Anda di halaman 1dari 50

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesantren merupakan suatu lembaga penyiaran pendidikan agama Islam yang

unik di Indonesia yang berkembang, terutama di Jawa selama berabad-abad. Lembaga

pondok pesantren yang telah hadir jauh sebelum berdirinya sekolah-sekolah umum,

lembaga ini telah banyak memberikan kontribusi besar bagi dunia pendidikan

terutama pendidikan agama Islam dan pembentukan sumber daya manusia yang

berakhlakul karimah, kehadiran pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak

hanya sebagai lembaga pendidikan saja, namun pondok pesantren juga sebagai

lembaga penyiaran agama islam dan sosial keagamaan.1

Sebagai lembaga sosial pondok pesantren juga ikut serta dalam menangani

masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Pondok pesantren dengan

berbagai harapan dan predikat yang dilekatkan padanya, sesungguhnya berujung pada

tiga fungsi utama yang senantiasa diemban, yaitu: pertama, sebagai pusat

pengkaderan pemikir-pemikir agama Islam dan pembentukan karakter santri (center

of excellence). Kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia

berkualitas (human resource). Ketiga, sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan

untuk melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of development). Salah satu

prinsip dalam pemberdayaan adalah penguasaan terhadap kemampuan ekonomi yaitu,

kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi,

pertukangan dan jasa.2

1
Iwan Kuswandi & Ihwan Amali “Sang Konseptor Pesantren”( yogyakara: lembaga ladang kata, 2015), hlm.99
2
Muhammad Nadzir, “Membangun pemberdayaan ekonomi pesantren” volume 6, edisi 1, 2015.hlm.37
1
Pondok pesantren merupakan komonitas tersendiri, dimana ada kiyai, ustadz,

dan santri dan pegurus pesantren yang hidup bersama dalam lingkungan yang

berlandasan nilai-nilai agama islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan di

pondok pesantren tersendiri.3 Pondok pesantren Berdasarkan data yang di

publikasikan oleh kementrian agama republik Indonesia (2019), terdapat 27.218

pondok pesantren yang terbesar di Indonesia. Dengan jumlah secara keseluruhan

sebanyak 3.642.738 0rang santri, terdiri dari 1.880.748 orang santri laki-laki (50,19%)

dan 1.872.450 orang santri perempuan (49,81%). Ada populasi pondok pesantren

terbesar berada di provinsi jawa barat sebanyak 7.624 pondok (28%) jawa timur

sebanyak 6.003 pondok pesantren (22,05%) jawa tengah sebanyak 4.276 (15,70%)

banten sebanyak 3.500 pondok (12,85%) dan sisanya sebesar 21,4% atau setara

dengan 5.827 pondok berada di provinsi lain.4

Pesantren sebagai integral masyarakat yang mempunyai tanggung jawab untuk

mengembangkan dan memberdayakan masyarakat dalam segala bidang termasuk

dalam bidang ekonomi. Peran ini memang tidak mudah bagi pondok pesantren yang

selama ini lebih berkonsentrasi pada bidang keagamaan dari pada bidang sosial

kemasyarakatan terutama dalam bidang ekonomi. Ini merupakan tantangan yang

sangat besar yang harus dilakukan oleh pondok pesantren untuk mengubah pola pikir

masyarakat yang ada di lingkungan pondok pesantren yang semakin kompleks.5

Permasalahan yang mendasar di pondok persantren yaitu salah satunya santri

kehilangan barang-barang berharganya seperti pakaian dan uang. Kehilangan barang-

barang tersebut kemungkinan bisa jadi diakibatkan karena keteledoran dari para santri

itu sendiri.

3
Riana, “sistem pendidikan pondok pesantren dalam membetuk kepribadian santri di pondok tarbiatul islamal
falah salatiga. Salatiga. 2015
4
Departemen Kementrian Agama. 2019
5
Nadzir, Membangun pemberdayaan ekonomi di pesantren…, 38
2
Manajemen pondok pesantren yang kurang bagus juga merupakan

permasalahan yang perlu sangat diperhatikan di dalam pondok pesantren. Manajemen

adalah suatu ilmu atau seni yang dimiliki oleh seorang pemimpin (Leader) dalam

upaya memanfaatkan sumber-sumber daya organisasi yang ada melalui kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta dilakukan dengan

melibatkan partisipasi seluruh komponen menurut fungsinya masing-masing, dalam

rangka untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Disebuah lembaga

atau organisasi dibutuhkan sebuah manajemen untuk mengatur keseluruhan dalam

lembaga tersebut. Menajemen pondok pondok pesantren merupakan usaha untuk

mengembangkan dan memimpin suatu tim kerja sama dalam suatu kelompok untuk

mencapai suatu tujuan tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.6

Untuk menjalankan manajemen dalam pondok pesantren dibutuhkan sebuah

sistem yang bisa memaksimalkan kinerja dan pelayanan pondok pesantren atau

organisasi. Sistem ini bisa berjalan dengan adanya orang yang menjalankan, salah

satunya adanya karyawan yang profesional yang bekerja sama dengan civitas

akademik yang ada di pondok pesantren maupun di organisasi.

Bank Indonesia hadir untuk pondok pesantren hususnya yang ada di Jawa

Timur dengan membawa sistem elektronifikasi pembayaran untuk membantu

memaksimalkan sistem kinerja yang ada di pondok pesantren, dengan tujuan agar

bisa membantu pondok pesantren mengatasi masalah-masalah yang ada di pondok

pesantren. Bank Indonesai sangat percaya bahwa setiap pesantren mempunyai nilai

keunikan masing-masing dan menjadi tantangan bersama untuk mampu memberikan

modal bisnis yang sesuai dengan kebutuhan pondok pesantren. Hadirnya sistem

elektronifikasi yang di luncurkan oleh Bank Indonesia di tengah pondok pesantren di

6
A, Halim dkk, Manajemen pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005.hlm.67
3
harapkan mampu mempertegas peran sentral pondok pesantren sebagai layaknya

mercusuar yang memberikan tuntunan bagi masyarakat sekitarnya. Kerja sama yang

di lakukan oleh Bank Indonesia dengan beberapa pondok pesantren dalam

menerapkan sistem elektronifikasi di pesantren sangat pontensial dalam

mengembangkan sistem elektronifikasi di pondok pesantren. Karena pondok

pesantren memiliki jaringan yang kuat dan juga memiliki pengaruh besar hingga

kalangan alumni-alumni santrinya dan masyarakat sekitar. Selain itu, pesantren juga

memiliki unit usaha yang memiliki legalitas, yang telah berpengalaman melayani

transaksi keuangan bagi masyarakat luar. Dukungan semua pihak juga diperlukan

untuk mensukseskan upaya implementasi layanan elektronifikasi terhadap pelayanan

dalam pondok pesantren.7

Pondok pesantren Nurul Amanah salah satu pondok pesantren di Desa Basah

Kabupaten Bangkalan Madura yang telah menerapkan sistem manajemen

elektronifikasi pembayaran tersebut. Pondok Pesantren Nurul Amanah menjadi

percontohan bagi pesantren-pesantren di Jawa Timur khususnya di pulau Madura

untuk menggunakan sistem elektronifikasi pembayaran. Pengasuh pondok pesantren

Nurul Amanah KH Jazuli Nur, Lc. Menyambut baik dengan adanya sistem

elektronifikasi ini, yang diterapkan oleh Bank Indonesia khususnya di Pondok

Pesantren. Menurutnya, sistem elektronifikasi tersebut bisa mencegah berbagai

kemungkinan negatif. Dengan hadirnya sistem elektronifikasi pemabayaran dalam

suatu pondok pesantren harapannya mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas

manajemen pesantren maupun ekonomi pesantren serta mampu mengatur semua

sistem kelembagaan menjadi maksimal.

7
Depertemen Komunikasi BI: 2015
4
“sistem ini baik ya, terutama bagi para santri. Bisa mencegah

peredaran uang palsu, pencurian uang, pemborosan bagi santri. Kami optimis

sistem elektronifikasi ini akan memberikan kemudahan bagi para santri”

Ujarnya.

Penerapan sistem elektronifikasi di pondok pesantren Nurul Amanah di

harapkan mampu mendorong aktifitas ekonomi yang lebih baik dari sebelum-

sebelumnya. Sistem elektronifikasi pembayaran ini juga merupakan kegiatan yang

tidak bisa terpisahkan dalam kegiatan sehari-hari santri di pondok pesantren Nurul

Amanah. Interaksi yang terjadi di pondok pesantren Nurul Amanah dengan berbagai

elemen masyarakat yang merupakan peluang pembukaan akses bagi masyarakat luar

melalui hadirnya layanan sistem elektronifikasi pembayaran di pondok pesantren

Nurul Amanah. Bagi pondok pesantren Nurul Amanah kehadiran sistem

elektronifikasi pembayaran ini agar meningkatkan efisiensi dan efektifitas transaksi

pembayaran. Kiriman uang sekolah untuk santri dapat diterima lebih cepat melalui

sistem tersebut. Sistem ini juga mendorong pertumbuhan ekonomi di pesantren karena

akses keuangan sudah mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui manajemen

bisnis berbasis elektronifikasi di Pondok Pesantren Nurul Amanah dan untuk

mengetahui praktik elektronifikasi di Pondok Pesantren Nurul Amanah. Bentuk

pengembangan tersebut dapat di implemintasikan melalui kerja sama dengan pondok

pesantren sebagai instansi yang memiliki jaringan yang kuat dan di percaya oleh

masyarakat. Dimana sistem elektronifikasi ini wajib digunaka di lingkungan pondok

pesantren ketika bertransaksi di seluruh unit usaha di lingkungan pondok pesantren

yang tergabung dalam koperasi pondok pesantren.

5
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Praktik Bisnis di Pondok Pesantren Nurul Amanah ?

2. Bagaimana Manajemen Bisnis Elektronifikasi di Pondok Pesantren Nurul

Amanah

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui praktik Bisnis Berbasis Elektronifikasi di Pondok

Pesantren Nurul Amanah

b. Untuk mengetahui manajemen Bisnis Elektronifikasi di Pondok Pesantren

Nurul Amanah

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat secara teoritis

1) Kontribusi keilmuan dari penelitian ini adalah penerapan teori struktural

fungsional untuk memahami model penerapan sistem elektronifikasi

pada pondok pesantren dan teori interaksionis simbolik perilaku

ekonomi (mu’amalah) yaitu Ekonomi pondok pesantren dan industri

keuangan syariah. Kontribusi teoritik formal yang diharapkan dari

penelitian yaitu berhasil membangun model penerapan sistem

elektronifikasi di pondok pesantren.

2) Penelitian ini memberikan manfaat tentang model penerapan sistem

elektronifikasi di pondok pesantren. Kenyataan yang terjadi, sistem

bisnis yang tidak berbasis tekhnologi sering menyebabkan ketidak

tepatan dalam laporan, ketidak jujuran pegawai dan manajemen bisnis

yang tidak bagus. Temuan model penerapan sistem elektronifikasi di

pondok pesantren dapat menjadi salah satu alternatif sistem pembayaran

6
yang ditawarkan untuk menjawab problematika yang terjadi pada unit

usaha pesantren.

b. Manfaat secara praktis

1) Secara empiris, penelitian ini bermanfaat bagi praktisi (pengelola)

pondok pesantren dalam pengembangan ekonomi pesantren.

2) Secara sosiologis, penelitian ini bermanfaat untuk mengintegrasikan

sistem ekonomi berbasis kejujuran, efisiensi dan kemudahan.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada penelitian ini pada dasarnya mendapatkan gambaran topik

permasalahan yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang mungkin dilakukan

oleh penelitian yang lain sebelumnya, kajian mengenai manajemen bisnis berbasis

Elektronifikasi di pondok pesantren Nurul Amanah bukanlah pertama kali dilakukan,

akan tetapi sudah ada peneliti yang sebelumnya menulis skripsi mengenai praktek jual

beli anataranya:

1. Widyastuti, K., Handayani, P. W., & Wilarso, I. (2017) dalam jurnal “Tantangan

dan Hambatan Implementasi Uang Elektronik di Indonesia”. dalam penelitian ini

mencoba untuk memberikan penilaian terkait implementasikan uang elektronik

dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Pengukuran dari hasil wawancara survei,

yang kemudian mendapat kesimpulan yaitu infrastruktur yang memadai, tingkat

kepuasan dan penerimaan terhadap uang elektronik sudah berjalan dengan baik.

Namun, preferensi pengguna untuk memilih produk uang elektronik,

dibandingkan produk uang elektronik lainnya masih cukup baik. Dalam jurnal ini,

peneliti juga menjelaskan, faktor penghambat yang dihadapi nasabah uang

elektronik yaitu: keterbatasan merchant, keterbatasan metode akses, keterbatasan

7
channel transaksi, biaya transaksi, kompetitor produk sejenis, serta pengaruh

faktor sosial budaya.

2. Faisal, S. Kom., M. Kom. (2015) dalam skripsi “Evaluasi sistem pembayaran

berbasis elektronik dalam mendukung gerakan nasional non tunai” dalam

penelitian ini mencoba memberi masukan dan pertimbangan teknis pada anggota

Dewan Gubernur dalam pengambilan langkah dan kebijakan strategis untuk

menyikapi dinamika situasi terkini, yaitu untuk mengarahkan industri agar

mampu bergerak efisien, mendorong iklim yang kondusif bagi sistem

pembayaran dan penyelesaian transaksi keuangan, serta memperkuat

perlindungan konsumen, dengan tetap berprinsip kepada kepentingan nasional.

E. Sistematika Pembahassan

Urutan serta sistematika pembahasan yang telah ditentukan oleh peneliti dalam

penulisan skripsi yang berjudul “Manajemen Bisnis Berbasis Elektronifikasi (Studi

Kasus di Pondok Pesantren Nurul Amanah)” yakni tersusun sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Kerangka Teoritik, dan

Sistematika Pembahasan Skripsi.

BAB II Landasan Teori

Berisi tentang teori yang menerangkan tentang pengertian ekonomi

Islam, jual beli yang di haramkan,keuntungan, perdagangan uang, dan

investasi.

BAB III Metodelogi Penelitian

8
Berisi tentang Metodelogi Penelitian yang meliputi tempat penelitian,

jenis penelitian, data yang diperoleh, sumber data, metode

pengumpulan data, metode pengolahan data dan metode analisis data.

BAB IV Analisis Data dan Hasil Penelitian

Berisi tentang Profil Pondok Pesantren Nurul Amanah, dan pratik

Menejemen Bisnis Berbasis Eletronofikasi di Pondok Pesantren Nurul

Amanah , serta hasil analisis data penelitian.

BAB V Penutup

Berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan modern yang beradaptasi

dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan masyarakat kekinian. Pondok

pesantren telah berkembang bukan hanya sekedar fokus menyelenggarakan

pendidikan agama, lebih luas perkembangan pondok pesantren mencakup pelbagai

aspek; pertama sumber daya manusia (SDM). Kedua, pengembangan manajemen

pondok pesantren. Ketiga, pengembangan komunikasi pondok pesantren. Keempat,

pengembangan ekonomi pondok pesantren dan Kelima, pengembangan tekhnologi

pondok pesantren8.

Pondok Pesantren di angkat dari kata santri yang berarti murid. Sedangkan

Pondok Pesantren berasal dari kata fanduk (dalam mbahasa arab) yang berarti rumah

penginapan atau hotel. Akan tetapi pondok di indonesia ialah perumahan sederhana

yang di petak-petak dalam bentuk kamar yang merupakan asrama bagi santri. 9

Pesantren dan juga dapat di pahami sebagai lebaga pendidikan dan pengajaran agama,

yang di selenggarakan dengan cara nonklasikal. Seorang kiyai mengajarkan ilmu

agama islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang di tulis dalam bahasa

arab yang di tulis dalam abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal dalam

pondok pesantren tersebut.10

Terdapat lima elemen dasar yang menjadi unsur pesantren, yaitu : pondok,

masjid, santri, pengajaran kitab–kitab klasik, dan kiyai.11 Adapun fungsi dari

8
Sulthon Masyhud dan Khusnurridlo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2002), Hal. 17.
9
Kuswandi & Amalih, “Sang konsektor pesantren”, (Yokyakarta, Lembaga ladang kata 2015), hlm,109
10
Azizah. S.N, “Manajemen Unit Usaha Berbasis Ekotroteksi (Stady Kasusn Di Pondok Prsantren Al-Ihya
Ulumuddin Kesugihan Cilacap)”, (Volume.02, No.01.2016).
11
Rasyid, “Manajemen Bisnis Makanan Bakso Kolbu Berbasis Syariah Islam Dalam Perspektif Dakwah Di
Pasar Segar Kota Makasar”, (UIN Alauddin Makasar,2016).
10
pesantren tidak hanya pusat pengkaderan pikiran-pikiran agama (center of exellence)

sembagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resaoce), tetapi juga

di harapkan juga menjadi lembaga yang dapat pemberdayaan pada masyarakat (agen

of developmen) dalam segala bidang termasuk bidang ekonomi.12 Bahwasanya

Pondok Pesantren di harapkan mampu berdampingan dan memberikan kontribusi bagi

perkembangan masyarakat di sekitar lingkungannya, baik dalam bidang keagamaan

maupun bidang lainnya, seperti sosial, ekonomi dan budaya.

Pondok Pesantren merupakan salah satu lembaga yang masih lemah dalam

bidang ekonominya. Oleh karena itu Pesantren memerlukan konsep menejemen yang

di maksud untuk mendorong atau pemperkuat ekonomi santri, kelembagaan, inovasni

dan networking, memperkuat potensi ekonomi lokal, serta memberdaya ekonomi

umat. Sebagai dampak dari implentasi menejemen unit Pondok Pesantren yang

berhasil, maka akan terbentuk karakteristik secara umum, seperti pelaksaan kegiatan

usaha berbasis learning by doing implementasi prinsip self berduring sistem,

terbentuknya kemandirian ekonomi Pondok Pesantren secara keseimbangan

kesejahteraan lahiriyah dan batiniyah.13

Pondok modern di era yang modern ini harus memusatkan pada tiga variabel

mendasar: materi, pandangan dunia, dan metodologi. Selanjutnya, dalam menghadapi

tantangan yang berat akibat dari perubahan global tersebut pondok modern dituntut

memiliki tiga kemampuan: (1) kemampuan untuk survive (bertahan hidup) di tengah-

tengah perubahan dan persaingan yang terus bergulir; (2) kemampuan untuk

meningkatkan kualitas kehidupannya (rohaniah dan jasmaniyah); dan (3) kemampuan

untuk berkembang dan beradaptasi dengan tuntutan zaman yang terus berubah.

Sementara itu, pondok modern cenderung dapat mengembangkan diri, dan bahkan

12
Nadzir, “Membangun pemberdayaan ekonomi di pesantren…,hlm.41
13
Suwito NS, “Model pengembangan ekonomi pondok pesantren”, (STAIN Porwokerto, Volume 6 No, 3 2008)
11
kembali menempatkan diri pada posisi yang penting dalam sistem pendidikan nasional

Indonesia secara keseluruhan. Lebih dari itu, pondok modern dipercaya mampu

memberikan sumbangan dan berfungsi pada pengembangan modal dasar rohaniah

dalam pembangunan nasional. 14

1. Aspek-Aspek Pendidikan di Pondok Pesantren

Ada beberapa aspek sistem pendidikan pesantren meliputi :

a. Manajemen Pendidikan Pesantren

Pesantren sebagai lembaga pendidikan (nonformal) dan bagian dari sistem

pendidikan nasional yang memiliki tanggung jawab sama dengan lembaga

pendidikan lain (formal) dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu,

semua unsur pesantren menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan

pendidikan pesantren melalui menajemen yang sesuai dengan karekteristiknya.

Manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin

dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi

tercapai secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanannya, manajemen di setiap

pesantren tidak sama, sesuai dengan kemampuan pesantren dalam melalukan

pembaharuan. Pesantren menurut Hasan Basri sekurang-kurangnya pesantren

dibedakan menjadi tiga corak yaitu: 1) pesantren tadisional, 2) pesantren

transisional, 3) pesantren modern.15

Pertama, pesantren tradisional yaitu pesantren yang masih mempertahankan

nilai-nilai tradisionalnya dalam arti tidak mengalami transformasi yang berarti

dalam sistem pendidikannya, manajemen (pengelolaan) pendidikannya masih

14
Abdul Munir Mulkan, Pesantren Perlu Berbenah, Santri, No. 01, Jakarta, 1997, hlm. 83
15
Hasan Basri, “Pesantren: Karakteristik Dan Unsure-Unsur Kelembagaan”, dalam Abuddin Nata (eds), Sejarah
Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Grasindo,
2001), hlm. 124

12
sepenuhnya berada pada seorang kyai, dan kyai sebagai satu-satunya sumber

belajar dan pemimpin tunggal serta menjadi otoritas tertinggi di lingkungan

pesantrennya

Kedua, pesantren transisional, pesantren ini ditandai dengan adanya porsi ada

ptasi pada nilai-nilai baru (sistem pendidikan modern). Dalam manajemen dan

administrasi sudah mulai ditata secara modern meskipun sistem tradisionalnya

masih dipertahankan seperti pimpinan masih berporos pada keturunan, wewenang

dan kebijakan dipegang oleh kyai karismatik dan lain sebagainya. Dari segi

kelembagaan sudah mulai ada yang mengelola atau mengurus melalui kesepakatan

bersama dan kyai sudah membebaskan santri untuk memberikan pendapat. Pada

umumnya pesantren ini tidak terdapat perencanaan-perencanaan yang tepat dan

tidak mempunyai rencana induk pengembangan pasantren untuk jangka pendek

maupun jangka panjang.16

Ketiga, pesantren modern, pesantren telah mengalami transformasi yang

sangat signifikan baik dalam sitem pendidikannya maupun unsur- unsur

kelembagaannya. Pesantren ini telah dikelola dengan manajemen dan administrasi

yang sangat rapi dan sistem pengajarannya dilaksanakan dengan porsi yang sama

antara pendidikan agama dan pendidikan umum, dan penguasaan bahasa Inggris dan

bahasa Arab. Sejak pertengahan tahun 1970-an pesantren telah berkembang dan

memiliki pendidikan formal yang merupakan bagian dari pesantren tersebut mulai

pendidikan dasar, pendidikan menengah bahkan sampai pendidikan tinggi, dan

pesantren telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen.17

B. Menejemen

16
Imam Barnawi, Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: Al Ikhlas,1993), hlm. 108
17
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sisten Pendidikan
Pesantren, ( Jakarta: INIS, 1994) hlm. 146
13
1. Pengertian

Secara etimologis kata “manajemen” berasal dari kata “managio”, berarti

“pengurusan” atau “managiare”, yaitu melatih dalam mengatur langkah-langkah,

dapat juga berarti bahwa manajemen sebagai ilmu kiat dan profesi. Sedangkan

Pengertian “ manajemen” secara terminologi memiliki banyak makna. Beberapa

pengertian manajemen dalam perspektif para pakar, antara lain sebagai berikut:

a. Kementrian Pendidikan Nasional memberikan definisi manajemen sebagai

proses penggunaan sumber daya secara efektif dan efesien untuk mencapai

sasaran atau tujuan.

b. Manajemen Pendidikan memberikan batasan tentang istilah manajemen,

yakni: manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasi, memimpin

dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan

organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

c. Manajemen dapat diartikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan melalui

usaha-usaha orang lain. Seorang kepala SMA dapat diartikan melakukan

aktivitas manajemen, manakala berupaya mengatur guru-guru dan karyawan,

mengunakan dan melakukan pembinaan terhadap mereka sehinga mampu

berpartisipasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.18

Dari berbagai penjelas di atas dapat disimpulkan, bahwa Manajemen adalah

suatu ilmu atau seni yamg dimiliki oleh seorang pemimpin (Leader) dalam upaya

memanfaatkan sumber-sumber daya organisasi yang ada melalui kegiatan

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta dilakukan

dengan melibatkan partisipasi seluruh komponen menurut fungsinya masing-

masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

18
Yahya. F.A,” Problem Manajemen Pesantren, Sekolah, Madrasah: Problem Moto Dan Kualitas Input-
Proses-Output”, (Ponorogo, 2015)
14
Manajemen secara umum, manajemen adalah kegiatan untuk mencapai

tujuan atau sasaran yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan menggunakan

orang-orang lain (getting things done thrugh the effert of other people). Dari

pergantian ini tersirat empat unsur menejemen, yaitu: Pemimpin, pelaksana,

tujuan yang dicapai dan kerja sama dalam mencapai tujuan tersebut.

Apabila kita membuat suatu pembatasan atau difinisi tentang menejemen,

dapat ditentukan sebagai berikut, “bekerja dengan orang-orang untuk mecapai

tujuan korganisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencaan (planning),

pengorganisasian (organizing), penyusun personalia atau kepegawaian

(staffing), pengarah dan kepemimpinan (learding), dan pengawasan

(controlling).

Secara umum, manajemen dapat di artikan sebagai upaya mengatur sumber

daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan organisasi yang telah di tentukan.

Dalam kegiatan mengatur ini kemudian timbul beberapa masalah. Siapa yang

mengatur, mengapa harus di atur, dan apa tujuan dari pengaturan tersebut. Dari

pertayaan tersebut maka di perlukan mempelajari, dan mempraktekkan konsep

menejemen secara baik sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik.

Karena sifat pengaturan melekat pada manajemen, maka banyak orang yang

mengartikan manajemen sebagai tata cara atau tata laksana yaitu, mengatur suatu

kegiatan, membimbing, dan memimpin orang-orang yang menjadi bawahan untuk

mecapai tujuan yang telah di tetapkan.

2. Prinsip-prinsip Manajemen

Prinsip manajemen adalah dasar atau pedoman kerja yang bersifat pokok

yang tidak boleh diabaikan oleh setiap manajer atau pemimpin. Dalam prakter

manajemen harus diusahakan agar prinsip-prinsip manajemen ini hendaknya tidak

15
baku, melainkan harus luwes, yaitu bisa diubah sesuai dengan kebutuhan. Prinsip-

prinsip manajemen, yaitu antara lain:

a. Pembagian kerja yang berimbang; dalam membagi tugas dan jenisnya kepada

semua kerabat kerja seorang manajer hendak bersifat adil (bersifat sama baik

dan memberikan beban kerja yang berimbang).

b. Pemberian kewenangan dan rasa tanggung jawab yang tegas dan jelas setiap

kerabat kerja atau karyawan hendaknya diberi wewenang sepenuhnya untuk

melakukan tugasnya dengan baik dan mempertanggung jawabkannya kepada

atasan.

c. Disiplin; kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan nyata (bekerja

sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya)

berdasarkan rencana, peraturan dan waktu (waktu kerja) yang telah

ditetapkan.

d. Kesatuan perintah; setiap karyawan atau kerabat kerja hendaknya menerima

satu jenis perintah dari seorang atasan langsung, bukan dari beberapa orang

yang sama-sama merasa jadi atasan seorang karyawan tersebut.

e. Kesatuan arah; kegiatan hendaknya mempunyai tujuan yang sama dan

dipimpim oleh seorang atasan langsung serta didasrkan pada rencana kerja

yang sama (satu tujuan, rencana, dan pimpinan).19

3. Fungsi Manajemen

(management) adalah proses kerja dengan menggunakan orang dan sumber

daya untuk mencapai tujuan. Pemahaman mengenai fungsi manajemen

dikalangan para ahli relatif bervariasi. Namun demikian, fungsi manajemen dapat

dipandang dalamk dua klasifikasi utama, yaitu fungsi organik dan fungsi

19
Septiana, “Pengantar Bisnis Dan Manajemen”, (Pemekasan Duta media publishing, 2016) hlm, 93-94
16
pelengkap. Fungsi organik adalah semua fungsi yang mutlak yang dijalankan oleh

manajemen, sedangkan fungsi pelengkap terkait dengan semua fungsi yang

meskipun tidak mutlak yang dijalankan oleh organisasi.20

Fungsi dasar manajemen ialah berkenaan dengan perencanaan,

pengorganisasian, menggerakkan, dan pengendalian. Masing-masing diurikan

sebagai berikut:

a) Perencanaan

Perencanaan (planning) adalah proses penetapan tujuan yang akan

dicapai dan memutuskan tindakan tepat yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan tersebut. Aktifitas perencanaan termasuk menganalisis situasi saat ini,

mengantisipasi masa depan, menentukan sasaran, memutuskan dalam

aktifitas apa perusahan akan terlibat, memilih strategi korporat, dan

menentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi.

Rencana menetapkan. Nilai (value) adalah konsep yang kompleks secara

mendasar, nilaidigambarkan dengan sejumlah moneter yang dikaitkan

dengan beberapa pekerjaan yang dilakukan, tugas, pokok, atau jasa yang

memenuhi kebutuhan pemakai.21

b) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah proses mengkordinasikan sumber-sumber

daya (resources) meliputi manusia, perlatan, bahan, uang, dan waktu. Proses

ini merupakan aktifitas yang paling menentukan dalam keefektifan untuk

mencapai tujuan organisasi. Pada tahapan ini dilakukan menentuan fungsi,

hubungan, dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi dalam bentuk

20
Alma & Priansa, “Manajemen Bisnis Syariah menanamkan nilai dan praktek syariah dalam bisnis
kontemporer”, (Bandung, Alfabeta, 2014), hlm.116
21
Bateman & Snell, “Manajemen kepemimpinan dan kerja sama dalam dunia yang kopetitif”, (Jakarta,
Salembang 4, 2014), hlm, 15.
17
garis, staf, dan fungsional. Hubungan meliputi tanggung jawab dan

wewenang. Sedangkan struktur terbagi menjadi bentuk vertikal atau

horizontal.22

Langkah pertama yang sangat penting dalam pengorganisasian pada

umumnya harus dilakukan sesudah perencanaan adalah proses mendesain

organisasi yaitu penentuan struktur organisasi yang paling memadai untuk

strategi, orang, teknologi dan tugas organisasi.23

c) Menggerakkan

Menggerakkan\kepemimpinan adalah suatuproses untuk memprngaruhi

aktivitas dari pada kelompok yang terorganisir dalam usaha untukmencapai

tujuan yang telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan. Memimpian adalah

suatuproses mempengaruhi yang lain untuk bekerja menuju pencapaian

tertentu.

d) Pengendalian

Pengendalian (controling) adalah suatu upaya yang sistematis untuk

menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang sistem

umpan balik informasi sesungguhnya dengan standar terlebih dahulu

ditetapkan, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur

signifikansi penyimpangan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan-

perbaikan yang diperlukan untuk menjamin sumber daya organisasi yang

digunakan sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan efisien guna

tercapainya sasaran organisasi. Jadi tujuan utama dari pengendalian adalah

22
Wijaksono, “Manajemen keuangan syariah Depot ayam bakar pak “D” surabaya, (study kasus pada depot
ayam bakar pak “D” surabaya)”, (Universitas trunojo madura, 2017), hlm.47
23
Alma & Priansa. Manajemen Bisnis Syariah menanamkan nilai dan praktek syariah dalam bisnis
kontemporer.., hlm.123

18
memastikan hasil kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Denganadanya pengendalian diharapkan:

1. Dapat mengetahui atau memastikan kemajuan yang diperoleh dalam

pelaksanaan perencanaan.

2. Dapat meramlkan arah perkembangan dan hasil yang akan dicapai.

3. Dapat menentukan tindakan pencegahan apa yang diperlukan untuk

menghadapi permasalahan-permasalahan.

4. Memberikan masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki

perencanaan yang akan datang.

5. Mengetahui adanya penyimpangan terhadap perencanaan sedini

mungkin.24

4. Manajemen Dalam Bisnis

Manajemen sangat penting untuk di implementasikan dalam kegiatan

bisnis. Kebutuhan terhadap manajemen, bukan hanya karena kebutuhan akan

pengembangan bisnis dan respon terhadap lingkungan perubahan organisasi,

namu lebih jauh dari itu, kebutuhan terhadap manajemen ialah kebutuhan untuk

mengsukseskan tercapainya tujuan bisnis, serta terlaksananya seluruh kegiatan

oprasiaonal bisnis denagan optimal manajemen yang terampil adalah manajemen

yang mampu mengimplemintasikan fungsi manajemen dalam kegiatan

operasional bisnis secara optimal.

Berapa alasan pentingnya mengapa manajemen mesti di implementasikan

dalam kegiatan bisnis adalah:

1) Manajemen merupakan suatu kekuatan yang mempunyai fungsi sebagai alat

pemersatu, pengerak, dan pengkordinir berbagai kegiatan bisnis;

24
Ibid, 121-122.
19
2) Manajemen merupakan sistem kerja yang rasional dalam rangka pencapayan

tujuan organisasi. Sistem tersebut akan menghasilkan kinirja oprasional

bisnis yang efektif dsn efesien;

3) Manajemen mempunyai prinsp-prinsip yang universal sehingga dapat di

pergunakan dalam setiap kegiatan opersionsl bisnis tanpa mengubah budaya

organisasi yang ada.

4) Manajemen merupakan kemampuan atau keahlian pegawai untuk mengelola

selaga aktivitas yang terjadi di lingkungan bisnis sehingga dapat mendeteksi,

menyesuaikan, serta menghadapi berbagai perubahan yang terjadi, baik

perubahan teknologi, lingkungan persaingan, maupun tuntutan

perkembangan yang lebih luas.

5) Manajemen akan menciptakan kegiatan oprasional bisnis yang akan

membawa organisasi kepada kedudukan yang lebih tinggi dan di hargai,

karena merupakan salah satu faktor produksi yang sangat di perlukan

organisasi.

6) Manajemen merupakan suatu profesi untnuk dapat menangani dengan tepat

kegiatan oprasional bisnis dengan manajemen, akan terdapat pengaturan

yang tepat bagi bisnis.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulakan bahwa manfaat

manajemen bagi kegiatan bisnis sangat penting, karena di samping bersifat

pengetahuan, juga merupakn keahlian dari manajer atau pimpinan dalam

memcahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam bisnis melalui mekanisme

sistem yang tepat di pergunakannya.25

C. Elektronifikasi

25
Ibid, 113-114.
20
Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, pola dan instrument

pembayaran dalam bertransaksi ekonomi terus mengalami perubahan. Kemajuan

teknologi mempengaruhi instrument pembayaran dan menggeser peranan uang tunai

sebagai alat pembayaran ke dalam bentuk pembayaran non tunai yang lebih efisien

dan ekonomis (Lintangsari, 2018). Bank Indonesia menggencarkan Gerakan Nasional

Non Tunai (GNNT) yaitu pembayaran menggunakan kartu (based-card) berupa kartu

ATM, debit, kredit dan e-money yang bertujuan mengajak masyarakat untuk terbiasa

menggunakan alat pembayaran non tunai. Pembayaran non tunai umumnya dilakukan

dengan cara mentransfer antar bank maupun transfer intra bank melalui jaringan

internal bank tersebut.26

Saat ini pemerintah dan Bank Indonesia tengah menggalangkan program

electronifikasi, yaitu suatu upaya untuk mengubah transaksi masyarakat khususnya di

lingkungan pesantren yang semula dilakukan secara manual menjadi elektronik, dari

metode pembayaran tunai menjadi pembayaran non tunai, serta pelaku transaksi

keuangan yang sebelumnya bersifat eksklusif menjadi insklusif. Elektronifikasi

meurpakan implementasi Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) guna meningkatkan

transaksi non tunai di masyarakat khususnya di pesantren yang saat ini masih

tergolong rendah. Selain itu electronifikasi juga mendorong terwujudnya keuangan

inklusif karena dapat membuka akses pondok pesantren untuk terhubung dengan

layanan keuangan serta mendekatkan lembaga keuangan kepada santri. Agar para

santri tidak lagi mengelolah keuangan secara tunai.

Electronifikasi tersebut akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama kartu

e-money yang dapat digunakan untuk transaksi seperti belanja di kanti, laudry maupun

pembayaran syahriah pondok, SSP dan peminjaman buku di perpustakaan.

26
Kusumastuti, “Penerapan Sistem GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) Dalam
Menunjang Transaksi Daring”, Jurnal, Universitas Merdeka Malang, 2019.
21
Elektronifikasi memberikan manfaat secara luas baik bagi masyarakat

khususnya dipesantren, pemerintah, dan perekonomian. Seperti kemudahan,

kenyamanan, keamanan dalam transaksi serta meningkatkan dan memperluas akses

pembayaran. Selain itu elektronifikasi menciptakan transparansi dan governance bagi

pemerintah, sehingga sangat bermanfaat bagi efisiensi perekonomian pesantren.

Bergerak maju mengikuti perkembangan teknologi enam pondok pesantren

yang telah berhasil mengubah paradigma masyarakat yang menganggap pondok

pesantren sebagai lembaga yang ortodok, kuno dan jauh dari kata moderen. Mengikuti

perkembangan zaman yang memasuki era serba digital, enam pondokpesantren telah

berhasil menerapkan elektronifikasi pembayaran di tengah-tengah kehidupan pondok

pesantren yang heterogen.

Tuntutan transaksi yang semakin efesien, aman dan lancar menjadi latar

belakang yang kuat bagi pondok pesantren untuk menerapkan elektronofikasi

pembayaran melalui elektroniikasi pembayaran pihak pengurus pondok pesantren

merasa admistrasi keungan berlangsung menjadi semakin tertib dan lebih efisien

dalam penguaan ke uangan perbedaan kondisi antar pondok pesantren berimplikasi

pada perdaan penerapan elektronifikasi pembayaran di setiap pondok secara garis

besar dapat kami rangkum sebagai berikut:

1. Pondok pesantren sidogiri

Pondok pesantren sidogiri yang di dirikan oleh syaid sulaiman bin

abdurrohman yang merupakan cicit dari sunan gunung jati cirebon, ini yang

berlokasi di wilayah kecamatan keraton pesuruan. Pondok pesantren sidogiri

memilki beberapa lembaga yang bersifat komersial maupun sosial. Kapontren

22
sidogiri adalah salah satu lembaga komersial yang dimiliki dan merupakan badan

usaha yang bergerak di bidang usaha ritel dan sualayan dengan nama toko

basmalah. Selain itu, kapotren sidogiri juga sukses memproduksi air minum

dalam kemasan dengan merek dagang “santri” yang sudah terdistribusi keseluruh

indonesai. Bertambahnya jumlah santri di antisipasi dengan cepat oleh para

pengelola pondok pesantren dengan mengembangkan uang elektronik (UE)

Berbasis close loop dengan nama “E-Maal” dengan teglen one step be better yang

di kelola secara mandiri serta hanya dapat di gunakan di lingkungan pondok

pesantren yang menerbitkan uang elektronik tersebut.

2. Pesantre tebuireng

Pesantren tebuireng yang didirikan leh KH. Hasyim Asy’ari pondok ini

terletak di wilayah tebuireng sekitar 8 km dari kabupaten jombang pondok yang

memiliki 11 lembaga sekolah dan perguan tinggi ini memadukan pendidikan

agama dan pedidikan umum. Dalam penerapan elektroniikasi pembayaran, di

lingkungan pondok pesantren, tebuireng mengunakan uang elektronik (UE)

Brizzi dari BRI untuk kemudahan untuk bertrans saksi. Dengan pembayaran

secara elektronifiksi, semua pihak bisa bersama-sama mengetahui beberapa,

untuk apa, dan dimana saja santri melakukan transaksi. Terutama orang tua para

santri yang juga bisa mengontrol ke uangan putra putrinya yang menempuh

pendidikan di pondok, tidak hanya itu, elektronifikasi pembayaran juga sangat

mempermudah kasir dalam melayani santri.

3. Pondok Pesantren Al-Amin

Pondok Pesantren Al-Amin yang di dirikan oleh kiyai khotib (kekek para

pengasuh pondok pesantren yang sekarang ini ) Pondok Pesantren Al-Amin yang

berada di wilayah preduan sumenep. Pondok Pesantren Al-Amin juga

23
menerapkan sistem elektronifikasi pembayaran di lingkungan pondok perlu di

lakukan seiring bertambahnya jumlah santri agar proses transaksi ke uangan agar

bisa di lakukan efektif dan efesien. Elektronifikasi di pesantren dilakukan dengan

dua cara pertama, bekerja sama dengan lembaga ke uangan yaitu dengan BNI

menggunakan firtual accuont, Elektronifikasi di lakukan pengembangan sendiri,

yaitu dengan membuat sistem pembayaran melalui sidik jari (fingert print) adalah

program yang megharuskan santri menggunakan sidik jarinya seabagai midia alat

tukar ketika berbelanja (pengganti uang).

4. Pondok Pesantren Nurul Jadid

Pondok Pesantren Nurul Jadid, didirikan di kabupaten probolinggo oleh:

KH. Zaini mun’in (1950-1976) yang juga memimpin dan mengasuh langsung

pesantren ini. Pondok Pesantren Nurul Jadid juga menerapkan sistem pembayaran

elektronifikasi demi memberikan pelayanan prima pada warga pondok pesantren.

Kompetisis yang semakin ketat di era modernisasi mutlak dilakukan untuk

meningkatkan daya saing pondok pesantren dengan dunia luar. Pratik

pembayaran di pondok pesantren nurul jadid menggunakan viritual account dan

bekerja sama dengan perbankan. Untuk pebelanjaan dengan pihak ketiga, pondok

pesantren melakukan pebayaran secara transfer bank sehingga resiko bisa

diinialkan dan pipinan bisa kontroling terhadap transaksi dengan bank.

5. Pondok pesantren Nurul Amanah

Pondok pesantren Nurul Amanah Kabupaten Bangkalan Madura.

didirikan pada tanggal 19 juli 1994, oleh Drs. KH. Jazuli nur, Lc dan nyai Hj. Siti

Makriah makki. Pondok pesantren nurul amanah skrng ini juga menerapkan

elektronifikasi sistem pebayaran yang sering di sebut dengan E-nura (elektronik

sistem pembayaran) sebuah sistem elektronifikasi Pondok pesantren Nurul

24
Amanah yang di luncurkan pada 12 november 2018, dan sekarang sudah di

terapkan di unit pendidikan, toko dan kantin. Uang elektronik (UE) berbasis cloes

loop yang di kelola secara mandiri serta hanya dapat di gunakan di lingkungan

pondok pesantren yang menerbitkan uang elektronik tersebut. Harapan dengan di

terapkan sistem pembayaran E-Nura agar dapat meningkatkan efektifitas bisnis

dan efesiensi waktu pebayaran, memperepat siklus perputaran barang dan

mendorong pertubuhan bisnis di pondok pesantren nurul amanah.

6. Pondok pesantren nashatut thullab

Beralokasi di kabupaten Sampang. Dalam sejarah pondok pesantren ini

berdiri pada tahun 1670. Di pondok ini juga menerapkan sistem pembayaran

elektronifikasi yang bekerja sama dengan BRI sejak tahun ajaran 2018/2019.

Kerja sama tersebut akhirnya mewajibkan santri untuk memiliki rekening dan

ATM, serta melakukan sistem pembayaran non tunai atau less cash dalam setiap

transaksi jual koperasi maupun kantin. Progra ini sangat membantu orang

tua/wali santri dalam mengontrol pengeluaran dan ke uangan anak. Selain itu,

progra ini dapat menimalisir adanya kehilangan uang, karena siap santri tidak bisa

memegang uang secara tunai.27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) dapat

juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode

27
Bank Indonesia, Sukses Implementasi Elektronifikasi Pembayaran Pondok Pesantren lingkungan pond
ok pesantren provinsi jawa timur, Nulisbuku.com: Jawa Timur,2019. Hlm 7-9.
25
untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat

ke “lapangan” untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu

keadaan alamiah. Dalam hal demikian maka pendekatan ini terkait erat dengan

pengamatan berperanserta. Penelitian lapangan biasanya membuat catatan lapangan

secara ekstensif yang kemudian dibuat kodenya dan dianalisis dalam berbagai cara.28

1. Sumber Data

Data dari penelitian ini diperoleh dari :

a. Data Primer

yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui

wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.29 Di mana data primer ini di

peroleh dari hasil wawancara dengan pengasuh Pondok Pesantren,

pengengola Bank Mini Pondok Pesantren Nurul Amanah, Asatid, Pengurus,

Santri, dan Wali santri Pondok Pesantren Nurul Amanah.

b. Data Sekunder

Merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumentasi.30 Di mana data ini

diperoleh dari perpustakaan, buku-buku mengenai manajemen, pondok

pesantren , elektronifikasi dan dokumentasi yang berkaitan dengan

manajemen bisnis elektronifikasi atau catatan-catatan yang berkaitan dengan

judul.

B. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

28
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2013), 26.
29
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakti, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), 172.
30
Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), 137.
26
Metode pengumpulan data ialah tehnik atau cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau tehnik)

menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi

hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan,

ujian (tes), dokumentasi dan lainnya.31 Akan tetapi peneliti disini menggunakan

dua metode saja yaitu metode wawancara dan metode observasi.

a) Metode Observasi

Observasi yaitu melalukan pengamatan secara langsung ke pasar

Blauran surabaya penelitian untuk melihat dari dekat fenomene atau kegiatan

yang dilakukan.32 Disamping itu, sesuatu disebut observasi apabila

mempunyai tujuan; melihat, mengamati, mencermati sesuatu perilaku tidak

dapat disebut obeservasi jika tidak memiliki tujuan. Dalam hal ini peneliti

observasi langsung ke Pondok Pesantren Nurul Amanah untuk mengetahui

bagaimana model praktek bisnis electronifikasi dan manajemen bisnis

electronifikasi di Pondok Pesantren Nurul Amanah.

b) Metode Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang nantinya

penulis akan mendapatkan keterangan-keterangan berupa lisan dari pihak-

31
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Semula, (Bandung: Alfabeta, 2011),
69.
32
Ibid, 76.
27
pihak yang bersangkutan dalam praktek bisnis electronifikasi dan manajemen

bisnis electronifikasi di Pondok Pesantren Nurul Amanah yang sangat

berguna untuk melengkapi data yang telah diperoleh dari hasil observasi agar

lebeih maksimal.33

c) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang langsung

ditujukan dengan cara pencarian berkas-berkas atau arsip-arsip yang

berhubungan dengan permasalahan penelitian.34

C. Metode Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dikelola menggunakan

penelitian deskriptif analisis. Jenis penelitian ini, dalam deskripsinya juga

mengandung uraian-uraian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-

teknik pengolahan data sebagai berikut:

1. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari

segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan

relevansi dengan penelitian.35

2. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian

yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan dengan

rumusan masalah secara sistematis.36

33
Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D..., 138.
34
Ibid, 139
35
Sugiyono..., 243.
36
Ibid, 245.
28
3. Penemuan Hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari

penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang

ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.37

D. Metode Analisi Data

Data yang telah berhasil dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis secara

deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dengan metode

yang telah ditentukan.38

Penelitian lapangan adalah penelitian yang data utamanya di peroleh dari

informasi-informasi yang di peroleh dari lapangan bukan dari kepustakaan. Penelitian

ini yaitu bersifat kualitatif. Dimana yang di maksud dengan kualitatif ini adalah

metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian

lebih menekankan makna pada generalisasi.39

Peneliti menggunakan motode ini karena yang digunakan adalah metode

deskriptif kualitatif, yang memerlukan data-data untuk menggambarkan suatu

fenomena yang apa adanya (alamiah). Kemudian hasil yang sudah sesuai dengan

peristiwa yang sebenarnya akan diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif yang

berarti pola pikir yang berpedoman pada fakta bersifat khusus kemudian diteliti,

37
Ibid, 246
38
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Format-format Kuantitatif dan Kualitatif ,(Surabaya:Airlangga
University Press, 2001), 143.
39
Sugiono., METODE PENELITIAN & PENGEMBANGAN, (Bandung: ALFABETA, 2015), 15.
29
dianalisa dan disimpulkan sehingga pemecahan persoalan atau solusi tersebut dapat

berlaku secara umum.

E. Uji Keabsahan Data

Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus

memenuhi:

1. Mendemonstrasikan nilai yang benar

2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan

3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari

prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN HASIL

40
Lexy J. Moleong Metodelogi Penelitian Kualitatif ...., 320-321.

30
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Pondok Pesantren Nurul Amanah

Pondok Pesantren Nurul Amanah atau yang biasa di kenal dengan

Panggilan Ponpes NURA, berdirinya Pondok Pesantren Nurul Amanah ini

diprakarsi oleh KH. Jazuli, yang dari awal memang berkeinginan untuk

mendirikan pondok pesantren dan turut serta didukung oleh sang ayah yakni H.

Nur. Tekatnya untuk mendirikan pondok pesantren direalisasikan setelah

mendapat restu dari kedua orang tua serta pengasuh PP. Asshomadiyah, KH.

Syarbini Makky.

Tujuan awal KH. Jazuli mendirikan pondok pesantren adalah untuk

memenuhi dan mewadahi tuntutan serta kebutuhan masyarakat yang heterogen

dan dinamis khusunya di bidang pendidikan dan sosial keagamaan serta

kemasyarakatan. Pada tahun 1992 beliau mencari tempat untuk mendirikan

pondok impiannya, hingga KH. Jazuli menemukan sebuah lokasi yang dianggap

cocok, yakni di Desa Basanah Tanah Merah Bangkalan. Pondok Pesantren Nurul

Amanah Al Makky adalah yayasan yang bergerak dibidang pendidikan dan sosial

yayasan ini bertujuan ingin mencetak kader bangsa yang berakhlakul karimah dan

berwawasan global.

Pondok Pesantren Nurul Amanah adalah salah satu lembaga pendidikan

yang tengah memperbaiki diri di bidang menajemen dan meningkatkan mutu

akademik, dengan memaksimalkan peran yayasan Nurul Amanah Al Makky

sebagai lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, dan lembaga sosial

masyarakat, sebentuk dukungan yang sinergi dengan amanah negara indonesia

dalam hal mencerdaskan dan memajukan anak bangsa.

31
Untuk menunjang eksistensi pesantren sebagai mengujudkan pengabdian

kepada agama dan bangsa, pesantren Nurul Amanah mendidirikan lembaga

pendidikan formal, yaitu Madrasah Tsyanawiyah (MTS) Nurul Amanah, Sekolah

Menengah Pertaman (SMP) Nurul Amanah, Sekolah Menengah Atas (SMA)

Nurul Amanah dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nurul Amanah. Selain

lembaga pendidikan formal, Pesantren Nurul Amanah juga mendirikan Lembaga

Non Formal, yaitu Madrasah Dinia, Taman Pendidikan Al Qur’an, kajian kitab

kuning, Program khusus bahasa asing dan keterampilan.

Pondok Pesantren Nurul Amanah turut serta mendukung dan

mensukseskan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang dicanangkan oleh

Bank Indonesia pada tahun 2014. Dengan meluncurkan e-nura (Elektronifikasi

Nurul Amanah), sebuah elektronifikasi pembayaran Pondok Pesantren Nurul

Amanah pada 12 November 2018. Merutut Gus Didik sebagai kopseptor e-nura.

Pondok Pesantren Nurul Amanah adalah pondok yang berada di posisi

yang sangat strategis karena berada di perbatasan Kecamatan Tragah, Tanah

Merah, Desa Pamorah, dan Desa Basanah serta hanya berjarak 300 M dari jalan

raya Bangkalan-Sampang. Yayasan ini berjarak 2 Km dari kecamatan Tragah, 7

Km dari Kecamatan Tanah Merah, 9 Km dari Kabupaten Bangkalan, 1 Km dari

Jembatan Suramadu arah ke Kota Sampang dan 500 M dari kantor kelurahan

Desa Basanah sehingga jalan menuju Yayasan Nurul Amanah Al Makky

sangatlah mudah Desa Basanah adalah sebuah desa di Kecamatan Tanah Merah,

Kota Bangkalan, yang masih berada di wilayah Provinsi Jawa Timur meskipun

berada di Pulau Madura. Luas Desa Basanah 0.7 Km, jarak dari pusat

pemerintahan Kecamatan Tanah Merah adalah 7 Km dan jarak ke pusat Kota

Bangkalan adalah 9 Km. Berikut dena lokasi Yayasan Nurul Amanah Al Makky :

32
Jembatan Suramadu
JL Tragah
JL Bangakalan Sampang

Desa Poter
Desa Basanah
Desa pamora
h
Yayasan Nurul Amanah Al Makky
Adapun w ilayah -wilayah yang membatasi Desa Basanah antara lain
seba
gai

1. Sebelah Utara : Desa Poter

2. Sebelah Selatan : Desa Pamorah

3. Sebelah Barat : Desa Pamorah

4. Sebelah Timur : Desa Poter

2. visi dan misi.

a. Visi Pondok Pesantren Nurul Amanah adalah:

2) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Islam

3) Menunjang suksesnya pembangunan nasional khususnya dibidang

pendidikan, pengajaran dan kesejahteraan sosial.

4) Membina kader bangsa agar berbudi luhur, berkualitas, berilmu,

beriman dan bertaqwa. Dengan mempunyai misi tersebut tentunya

Pondok Pesantren Nurul Amanah mempunyai usaha-usaha atau misi

untuk mencapai nilai-nilai visivisi tersebut.

b. Misi Pondok Pesantren Nurul Amanah adalah:

33
1) Mendirikan dan mengelola pendidikan formal atau informal.

2) Mendirikan dan mengelola asrama dan pondok pesantren untuk siswa.

3) Mendirikan dan mengelola kursus-kursus keterampilan.41

3. Struktur Pengelolah Pondok Pesantren Nurul Amanah

4. Praktek Bisnis Elektronifikasi di Pondok Pesantren Nurul amanah

Sistem pembayaran digital Elektronifikaksi E-Nura adalah sebuah sistem

yang dibangun berbasis teknologi yang mengintegrasikan “Aplikasi pembayaran

unit pendidikan dan bisnis dengan pembayaran digital yang berupa kartu pada

semua traksasaksi pembayaran baik pada sistem kasir toko/ kantin atau

administrasi unit pendidikan”.

41
Yayasan Pondok Pesantren Nurul Amanah
34
Sistem ini diusulkan untuk menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di

Pondok Pesantren Nurul Amanah seperti halnya: kasus kehilangan uang, kasus

kehilangannya potensi ke untungan yang di sebabkan kelalaian pegawai

kantin/toko itu sendiri, kasus anak santri belanja di luar pondok, kasus sakitnya

anak santri karena di sebabkan makanan yang kurang sehat.

Kartu e-Nura di rancang dengan sebuah sistem yang mana katu itu juga

sebagai identitas santri, kertu e-Nura di proteksi dengan PIN, sehingga setiap

transaksi pembelian di unit bisnis pondok pesantren, di butuhkan PIN. PIN ini

berfungsi sebagai proteksi kartu e-nura tidak bisa digunakan oleh orang lain

ketika kartunya hilang, dan sisitem ini juga dapat di mengatur limit belanja setiap

hari. Limit ini berfungsi dua hal:

a. Fungsi efesiensinya bisa mengatur belanja santri setiap hari agar tidak boros,

dengan menerapkan limit transaksi maka santri tidak dapat membelanjakan

uangnya lebih dari limit yang di tentukan.

b. Fungsi menimalisir untuk kehilangan uang santri dalam jumlah besar karena

kartu ini di gumakan oleh santri lain yang bukan pemiliknya, maka iya hanya

bisa membelanjakan sesuai limitnya, bagi yang kehilagan kartu langsung

mengajukan pembelokiran, sehingga menimalisir kehilangan uang dalm

jumlah banyak.

Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa proses pertama yang dilakukan

dalam penerapan sistem pembayaran berbasis elektronik adalah para santri, guru

dan pengasuh harus terlebih dahulu menabung di bank mini. Uang tabungan

tersebut tersimpan pada database yang dapat diakses oleh sistem pembaca yang

melekat pada kartu. Dengan demikian uang santri terkumpul di Bank Mini yang

disediakan oleh Pondok Pesantren.


35
Bagi pihak koperasi pondok pesantren, dana yang terkumpul adalah dana

yang dapat dimanfaatkan untuk tambahan permodalan koperasi. Pihak koperasi

tidak perlu khawatir dalam pendistribusian dana tersebut, karena santri tidak

dapat menggunakan kartu untuk belanja di tempat lain selain usaha bisnis pondok

pesantren. Dengan demikian dana tersebut dapat dijadikan modal pembelian stock

barang. Kelengkapan stock barang di koperasi akan menarik minat santri untuk

belanja di koperasi, sehingga santri membelanjakan dananya di koperasi pondok

pesantren dengan menggunakan kartu digital tersebut. Disini, koperasi pondok

pesantren mendapatkan dua keuntungan, yaitu:

a. Koperasi mendapatkan modal dari dana yang ditabung oleh santri.

b. Koperasi juga mendapatkan keuntungan dari belanja santri.

Distribusi belanja santri secara otomatis mengurangi dana tabungan santri,

setiap pengurangan belanja santri dari tabungan secara otomatis mentransfer dana

belanja dari tabungannya ke akun tabungan koperasi pondok pesantren. Uang

hasil dari belanja tersebut, uang pokok dikembalikan kepada dana tabungan,

keuntungan menjadi milik dari koperasi pondok pesantren. Dengan demikian,

koperasi pondok pesantren diuntungkan dengan sistem pembayaran elektronisasi

ini, yaitu penggunaan modal dari tabungan santri tapi hasil keuntungannya untuk

koperasi pondok pesantren42

42 Santri Menabung
Hasil wawacara ke jawab E-nura di pindok pesantren nurul amanah.
ke penanaggung
Sjumlah Nominal
Bank Mini Tabungan Santri Bank 36
Mini
1. BANK MINI NURA 2.

SANTRI SANTRI E-NURA

4, 5.
Setiap Transaksi Santri
Secara Otomatis E-Nura Transaksi Di
Mengurangi Saldo Santri Bisnis
Sesuai Nominal

Alur Transaksi Pembayaran Digital Pondok Pesantren


Nurul Amnah

Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa proses pertama yang dilakukan

dalam penerapan sistem pembayaran berbasis elektronik adalah para santri, guru dan

pengasuh harus terlebih dahulu menabung di bank mini. Uang tabungan tersebut

tersimpan pada database yang dapat diakses oleh sistem pembaca yang melekat pada

kartu. Dengan demikian uang santri terkumpul di Bank Mini yang disediakan oleh

Pondok Pesantren43

Bagi pihak koperasi pondok pesantren, dana yang terkumpul adalah dana yang

dapat dimanfaatkan untuk tambahan permodalan koperasi. Pihak koperasi tidak perlu

khawatir dalam pendistribusian dana tersebut, karena santri tidak dapat menggunakan

kartu untuk belanja di tempat lain selain usaha bisnis pondok pesantren. Dengan

demikian dana tersebut dapat dijadikan modal pembelian stock barang. Kelengkapan

stock barang di koperasi akan menarik minat santri untuk belanja di koperasi,

43
Dzikrullah, “Optimalisasi Bisnis Pondok Pesantren Dengan Elektronisasi Sistem Pembayaran Studi Kasus
Pondok Pesantren Nurul Amanah Bangkalan” jurnal, Universitas Trunojoyo Madura.
37
sehingga santri membelanjakan dananya di koperasi pondok pesantren dengan

menggunakan kartu digital tersebut. Disini, koperasi pondok pesantren mendapatkan

dua keuntungan, yaitu:

a. Koperasi mendapatkan modal dari dana yang ditabung oleh santri.

b. Koperasi juga mendapatkan keuntungan dari belanja santri.

Distribusi belanja santri secara otomatis mengurangi dana tabungan santri, setiap

pengurangan belanja santri dari tabungan secara otomatis mentransfer dana belanja dari

tabungannya ke akun tabungan koperasi pondok pesantren. Uang hasil dari belanja

tersebut, uang pokok dikembalikan kepada dana tabungan, keuntungan menjadi milik

dari koperasi pondok pesantren. Dengan demikian, koperasi pondok pesantren

diuntungkan dengan sistem pembayaran elektronisasi ini, yaitu penggunaan modal dari

tabungan santri tapi hasil keuntungannya untuk koperasi pondok pesantren.

Alur Transaksi Pembayaran Sistem Elektronifikasi Nurul Amanah (E-Nura)

BANK MINI
SANTRI

KOPERASI PONDOK
PESANTREN

5. Optimalisaasi pada manajemen usaha


38
Penerapan elektronifikasi pada pondok pesantren mewajibkan koperasi pondok

pesantren untuk memfasilitasi segala kebutuhan santri agar mereka tidak berbelanja ke

luar pondok pesantren. Fasilitas tersebut termasuk bagaimana mengelola stock barang,

mengelola sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan mengoperasikan

sistem toko dan tabungan. Dengan demikian, pada penerapan elektronisasi ini

dibutuhkan standard operasional prosedur (SOP).

Di Pondok pesantren Nurul Amanah memiliki standard operasional prosedur

(SOP). SOP tersebut menjelaskan tentang berapa hal, yaitu:

a) Tata cara transaksi menggunakan kartu elektronik.

b) Tata cara menabung dan cek saldo.

c) Tata cara menambah registrasi.

d) Tata cara menambah dan mengurangi stock barang.

e) Tata cara pelaporan.

f) Tata cara karyawan toko dan bank mini dalam mengoperasionalkan bisnis berbasis

kartu elektronik.

Dengan diterapkannya SOP diatas, maka setiap karyawan dan konsumen

diwajibkan untuk mengikuti aturan yang berlaku. Penerapan SOP ini mendorong

pengelolaan bisnis pesantren lebih modern dan teratur.

6. Penerapan Elektronifikasi Bukan Praktik Monopoli


39
Jika dilihat dari cara pengelolaan bisinis berbasis elektronik, corak bisnis ini

mengarah pada tata cara bisnis monopoli, dimana santri tidak boleh berbelanja kecuali

di lingkungan pondok pesantren.

Penerapan elektronisasi di pondok pesantren Nurul Amanah memerikan

keuntungan bukan hanya pada santri, orang tua dan pondok pesantren. Lebih dari itu,

terdapat nilai pemberdayaan ekonomi masyarakat dalan penerapan ini. Koperasi

pondok pesantren untuk menyediakan fasilitas yang dibutukan santri, koperasi

melakukan kerjasama dengan masyarakat, mereka diberi fasilitas untuk menjualkan

barangnya di lingkungan pondok pesantren.

Akad yang digunakan antara pondok pesantren dengan masyarakat

menggunakan akad musyarokah. Keuntungan yang didapat dibagi prosentasenya, yaitu

90:10, 90% untuk pedagang, 10% untuk koperasi pondok pesantren. Dengan

penerapan pemberdayaan ini, maka aktifitas bisnis di lingkungan pondok pesantren

berjalan optimal.

Dengan menerapkan elektronisasi pada sistem pembayaran ini, koperasi

pondok pesantren mendapatkan keuntungan yang lebih optimal dibandingkan dengan

menggunakan sistem pembayaran tunai. Keuntungan tersebut dapat diklasifikasikan

pada dua hal, yaitu konsumen yang pasti (santri, para guru dan pengasuh) dan

keuntungan dari pembelanjaan konsumen pada koperasi.

1. Kendala Penerapan Sistem Pembayaran Elektronifikasi Nurul Amanah (E-Nura)

a) Unit Pendukung Bisnis Tidak Maksimal.

b) Bergantung Listrik.

c) Biaya Listrik Cukup Besar.

40
d) Tempat Unit Bisnis yang Saling Berjauhan, menjadikan potensi error

jaringan lebih besar dan menyebabkan pembengkangan biaya jika terjadi

kerusakan.

e) Kesulitan memberi pemahaman bahwa e nura merupakan sistem pembantu

administrasi dan perekonomian44

2. Manfaat sistem pembayaran elektronifikasi Bagi Unit Usaha Pesantren.

a) Setiap transaksi keuangan tercatat dalam sistem.

b) Harga, biaya dan keuntungan dapat dilaporkan dengan tepat.

Saat melakukan tutup buku, akan dapat memprediksi barang hilang atau

ketidak cermatan pegawai sehingga kehilangan barang dapat diminimalisir.

c) Software kasir memudahkan bisnis toko dan kantin melihat:

d) Keuntungan setiap hari.

e) Stock barang habis.

f) Laporan setiap transasksi, dapat dicetak setiap hari, minggu dan atau bulan.

g) Kartu tidak dapat dipergunakan di luar, hanya dapat dipergunakan di

lingkungan Pondok Pesantren.

3. Manfaat Sistem Pembayaran Elektronifikasi Bagi Unit Pendidikan.

a) Setiap transaksi keuangan administrasi tercatat dalam sistem server.

b) Terdapat laporan yang santri/ siswa yang sudah membayar, yang belum

membayar dan yang menunggak pembayaran.

c) Petugas dapat mengatur pembayaran sesuai dengan kebutuhan.

d) Kemudahan membuat laporan secara digital.

4. Manfaat Sistem Pembayaran Elektronifikasi Bagi Siswa dan Orang Tua.

44
Hasil wawancara dengan karyawan koperasi pondok pesantren nurul amanah
41
a. Memberi “KEAMANAN” pada uang santri jika terjadi pencurian, keteledoran,

dll.

b. Orang tua dapat memberi batasan limit belanja, contoh: setiap hari dibatasi

10.000 rupiah, maka santri tidak dapat belanja diatas 10.000 rupiah.

c. Kartu diproteksi dengan PIN, sehingga orang lain tidak dapat mempergunakan

kartu e Nura selama PIN tidak diketahui oleh orang lain.

Orang tua dapat melihat data belanja dan pembayaran santri jika

diinginkan untuk mengontrol pengeluaran santri atau untuk kebutuhan laporan,

karena semua transasksi yang sudah dilakukan terekam pada database server.

7. Pratik Manajemen Bisnis Elektronifikasi di Pondok Pesantren Nurul Amanah

Sasaran utama implementasi sistem elektronifikasi di Pondok Pesantren

Nurul Amanah, untuk menciptakan ekosistem sistem pembayaran yang saling

interkoneksi, interoperabilitas dan mampu melaksanakan pemrosesan transaksi yang

mencakup otorisasi, dan meningkatkan perlindungan terhadap santri antara lain

melalui pengamanan data transaksi santri dalam setiap transaksi.

Ketersediaan dan integritas data transaksi sistem pembayaran di Pondok

Pesantren Nurul Amanah untuk mendukung efektivitas sehari-hari yang di lakukan di

Pondok Pesantren Nurul Amnah, untuk menjadi lebih efisiens dan resiliensi sistem

keuangan. Selain itu, Elektronifikasi di Pondok Pesantren Nurul Amanah juga

dihadirkan sebagai backbone guna memberikan dukungan penuh bagi program-

program Pondok Pesantren, Elektronifikasi di Pondok Pesantren Nurul Amanah dan

pengembangan sistem sistem pondok pesantren berbasis elektronifikasi.

Sistem Elektronifikasi pembayaran non tunai melalui beberapa instrument

yang meliputi kartu debit, kartu kredit serta uang elektronik sehingga para santri dapat

42
melakukan transaksi non tunai domestic dari Bank mini Pondok Pesantren Nurul

Amanah maupun secara efisien menggunakan berbagai instrument dan kanal.45

a) Perencanaan

Perencanaan (planning) adalah proses penetapan tujuan yang akan dicapai

dan memutuskan tindakan tepat yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Aktifitas perencanaan termasuk menganalisis situasi saat ini, mengantisipasi masa

depan, menentukan sasaran, memutuskan dalam aktifitas apa perusahan akan

terlibat, memilih strategi korporat, dan menentukan sumber daya yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan organisasi. Rencana menetapkan. Nilai (value) adalah

konsep yang kompleks secara mendasar, nilaidigambarkan dengan sejumlah

moneter yang dikaitkan dengan beberapa pekerjaan yang dilakukan, tugas, pokok,

atau jasa yang memenuhi kebutuhan pemakai.46

e) Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah proses mengkordinasikan sumber-sumber

daya (resources) meliputi manusia, perlatan, bahan, uang, dan waktu. Proses

ini merupakan aktifitas yang paling menentukan dalam keefektifan untuk

mencapai tujuan organisasi. Pada tahapan ini dilakukan menentuan fungsi,

hubungan, dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi dalam bentuk

garis, staf, dan fungsional. Hubungan meliputi tanggung jawab dan

wewenang. Sedangkan struktur terbagi menjadi bentuk vertikal atau

horizontal.47

Langkah pertama yang sangat penting dalam pengorganisasian pada

umumnya harus dilakukan sesudah perencanaan adalah proses mendesain


45
Hasil wawancara dengan karyawan Bank mini Pondok Pesantren Nurul Amanah.
46
Bateman & Snell, “Manajemen kepemimpinan dan kerja sama dalam dunia yang kopetitif”, (Jakarta,
Salembang 4, 2014), hlm, 15.
47
Wijaksono, “Manajemen keuangan syariah Depot ayam bakar pak “D” surabaya, (study kasus pada depot
ayam bakar pak “D” surabaya)”, (Universitas trunojo madura, 2017), hlm.47
43
organisasi yaitu penentuan struktur organisasi yang paling memadai untuk

strategi, orang, teknologi dan tugas organisasi.48

f) Menggerakkan

Menggerakkan\kepemimpinan adalah suatuproses untuk memprngaruhi

aktivitas dari pada kelompok yang terorganisir dalam usaha untukmencapai

tujuan yang telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan. Memimpian adalah

suatuproses mempengaruhi yang lain untuk bekerja menuju pencapaian

tertentu.

g) Pengendalian

Pengendalian (controling) adalah suatu upaya yang sistematis untuk

menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan, merancang sistem

umpan balik informasi sesungguhnya dengan standar terlebih dahulu

ditetapkan, menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur

signifikansi penyimpangan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan-

perbaikan yang diperlukan untuk menjamin sumber daya organisasi yang

digunakan sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan efisien guna

tercapainya sasaran organisasi. Jadi tujuan utama dari pengendalian adalah

memastikan hasil kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Denganadanya pengendalian diharapkan:

6. Dapat mengetahui atau memastikan kemajuan yang diperoleh dalam

pelaksanaan perencanaan.

7. Dapat meramlkan arah perkembangan dan hasil yang akan dicapai.

48
Alma & Priansa. Manajemen Bisnis Syariah menanamkan nilai dan praktek syariah dalam bisnis
kontemporer.., hlm.123

44
8. Dapat menentukan tindakan pencegahan apa yang diperlukan untuk

menghadapi permasalahan-permasalahan.

9. Memberikan masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki

perencanaan yang akan datang.

10. Mengetahui adanya penyimpangan terhadap perencanaan sedini

mungkin.49

Penerapan sisitem elektronifikasi ini di Pondok Pesantren Nurul

Amanah bukan hanya memberikan ke untungan ke pada santri saja tapi juga

memberikan ke untungan ke pada orang tua dan pondok pesantren, lebih dari

itu terdapat pemberdayaan perekonomian masyarakat dalam penerapan sistem

elektronifikasi di Pondok Pesantren Nurul Amanah, koperasi pondok

pesantren untuk menyedikan fasilitas yang di butuhkan oleh santri, dan

koperasi pondok pesantren juga bekerja sama dengan masyakat, mereka di

peluang untuk berjualan di lingkungan pondok pesantren, 50

49
Ibid, 121-122.
50
Hasil wawancara dengan pengelola Bank Mini Pondok Pesantren Nurul Amanah
45
BAB V

A. Kesimpulan

Berdasarka analisis data pengelolaan sistem elektronifikasi di pondok

pesantren nurul amanah yang telah di paparkan secara keseluruhan, maka dapat di

simpulkan bahwasanya penerapan sistem elektronifikasi di pondok pesantren

nurul amanah sangat besar manfaatnya kesemua kegiatan-kegiatan santri, dan

kegiatan pesantren saat ini dan dengan adaanya sistem elektronifikasi ini bisa

mendukung untuk mengembangkan perekonimian pondok pesantren.

Dengan penerapan sistem elektronifikasi di Pondok Pesantren Nurul

Amanah memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Kemudahan bagi santri dan kelancaran untuk bertransaksi di

pondok pesantren nurul amanah dengan ke uangan yang aman da

modern. Dan kelebihan dari sistem ini setiap kali santri bertransi

tercatat di sistem ini jadi santri lebih aman tidak takut kehilangan

uangnya

b. Optimalisasi modal yang dapat di gunakan untuk pengembangan

bisnis pondok pesantren

c. Obtimalisasi ke untungan

d. Optimalis menejen usaha pesantren

e. Optimalisasi pemberdayaan masyarakat.

Secara keseluruhan kegiatan-kegiatan unit usaha ekonomi pondok pesantren

berbasis elektronoifikasi sangatlah penting. Karna memiliki nilai-nilai kepondok

pesantrenan yang kukuh, bisa menjadi basis perubahan sosial, kondisi sosial ekonomi

pesantren yang masih dalam tahap berkembang. Hal tersebut juga selaras dengan tiga

pilar pengembangan unit usaha ekonomi pondok pesantren, yaitu menciptakan iklim

46
yang memungkinkan potensi santri untuk berkembang, memperkuat potensi yang

dimiliki pondok pesantren dan melindungi unit usaha ekonominya pesantren. Proses

manajemen unit usaha ekonomi di Pondok Pesantren serta pengembangannya

memiliki dampak positif untuk mencapai kesejahteraan bersama. Dampak positif

tersebut secara nyata dapat dilihat pada beberapa hal;

a) terciptanya pola kader umat (santri dan masyarakat) yang mandiri dalam

bidang ekonomi,

b) terbentuknya pesantren yang mandiri dalam bidang ekonomi,

c) menjadikan pesantren sebagai patner pemerintah, dan

d) mampu mengangkat ekonomi umat (ekonomi masyarakat sekitar pesantren

maupun masyarakat secara luas).

B. Saran

Kesimpulan diatas merupakan hasil dari rumusan masalah yang telah dibuat oleh

penulis yang mana kesimpulan diatas adalah inti dari penelitian yang dilakukan oleh

penulis. Namun dalam penelitian ini hanya mengambil sebagian dari sistem

elektronifikasi pesantren, sehingga dalam penelitian ini masih dibutuhkan penelitian

lanjutan. Dalam penelitian lanjutan tersebut diharapkan tidak hanya membahas dari

konsep elektronifikasi saja, namun pada penelitian selanjutnya lebih luas lagi

pembahasannya yakni dikaitkan dengan kepuasan pada keputusan pembelian

konsumen disana sehingga akan terjawab dengan pasti kenapa sistem elektronifikasi

bisa berkembang dengan cepat seperti saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

47
BUKU

Abdullah & Saebani. Metode penelitian ekonomi islam. Jawa barat. Cv. Pustaka setia

2014.

Alma & Priansa. Manajemen Bisnis Syariah menanamkan nilai dan praktek syariah

dalam bisnis kontemporer. BANDUNG. Alfabeta. 2014.

Bateman & Snell. Manajemen kepemimpinan dan kerja sama dalam dunia yang kopetitif.

Jakarta. Salembang 4. 2014

Kuswandi & Amalih. Sang konsektor pesantren. Yokyakarta. Lembaga ladang kata 2015.

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Semula,

(Bandung: Alfabeta, 2011).

Septiana. Pengantar Bisnis Dan Manajemen. Pemekasan Duta media publishing.2016.

Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2014),

Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabet. Bandung.2011.

Sugiyono. Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dan

R&D). Alfabet. Bandung. 2010.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakti, ( Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2013),

A, Halim dkk, Manajemen pesantren, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005)

Bank Indonesia, Sukses Implementasi Elektronifikasi Pembayaran Pondok Pesantren

lingkungan pondok pesantren provinsi jawa timur, Nulisbuku.com: Jawa Timur,2019.

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,

2013).

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Format-format Kuantitatif dan Kualitatif ,

(Surabaya:Airlangga University Press, 2001)

48
Sulthon Masyhud dan Khusnurridlo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva

Pustaka, 2002).

Hasan Basri, “Pesantren: Karakteristik Dan Unsure-Unsur Kelembagaan”, dalam

Abuddin Nata (eds), Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembaga-Lembaga

Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2001).

Abdul Munir Mulkan, Pesantren Perlu Berbenah, Santri, No. 01, Jakarta, 1997.

Imam Barnawi, Tradisionalisme Dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: Al Ikhlas,1993).

JURNAL

Azizah. S.N. Manajemen Unit Usaha Berbasis Ekotroteksi (Stady Kasusn Di Pondok

Prsantren Al-Ihya Ulumuddin Kesugihan Cilacap). Volume.02, No.01.2016

Nadzir. Membangun pemberdayaan ekonomi di pesantren. universitas wahid hasyim

semarang. Volume VI / Edisi 1/ Mei 2015

Suwito NS. Model pengembangan ekonomi pondok pesantren. STAIN Porwokerto.

Volume 6 No. 3 2008

Yahya. F.A. Problem Manajemen Pesantren,Sekolah, Madrasah: Problem Moto Dan

Kualitas Input-Proses-Output. Ponorogo. 2015

Widyastuti, K., Handayani, P. W., & Wilarso, I. “Tantangan dan Hambatan Implementasi

Uang Elektronik di Indonesia. 2017

SKRIPSI

49
Rasyid. Manajemen Bisnis Makanan Bakso Kolbu Berbasis Syariah Islam Dalam

Perspektif Dakwah Di Pasar Segar Kota Makasar. UIN Alauddin Makasar.2016

Riyana. sistem pendidikan pondok pesantren dalam membetuk kepribadian santri di

pondok pesantren tarbiatul islamal falah salatiga. Salatiga. 2015

Wijaksono. Manajemen keuangan syariah Depot ayam bakar pak “D” surabaya. (study

kasus pada depot ayam bakar pak “D” surabaya). Universitas trunojo madura. 2017

Faisal, S. Kom., M. Kom. “Evaluasi sistem pembayaran berbasis elektronik dalam

mendukung gerakan nasional non tunai”. 2015.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakti, ( Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2013).

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Semula,

(Bandung: Alfabeta, 2011).

50

Anda mungkin juga menyukai