DAFTAR ISI
Good Management Practise (GMP) adalah prosedur untuk membuat suatu produk yang baik,
aman dan tidak merusak lingkungan. Menurut organisasi pangan dunia (FAO/Food Agriculture
Organization), GMP diadaptasi menjadi praktik pengelolaan pertanian yang baik. Hal ini bertujuan
untuk menjaga kelestarian lingkungan, sosial dan hasil produk pangan-non pangan yang aman dan
berkualitas baik.
Pada bidang peternakan terdapat 5 (lima) komponen yang mempengaruhi GMP, yaitu :
1. kesehatan ternak,
2. kesehatan peternak,
3. kesehatan pakan dan air minum,
4. kesejahteraan ternak dan
5. lingkungan.
Pada materi ini, yang akan dibahas adalah mengenai lingkungan yang mempengaruhi GMP.
Konsumen semakin sadar bahwa produksi makanan harus seimbang dengan kesejahteraan
lingkungan. Masalah utama dalam bidang peternakan adalah polusi dari kotoran, cairan dan sisa atau
limbah pakan. Untuk menerapkan GMP, maka suatu usaha peternakan harus memiliki sistim
pengelolaan limbah yang baik danmenjamin pengelolaan limbah tidak memberikan dampak terhadap
lingkungan.
Sistim pengelolaan limbah harus aman. Hindari membuang limbah atau bahan kimia pada
tempat terbuka, air permukaan atau air tanah. Penggunaan bahan kimia berbahaya (pestisida, obat,
pupuk dll) harus sesuai aturan pakai. Lingkungan peternakan harus bersih, sehingga menjamin produk
ternak (susu dan daging) aman dan bersih.
Limbah industri ternak kebanyakan padat dan cair, yang tinggi bahan organic, kandungan BOD tinggi,
dan zat nutrisi seperti Nitrogen dan Posfat.
Untuk memilih jenis pengolahan perlu diketahui karakteristik limbah ternak tersebut, supaya bisa
memilih macam dan bentuk pengolahannya.
Pendahuluan
Permasalahan nasional yang sekarang dihadapi oleh negara kita adalah masalah energi.
Dengan semakin langka dan mahal bahan bakar minyak khususnya minyak tanah untuk keperluan
rumah tangga, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan konversi minyak tanah ke bahan bakar gas,
serta mencari sumber-sumber energi alternatif. Salah satu bentuk energi alternatif yang dapat
dikembangkan adalah Biogas. Limbah maupun sampah organik yang tidak bernilai rupiah, bahkan
merupakan bahan pencemar lingkungan yang digunakan sebagai bahan baku masukkan untuk
membuat Biogas, dapat diartikan sebenarnya zero cost tetapi pada akhir proses fermentasi akan
menghasilkan bahan bakar berupa Biogas yang bernilai guna (value added) dengan sisa proses berupa
lumpur keluaran (effluent) dimanfaatkan sebagai pupuk organik maka pada akhirnya akan tercipta
zero waste.
M.O
Limbah Organik CO2 + CH4 + (NH3 +H2S +CO) + sludge
Anaerob Dominan Sedikit
Gambar 1. Proses Fermentasi Bahan Organik Kondisi Anaerob
Gas methan (CH4) dan karbon dioksida (CO2) merupakan komponen gas yang paling banyak
dalam campuran Biogas (Tabel 1). Biogas dapat dibakar sehingga dapat digunakan sebagai sumber
energi, dengan nilai kalor tinggi yaitu pada kisaran 4800-6700 kkal/m3. Nilai kalor dari Biogas
ditentukan oleh perbandingan gas methan dan karbon dioksida. Semakin tinggi persentase gas
methan (54-70 persen) maka nilai kalorpun semakin tinggi.
Tabel 1. Komposisi Biogas (%)
No. Gas Hadi (1981) Price (1981)
1. Methan (CH4) 54-70 65-75.0
2. Karbondioksida (CO2) 27-35 25-30
3. Nitrogen (N2) 0.5 – 2.0 <1.0
4. Hidrogen (H2) - <1.0
5. Karbon monoksida (CO) 0.1 -
6. Hidrogen Sulfida (H2S) Kecil <1.0
Teknologi Biogas merupakan salah satu teknik pengolahan limbah cair secara biologis dengan
sistem anaerobik (anaerobic treatment). Perombakan bahan organik oleh mikroorganisme pada
kondisi anaerob melalui beberapa tahap (Gambar 2) hingga akhirnya terbentuk gas methan atau
Biogas, yaitu hidrolisis (hidrolysis), pengasaman (acetogenesis) dan pembentukan methan
(methanogenesis).
Imbangan C/N kotoran ternak pada umumnya masih di bawah C/N ratio optimal, maka untuk
memperoleh C/N yang optimum perlu dicampur dengan limbah yang mempunyai imbangan C/N lebih
tinggi seperti sampah pasar, wastelage, limbah pertanian atau limbah organik lainnya.
4. Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi langsung laju proses
perombakan bahan organik untuk menghasilkan Biogas. Pengaruh langsung temperatur tersebut
terutama terhadap laju pertumbuhan mikroorganisme. Produksi gas akan menurun sampai 50%
akibat perubahan temperatur dalam digester dari 37C menjadi 30C. Temperatur yang stabil
(konstan) pada selang optimum untuk masing-masing kelompok bakteri sangat penting, karena
fluktuasi temperatur yang berobah secara mendadak akan menghambat aktifitas dan pertumbuhan
bakteri. Untuk menjaga temperature tetap stabil dilakukan : 1. menanam digester dalam tanah, 2.
membungkus digester (memberi jacket), dan 3. memberi pemanas ke dalam digester.
5. Zat Toksik
Perlu diperhatikan senyawa toksik yang bercampur dengan bahan baku masukan. Senyawa
tersebut dapat bersifat menghambat aktifitas dan membunuh (racun) mikroorganisme dalam
digester. Senyawa yang dapat menjadi toksik atau menghambat adalah terjadinya gas amonia terlarut,
oksigen, antibiotika dan kation-kation. Senyawa yang banyak terpakai sekarang ini adalah berbagai
peptisida, deterjen dari bekas cucian keluarga, kaporit dan cairan pembersih.
7. Waktu Tinggal
Waktu yang diperlukan substrat organik tinggal dalam digester hingga terurai menjadi gas.
Umumnya waktu yang dibutuhkan untuk limbah peternakan (organik) berkisar 20-60 hari. Perbedaan
waktu retensi ini dipengaruhi suhu, pengenceran, serat kasar bahan (selulosa, hemiselulosa dan
lignin), imbangan C/N dan perkembangan mikroorganisme pencerna dalam digester.
8. Pengadukan
Pengadukan media di dalam digester dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kerak pada
permukaan cairan yang dapat menghambat pelepasan gas, selain itu, untuk menghomogenkan
temperatur dan pH dalam digester, serta meningkatkan kontak antara bahan (media) dengan
mikroorganisme.
9. Starter
Untuk mempercepat proses perombakan bahan organik dapat ditambahkan mikroorganisme
ke dalam digester sebagai starter (pemacu). Ada beberapa jenis starter yang bisa didapat yaitu: starter
alami, merupakan mikroorganisme yang asalnya dari alam yang diketahui telah mengandung
sekelompok bakteri methan seperti lumpur aktif, timbunan sampah lama, timbunan kotoran hewan
dan “Sludge”; starter semi buatan, yang berasal dari sumur pencerna yang telah menghasilkan Biogas,
dan starter buatan, sumbernya sengaja dibuat dan diisolasi.
Tipe Tetap
Tipe Floating
Sistem pemasukan bahan baku ke dalam instalasi biodigester yang ada dua sistem yaitu
kontinyu dan curah. Sistem pengisian kontinyu yaitu sistem pengisian bahan baku ke dalam digester
yang dapat dilakukan setiap saat, hal tersebut dimungkinkan dengan adanya pipa masukkan (inlet)
dan pipa keluaran (outlet), dengan sistem ini akan terjadi aliran dan dorongan, sehingga bahan baku
masukkan yang baru akan mendorong keluar bahan baku yang lama (first in first out / fifo).
Bahan untuk pembuatan instalasi Biogas bisa dari metal, semen beton, fiber glass atau secara
sederhana bisa dibuat dari plastic polyethylene (Gambar 4). Untuk bahan plastik polyethylene dibuat
rangkap dua agar lebih kuat dan tidak mudah bocor. Ukuran panjang sesuai kebutuhan dan
ketersediaan lahan, bagian penampung gas terpisah (Gambar 5). Kelengkapan lain yang juga dapat
ditambahkan untuk optimalisasi produksi dan penggunaan Biogas adalah pengaduk pada digester,
pengaman gas, dan pemurni Biogas (untuk menangkap H2S dan CO2).
Instalasi semen
Instalasi
fiber glass
Contoh 2 :
Suatu peternakan mempunyai 10 ekor sapi potong. Berapa besar volume instalasi
biodigester yang harus dibuat ?.
Perhitungan:
• Jumlah kotoran per hari = 10 ekor x 10 kg/ekor/hari = 100 kg/hari
• Volume sumur pencerna = (100 kg + (2 x 100 kg)) x 20 hari = 6000 kg = 6 m3 .
• Produksi Biogas per hari = 100 kg x 0,08 m3 /kg = 8 m3
• Volume penampung gas = 40% dari sumur pencerna = 40% x 6 m 3 = 2.4m3 .
• Total Volume biodigester = 6 m3 + 2.4 m3 = 8.4 m3.
Produksi Kotoran
Kotoran Produksi Gas (m3/kg)
(kg/ekor/hari)
Sapi dan Kerbau 10 – 25 0.023 - 0.080
Babi 1.2 – 3 0.040 - 0.110
Ayam 0.12 – 0.15 0.065 – 0.126
Pemanfaatan Biogas sudah banyak dilakukan diluar negeri terutama di China dan India.
Gambar 7 penggunaan biodigester sebagai penghasil Biogas bagi kebutuhan rumah tangga.
Bahan bakar gas dapat digunakan sebagai sumber energi untuk berbagai macam keperluan
seperti memasak, penerangan, pemanas, atau menggerakan generator listrik. Untuk memasak dapat
dibuat kompor sederhana atau dapat juga digunakan kompor gas LPG yang telah dimodifikasi, dan
penerangan dapat menggunakan lampu petromaks yang dimodifikasi atau listrik dari generator yang
menggunakan Biogas sebagai bahan bakar. Perbandingan kesetaraan Biogas sebagai sumber energi
dengan sumber energi lain seperti pada Tabel 4.
Pengaman Biogas
Untuk menghindari produksi gas yang berlebihan sehingga tidak dapat ditahan oleh
penampung gas, maka perlu dibuatkan suatu pengaman gas yang sederhana. Pengaman gas bisa
dibuat dari bahan paralon maupun selang plastik bening (Gambar 9).
Selang
plastik
Diisi air
warna
Gambar 8. Pengaman Biogas (a) bahan paralon dan (b) bahan selang plastik
b. Kontrol Bau
Protes masyarakat terhadap keberadaan peternakan terutama diakibatkan oleh bau yang
ditimbulkan dari lingkungan peternakan dibanding dengan bentuk polusi lainnya. Bau yang dihasilkan
dari perombakan kotoran biasanya disebabkan oleh lepasnya ammonia, asam lemak terbang dan
sulphida. Sulphida merupakan gas yang sangat berbau (evil odors) yang dihasilkan dari sulfur. Pada
penyimpanan terbuka bau ini akan lepas ke udara dan menyebabkan polusi bau, sedangkan bila
penyimpanan pada tangki anaerobic bau dan gas akan tersimpan dalam penampung gas.
Hasil akhir pembakaran Biogas sebagai sumber energi tidak menimbulkan sisa pembakaran
yang dapat menimbulkan pencemaran, karena pembakarannya sangat sempurna. Pembakaran tidak
membentuk jelat, dan tidak timbul asap, yang mengotori bagian dapur maupun perabot tumah
tangga. Gas methan murni mempunyai nilai kalor 8900 k kal/m3. Pemanfaatan gas sebagai bahan
bakar dengan kompor yang sudah lajim digunakan oleh keluarga telah memberi efisiensi panas lebih
tinggi dibanding efisiensi panas dari minyak tanah, arang kayu dan kayu bakar.
Latihan soal
1. Apa yang kamu ketahui dengan :
a. biogas
b. teknologi biogas
2. Sebutkan 4 (empat) faktor yang mempengaruhi proses pembentukan biogas dan jelaskan masing-
masing!
3. Jelaskan istilah-istilah berikut ini :
a. digester
b. gas holder
c. inlet
d. outlet
e. sludge
4. Apa manfaat dari bahan bakar gas dari proses biogas? Sebutkan 3!
5. Apa keuntungan penerapan biogas? Sebutkan 5!
Bioarang menjadi salah satu cara pemanfaatan kotoran sapi yang cukup efektif. Bioarang sendiri
adalah arang yang diperoleh dari pembakaran biomassa kering dengan sistem tanpa udara. Kotoran
sapi adalah salah satu bahan bakar dalam pembuatan bioarang. Untuk membuat bioarangdapat dibuat
dari bahan organik berupa sisa tumbuhan dan hewan lain.
Pemanfaatan kotoran sapi menjadi bioarang dapat mengurangi pencemaran yang dihasilkan oleh
kotoran ternak. Selain itu, ada banyak keunggulan bioarang ini dibandingkan dengan arang
kebanyakan.
Pembuatan bioarang dilakukan dengan dua garis besar, yakni pembuatan briket dan pengarangan.
Tahapan pertama dilakukan dengan menggumpulkan bahan baku terlebih dahulu, yakni berupa
kotoran sapi ternak.
Total kandungan karbon dalam humus adalah 56.24 %. Sementara itu Kadar N dalam protein
16%, sedangkan humus mengandung 35% protein, Jadi kadar N dalam humus adalah 35 X 0.16
= 5.6 %
Oleh karena itu bagi hasil C/N rata-rata adalah 56.24/5.6 = 10.04 %. Hubungan C dan N ini di
dalam humus berada dalam keadaan hampir konstan, berada pada nilai antara 10 sampai 12.
Oleh karena itulah nilai C/N ratio 10-12 ini dapat dianggap sebagai acuan dalam pembuatan
kompos. Dari hasil penelitian dan uji coba pembuatan kompos, telah diketahui bahwa untuk
mendapatkan C/N ratio 10-12 maka diperlukan campuran bahan baku dengan C/N ratio 30.
b) Suhu : menjaga kestabilan suhu pada suhu ideal (40 – 50º C) sangat penting dalam
pembentukan kompos. Salah satu caranya dengan menimbun ketinggian 1,25 – 2 m.
c) Nitrogen : zat ini sangat dibutuhkan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak, bila
bahan kandungan N rendah tidak menghasilkan panas dan pembusukan bahan menjadi
terlambat.
b. Bahan Baku
Bahan baku kompos / pupuk organik meliputi :
1. Limbah pertanian (jerami, sisa pakan hijauan ternak, sekam, serbuk gergaji, daun –
daunan kering, cabang/ranting, dll)
2. Kotoran ternak ( sapi, kambing, domba, ayam, itik, mentok, kelinci dll)
3. Aktivator (Orgadec, Stardec, EM4, Harmony, Fix – up plus, Superdegra, dll)
Penyimpan kompos setelah jadi adalah : kompos sebaiknya disimpan sampai 1-2 bulan untuk
mengurangi unsur beracun, ada sedikit penurunan unsur hara terutama N. Untuk mengurangi
hal tersebut perlu diperhatikan hal –hal sebagai berikut :
a) Jaga kelembabanya jangan sampai kurang 20 % dari bobot
b) Jangan sampai kene matahari langsung (ditutup)
c) Jangan sampai kena air/ hujan secara langsung (ditutup)
d) Bila dikemas pilih kemasan yang kedap udara dan tak mudah rusak (tidak tembus cahaya lebih
baik).
➢ Menggemburkan tanah
➢ Memperbaiki airasi dan drainase
➢ Meningkatkan peningkatan antar partikel
Fisik ➢ Meningkatkan kapasitas pengikat
➢ Mencegah erosi dan longsor
➢ Merevitalisasi daya olah tanah
❖ Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)
Kimia ❖ Meningkatkan ketersediaan unsur hara
❖ Meningkatkan proses pelapukan bahan mineral
Menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme tanah seperti fungi,
Biologis bakteri serta mikroorganisme menguntungkan lainya, sehingga
perkembqangan lebih cepat
✓ Menekan Biaya
Penggunaan pupuk organik lebih murah dibandingkan pupuk buatan. Pada penggunaan
jangka panjang akan meringankan biaya pengolahan lahan.
✓ Meningkatkan Kwalitas produk
Pada dasarnya tanaman yang diberikan pupupuk organik bisa lebih berkwalitas. Tanaman
sayuran yang dipupuk dengan pupuk organik akan lebih segar dan enak, daya simpannya lebih
lama.
7. Soal Latihan