengan Aplikasi
MS Excel dan Hydrobuddy. Yogyakarta: Plantaxia.
Rahman, N. A., Umar, M. Z., Putri, R. M. E., & Fevria, R. 2022. Budidaya
hidroponik tanaman pakcoy (Brassica rapa L.) menggunakan sistem
nutrient films technique (NFT). In Prosiding Seminar Nasional Biologi,
743-750.
Rakesh, S., Pareek, N. K., & Rathore, R. S. 2021. Visual nutrient deficiency
symptoms in plants. Agrospheres: E-Newsletter, 2(4): 42–45.
Suarsana, M., Parmila, I. P., Gunawan, K. A. 2019. Pengaruh konsentrasi nutrisi
AB mix terhadap pertumbuhan dan hasil sawi pakcoy (Brassica rapa L.)
dengan hidroponik sistem sumbu (wick system). Agricultural Journal,
2(2): 98-105.
Sumiati, Salsabila, M. F., & Surur, A. 2023. Determination of chlorophyll levels of
water kale plants (ipomoea aquatica forkss) experiencing nutrient
deficiencies. Jurnal Biologi Tropis, 23(1): 186-191.
Wiraatmaja, I. W. 2017. Defisiensi dan Toksisitas Hara Mineral Serta Responnya
Terhadap Hasil. Bahan Ajar. Fakultas Pertanian, Universitas Udayana,
Denpasar.
LAMPIRAN

Lampiran 1. ACC
Lampiran 2. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai