Anda di halaman 1dari 55

Pengelolaan

Sampah Organik
dan anorganik
Legal Aspect

Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan


▰ Mengedepankan pengurangan sampah.
▰ Setiap orang dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah
tangga wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara berwawasan lingkungan.
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga.
▰ Pengurangan sampah : pembatasan timbulan, pendaur ulangan sampah; dan/atau
pemanfaatan kembali sampah
▰ Penanganan Sampah : pemadatan, pengomposan, daur ulang materi dan daur ulang
energi.
Legal Aspect

Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
▰ Target pengurangan dan penanganan sampah: 30% - 70% pada tahun 2025.
▰ Strategi Pengurangan : penguatan keterlibatan masyarakat melalui komunikasi,
informasi, dan edukasi.
▰ Strategi Penangangan : Penerapan Teknologi Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Rumah Tangga.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
▰ Lampiran Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah.
Pengertian

Sampah Rumah Tangga


Sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, yang
tidak termasuk tinja dan dan Sampah Spesifik.

Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga


Adalah sampah rumah tangga yang berasal dari Kawasan komersial, Kawasan
industry, Kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas
lainnya.

Sampah Organik
Adalah jenis sampah yang Berasal dari sisa mahluk hidup yang terdapat
dialam , seperti tumbuhan dan hewan, serta berbagi macam hasil olahan
yang kemudian dibuang dan dapat terurai secara alami oleh bakteri atau
tanpa bakteri.
Pengelolaan
Sampah
Organik dan
anorganik
Sampah Sisa Makanan (Dapur)

Sampah Dedaunan (Taman)

Jenis Sampah Organik


Jenis Pengolahan Sampah Organik

JENIS METODE PRODUK


WINDROW
DRUM KOMPOSTER
HUMUS (KOMPOS)
PROSES AEROB
KERANJANG SUSUN
BATA BERONGGA

SAMPAH ORGANIK PROSES ANAEROB ANAEROBIC DIGESTER BIOGAS

Teknologi pengolahan sampah


organik di TPS 3R secara umum
dapat dikategorikan menjadi 3 jenis
yaitu:
1. Proses Aerob (Membutuhkan
Oksigen)
BUDIDAYA CACING
2. Proses Anaerob (Minim BUDIDAYA UNTUK PAKAN PAKAN TERNAK
Oksigen) TERNAK
3. Pakan Ternak BUDIDAYA BELATUNG
Dasar Pertimbangan Memilih Teknologi Pengolahan Organik

Pemanfaat
Input Sampah Produk Kerumitan Lahan
Produk

Sampah
Makanan & Kompos + + +
Taman
Sampah
Makanan & Kompos + + +
Taman
Sampah
Makanan & Kompos + + +
Taman
Sampah
Makanan & Kompos + + +
Taman

Biogas
Sampah Sludge
++ + +++
Makanan Limbah/
Pupuk Cair

Sampah Biomasa Cacing


++ ++ ++
Makanan Kompos

*Referensi: Paparan Teknologi Pengomposan; Sri Wahyono (BPPT) Sampah Biomassa


++ ++ ++
Makanan Belatung
8

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Kompos
Kekurangan dari Aerator Bambu:
▰ Kontruksi lebih mudah
▰ Kemudahan operasi

Kekurangan dari Aerator Bambu:


▰ Membutuhkan ruang yang besar.
▰ Cenderung tidak rapi dan membutuhkan
disiplin dalam operasional monitoring.
KOMPOS adalah Bentuk akhir ▰ Rotasi aduk kompos harus dilakukan
dari bahan-bahan sampah berkala.
organik domestik setelah
mengalami dekomposisi
(penguraian/pelapukan).
Pengelolaan
Sampah
Organik dan
anorganik
METODE PENGOMPOSAN (AEROBIK)

PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK


Pengelolaan
Sampah
Organik dan
anorganik

METODE PENGOMPOSAN (AEROB)

WINDROW DRUM KOMPOSTER KERANJANG SUSUN BATA BERONGGA


Pengelolaan
SNI 19-7030-2004 Sampah
Organik dan
anorganik

PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS

SNI 19-7030-2004 PERATURAN MENTERI PERTANIAN


NOMOR : 70/Permentan/SR.140/10/2011
TANGGAL : 25 Oktober 2011
Pengelolaan
Sampah
Organik dan
anorganik

KOMPOS adalah Bentuk akhir dari bahan-bahan sampah


organik domestik setelah mengalami dekomposisi
(penguraian/pelapukan)
13

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Kompos

▰ Meningkatkan pertumbuhan tanaman.


Fungsi ▰ Meningkatkan asam amino yang sekaligus

Nitrogen (N)
protein pada tanah.

▰ Meningkatkan produksi dedaunan sehingga


pada cocok untuk tanaman sayur mayur.

▰ Meningkatka aktifitas organisme dalam tanah


tanaman penyebab kesuburan.

▰ Membantu proses sintesis.

▰ Memberikan warna pada tanaman.

▰ Memberikan umur panjang pada tanaman.

▰ Dapat meningkatkan kadar pH tanah.


14

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Kompos

Fungsi Fosfor (P) ▰ Pembentukan bunga dan buah.


▰ Bahan pembentuk inti sel dan dinding sel.
pada tanaman ▰ Mendorong pertumbuhan akar muda &
pemasakan biji pembentukan klorofil.

Fungsi Kalium (K) ▰



Meningkatkan proses fotosintesis
Mengefisiensikan penggunaan air
pada tanaman ▰ Membentuk batang yang lebih kuat
▰ Sebagai aktivator berbagai sistim enzim
▰ Memperkuat akar sehingga tanaman lebih
tahan rebah
▰ Meningkatkan ketahan terhadap penyakit
15

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Kompos

Nitrogen (N) ▰ Dedaunan/sayuran yang berwarna hijau.

▰ Azolla, Jerami, kacang kacangan, dll.

Fosfor (P) dan ▰ Labu, kacang-kacangan.

Kalium (K) ▰ Ampas tebu, batang pisang.

▰ Sabut kelapa.
16

Prinsip Metode Pengomposan Aerob

Prinsip yang harus diperhatikan:


1. Kelembapan (kadar air) optimum pada 55%
2. Kandungan oksigen (mengandung 50% oksigen)
3. Suhu/Temperatur (temperatur terbaik 50 – 700C)
4. Rasio C/N (Karbon/Nitrogen) optimal 30.
5. pH (Keasaman) = 6 – 8
6. Ketersediaan mikroba (mikroba eksisting dinilai cukup,
tidak perlu penambahan starter)
7. Ukuran bahan baku; 2 – 5 cm
8. Ukuran tumpukan; lebar 2,5 – 3,5 m; tinggi 1,25 – 2 m;
panjang > 3 m
17

Prinsip Metode Pengomposan Aerob

1. Kelembapan (kadar air)


Kadar air
timbunan Proses Pengomposan Pembalikan
sampah (%)
< 20 Pengomposan tidak berjalan Perlu ditambahkan air
20 – 40 Pengomposan berjalan Perlu ditambahkan air
lambat
40 – 60 Pengomposan berjalan baik Pembalikan interval 3 hari
60 – 70 Pengomposan menurun Pembalikan interval 2 hari
> 70 Pengomposan tidak berjalan Tambahkan material organik
kering, Pembalikan Tiap hari
18

2. Ketinggian tumpukan berkisar antara 1,25 – 2 m. Pembalikan tumpukan dilakukan sekitar 3 – 5


hari sekali.
Prinsip Metode Pengomposan Aerob
3. Suhu
Fase Termofilik -> Dalam 2 minggu awal suhu akan mencapai 70oC, 2 minggu kemudian suhu
akan menurun hingga 45oC.
Fase Pematangan -> 2 minggu kemudian suhu akan turun, tumbuh jamur (fungi) pada awal fase,
kompos siap diayak dan dimanfaatkan
4. Rasio C/N
C = Sumber Energi (karbohidrat (Nasi));
N = Pertumbuhan Sel (protein (Lauk-Pauk));
Rasio C/N pengomposan ideal = 20 – 40, jika lebih atau kurang proses pengomposan lambat;
Rasio C/N sampah makanan = 35, sampah buah = 15;
Rasio C/N kotoran hewan =18;
Rasio C/N potongan rumput = 20, daun baru jatuh = 40;
Kesimpulan komposisi campuran = Sampah Makanan : Dedaunan = 1 : 1
19

Prinsip Metode Pengomposan Aerob

WINDROW
1. Sampah organik sisa makanan & potongan rumput/daun jatuh
dicampurkan dengan komposisi 1 : 1

Windrow di UPS 1. Sampah ditumpuk membentuk gundukan. Satu gundukan didesain


Depok (DLH Depok) untuk menerima sampah organic selama 2 hari (contoh desain
ukuran: panjang x lebar x tinggi = 3 x 3 1,5 m, untuk sampah organic
6 m3/hari.

Windrow Caspary BPPT


(Sri Wahyono) 1. Setelah gundukan penuh, sampah didiamkan dengan mengukur suhu
harian dan memeriksa kelembapan. Suhu akan naik hingga 50 – 60o c
dalam 5 hari pertama. Pastikan kelembapan 50%, perumpamaan
seperti busa cuci piring yang diperas.
Windrow dengan
Bambu (TPS 3R)
20

Prinsip Metode Pengomposan Aerob

4. Lakukan pembalikan setelah 1 gundukan penuh berumur 3 hari agar


terjadi proses oksidasi sehingga kerja bakteri dapat lebih optimal.
Lakukan juga penyiraman setelah pembalikan berlangsung.

4. Lakukan proses diatas berulang hingga total umur gundukan 30 hari.


Setelah itu gundukan dibongkar dan kompos disaring. Kemudian
hasil saringan ditumpuk di area pematangan dan didiamkan selama
10 hari. Kemudian dimasukkan kedalam karung untuk siap
dimanfaatkan.

Dari riset lapangan BPPT, dengan dimensi ukuran tumpukan sampah


yang biasa diterapkan, aerasi alamiah masih dapat berlangsung
baik tanpa terowongan bambu.
Kesimpulan: Terowongan Bambu Tidak Diperlukan
21

Prinsip Metode Pengomposan Aerob

Pada prinsipnya metode drum komposter, keranjang susun, dan bata berongga juga sama dengan
prinsip pengomposan dengan metode windrow.

Yang membedakan adalah dari sisi penggunaan peralatan/bahan untuk membentuk tumpukan
kompos sehingga terlihat lebih rapi. Kelebihan metode ini adalah pembalikan/pengadukan hanya
dilakukan pada media drum/keranjang/bata berongga, tidak dipindah seperti pembalikan
gundukan pada windrow.

DRUM KOMPOSTER KERANJANG SUSUN BATA BERONGGA


22

Prinsip Metode Pengomposan Aerob

Untuk Keranjang Susun, dapat ditumpuk hingga 3 – 4 tingkat untuk


mengefektifkan pemakaian ruangan. Tumpukan paling atas dapat
ditutup dengan media seperti keset berbahan ijuk.
KERANJANG SUSUN
1. Sampah organik sisa makanan & potongan rumput/daun jatuh
dicampurkan dengan komposisi 1 : 1
2. Sampah ditumpuk dalam media drum/keranjang/bata berongga. Satu
tumpukan dalam 1 unit media didesain untuk menerima sampah
organik selama 2 hari.
3. Setelah media penuh, sampah didiamkan dengan mengukur suhu
harian dan memeriksa kelembapan. Suhu akan naik hingga 50 – 60o c
dalam 5 hari pertama. Pastikan kelembapan 50% perumpamaan
seperti busa cuci piring yang diperas.
23

Prinsip Metode Pengomposan Aerob

4. Lakukan pengadukan menggunakan cangkul/sekop setelah 1 media


penuh berumur 3 hari agar terjadi proses oksidasi sehingga kerja
bakteri dapat lebih optimal. Lakukan juga penyiraman setelah
KERANJANG SUSUN pengadukan berlangsung.

4. Lakukan proses diatas berulang hingga total umur 30 hari. Setelah


itu kompos diambil dan disaring. Kemudian hasil saringan ditumpuk
di area pematangan dan didiamkan selama 10 hari. Kemudian
dimasukkan kedalam karung untuk siap dimanfaatkan.
24

Kelebihan dan Kekurangan

Kriteria Windrow Drum Komposter Keranjang Susun Bata Berongga

Biaya Pembuatan + +++ +++ +++


Biaya Operasional + + + +
Kerumitan + + ++ ++
operasional
Pemakaian Lahan + +++ + +++
Resiko ++ + + +
Ketidaknyamanan
25

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Kompos

Gambaran umum tahapan pengolahan

Penyiapan Alat Kesehatan dan Penyiapan mesin dan alat Penyiapan Media Bakteri
keselamatan Kerja (K3) bantu kelengkapan (sekop, pengurai (EM4/MOL)
cangkul, pengaruk,
zak/karung)
26

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Kompos

Gambaran umum tahapan pengolahan

Pemilihan sampah organik Penimbangan Pencacahan


27

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Kompos

Gambaran umum tahapan pengolahan

Pemberian Bakteri Pengurai Penempatan Hasil Cacahan Kontrol Kompos (Suhu,


(EM4/MOL) Pada Alat Kompos (Aerator Kelembaban, Kadar Air,
Bambu Kompos Bin, RBR, Box Pembalikan, Dll)
Bata Berongga, Dll)
28

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Kompos

Gambaran umum tahapan pengolahan

Kompos yang sudah matang


Masa pematangan Masa panen & pengemasan
diayak (dapat dicacah lebih
dulu untuk memudahkan
pengayakan)
29

Anaerobic Digester
30

Metode Pengolahan Anaerob

ANAEROBIC DIGESTER
1. Membuat campuran sampah organik dan air dengan perbandingan
1:1 atau 1:2 sebagai bahan baku.

1. Memasukkan bahan baku ke dalam digester melalui lubang pengisian


(inlet) hingga bahan yang dimasukkan ke digester ada sedikit yang
keluar melalui lubang pengerluaran (outlet), selanjutnya akan
berlangsung proses produksi biogas di dalam digester.

1. Biogas yang terjadi akan terkumpul di kubah yang terbuat dari


pasangan beton hingga menjadi jenuh.

Referensi: Jurnal STT PLN, 2017


31

Metode Pengolahan Anaerob

ANAEROBIC DIGESTER
4. Proses terjadinya biogas akan terus berlangsung hingga hari ke 50
dengan puncaknya pada hari ke 35. Akibatnya biogas akan menekan
slurry (lumpur) yang akan keluar menuju Outlet. Selanjutnya slurry
telah menjadi bio-slurry dan siap digunakan sebagai pupuk organik.
Bio-slurry sudah tidak berbau dan aman digunakan sebagai pupuk.

4. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge (lumpur) secara


otomatis akan keluar dari lubang pengeluaran (outlet) setiap kali
dilakukan pengisian bahan biogas.

Referensi: Jurnal STT PLN, 2017


32

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Pakan Ternak
33

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Pakan Ternak

Gambaran umum tahapan pengolahan

Penyiapan Alat Kesehatan dan Penyiapan Pemilihan bahan dari


keselamatan Kerja (K3) bahan&peralatan (sampah sampah organik (buah,
organik, bakatul, garam, Sayur, dll)
minyak, kompor, panci,
wadah, dll)
34

Pengolahan Sampah Organik


Menjadi Pakan Ternak

Gambaran umum tahapan pengolahan

Bahan hasil pilahan Lakukan perebusan bahan Lakukan perebusan bakatul


dibersihkan dan dicacah halus organik kemudian dengan menambahkan pelet
ditiriskan dan garam diaduk rata sampai
berubah warna
35

Metode Pengolahan Dengan


Budidaya Pakan Ternak (Vermikompos)

1. Kumpulkan sampah-sampah organik, misalnya rumput-rumputan,


jerami, sampah daun, sisa sayuran, atau sisa makanan (sampah
rumah tangga). Sampah jenis ini umumnya mengandung unsur C. Di
daerah pedesaan yang umumnya membudidayakan hewan ternak,
kotoran ternaknya dapat pula dipakai. Kotoran ini digunakan sebagai
sumber N. Jika tidak ada kotoran ternak, bisa menggunakan tanaman
jenis polong-polongan.
2. Cacah (potong-potong menjadi bagian yang lebih kecil) rumput-
rumputan, jerami, sampah daun, atau sisa sayuran, kemudian
campurkan. Pencacahan dan pencampuran ini bertujuan agar bahan
menjadi lebih homogen dan pengomposan akan relatif lebih cepat.
36

Metode Pengolahan Dengan


Budidaya Pakan Ternak (Vermikompos)

3. Susun/tumpuk secara bergantian antara sampah dedaunan dan


kotoran ternak. Volume (p x l x t) tumpukan ini kira-kira 1m x 1m x
1m.
4. Tutup dengan terpal/karung beras/trash bag/bahan yang mampu
menahan air.
5. Aduk 3 hari sekali hingga 2 minggu.

6. Kompos dasar telah jadi setelah kira-kira 2 minggu dan siap


digunakan sebagai media cacing.
7. Kompos yang sudah jadi dimasukkan ke dalam ember/wadah yang
memadai.
8. Masukkan cacing ke dalam wadah tersebut. Pastikan kondisi area
tertutup/gelap.
37

Metode Pengolahan Dengan


Budidaya Pakan Ternak (Vermikompos)

9. Biarkan selama kira-kira 2 minggu. Pisahkan cacing dengan kompos


dengan menuangkan dibawah sinar matahari. Cacing akan bergerak
sembunyi ke bagian bawah. Ambil media komposnya (vermikompos)
untuk dimanfaatkan. Perhatikan dan pisahkan telur cacing yang ada
di media.

10. Cacing yang masih umur produktif (lihat dari ukuran kecil ke sedang)
masih bisa digunakan lagi, cacing yang sudah tua (ukuran besar)
dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.

11. Untuk tanaman dalam pot, 1 kg vermikompos dicampur dengan 3 kg


tanah.

12. 6-10 kg vermikompos untuk setiap 10 m2 luas lahan atau 6-10


ton/Ha lahan sawah.
38

Metode Pengolahan Dengan


Budidaya Pakan Ternak (Black Maggot)

Siklus hidup BSF rata-rata 40 hari, terbagi menjadi 2 fase; nursery


(pembibitan) dan waste treatment (mengolah sampah). Seluruh proses
dilakukan di area gelap (tertutup sinar matahari langsung.
Fase Nursery 1 dimulai dari:
1. Lalat jantan dan betina akan kawin di dalam kandang (bisa bentuknya
permanen atau temporer). Proses kawin idealnya di jam 8-10 pagi
karena membutuhkan cahaya matahari yangg tidak terlalu panas.
2. Lalat betina akan menaruh telurnya di dalam eggies (tumpukan kayu
untuk tempat telur), idealnya di jam ke-14.
3. Hatchery, yaitu kegiatan penetasan telur yang terkumpul dari eggies,
membutuhkan waktu 5 hari.
4. Hasilnya adalah mini larva/bayi larva/5 DOL (5 days-old-larva).
39

Metode Pengolahan Dengan


Budidaya Pakan Ternak (Black Maggot)

Fase Waste Treatment dimulai dari:


1. 5-DOL siap untuk mengurai sampah organik, khususnya sisa makanan
dan sampah dapur.
2. Sampah organik dimasukkan kedalam wadah ember. Maggot
dimasukkan ke dalam wadah ember untuk memakan sampah organik.
3. Proses penguraian membutuhkan 12-17 hari.
Metode Pengolahan Dengan
Budidaya Pakan Ternak (Black Maggot)

Fase Nursery 2 dimulai dari:


1. Maggot berubah menjadi prepupa, menyukai tempat yg kering.
Kemudian berubah menjadi pupae, idealnya dipindah ke media yang
lembab (tanah/kompos + air) untuk mempercepat perubahan menjadi
lalat.
2. Terakhir, berubah menjadi lalat yang tidak makan (mengandalkan
simpanan makanan dari fase sebelumnya), tapi tetap butuh air untuk
minum.
3. Kemudian kembali ke fase Nursery 1.
Metode Pengolahan Dengan
Budidaya Pakan Ternak (Black Maggot)

3. Larva akan memakan


1. Nursery: Kandang 2. Bayi larva yang berumur 5 sampah sisa makanan
kawin dan penetasan hari, dipisahkan dan dipindah selama 12 hari.
telur Magot (5 hari). ke wadah ember yang berisi
Lalat tidak makan sampah sisa makanan.
dan hanya minum.
Metode Pengolahan Dengan
Budidaya Pakan Ternak (Black Maggot)

4. Larva akan bertambah 5. Larva yang sudah memasuk 6. Pupa dipisahkan ke Nursery
ukurannya selama memakan fase pupa (kemompong) dan ditempatkan pada media
sampah organik. cenderung tidak aktif makan lembab (tanah/kompos +
dan akan memisahkan diri. air).
43

Pengolahan Sampah Anorganik


Pengertian

Sampah Anorganik
Sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non-hayati baik berupa sintetik maupun hasil proses
teknologi pengolahan bahan tambang atau sumber daya alam dan tidak dapat diuraikan oleh alam.

Jenis-Jenis Sampah Anorganik

Sampah
Anorganik
Daur Ulang

Sampah
Anorganik
Sampah
Anorganik
Residu
Jenis-Jenis Sampah Anorganik

PET HDPE PVC

PLASTIK
LDPE PP PS JENIS LAINNYA
Jenis-Jenis Sampah Anorganik

Duplex Koran

KERTAS
Kardus Jenis kertas lainnya HVS
Jenis-Jenis Sampah Anorganik

Aluminium Tembaga

LOGAM
Besi Kuningan Besi Lainnya
Jenis-Jenis Sampah Anorganik

Pecahan cermin Pecahan jendela/lemari

KACA
Botol kaca Pecahan aksesoris Pacahan Lainnya
Jenis-Jenis Sampah Anorganik

Asbes Genteng

SISA
BANGUNAN
Pecahan Keramik Sisa Bahan Lainnya Disarankan untuk tidak
mengambil sisa bangunan
kecuali jika ada pasar
untuk menjualnya,
mengingat sisa bangunan
termasuk sampah spesifik
dan tidak dapat didaur
ulang di TPS 3R.
Jenis-Jenis Sampah Anorganik

Ban Komputer

KARET PERALATAN
ELEKTRONIK
Belt Bahan karet lainnya Laptop TV Rusak
Jenis-Jenis Sampah Anorganik

Tempat Ikan

STYROFOAM
Wadah Makanan Wadah Minuman
HAMBATAN & PERMASALAHAN

1. Harga produk rendah akibat panjangnya rantai pemasaran.


2. KSM menjadi tidak bergairah mengolah sampah anorganik,
Hal-hal apa saja kadang tidak diolah dan dijual borongan.

yang menjadi 3. Informasi produk yang punya nilai jual sangat kurang.
hambatan & 4. Waktu serapan/pembelian tidak pasti (2-3 bulan).
permasalahan 5. Volume dan jenis produk yg dibeli oleh pengepul terbatas
dalam (umumnya kerdus, duplex dan kertas) sehingga menurunkan
pemasaran/ pendapatan.
penjualan produk 6. Banyak memakai karung/zak sebagai alat packing yang
olahan sampah membebani operasional KSM.
anorganik? 7. Tempat penempatan produk memakai banyak ruang,
hanggar/gudang menjadi penuh dan tidak tertata rapi.
PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

SAMPAH Pemilahan Pengolahan awal Pengepresan Sampah


ANORGANIK Sampah Mendetail sampah anorganik Anorganik (optional)

PET • Dilepas label nya


PP • Pemisahan dan
HDPE pengelompokan Pengiriman ke Mitra
PVC material agar Pelaku Daur Ulang
PE murni sesuai
PS jenis
Kertas • Lainnya
Kaca
Logam
PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

• Mesin press biasanya digunakan oleh pelaku usaha di bidang daur ulang plastik, termasuk
Tahapan TPS 3R dan Bank Sampah
Pengemasan • Selain untuk mengepress sampah plastik, mesin press dapat digunakan untuk mengepress
menggunakan kardus, kaleng, kertas, botol oli bekas, dan produk lainnya.
mesin press • Dengan menggunakan mesin press ini, sampah menjadi lebih padat dan lebih efisien dalam
penyimpanan maupun pengangkutan
Thank you

Anda mungkin juga menyukai