Anda di halaman 1dari 11

Strategi Pesantren Entrepreneur (PARTNER) terhadap Urgensi Dakwah

berbasis Kewirausahaan
(Studi kasus di Pondok Pesantren Insan Cerdas Mandiri (ICM) Cipocok Jaya, Serang-Banten)

Disusun oleh:
Hendri Kemal Maulana
181510038
KPI-VA

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
2020
Bab 1 Pendahuluan

A Latar Belakang
Dizaman yang serba modern, permasalahan kehidupan kian makin banyak sekali.
Masalah sosial, ekonomi, politik, bahkan sampai menyangkut pada permasalahan agama juga
tidak bisa terbendung lagi. Dengan munculnya berbagai masalah ini, mengakibatkan kurang
harmonisnya hubungan masyarakat, dimana kita setiap hari mendengar berita kejahatan
dilakukan, perampokan, pembunuhan, bahkan pemerkosaan terhadap anak dibawah umur.
Beberapa alasan lain dari faktor kejahatan tersebut ialah karena faktor ekonomi dan minimnya
pengetahuan tentang agama oleh sebagian masyarakat. Permasalahan-permasalahan yang muncul
ditengah masyarakat tersebut harus segera diselesaikan baik dari segi moral dan keimanannya,
maupun dari segi kesejahteraannya. Hal ini demi menciptakan kehidupan yang damai, aman dan
sejahtera.
Dalam hal ini kegiatan dakwah menjadi salah satu jawaban yang akan menyelesaikan
permasalahan tersebut. Dakwah mempunyai tugas penting dalam perbaikan kehidupan
masyarakat baik dari lahir maupun batin. Dakwah dilakukan semata-mata karena ingin mengajak
manusia agar hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Bahagia di dunia dengan hidup rasa
aman dan sejahtera, dan bahagia di akhirat sebagai buah kehidupan di dunia.
Dalam terminologi yang lain, dakwah tidak semata-mata melakukan ceramah diatas
mimbar, akan tetapi dakwah juga bisa dilakukan melalui aksi nyata guna mewujudkan kehidupan
manusia yang sejahtera. Dakwah dalam bentuk aksi nyata ini lebih dikenal dengan
pemberdayaan masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat tidak hanya semata-mata
mensejahterakan masyarakat, akan tetapi juga mengimplementasikan nilai-nilai dakwah Islam
guna mewujudkan masyarakat yang Islami dan sejahtera. Contoh dari pengimplementasian
tersebut bisa melalui dorongan, motivasi, menghargai, membangkitkan kesadaran akan potensi
yang mereka miliki dan selama ini masih terpendam dengan dilandasi pada kemandirian
masyarakat.1
Kemudian, salah satu kelompok atau lembaga yang berperan terhadap suatu gerakan
dakwah melalui pemberdayaan masyarakat diantaranya ialah pondok pesantren. Seperti diketahui
bersama, bahwa pesantren telah berperan besar dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umat.,

1
Ainur Rofiq, “Urgensi Dakwah Pemberdayaan Masyarakat di Era Industry 4.0”, Indonesian Journal of Islamic
Communication, Vol. 3 No.1, Juli 2020, hal.3-4
dengan memberikan pelayanan kepada umat dalam berbagai kebutuhan hidupnya, baik bidang
jasmani maupun rohani, begitu juga dengan urusan material dan spiritual.
Terlebih lagi dewasa ini pondok pesantren telah mengalami berbagai pengembangan
internal yang memungkinkan besarnya peluang pondok pesantren untuk berperan sebagai agen
pembangunan dalam rangka menjembatani dan memecahkan persoalan ekonomi masyarakat
pedesaan melalui pengembangan kewirausahaan. Selain menjalankan tugas utamanya sebagai
kegiatan pendidikan Islam yang bertujuan regenerasi ulama, pesantren telah menjadi pusat
kegiatan pendidkan yang konsisten dan relatif berhasil menanamkan semangat kemandirian,
kewiraswastaan, semangat berdikari yang tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Atas
dasar itu pengembangan ekonomi pesantren tentu mempunyai andil besar dalam menggalakan
wirausaha. Berdasarkan hal tersebut, maka wirausaha merupakan salah satu interpretasi terhadap
sebuah gerakan dakwah.
Satu diantara beberapa pesantren yang dapat menerapkan hal tersebut adalah Pondok
Pesantren Entrepreneur Insan Cerdas Mandiri (ICM) yang bertempat di Komplek Citra Gading,
Karundang, Cipocok Jaya, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Provinsi Banten. Oleh
karenanya tentu menjadi menarik bagi penulis untuk mengkaji dan meneliti lebih jauh terkait
pembelajaran kewirausahaan di lembaga tersebut.2

B Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode pendidikan yang diajarkan di pondok pesantren ICM terhadap strategi
Dakwah berbasis kewirausahaan?
2. Bagaimana implementasi Dakwah berbasis kewirausahaan terkait dengan metode pendidikan
yang diajarkan di Pondok Pesantren ICM?
C Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui metode pendidikan yang diajarkan di pondok pesantren ICM terhadap
strategi dakwah berbasis kewirausahaan.
2. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai dakwah berbasis kewirausahaan di pondok
pesantren ICM melalui metode pendidikan yang diajarkannya.
D Manfaat Penelitian
a Secara Teoritis
2
Mohammad Sarifudin, Skripsi : “Dakwah Berbasis Kewirausahaan di Pondok Pesantren Entrepreneur Tegalrejo
Magelang”, (Semarang : UIN Walisongo, 2018) h. 3
1) Menambah kontribusi keilmuan dalam rangka memahami strategi yang diterapkan pesantren
entrepreneur Insan Cerdas Mandiri terhadap urgensi dakwah berbasis kewirausahaan.
2) Sebagai bahan kajian dan rujukan bagi penelitian di bidang yang serupa.

b Secara Praktis

Sebagai informasi penting bagi pengelola, para ustadz dan para santri agar dapat
dijadikan bahan acuan, masukan ,serta kritikan yang secara tidak langsung mudah-mudahan
dapat berkontribusi terhadap kemajuan pondok pesantren.

E Tinjauan Pustaka

Agar tidak terjadi kesamaan dalam proses penulisan terhadap penelitian yang sebelumnya,
maka penulis menyajikan judul penelitian yang ada relevansinya dengan judul penulis, juga sebegai
referensi bagi penulis terhadap penelitian ini. Karya tersebut ialah: Skripsi Mohammad Sarifudin Jurusan
Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang,
dengan judul : “Dakwah Berbasis Kewirausahaan di Pondok Pesantren Enterpreneur Tegalrejo
Magelang”. Penelitian ini membahas tentang impelementasi nilai-nilai Dakwah berbasis Kewirausahaan
di Pesantren Enterpreneur Tegalrejo Magelang, serta faktor pendukung dan penghambatnya. Dimana
dalam penelitian ini dijelaskan bahwa implementasi nilai dakwah yang terdapat di pesantren ini adalah
dengan selalu menerapkan ilmu dakwah dalam setiap kegiatannya. Seperti halnya dalam sistem praktik
santri dalam berwirausaha, yang meliputi akad dan kualitas barang dan jasa. Etika yang diterapkan di
Pondok Pesantren Enterpreneur Tegalrejo Magelang dalam praktik adalah etika yang dicontohkan
Rasulullah seperti penerapan kejujuran, kepercayaan, kecerdasan dan menyampaikan apa adanya. Dan
yang menjadi faktor pendukung ialah sosok ustadz yang selalu menginspirasi bagi para santrinya,
dorongan orang tua, dan fasilitas pesantren. Sedangkan faktor penghambatnya adalah gejolak kejiwaan
santri, ketidak seimbangan aktivitas dan penyesuaian diri santri.

Perbedaannya dengan penelitian ini adalah, penelitian ini rencananya akan membahas Strategi
Pesantren ICM (Insan Cerdas Mandiri) melalui metode pendidikannya dalam menjawab urgensi dakwah
berbasis kewirausahaan, dimana penelitian ini nantinya akan mengarah kepada pengamatan pola
pengajaran dan kegiatan rutin yang diterapkan dalam membentuk para santrinya, agar tidak hanya
cerdas dalam hal ilmu pengetahuan atau ilmu agama saja, tetapi juga diharapkan mampu menjadi
seorang wirausahawan yang mandiri untuk bekal pemberdayaan ekonomi masyarakat. Juga tentu
peneliti tidak lupa mengkaji nilai-nilai dakwah yang terdapat didalamnya. Selain itu dilihat dari segi
lokasi penelitiannya pun berbeda. Penelitian ini difokuskan di Pondok Insan Cerdas Mandiri yang terletak
di Kelurahan Cipocok, Kota Serang, Provinsi Banten.

F Kerangka Teori
a Pengertian Pesantren
Dalam buku manajemen pesantren disampaikan bahwa pondok pesantren adalah
lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan ilmu-ilmu keislaman, dipimpin oleh seorang
kiayi sebagai pemangku atau pemilik ponpes dan dibantu oleh ustadz, atau guru yang
mengajar ilmu-ilmu keislaman kepada santri, melalui metode dan teknik yang khas.
Didalam ponpes selalu ada elemen kiayi, santri, masjid, tempat tinggal santri, teknik
pengajaran yang khas dan kitab-kitab rujukan.3 Sedangkan, menurut Mubasyaroh “
Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh, serta diakui
oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama dimana santri-santri menerima pendidikan
agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya dibawah kedaulatan
leadership seorang atau beberapa orang kiayi dengan ciri-ciri khas yang bersifat
kharismatik serta independen.”4
Dari definisi diatas, dapat penulis simpulkan bahwasanya pondok pesantren ialah suatu
tempat bagi para santri (orang yang belajar di pondok pesantren) dalam menimba ilmu
agama Islam kepada kiayi atau ustadz, dimana mereka tinggal bersama pada satu tempat
yang dinamakan asrama. Para santri yang belajar di pondok pesantren diharapkan mampu
menguasai ilmu-ilmu agama Islam, dan dapat mempraktikannya dalam kehidupan sehari-
hari.

b Pengertian Dakwah
Secara etimologi, kata dakwah berasal dari bahasa da’a, yad’u, da’watan yang berarti
memanggil, mengundang, minta tolong kepada, berdoa, memohon, mengajak kepada
sesuatu, mengubah dengan perkataan, perbuatan dan amal. Arti-arti yang ada tersebut
bersumber dari kata dakwah yang ada di dalam Al-Qur’an, bahkan Al-Qur’an

3
Zaenal Afandi, “Strategi Pendidikan Enterpreneurship di Pesantren Al-Mawaddah Kudus” BISNIS, Vol. 7 No. 1, Juni
2019, hal.59
4
Mubasyaroh, “Tradisi Pesantren”, (Kudus : STAIN Kudus Press, 2009) h. 26
menggunakan kata dakwah masih bersifat umum, artinya dakwah bisa berarti mengajak
kepada kebaikan.5
Sedangkan secara terminologi, banyak pendapat para ahli dakwah tentang definisi
dakwah. Dakwah adalah suatu proses mengajak, memotivasi manusia untuk berbuat baik,
mengikuti petunjuk Allah, menyuruh menjauhi kejelekan, agar dia bahagia didunia
maupun diakhirat. Taufiq Al-Wa’I mengatakan bahwa dakwah adalah upaya menyeru
kepada manusia dengan menggunakan perkataan dan perbuatan agar mereka menuju
kepada Islam, menerapkan metodenya, berpegang teguh kepada kayakinannya, dan
melaksanakan syariatnya. Muhammad Abul Fatah Al-Bayanuni menjelaskan makna
dakwah secara epistemologis dari arti bahasanya bahwa dakwah adalah permintaan
ataupun ajaran untuk sesuatu hal dan upaya untuk meraihnya.
Kata dakwah secara harfiah dapat diartikan sebagai seruan, ajakan, panggilan,
undangan, pembelaan, atau do’a. Meski tertulis di dalam Al-Qur’an pengertian dakwah
tidak ditunjuk secara eksplisit oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, umat Islam
mempunyai kebebasan merujuk perilaku tertentu yang intinya adalah mengajak kepada
kebaikan dan melaksanakan ajaran Islam sebagai kegiatan dakwah.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dakwah dapat dimaknai sebagai proses
menyadarkan manusia terhadap realitas hidup yang harus mereka hadapi berdasarkan
petunjuk Allah dan Rasulnya. Jadi dakwah secara sederhana dipahami sebagai seruan,
ajakan dan panggilan dalam rangka membangun masyarakat sesuai dengan ajaran agama
Islam.6

c Pengertian Entrepreneur/Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai,
kemampuan dan perilaku seseorang dalam menghadapi hidup dan cara memperoleh
peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Kewirausahaan merupakan
suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, memiliki proses sistmatis yang dapat diterapkan
dalam bentuk penerapan kreativitas dan keinovasian.

5
Abdul Basit, “Filsafat Dakwah”, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013) h. 43
6
Mohammad Sarifudin, Skripsi : “Dakwah Berbasis Kewirausahaan di Pondok Pesantren Entrepreneur Tegalrejo
Magelang”, (Semarang : UIN Walisongo, 2018) h. 13-14
Secara bahasa, kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam
bahasa Inggris, unternehmer dalam bahasa Jerman, sedangkan kata entrepreneur berasal
dari Perancis yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil resiko, kontraktor,
pengusaha, dan pencipta yang menjual hasil ciptaannya. 7 Dari kedua definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa kewirausahaan/entrepreneur adalah suatu usaha seseorang atau
kelompok, dalam menciptakan suatu ciptaan baru ataupun mengembangkan yang sudah
ada, dimana hasil ciptaannya tersebut memiliki daya jual yang memungkinkan untuk dijual
oleh penciptanya.
Wirausaha yang sukses pada umumnya adalah yang memiliki kompetensi, yaitu
seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kualitas individu yang meliputi
sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan/kegiatan.
Leonardus Saiman (2014: 44-45) merusmuskan manfaat berwirausaha adalah sebagai
berikut:
1) Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri. Memiliki
usaha sendiri akan memberikan kebebasan dan peluang bagi pebisinis untuk
mencapai tujuan hidupnya.
2) Memberi peluang untuk melakukan perubahan. Semakin banyak pebisnis yang
memulai usahanya karena mereka dapat menangkap peluang untuk melakukan
berbagai perubahan yang menurut mereka sangat penting.
3) Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya. Banyak orang
menyadari bahwa bekerja disuatu perusahaan adalah pekerjaan yang membosankan,
kurang menantang dan tidak ada daya tarik.
4) Memiliki peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin. Walaupun pada
tahap awal uang bukan merupakan daya tarik utama bagi wirausahawan,
keuntungan berwirausaha merupakan faktor motivasi merupakan faktor motivasi
yang penting untuk mendirikan usaha sendiri.
5) Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan
pengakuan atas usahanya.

7
Mohammad Sarifudin, Skripsi : “Dakwah Berbasis Kewirausahaan di Pondok Pesantren Entrepreneur Tegalrejo
Magelang”, (Semarang : UIN Walisongo, 2018) h. 19-20
6) Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai, dan menumbuhkan rasa
senang dalam mengerjakannya. Hal yang dirasakan oleh seorang wirausahawan
adalah bahwa kegiatan usaha mereka sesungguhnya bukanlah kerja. Kebanyakan
wirausahawan yang berhasil memilih masuk dalam bisnis tertentu, sebab mereka
tertarik dan menyukai pekerjaan tersebut.

Secara umum dapat digambarkan bahwa lembaga pendidikan yang telah banyak
berhasil dalam mengembangkan wirausaha dan mengelola berbagai bidang unit usaha
adalah pesantren. Hal ini merupakan upaya nyata dari para pimpinan pesantren dalam
menerapkan nilai-nilai wirausaha dalam mengelola lembaga pendidikannya seperti
kemampuan melihat peluang, keberanian dan bertanggung jawab atas usaha yang
dilakukan, serta memanfaatkan potensi yang dimiliki atau yang diupayakan oleh pesantren
menjadi kegiatan ekonomi sehingga menghasilkan laba yang dapat digunakan untuk
mendukung eksistensi pesantren.

Beberapa model pengembangan usaha ekonomi pesantren diantaranya adalah usaha


ekonomi yang berpusat pada kiayi, usaha ekonomi pesantren untuk memperkuat biaya
operasional, usaha ekonomi untuk santri dengan memberi keterampilan dan kemampuan
bagi santri agar kelak keterampilan itu dimanfaatkan selepas keluar dari pesantren, dan
usaha ekonomi bagi para alumni pesantren.8 Inilah yang dinamakan pesantren
entrepreneur, sebuah lembaga pendidikan agama Islam, dimana santrinya tidak hanya
diajarkan ilmu agama saja, tetapi juga dibekali illmu wirausaha sebagai bekal
kehidupannya dalam menghadapi pemberdayaan ekonomi.

7) Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Sumber Data
a Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.9
b Sumber Data
8
Zaenal Afandi, “Strategi Pendidikan Enterpreneurship di Pesantren Al-Mawaddah Kudus” BISNIS, Vol. 7 No. 1, Juni
2019, hal. 60-62
Adapun data yang nantinya akan diperoleh dalam penelitian ini yaitu
1) Data Primer
Data Primer yaitu segala bentuk data yang didapatkan secara
langsung dari hasil studi kasus di lapangan ( Lokasi Penelitian). Teknik
pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi (pengamatan),
wawancara (interview), dan dokumentasi.
2) Data Skunder.
Data Sekunder yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengambil referensi kepustakaan dan teori pendukung yang
didapatkan dari berbagai sumber seperti buku, media elektronik, dan
jurnal ilmiah.
2. Subjek Penelitian
Subjek yang akan diambil datanya dalam penelitian ini yaitu Pimpinan pondok
pesantren ICM, Para asatidz yang mengajar di pondok pesantren ICM, para santri, dan
semua pihak yang terlibat di pondok pesantren ICM
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
a Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini bertempat di pondok
pesantren Insan Cerdas Mandiri (ICM) Komplek Citra Gading, Karundang,
Cipocok Jaya, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Provinsi Banten.
b Waktu Penelitian
Penelitian ini rencananya akan dilakukan pada bulan Oktober 2020 sampai
dengan selesai.

4. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan beberapa
metode teknik pengumpulan data sebagai berikut
a Wawancara atau Interview

9
Andi Prastowo, “Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian”, (Jogjakarta : Ar-Ruzz
Media, 2012) h. 22
Metode wawancara (interview) yaitu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis
dengan berlandaskan tujuan penelitian. Melalui metode ini, penulis menanyakan
secara langsung kepada narasumber, selanjutnya jawaban dari narasumber akan
dicatat atau direkam dengan alat perekam.
b Observasi
Metode observasi yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data atau keterangan melalui pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian.
c kepustakaan

Metode mendapatkan data dari dokumen atau buku-buku yang bersangkutan.

d Dokumentasi
Mengumpulkan data-data dokumentasi berupa foto, gambar, arsip, dan data-
data yang diperlukan lainnya mengenai pondok pesantren ICM.
5. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisi data yang akan penulis gunakan adalah analisis data
kualitatif model Miles and Huberman, yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivtitas dalam analisis data yaitu, data
reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion
drawing/verification (penarikan kesimpulan).10

8) Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis membagi dala lima bab, dimana bab satu dengan yang
lainnya saling berkaitan. Adapun sitematikanya adalah sebagai berikut:

Bab pertama berisi tentang pendahuluan, bab ini merupakan suatu pengantar untuk
sampai pada pembahasan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
10
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung : Alfabeta, 2014)h.246
Bab kedua merupakan profil pesantren dan kondisi objektif yang terdapat di pondok
pesantren entrepreneur Insan Cerdas Mandiri (ICM).

Bab ketiga berisi tentang intergrasi keilmuan antara dakwah dan kewirausahaan.
Bagaimana metode dakwah berperan terhadap kewirausahaan sehingga umat tidak hanya
tercukupi kebutuhan batinnya saja, melainkan juga kebutuhan lahir terhadap keadaan
ekonominya.

Bab keempat berisi tentang pembahasan , bab ini merupakan analisis terhadap strategi
pesantren entrepreneur Insan Cerdas Mandiri (ICM) dalam menjawab urgensi tantangan dakwah
terhadap pemberdayaan ekonomi.

Bab kelima adalah penutup yang memuat tentang kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka

Lampiran-Lampiran

9) Daftar Pustaka

 Rofiq, Ainur, “Urgensi Dakwah Pemberdayaan Masyarakat di Era Industry 4.0”,


Indonesian Journal of Islamic Communication, Vol. 3 No.1, Juli (2020)
 Sarifudin, Mohammad, (2018) Skripsi : “Dakwah Berbasis Kewirausahaan di Pondok
Pesantren Entrepreneur Tegalrejo Magelang”,UIN Walisongo, Semarang.

 Afandi, Zaenal, “Strategi Pendidikan Enterpreneurship di Pesantren Al-Mawaddah


Kudus” BISNIS, Vol. 7 No. 1, Juni (2019).
 Mubasyaroh, (2009) “Tradisi Pesantren”, STAIN Kudus Press, Kudus.
 Basit, Abdul, (2013)“Filsafat Dakwah”, Rajawali Pers, Jakarta.
 Prastowo, Andi, (2012) “Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian”, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta.
 Sugiyono, (2014) “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, Alfabeta,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai