Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kata Pesantren memang sudah menjadi bahasa resmi yang digunakan

dalam berbagai bentuk. Pesantren pada dasarnya berasal dari kata santri. Kata

santri berasal dari kata sasthra/i yang diambil dari Bahasa Tamil India, dan

mempunyai makna orang yang pakar di bidang kitab suci. Kata santri

kemudian diberi prefik pe- dan akhiran -an, sehingga menjadi kata pesantren,

yang maknanya adalah peserta didik yang tinggal di pemondokan atau

asrama.1

Kehadiran pesantren di tegah-tengah masyarakat tidak hanya sebagai

lembaga penyiaran agama Islam tetapi sebagai lembaga pendidikan yang

mengembangkan sikap kemandirian ekonomi. Karena kemandirian ekonomi

merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Pesantren identik dengan kepemimpinan kyai yang seluruh kebijakan-

kebijakannya cenderung bersifat eksklusif karena diputuskan sendiri oleh

Pengasuh.2

Kyai sebagai seorang yang mempunyai pengaruh dan karismatik

tersendiri dilingkungan pondok maupun masyarakat, segala yang diucapkan

maupun tingkah lakunya akan menjadi panutan, sehingga perlu menjadi

bahan pertimbangan dan penalahan lebih tajam dari jumlah santri yang

tinggal dan belajar dalm pondok maupun para alumni santri yang telah
1
Marlina, Potensi Pesantren Dalam Pengembangan Ekonomi Syariah, Jurnal Hukum
Islam (JHI) Volume 12, Nomor 1, Juni 2014.
2
Dede Imam Mughini.Strategi Pengembangan Kemandirian Ekonomi Santri.Jurnal Ekonomi.
tersebar dipelosok tanah air merupakan pasar yang jelas untuk dapat

mendukung perekonomian dilingkungan pondok pesantren maupun

masyarakat disekitar pondok pesantren.

Pondok pesantren (ponpes) secara teknis merupakan suatu tempat

yang dihuni oleh para santri. Hal ini menunjukkan makna penting dari ciri-

ciri ponpes sebagai sebuah lingkungan pendidikan yang terintegrasi. Sistem

pendidikan ponpes sebetulnya sama dengan sistem yang dipergunakan

akademi militer misalnya, yakni dicirikan dengan adanya sebuah bangunan

beranda, yang di situ seseorang dapat mengambil pengalaman secara

integral.3

Salah satu masalah mendasar yang hingga kini menjadi tantangan

terbesar bangsa Indonesia adalah masalah pembangunan ekonomi.

Pembangunan ekonomi akan memberikan pertumbuhan dan kesejahteraan

ekonomi suatu bangsa. Namun demikian, Indonesia tengah menghadapi

problem yang sangat kompleks dalam masalah pembangunan ekonomi, yang

berimplikasi pada munculnya kesenjangan ekonomi di berbagai sektor. Hal

ini disebabkan karena pembangunan tidak mampu menyerap potensi ekonomi

masyarakat, termasuk angkatan kerja sebagai contributor bagi percepatan

pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi tersebut.

Problem yang dimiliki bangsa Indonesia itu antara lain adalah

pertumbuhan ekonomi yang tidak dibarengi dengan kesempatan tenaga kerja

yang merata, sementara angka produktif penduduk Indonesia tidak

3
Wahid dalam Marlina, Potensi Pesantren dalam Pegembangan Ekonomi, Jurnal Hukum Islam
(JHI) Volume 12, Nomor 1, Juni 2014.
berbanding lurus dengan besarnya jumlah peluang usaha dan investasi di

Indonesia. Ditambah lagi banyaknya peluang dan kesempatan investasi

tersebut tidak banyak didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang

kualified. Akibatnya timbul kesenjangan antara kebutuhan lapangan

pekerjaan dengan kesempatan yang diberikan oleh pelaku usaha kepada

angkatan kerja, yang pada akhirnya menyebabkan timbul dan banyaknya

pengangguran.4

Pola pikir yang diwujudkan dalam bentuk cita-cita menjadi pegawai

sebenarnya sudah terjadi di berbagai belahan dunia sejak puluhan tahun yang

lalu. Max Gunther, seorang penulis buku motivasi, pernah mengkritik sistem

pendidikan di Amerika Serikat tahun 70-an yang katanya hanya akan

melahirkan lulusan “sanglarstik” yang artinya mereka mempunyai mental

buruh, yaitu menjadi pegawai negeri atau pegawai swasta.5 Mereka kurang

mau dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Bahkan untuk kasus di

Indonesia, hal itu masih terjadi sampai sekarang.

Jumlah penduduk Indonesia yang masih menganggur ataupun miskin

sebagian besar adalah umat Islam. Untuk itu, diperlukan upaya yang

sistematis untuk mempersiapkan para santri dengan bekal ketrampilan dan

kemandirian hidup, agar alumni pondok pesantren tidak menjadi

pengangguran dan beban bagi masyarakat.

Pondok pesantren mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan

dan memberdayakan santri dalam segala bidang termasuk dalam bidang


4
Deden Fajar Badaruzzaman,Pemberdayaan Kewirausaahan Terhadap Santri Dipondok
Pesantren,2009:Jakarta
5
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Raja Grafindo Utama, 2006), h.2.
ekonomi.6 Peran ini memang tidak mudah bagi pesantren yang selama ini

lebih berkonsentrasi pada bidang keagamaan dari pada bidang ekonomi. Ini

merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh pesantren, untuk merubah

pola dakwah yang menitikberatkan cara bil lisan menjadi pola dawah bil hal

di tengah-tengah permasalahan masyarakat yang semakin komplek.

Pondok pesantren dengan eksistensinya sebagai salah satu lembaga

yang mempunyai pengaruh kuat untuk membangun kemandirian ekonomi

melalui program-program yang ditawarkan oleh pondok pesantren baik yang

berkenaan dengan pendidikan keagamaan sampai kepada pelatihan

kewirausahaan, hal ini yang memotivasi beberapa pondok pesantren untuk

mencoba memadukan sistem pendidikan agama dengan pendidikan

kewirausahaan.7

Pada masa lalu pondok pesantren selalu identik dengan

keterbelakangan teknologi, selalu identik dengan sarung, kampungan dan

tidak mandiri maka di milinium kedua pondok pesantren dituntut untuk bisa

menghasilkan alumni-alumni yang berpengetahuan, mengerti teknologi dan

mandiri.

Pondok pesantren dengan berbagai harapan dan predikat yang

dilekatkan padanya, sesungguhnya berujung pada tiga fungsi utama yang

senantiasa diemban, yaitu: Pertama, sebagai pusat pengkaderan pemikir-

pemikir agama (Center of Excellence). Kedua, sebagai lembaga yang

6
Mohammad Nadzir, Membangun Pemberdayaan Ekonomi di Pessantren, Jurnal economica
Volume VI/Edisi 1/Mei 2015
7
Ilham Bustomi dan Khotibul Umam, Strategi Pemberdayaan Ekonomi Santri Dan Masyarakat
Di Lingkungan Pondok Pesantren Wirausaha Lantabur Kota Cirebon, Jurnal Al-Mustashfa, Vol.
2, No. 1, Juni 2017.
mencetak sumber daya manusia (Human Resource). Ketiga, sebagai lembaga

yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat

(Agent of Development).

Untuk menjawab tantangan zaman maka pondok pesantren sangat

perlu mengembangkan ilmu pengetahuan ekonomi, keterampilan, dan sikap

kemandirian pada santri dalam berwirausaha. Perencanaan dan strategi yang

digunakan dalam penumbuhan jiwa kemandirian ekonomi harus sesuai,

sehingga dapat digunakan di mana saja baik di perusahaan, sekolah, masjid,

dan salah satunya pondok pesantren.

Salah satu pondok pesantren yang tidak hanya bergerak di bidang

keagamaan tetapi memiliki peran besar untuk mencetak wirausaha Muslim

ialah Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo. Santri diberi pendidikan

untuk mendalami ilmu agama dan diberi pelatihan kewirausahaan melalui

berbagai macam program pelatihan-pelatihan kewirausahaan mulai dari

pelatihan jamur merang, budidaya lele, menjahit dan lain sebagainya.

Pondok pesantren Baitul Hikmah memberikan strategi perpaduan

antara pemberian penanaman ilmu pengetahuan agama dan umum, dan juga

memberikan ketrampilan-ketrampilan (life skill) bagi para santri yang

berkiblat akhlak Rasulullah saw. Pondok pesantren Baitul Hikmah

mengajarkan beberapa ketrampilan dan pendidikan usaha kepada para

santrinya sebagai bekal di masyarakat setelah keluar dari pondok pesantren

yang disesuaikan dengan potensi dari masing-masing santri.


Beberapa alumni pondok pesantren Baitul Hikmah yang sekarang

memiliki usaha atau bekerja setelah mengikuti program pelatihan

kewirausahaan yang mereka ikuti sewaktu di pesantren sebagai berikut:8

Tabel 1: Data alumni dengan pelatihan yang diikuti dan pekerjaannya.

PEKERJAAN/
NO NAMA ALAMAT PELATIHAN
USAHA
1 M. Hidayat Sanenrejo Jamur Merang Jamur Merang
2 Badrus Syamsi Madura Anyaman Bambu Online Shop
Ali Wafa
3
Madura Budidaya Lele Budidaya Burung
4 Riski Fadlillah Cangkring Jamur Merang Kulit Pangsit
5 Babur Royan Tempurejo Pembuatan Roti Mie Ayam Roy

Pemaparan latar belakang tersebut membuat penyusun tertarik untuk

mengetahui program yang diterapkan pondok pesantren Baitul Hikmah

Tempurejo - Jember dalam mengenalkan, memupuk, menumbuhkan, dan

mengembangkan jiwa kewirausahaan santri. Dengan mengangkatnya menjadi

sebuah skripsi dengan judul: “Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Santri

Melalui Program Santri Mandiri Di Pondok Pesantren Baitul Hikmah

Tempurejo”

B. FOKUS PENELITIAN

Dalam penelitaian kualitatif perumusan masalah disebut dengan istilah

fokus penelitian. Pada bagian ini mencantumkan semua rumusan masalah


8
Wawancara dengan Ali Wafa (Pengurus Kantor Alumni Ikatan Santri Baitul Hikmah/ISBAH)
pada 25 September 2018
yang akan di carai jawabannya melalui proses penelitian. Rumusan masalah

harus disusun secara singkat, jelas, tegas, spesifik, operasional yang di

tuangkan dalam bentuk kalimat tanya.9

Adapun rumusan masalah yang berkaitan dengan judul

“Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Santri Melalui program Santri Mandiri Di

Pondok Pesantren baitul Hikmah Tempurejo-Jember” sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem pelaksanaan kewirausahaan melalui program Santri

Mandiri dalam menumbuhkan jiwa wirausaha santri di Pondok Pesantren

Baitul Hikmah Tempurejo?

2. Bagaimana respon santri setelah mengikuti program Santri Mandiri di

Pondok Pesantren Baitul Hikmah?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian yang penulis

lakukan adalah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana sistem pelaksanaan kewirausahaan melalui

program Santri Mandiri dalam menumbuhkan jiwa wirausaha santri di

Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo

2. Untuk mengetahui bagaimana respon santri setelah mengikuti program

Santri Mandiri di Pondok Pesantren Baitul Hikmah

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

9
Babun Suharto, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember Press, 2017), 37
Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak-

pihak terkait, khususnya pada dunia pesantren. Selanjutnya, untuk

memberikan sumbangsih dalam rangka pengembangan budaya

kewirausahaan di kalangan santri dan umat Islam pada umumnya, yang

pada akhimya mampu melahirkan para wirausahawan Muslim yang handal.

Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah

keilmuan Islam.

2. Manfaat praktis

Sedangkan manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini

adalah dengan format pembelajaran nilai-nilai kewirausahaan yang

ditemukan, dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam pembinaan

nilai-nilai kewirausahaan, khususnya sikap kemandirian bagi para santri

maupun masyarakat luas, terutama di pesantren-pesantren yang memilik

kesamaan karakter dengan pesantren yang sedang diteliti.

Dalam jangka panjang, implementasi format pembelajaran nilai

kewirausahaan bagi kalangan santri ini dapat melahirkan pekarya-pekarya

yang mandiri, baik sebagai para wirausahawan Muslim yang handal,

maupun dalam dunia kerja dan profesi lainnya yang disemangati jiwa

kemandiriannya, sehingga para santri mampu meningkatkan citra

pendidikan pesantren dan sekaligus mampu menciptakan lapangan

pekerjaan baru.

E. DEFINISI ISTILAH
Definisi istilah berisi tentang pengertian istilah – istilah penting yang menjadi

titik perhatian penelitian didalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak

terjadi kesalah pahaman terhadap makna sebagaimana yang dimaksud

peneliti. Beberapa hal yang perlu didefinisikan sebagai berikut:

1. Wirausaha

Istilah wirausaha berasal dari kata entrepreneur (bahasa Prancis)

yang diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan arti between taker atau

go between.10 Kewirausahaan merupakan suatu proses dinamis untuk

menciptakan nilai tambah atas barang dan jasa serta kemakmuran. Selain

itu juga, kewirausahaan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru dan berbeda. Kewirausahaan merupakan proses penerapan

kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan mencari peluang

yang dihadapi setiap orang dalam kehidupan sehari – hari. Inti dari

kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru

dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi

terciptanya peluang.11

2. Pondok Pesantren

Pondok pesantren berasal dari dua kata, yaitu pondok dan

pesantren. Pondok berasal dari bahasa Arab “Funduq” yang berartitempat

menginap, atau asrama. Sedangkan pesantren berasal dari bahasaTamil,

10
Buchari Alma, Kewiraushaan, (Bandung : ALfabet, 2016), hlm.32
11
Rintan Saragih, Jurnal Penelitian: Membangun Usaha Kreatif, Inovatif Dan Bermanfaat Melalui
Penerapan Kewirausahaan Sosial, 2017.
dari kata santri, diimbuhi awalan pe dan akhiran –an yang berarti para

penuntut ilmu.

Menurut istilah pondok pesantren adalah “ lembaga pendidikan

tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,

menghayatidan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya

moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari”12

Menurut Abdurrahman Wahid pesantren adalah: Sebuah kompleks

dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan di sekitarnya. Dalam

kompleks itu berdiri beberapa buah bangunan: rumah kediaman pengasuh

(di daerah berbahasa Jawa disebut kyai, di daerah berbahasa Sunda ajegan,

dan di daerah berbahasa Madura nun atau bendara, disingkat ra); sebuah

surau atau mesjid; tempat pengajaran diberikan (bahasa Arab madrasah,

yang juga terlebih sering mengandung konotasi sekolah); dan asrama

tempat tinggal para siswa pesantren.13

3. Santri

Santri adalah peserta didik yang terpelajar di pesantren, yang dalam arti

sosiologis bermakna mereka yang dengan taat melaksanakan perintah

agama Islam.14 Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai

pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan

yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren. Jadi

yang dimaksud penulis tentang santri adalah orang-orang yang menetap

12
Zulhimmah, Jurnal Penelitian : Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia.2013.
13
Zulhimmah, Jurnal Penelitian : Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia.2013.
14
Gunawan dan Ali Hasan Siswanto, Islam Nusantara dan Kepesantrenan, (Yogyakarta:Interpena
Yogyakarta, 2016),159
dalam lembaga pesantren untuk mendalami pendidikan Islam dan

berpegang teguh pada Al-Qur’an dan mengkuti sunnah Rasul, serta teguh

dalam penidrian.

BAB II
LANDSAN TEORI

A. KAJIAN KEPUSTAKAAN

1. Studi terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian

terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan,

kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah

terpublikasikan atau belum terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan

sebagainya). Dengan melakukan langkah ini , maka akan dapat dilihat

sampai sejauh mana orisinalitas dan perbedaan penelitian yang hendak

dilakukan.15

Sebagai bahan perbandingan, peneliti menyajikan beberapa judul

penelitian terdahulu yang relevan, yaitu :

a. Abdul Basith, “Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok

Pesantren As-Salafiyah Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi” Fakultas

Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.16

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan field research atau data lapangan.

Prosedur pengumpulan data dengan menggunakan observasi partisipan,

wawancara mendalan dan dokumentasi. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah program pemberdayaan wirausaha di pondok pesantren adalah

15
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Program Strata Satu, (Jember : IAIN Jember Press, 2018),
hlm. 39
16
Abdul Basith, “Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren As-Salafiyah Desa
Cicantayan Cisaat Sukabumi” (Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.)
suatu cara yang dilakukan oleh pesantren dalam mengembangkan serta

memberdayakn ekonomi pesantren.

Persamaan yang ada dalam penelitian terdahulu dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti sekarang adalah sama-sama meneliti

tentang kewirausaahan yang ada didalam pondok pesantren. Dan

perbedaan dengan peneliti sekarang yaitu menumbuhkan jiwa

kesiraushaan santri di pondok pesantren.

b. Elfan Sumantri, “Pemberdayaan Kewirausahaan Santri Di Pondok

Pesantren Nurul Falah Kelurahan Sempusari Kecamatan Kaliwates

Kabupaten Jember Dalm Perpektif Ekonomi Islam”. Fakulatas

Ekonomi Dan Bisnis Islam, Istitut Agama Islam Negeri Jember.17

Penelitian ini juga menggunakan deskriptif kualitatif.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan field research

atau data lapangan. Prosedur pengumpulan data dengan menggunakan

observasi partisipan, wawancara mendalan dan dokumentasi.

Persamaan yang ada didalam penelitian terdahulu dengan

penelitian yang dilakukan dengan peneliti sekarang adalah sama-sama

meneliti tentang kewirausahaan santri yang ada di pondok pesantren,

sedangkan perbadaannya adalah terletah pada bagiamana proses yang

17
Elfan Sumantri, “Pemberdayaan Kewirausahaan Santri Di Pondok Pesantren Nurul Falah
Kelurahan Sempusari Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember Dalm Perpektif Ekonomi Islam”.
(skripsi : Fakulatas Ekonomi Dan Bisnis Islam, Istitut Agama Islam Negeri Jember, 2017).
dilakukan oleh pondok pesantren agar jiwa kewirausahaan santri di

pondok pesantren terwujud.

c. Dini Febriana, “Pembentukan Karakter Kewiraushaan Santri Melalui

Koperasi Pondok Pesantren Di Pondok Pesantren Al Yasini Areng-

Areng Wonorejo Kabupaten Pasuruan”. Fakukltas Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrohim Malang.18

penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,

instrumen kunci adalah peneliti sendiri dan teknik pengumpulan data

dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi dan

gabungan triangulasi data dianalisis dengan cara mereduksi data yang

tidak relevan menyajikan data dan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian di Pondok Pesantren Al Yasini Pasuruan

menunjukkan bahwa pengelolaan koperasi Pondok Pesantren Al Yasini

dilakukan berdasarkan struktur organisasi yang telah disepakati

bersama pada rapat anggota. Serta koperasi-koperasi yang ada sebagian

besar dikelola oleh santroi-santri senior. Pembentukan karakter

kewirausahaan santri melalui kopontren di Al Yasini dilakukan dengan

beberapa cara diantaranya : seminar-seminar tentang kewirausahaan,

pengabdian santri kepada Pondok melalui usaha non retail, adanya

kewirausahaan atau himpunan pengusaha santri, pembelajaran

muamalah tentang kopontren, pelatihan minat dan bakat. Santri

18
Dini Febriana, “Pembentukan Karakter Kewiraushaan Santri Melalui Koperasi Pondok
Pesantren Di Pondok Pesantren Al Yasini Areng-Areng Wonorejo Kabupaten Pasuruan”.(Skripsi:
Fakukltas Ilmu tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam negeri maulana malik ibrohim
Malang,2017).
menunjukkan bahwa karakter mereka sudah dapat dikatakan

mempunyai jiwa kewirausahaan santri, mempunyai karakter tekun,

mandiri, berorientasi pada masa depan, memiliki tujuan yang

berkelanjutan, mempunyai jiwa kepemimpinan dan lain-lain.

Persamaan yang ada didalam penelitian terdahulu dengan

penelitian yang dilakukan dengan peneliti sekarang adalah sama-sama

meneliti tentang kewirausahaan santri yang ada di pondok pesantren,

dan perbedaan dari penilitian terdahulu dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti sekarang adalah pembutuykan karakter

kewirausahaan santri dilakukan melalui koperasi pondok pesantren.

d. Mahrus Ali, “Penerapan pendidikan enterpreneur di Pondok Pesantren

Daarul Ulum Wal Hikam PP.Awam Malangan Giwangan Umbulharjo

Yogyakarta Dalam Upaya Membangun Kemandirian Santri”. Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.19

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil

latar di Pondok Pesantren Daarul Ulum Wal Hikam PP (DAWAM)

Malangan Giwangan Umbulharjo Yogyakarta. Teknik pengumpulan

data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan

dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara mereduksi data, display

19
Mahrus Ali, “Penerapan pendidikan enterpreneur di Pondok Pesantren Daarul Ulum Wal
Hikam PP.Awam Malangan Giwangan Umbulharjo Yogyakarta Dalam Upaya Membangun
Kemandirian Santri”. (Skripsi: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta,2017).
data dan menarik kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data dengan cara

Triangulasi sumber dan teknik serta dikombinasikan dengan teori.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pendidikan

entrepreneur disusun dengan mengacu pada entrepreneurship di negara-

negara maju seperti kurikulum World Bank dan PBB digabungkan

prinsip-prinsip santripreneur yang berada di Pondok Pesantren Daarul

Ulum Wal Hikam yang diantaranya adalah membuat bisnis plan,

managemen, cash flow, membaca peluang usaha, dan pembelajaran

narrative.

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti adalah tema penelitian yaitu tentang kewirausahaan di

pondok pesantren, metode yang digunakan dalam mengumpulkan data.

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti adalah lokasi dilakukannya penelitian,

e. Yahya Farida, “Peran Ustaz Dalam Pembentukan Jiwa Wirausaha

Santri Di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Demak”, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Surakarta.20

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif

deskriptif. Setting penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren

Miftahul Ulum Demak pada bulan Mei 2017-Juli 2017 yang menjadi

subyek adalah Ustaz/ah. Pengumpulan data menggunakan wawancara,

observasi dan dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan

Yahya Farida, “Peran Ustaz Dalam Pembentukan Jiwa Wirausaha Santri Di Pondok Pesantren
20

Miftahul Ulum Demak”, (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Surakarta, 2017).
triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis yang digunakan yaitu

pengumpulan data, reduksi data, penyajain data, dan penarikan

kesimpulan.

Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

oleh peneliti adalah tema penelitian yaitu tentang menumbuhkan jiwa

kewirausahaan santri di pondok pesantren, metode yang digunakan

dalam mengumpulkan data. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah lokasi dilakukannya

penelitian dan juga objek penelitian yang dilakukan.

Tabel G.1

No Penulis Judul persamaan Perbedaan


1 Abdul Basith Program Metode Subjek

Pemberdayaan penelitian yang penelitian,

Ekonomi Pada digunakan dan lokasi

Pondok Pesantren pembahasan penelitian dan

As-Salafiyah Desa pnelitian fokus

Cicantayan Cisaat mengenai penelitian.

Sukabumi kewirausaahan

yang ada

didalam pondok

pesantren.

2 Elfan Sumantri Pemberdayaan Tema Penilitian Subjek

Kewirausahaan yaitu tentang penelitian,


Santri Di Pondok kewirausahaan di lokasi

Pesantren Nurul pondok pesantren penelitian dan

Falah Kelurahan dan metode fokus

Sempusari penilitian yang penelitian.

Kecamatan digunakan dalam

Kaliwates mengumpulkan

Kabupaten Jember data.

Dalm Perpektif

Ekonomi Islam.
3 Dini Febriana Pembentukan Metode Subjek

Karakter penelitian yang penelitian,

Kewiraushaan dilakukan serta lokasi

Santri Melalui tema penelitian penelitian dan

Koperasi Pondok yang dilakukan fokus

Pesantren Di yaitu mengenai penelitian.

Pondok Pesantren menumbuhkan

Al Yasini Areng- jiwa

Areng Wonorejo kewirausahaan

Kabupaten santri.

Pasuruan.
4 Mahrus Ali Penerapan Tema penilitian Subjek

pendidikan yang dilakukan penelitian,

enterpreneur di sama-sama lokasi

Pondok Pesantren membahasa penelitian dan


Daarul Ulum Wal tentang fokus

Hikam PP.Awam kewirausahaan penelitian.

Malangan santri di pondok

Giwangan pesantren dan

Umbulharjo metode penelitian

Yogyakarta Dalam yang digunakan

Upaya dalam penelitian.

Membangun

Kemandirian

Santri.
5 Yahya Farida Peran Ustaz Sama-sama Subjek

Dalam menggunakan penelitian,

Pembentukan Jiwa metode lokasi

Wirausaha Santri pendekatan penelitian dan

Di Pondok kualitatif dan juga fokus

Pesantren sama-sama penelitian.

Miftahul Ulum meneliti tentang

Demak. jiwa

kewirausahaan

santri di pondok

pesantren.
Sumber: Data diolah

2. Landasan Teori
Memiliih landasan teori menjadi sangat penting guna mendapatkan suatu

pengetahuan yang baru dan dijadikan sebagai pegangan secara umum. Hal

ini untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, dalam hal ini

peneliti menggunakan acuan teori sebagai berikut:

a. Kewirausahaan

1) Pengetian wirausaha

Menurut Soesarsono (1996), wiraswasta istilah yang populer

pada dekade 70-an memiliki pengertian sifat-sifat keberanian,

keutamaan, dan keteladanan dalam mengambil resiko yang

bersumber pada kemampuan sendiri. Wiraswasta atau sikap

wiraswasta mencakup semua orang dan dalam berbagai bidang

pekerjaan termasuk karyawan pemerintahan, koperasi, BUMN,

petani, TNI dan sebagainya.21 Wirausaha masih menurut Soesarsono

juga memiliki pengertian yang sama dengan wiraswasta dengan

lingkup yang lebih menekankan pada bisnis yang dijalankan oleh

swasta, koperasi, ataupun BUMN. Adapun entrepreneurship, istilah

yang populer di dunia bisnis Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan

Kanada, langsung dan tidak langsung mempengaruhi istilah

wiraswasta. Kamus Webster mengartikannya sebagai “one who

organizes manage, and asumed the risk of bussines or interprise.

Pengertian ini juga mencakup sikap mental mengambil resiko dalam

21
Ismail Muhammad dan Karebet Muhammad. 2002. Menggagas Bisnis Islam.Jakarta: Gema
Insani
pengorganisasian dalam pengelolaan suatu bisnis yang juga berarti

suatu keberanian untuk membuka bisnis baru.22

Dahulu, penggunaan kata wiraswasta lebih popular

dibandingkan dengan wirausaha. Secara hakikat bahasa, arti

wiraswasta agak terlalu sempit. Kata wirausaha lebih luas dan dapat

menjangkau seluruh kegiatan usaha baik swasta yang besar maupun

kecil, pemerintah, perusahaan negara dan ABRI. Mereka yang aktif

di dunia usaha dan bergumul serta mempraktikkan prinsip ekonomi

adalah wirausaha atau “perwira” di bidang usaha.23

Secara harfiah, wira artinya utama, gagah, luhur, berani,

teladan, atau pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang

dilakukan terus-menerus dalam mengelola sumber daya untuk

menghasilkan barang atau jasa yang akan dijual untuk mendapatkan

keuntungan. Jadi wirausaha adalah pejuang yang jadi teladan dalam

bidang usaha.24

Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan

dan mengevaluasi peluang-peluang. Mengumpulkan suber daya yang

diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari

peluang-peluang itu. Para wirausaha merupakan pemimpin dan

mereka haruslah menunjukan saat kepemimpinan dalam pelaksanaan

sebagai dasar kegiatan-kegiatan mereka mengambil resiko moderat.

22
Ibid, hlm.15
23
Pandji Anoraga dan H. Djoko Sudantoko, “Koperasi, Kewirausahaan, Dan Usaha Kecil”
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 137
24
Ibid, hlm 137
Para wirausaha percaya teguh pada dirinya dan kemampuannya

mengambil keputusannya yang tepat. Kemampuan mengambil

keputusan inilah yang merupakan ciri khas para wirausaha (Meredith

et all, 2000) Para wirausaha mempunyai kemampan melihat dan

menilai kesempatan-kesempatan berbisnis, mengumpulkan sumber-

sumberdaya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari

padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan

sukses.25

a) Unsur wirausaha

Wirausaha mencakup beberapa unsur penting yang satu

dengan lainnya saling terkait, bersinergi dan tidak terlepas satu sama

lain yaitu unsur daya pikir (kognitif), unsur keterampilan

(psikomotorik), unsur sikap mental (afektif) dan unsur kewaspadaan

atau (intuisi).26

a. Unsur daya pikir

Daya pikir, pengetahuan, kepandaian, intelektual atau

kognitif mencirikan tingkat penalaran, taraf pemikiran yang

dimiliki seseorang. Daya pikir adalah juga sumber dan awal

kelahiran kreasi dan temuan baru serta yang terpenting ujung

tombak kemajuan suatu umat. Dalam pandangan Al Baghdadi

memang pemikiran lah yang secara sunnatullah mampu

25
Prima Prayitno, Jurnal Penelitian: Pemberdayaan Sumber Daya Santri Melalui
Entrepreneurship Di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School
Parung-Bogor.2016
26
Ismail Muhammad dan Karebet Muhammad. 2002. Menggagas Bisnis Islam.Jakarta: Gema
Insani
membangkitkan suatu umat sebab potensi bangkit dimiliki

manusia manapun secara universal.27

b. Unsur keterampilan

Mengandalkan berpikir saja belumlah cukup untuk dapat

mewujudkan suatu karya nyata. Karya hanya terwujud jika ada

tindakan. Keterampilan merupakan tindakan raga untuk

melakukan suatu kerja dari hasil kerja itulah baru dapat

diwujudkan suatu karya baik berupa produk maupun jasa,

keterampilan dibutuhkan oleh siapa saja termasuk kalangan

pembisnis profesional. Islam memberikan perhatian besar bagi

pentingnya penguasaan atau keahlian. Penguasaan keterampilan

yang serba material ini juga merupakan tuntutan yang harus

dilakukan oleh setiap muslim dalam rangka pelaksanaan

tugasnya. Secara normatif terdapat banyak Nash dalam Alquran

dan hadis yang menganjurkan untuk mempelajari ilmu ilmu

pengetahuan umum atau keterampilan.28

“Dan, carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah

kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan jangan kamu

melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi.......” (Al

Qhasas:77).29

c. Unsur sikap mental maju

27
Ibid hlm.34
28
Ibid, hlm.36
29
Ismail Muhammad dan Karebet Muhammad. 2002. Menggagas Bisnis Islam.hlm.36
Daya pikir dan keterampilan belumlah dapat menjamin

kesuksesan, sukses hanya dapat diraih jika terjadi sinergi antara

pemikiran, keterampilan dan sikap mental maju. Sikap mental

inilah yang dalam banyak hal justru menjadi penentu keberhasilan

seseorang, jika dicermati banyak pengusaha besar sukses ternyata

hanya berlatar pendidikan sekolah menengah saja dan bahkan ada

juga yang lulusan sekolah dasar namun mereka banyak yang

“SD” (sinau dhewe) alias belajar sendiri atau otodidak

(Soesarsono, 1996).30

Bagi seorang muslim sikap mental maju pada hakekatnya

merupakan konsekuensi dari tauhid dan buah dari keislamannya

dalam Seluruh aktivitas kesehariannya, identitas itu tampak pada

kepribadian seorang muslim yakni pada pola berpikir (aqliyah)

dan pola bersikapnya (nafsiyah) yang dilandaskan pada aqidah

islam, di sini tampak jelas bahwa sikap mental maju

sesungguhnya adalah buah dari pola sikap yang didorong secara

produktif oleh pola pikir Islami

“Tidak beriman salah seorang diantara kalian hingga aku

menjadi akalnya yang Ia berpikir dengannya” (Hadits Qudsi).

“Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian sehingga

dia menjadikan bahwa nafsunya mengikuti apa-apa dinul islam

yang kubawa”. (Hadits Arba’in dan An Nawawiyyah)

d. Unsur intuisi
30
Ibid,hlm.41
Jika ditelusuri lebih jauh, sebenarnya faktor lain di samping

pemikiran keterampilan dan sikap mental yang juga menentukan

keberhasilan seseorang. Faktor itu tidak lain adalah intuisi atau

kewaspadaan. Intuisi atau juga dikenal sebagai feeling adalah

suatu yang abstrak sulit digambarkan namun acap kali menjadi

kenyataan sikap yang dirasakan serta diyakini benar dan lalu

diusahakan.

Dalam perspektif Islam intuisi dapat dinilai sebagai bagian

lanjut dari pemikiran dan sikap mental madu yang telah dimiliki

oleh seorang muslim. Seorang muslim yang dituntut untuk

mengaplikasikan pemahaman Islam dalam menjalankan kegiatan

ibadahnya, proses aplikasi ini dapat dilakukan diantaranya dengan

cara menumbuhkan kesadaran dan melatih kepekaan perasaan.

َ ‫ود ا َو َع لَ ٰى ُج نُ و هِبِ ْم َو َي َت َف َّك ُر‬


‫ون يِف‬ ً ُ‫ام ا َو ُق ع‬
ً َ‫ون اهلل قِي‬
َ ‫ِين يَ ْذ ُك ُر‬ َّ
َ ‫ال ذ‬

َ َ‫ت َٰه َذ ا بَ اطِ اًل ُس ْب َح ان‬


‫ك‬ َ ‫ض َر بَّ نَ ا َم ا َخ لَ ْق‬
ِ ‫ات َو ا أْل َ ْر‬
ِ ‫الس َم َاو‬
َّ ‫َخ ْل ِق‬

. ‫اب النَّ ْار‬


َ ‫فَ قِنَ ا َع َذ‬

“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau

duduk atau dalam keadaan berbahaya dan mereka memikirkan

tentang penciptaan langit dan bumi Seraya berkata ya Tuhan kami

tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci engkau


maka peliharalah kami dari siksa api neraka.” (Q.S. Ali Imran:

191).

Selain itu intuisi juga dapat ditumbuhkan dari keadaan

ringan atau ketekunan dan kesabaran untuk jangka waktu yang

panjang dalam melakukan suatu pekerjaan disertai dengan selalu

mengingat bahwa bekerja adalah juga manifestasi dari rasa

bersyukur.31

3. Model proses kewirausahaan32


Innovation (Inovasi)

Triggering Event (Pemicu)

Implementation (Pelaksanaan)

Growth (Pertumbuhan)

a. Proses inovasi

Beberapa faktor personal yang mendorong inovasi adalah

keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan

menanggung resiko, faktor pendidikan dan faktor pengalaman.

Adanya inovasi yang berasal dari diri seorang akan mendorong

dia mencari pemicu ke arah memulai usaha.

31
Ismail Muhammad dan Karebet Muhammad. 2002. Menggagas Bisnis Islam. hlm.44
32
Alma Buchari. (2014). Kewirausahaan: Penerbit Alfabeta. Bandung.
Sedangkan faktor-faktor invironment mendorong inovasi

adalah adanya peluang, pengalaman dan kreativitas, tidak

diragukan lagi Pengalaman adalah sebagai guru yang berharga

yang memicu perintisan usaha apalagi ditunjang oleh adanya

peluang dan kreativitas.33

b. Proses pemicu

Beberapa faktor personal yang mendorong Triggering event

artinya yang memicu atau memaksa seseorang untuk terjun

keduania bisnis adalah :

a) Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang.

b) Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada pekerjaan

lain.

c) Dorongan karena factor usia

d) Keberanian menaggung resiko

e) Komitmen atau minat yang tinggi terhadap bisnis.

Faktor-faktor environment yang mendorong menjadi

pemicu bisnis adalah :

a) Adanya persaingan dalam dunia kehidupan

b) Adanya sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan, mislanya

memiliki tabungan, modal, warisan, memiliki bangunan yang

lokasi strategis dan sebaginya.

c) Mengikuti latihan-latihan atau incubator bisnis

33
Ibid. hlm.10
d) Kebijaksanaan pemerintah mislanya adanya kemudahan-

kemudahan dalam lokasi berusaha ataupun fasilitas kredit, dan

bimbingan usaha yang dilakukan oleh Depnaker.

Sedangkan faktor sociological yang menajdi pemicu serta

pelaksanaan bisnis adalah :

a) Adanya hubungan-hubungan atau relasi-relasi dengan orang

lain

b) Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha

c) Adanya dorongan dari orang tua untuk membuka usaha

d) Adanya bantuan family dalam berbagai kemudahan

e) Adanya pengalaman-pengalaman dalam dunia bisnis

sebelumnya.34

c. Proses Pelaksanaan

Bebrapa faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari

sebuah bisnis adalah sebagai berikut :

a) Adanya seorang wirausaha yang sudah siap mental secara total

b) Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu

utama

c) Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis

d) Dan adanya visi, pandangan yang jauh kedepan guna mencapai

keberhasilan.35

34
Alma Buchari. (2014). Kewirausahaan. Hlm. 11
35
Alma Buchari. (2014). Kewirausahaan. Hlm. 11
4. Wiraswasta dan wirausaha

a. Wiraswasta

Istilah wiraswasta sering dipakai tumpang tindih dengan

istilah wirausaha. Di dalam berbagai literatur dapat dilihat bahwa

pengertian wiraswasta sama dengan wirausaha, demikian pula

penggunaan istilah wirausaha seperti sama dengan wiraswasta.36

Seorang pelopor yang gigih mengintrodusir dan

memasyarakatkan istilah wiraswasta ini ialah DR. Suparman

Sumahamijaya sejak tahun 1967 melalui berbagai ceramah. DR.

Suparman S. sebgaai dosen Fakultas Ekonomi UNPAD sangat

menekankan peluang kelompok kreatif enterpreneur Indonesia

untuk mengangkat bangsa Indonesia dari lembah kemiskinan.

Istilah wiraswastawan ada yang menghubungkannya

dengan istilah saudagar. Wiraswasta terdiri atas tiga kata: wira,

swa, dan sta, masing-masing berarti; wira adalah manusia unggul,

teladan, berbudi luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar

kemajuan, dan memiliki keagungan watak; swa artinya sendiri,

dan sta artinya berdiri.

Sedangkan saudagar terdiri dari dua suku kata. (Taufik

Rashid, 1981: 4). Bertolak dari ungkapan etimologis di atas, maka

wiraswasta berarti keberanian, keutamaan serta keperkasaan

dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan

36
Ibid. hlm. 16
hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. (Wasty

Soemanto, 1984: 43).

Manusia wiraswasta mempunyai kekuatan mental yang

tinggi sehingga memungkinkan ia melompat dan meluncur maju

ke depan di luar kemampuan rata-rata, adakalanya wiraswastawan

tidak berpendidikan tinggi.

Lihatlah nama-nama seperti Henry Ford, Thomas Edison,

Philips, Krupp, Mistui, Sciciro Honda, Baharudin, Pardede, dan

sebagainya. Diantara mereka itu ada yang berasal dari kaum

bangsawan, sarjana, tetapi kebanyakan termasuk orang yang tidak

tinggi sekolahnya.

Melihat kepada pengertian-pengertian di atas, maka DR

Daoed Yoesoef (1981: 78) menyatakan bahwa seorang

wiraswssta adalah:37

a) Memimpin usaha, baik secara teknis dan/atau ekonomis,

dengan berbagai aspek fungsional seperti berikut:

 Memilik, di pandang dari sudut permodalan, mungkin

secara penuh ( owner) atau secara bagian ( co-owner);

 Mengurus dalam kapasitas sebagai penanggung jawab atau

manager;

 Menerima tantangan ketidakpastian dan karenanya

menanggung resiko ekonomi yang sulit di ukur secara

kuantitatif dan kualitatif;


37
Alma Buchari. (2014). Kewirausahaan. Hlm. 18
 Memplopori usaha baru, menerapkan kombinasi-

kombinasi baru, jadi disini wiraswasta sebagai pioner,

tokoh yang dinamis, organisator, koordinator;

 Penemu ( inovator), dan peniru ( imitator), dan yang

berhubungan dengan ini, penyalur memindahkan

teknologi.

b) Memburu keuntungan dan manfaat secara maksimal.

c) Membawa usaha ke arah kemajuan, perluasan,

perkembangan, melalui jalan kepemimpinan ekonomi, demi:

 Kenaikan pretise;

 Kebebasan ( independency), kekuasaan dan kehormatan;

 Kontinuitas usaha.

b. Wirausaha

Istilah wirausaha ini berasal dari enterpreneur (bahasa

Prancis) yang di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti

between taker atau go-between.38

Banyak sekali pengertian yang diberikan oleh para ahli

mengenai kewirausahaan. Richard Cantillon (1697‐1734) seorang

ekonom Irlandia, keturunan Perancis mencoba membahas

wirausahawan. Istilah entrepreneur berasal kata dari

”entreprende” dari bahasa Perancis yang berarti ”menjalankan”

(Kuratko dan Hodgetts, 1998). Entrepreneurship merupakan jiwa

38
Alma Buchari. (2014). Kewirausahaan. Hlm. 22
kewirausahaan yang dibangun untuk menjembatani antara ilmu

dengan kemampuan pasar (Hisrich dkk, 2005), sementara

entrepreneurial merupakan kegiatan dalam menjalankan usaha

atau berwirausaha (Helmi & Megasari, 2006). Cantillon

menegaskan bahwa seorang wirausahawan adalah seorang

pengambil resiko, dengan melihat perilaku mereka yakni membeli

pada harga yang tetap namun menjual dengan harga yang tidak

pasti. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan menghadapi

resiko (Hisrich, dkk. 2005). Pendapat Cantillon ini mengkaitkan

kegiatan berwirausaha dengan karakter wirausahawan yaitu

berani mengambil resiko. Pendapat senada diperkuat oleh Kao

(1989) yang mengartikan kewirausahaan sebagai kegiatan

berspekulasi dan pengambilan risiko. Berdasarkan pengertian di

atas tampak perbedaannya, kewirausahaan lebih merujuk pada

jiwa, wirausaha merujuk pada orangnya, dan berwirausaha

merujuk pada kegiatannya.39

Jadi, seorang wirausaha adalah seorang usahawan yang

disamping mampu berusaha dalam bidang ekonomi umumnya

dan niaga pada khususnya secara tepat guna (tepat dan berguna,

efektif dan efisien), juga berwatak merdeka lahir batin serta

berbudi luhur.40

39
Avin Fadila Hilmi, Jurnal penelitian: Kewirausaahan Di Pondok Pesantren Dalam Prespektif
Psikologi.2009.
40
hbgdsd
Alma juga memberikan penekanan pengertian tersebut

berdasarkan cirri-ciri wirausahan versi Suparman SUmahmijaya,

bahwa :

“Seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki pribadi

hebat, produktif, kreatif, melaksanaan kegiatan perencanaan,

bermula dari ide sendiri, kemudian mengembangkan kegiatannya

dengan menggunakan tenaga orang lain dan selalu berpegang

kepada nilai-nilai disiplin dan kejujuran yang tinggi.41

1) Ciri-Ciri Pengusaha

a) Kebutuhan akan keberhasilan

orang uang tinggi percaya dirinya adalah orang

yang matang jasmani dan ronaninya. Pribadi yang seprti

ini adalah pribadi yang independent dan sudah tingkat

Maturity. Karakteristik kematangan seorang adalah ia

tidak tergantung sama orang lain, tetapi ia

mempertimbangkan secara kritis, emosionalnya boleh

dikatakan seudah stabil, sudah tidak gampoang

tersinggung dan naik pitam. Juga tingkat sosialnya tinggi,

mau menolong orang lain, dan yang paling penting adalah

kedekatannya dengang Allah Subhanahu Wat Ta’ala.

DIharapakan wirausahawan seperti ini betul-betul dapat

mejalankan usahanya secara mandiri, jujur, dan disenangi

oleh semua relasinya.


41
dsdsdd
b) Berorientasi tugas dan hasil

Orang ini tidak mengutamakan prestise terlebih

dahulu, prestasi kemudian. Akana tetapi ia lebih cendrung

dengan prestasi beru, kemudian setelah prestasinya

berhasil maka prestisenya akan naik. Anak muda yang

selalu meikirkan prestise terlebih dahulu dan prestasi

kemudian, maka dia tidak akan memgalami kemajuan.

Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis jika

kita berusaha menyingkirkan prestise. Kita akan mampu

bekerja keras, energik, tanpa malu melihat teman, asal

yang kita kerjakan adalah pekerjaan yang halal.

c) Berani mengambil resiko

Anak muda selalu diakatakan menyenangi

tantangan. Mereka tidak takut akan kegagalan, inilah salah

satu faktor anak muda menyenangi olahraga yang penuh

dengan resiko dan tantangan.

Ciri-ciri dan watak seperti ini jika dibawa kedalam

dunia wirausaha yang juga penuh dengan resiko dan

tantangan, seperti persaingan, harga naik turun, barang

tidak selalu laku dan lain sebagainya. Jika perhitungan

sudah matang, membuat pertimbangan dari segala mavam

segi maka berjalanterus dengan baik dan tidak lupa untuk

selalu berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


d) Kepemimpinan (Leadership).

Sifat kepemimpinan memang ada pada dalam diri

masing-masing individu, namun sekarang ini, sifat

kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih, ini

tergantung kepada masing-masing individu dalam

menyesuaikan diri dengan organisasi yang dipimpin.

Ada pemimpin yang disenangi oleh bawahan, mudah

memimpin sekelompok orang, ia diikuti, dipercaya oleh

bawahannya. Namun adapula Pemimpin yang tidak

disenangi oleh bawahan, atau juga tidak senang dengan

bawahan, ia banyak curiga dengan bawahannya, ia mau

mengawasi bawahnya tetapi tidak ada waktu untuk

melakukan hal semacam itu. Menanam kecurigaan kepada

orang lain akan berakibat tidak baik pada usaha yang

sedang dijalankan. Pemimpin yang baik harus mau

menerima kritik dari bawahannya dan harus selalu bersifat

responsif.

e) Keorisinilan

Sifat orisinil ini tidak selalu ada pada diri masing-

masing orang, yang dimaksud dengan orisinil disini ialah

ia tidak hanya mengekor kepada orang lain akan tetapi

memiliki pendapat sendiri ada ide yang orisinil serta

memiliki kemapuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil


tidak berarti baru sama sekali, akan tetapi produk tersebu

mencerminkan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari

komponen-komponen yang sudah ada, sehingga

melahirkan sesuatu yang baru. Bobot kreatiftas orisinil

suatu produk akan tampak sejauh manakah ia berbeda dari

apa yang sudah ada sebelumnya.

f) Berorientasi ke masa depan.

Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai

visi kedapan, apa yang ingin ia lakukan, dan apa yang

ingin ia capai. Karena sebuah usaha bukan didirikan untuk

sementara waktu akan tetapi untuk selamanya. Oleh

karena itu faktor kontinuitasnya hanya dijaga dan

pandangan harus ditujuakn jauh ke masa depan. Untuk

menghadapi pandamngan jauh kedepan, seorang

wirausaha akan menyusu perencanaan dan strategi yang

matang agar jelas apa saja langkah-langkah yang akan

dilaksanakan.42

2) Jiwa dan perilaku wirausaha.

Secara sederhana, arti wirausaha adalah orang yang

berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha

dalam berbagi kesempatan. Berjiawa berani mengambil

42
Buchari Alma, Kewirausahaan. (Bandung : CV Alfabeta, 2016), hlm.53
resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha

tanpa takut dan cemas, sekalipun dalam kondisi tidak pasti.43

3) Karakteristik wirausaha.

a) Keinginan untuk berprestasi.

Yang dimaksud dengan keinginan untuk berprestasi adalah

suatu kengininan atau dorongan dalam diri seseorang yang

memotivasi perilaku ke arah pencapaian tujuan.

b) Keinginan untuk bertanggung jawab.

Sebagai seorang wirausahawan menginginkan tanggung

jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka memilih

menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja

sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab

sendiri terhadap hasil yang dicapai.

c) Prefensi kepada resiko-resiko menengah.

Seorang wirausahawan bukanlah seorang penjudi. Mereka

menetapkan tujuan-tujuan yang mebutuhkan tingkat

kinerja tinggi, ialah suatu tingkatan yang menuntut untuk

bekerja lebih keras tapi mereka dipercaya untuk bisa

memenuhinya.

d) Persepsi pada kemungkinan berhasil.

Keyakinan kepada kemampuan untuk mencapai

keberhasilan adalah kualitas kepribadian seorang

wirausahawan. Seorang wirausahawan akan mempelajari


43
Suryana, kewirausahaan. (Jakarta: Salemba Emban Patria, 2003), hlm.26
fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya. Ketika

fakta tidak sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada

sikap percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan

tugas tersebut.

e) Rangsangan oleh umpan balik.

Seorang wirausahawan untuk mencapai hasil kerja yang

lebih baik dan lebih tinggi dengan mempelajari seberapa

efektif usaha mereka.

f) Aktifitas yang energik.

Seorang wirausaha akan menunjukkan energy yang jauh

lebih tinggi dari rata-rata orang. Kesadaran ini akan

melahirkan sikapu untuk terlibat secara mendalam pada

pekerjaan yang merka lakulan.

g) Berorientasi ke masa depan.

Seorang wirausahawan akan melakukan perencanaan dan

berpikir ke depan. Mereka mencari dan mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jauh di masa

depan.

h) Keterampilan dalam berorganisasi.

Sebagaimana seorang wirausahawan menunjukkan

keterampilan atau skill dalam mengorganisasi kerja dan

orang-orang dalam mencapai tujuan.

i) Sikap terhadap uang.


Keuntungan financial adalah nomor dua dibandingkan

dengan prestasi kerja mereka. Seorang wirausahawan

memnadang uang sebagai lambang konkret dari

tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian dari

kompetensi mereka.44

5. keuntungan dan kelemahan menjadi wirausaha adalah:

keuntungan menjadi seorang wirausaha adalah :

a) Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki

sendiri.

b) Terbuka peluang untu mendenonstrasikan kemampuan serta

potensi seseorang secara penuh.

c) Terbuka peluang untuk mempreroleh manaat dan keuntungan

secara maksimal.

d) Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dengan usaha-

usaha konkrit.

e) Terbuka kesempatan untuk menjadi bos.

Kelemahannya adalah :

a) Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai

resiko. Jika resiko ini telah diantisipasi secara baik, maka berarti

warausaha telah menggeser resiko tersebut.

b) Bekerja keras dan waktu/jam kerjanya panjang.

c) Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil,

sebab dia harus berhemat.


44
Nanih Machendrawati, Pengmebangan masyarakat…., hlm. 47
d) Tanggung jawab besar, banyak ebutusan yang harus dia buat

walaupun dia kurang menguasai permasalahan yang

dihadapinya.

6. Perencanaan Bisnis

a. Pengertian Business Plan

Agar perusahaan berjalan pada jalan yang benar maka

seorang wirausaha harus menyusun Business Plan, Business Plan

merupakan suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan

kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan

menghasilkan keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi

penyandang dana.

Definisi yang lebih baik menyatakan bahwa Business Plan

adalah sebuah selling document yang mengungkapkan daya tarik

dan harapan sebuah bisnis kepada penyandang dana potensial.

Jadi business plan adalah dokumen tertulis yang disiapkan

oleh wirausaha yang menggambarkan semua unsur-unsur yang

relevan baik internal maupun eksternal mengenai perusahaan

untuk memulai sewaktu usaha.Isinya sering merupakan

perencanaan terpadu menyangkut pemasaran,

permodalan.manufaktur dan sumber daya manusia.(Hisrich-

Peters, 1995: 113)

Suatu definisi business plan yang cukup panjang

diungkapkan lagi oleh (Bygrave, 1994: 441)sebagai berikut:


Business Plan adalah dukomen yang disediakan oleh entrepreneur

sesuai dengan pula dengan pandangan penasihat profesionalnya

yang memuat rincian tentang masa lalu, keadaan sekarang dan

kecenderungan masa depan dari sebuah perusahaan.Isinya

mencakup analisis tentang manajerial, keadaan fisik bangunan,

karyawan, produk, sumber permodalan, informasi tentang

jalannya perusahaan selama ini dan posisi pasar dari

perusahaan.Business Plan juga berisi tentang rincian profit,

neraca perusahaan , proyeksi aliran kas untuk dua tahun yang

akan datang.Juga memuat pandangan dan ide dari anggota tim

manajemen. Hal ini menyangkut strategi tujuan peerusahaan yang

hendak dicapai.

Ada 5 alasan mengapa harus disiapkan business plan

yaitu:

a) Business merupakan satu blueprint, yang akan diikuti dalam

operasional bisnis.Ini menolong anda tetap kreatif konsentrasi

pada tujuan yang telah ditetapkan.

b) Ini merupakan alat untuk mencari dana, sehingga berhasil

dalam bisnis.

c) Ini merupakan alat komunikasi untuk menarik orang lain,

pemasok, konsumen, penyandang dana,.Dengan adanya

business plan membuat mereka mengerti tujuan dan cara

operasional bisnis.
d) Ini membuat anda sebagai manajer, karena dapat mengetahui

langkah , langkah praktis menghadapi dunia persaingan,

membuat promosi, sehingga lebih efektif.

e) Membuat pengawasan lebih mudah dalam operasionalnya,

apakah mengikuti atau sesuai dengan rencana atau tidak.

b. Pondok Pesantren

1. Pengertian Pondok Pesantren

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pondok Pesantren

adalah tempat para santri belajar ilmu agama, atau lainnya dengan

bertempat tinggal sekali disitu.45 Menurut Amin Haedari, istlah

pondok ini berasala dari kata bahasa arab yaitu “funduk” yang

berarti rumah penginapan.46

Sedangkan menurut Tim Direktorat Jendral Kelembagaan

agama Islam, pondok pesantren adalah suatau lebaga

pendidikanyang menyediakan asarama atau pondok sebagai tempat

tinggal bersama sekaligus sebagai tempat belajar dibawah

bimbingan seorang kiyai.47 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pesantren adalah tempat belajar mengaji secara bersama-sama dan

juga sebagian besar tinggal disana.48

45
Daryanto, Kamus Besar Indonesia lengkap, hlm.489
46
Amin Haedari, Panorama Pesantren Dalam Cakrawala Modern (Jakarta: Diva Pustaka, 2004),
hlm.7
47
Tim Direktoral Jendral kelembagaan Agama Islam, Langkah-langkah Pembelajaran DI
Pesantren. 8.
48
Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, 487-489.
Ali Mukti mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

pesantren adalah lembaga pendidikan yang tempat memperdalam

ilmu agama Islam, agar dapat melestarikan ilmu tersebut dengan

utujuan menjadi kader ulama pemimpin umat dan pemimpin

bangsa.49 Dari pemamparan difinisi diatas diharapakan untuk tidak

keluar dari pembahasan dan fokus penilitian dan fokus pada judul

yang telah tercantum.

2. Fungsi dan Peran Pesantren.

Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan yang berperan

besar dalam pengembangan masyarakat, terutama pada masyarakat

desa. Sehingga pada daerah-daerah yang terdapat pesantren, maka

biasanya pembentukan mamsyarakatnya diwarnai oleh keberadaan

pondok pesantren tersebut.50

a. Pesantren sebagai lembaga pendidikan.51

Pengembangan apapun yang dilakukan dan dijalankan

oleh pesantren tidak mengubah ciri pokoknya sebagai lembaga

pendidikan dalam arti luas. Cirri inilah yang menjadikannya

tetap dibutuhkan oleh masyarakat.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan telah

menyelenggarakan pendidikan formal yaitu madrasah, sekolah

umum, bahkan perguruan tinggi, serta pendidikan non formal

49
Ali Mukti, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2003), Hlm. 97
50
Depag, Langkah-Langkah Pengembangan Masyarakat Melalui Pondok Pesantren (Depag.2003)
hal.20.
51
Bahri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan (Jakarta: CV. Prasasti, 2003), hlm. 36
atau kepesantrenan. Sebagai lembaga pendidikn Islam, Ali

Mukti,mengajar untuk mencerdaskan generasi muda bangsa

sebagimana lembaga pendidikan pada umumnya.

Sebagai lembaga pendidikan, pesantren percaya bahwa

manusia akan meningkat martabatnya seiring dengan

penguatan nilai-nilai di dalam dirinya. Penanaman atau

penumbuhan nilai-bilai dalam pribadi dan masyarakat

membutuhkan waktu penyemaian yang tidak bisa disebut

sebentar.

b. Pesantren sebagai lembaga dakwah.52

Pengertian sebagai lembaga dakwah benar melihat

kiprah pesantren dalam melakukan dakwah dikalangan

masyarakat, dalam arti melakukan seatu aktifitas

menumbuhkan kesadaran beragama atau melaksanakan

agaran-ajaran agama secara konsekuen sebagi pemeluk agama

islam.

Sebenarnya secara mendasar gerakan pesantren baik

didalam maupun diluar pondok adalah bentuk-bentuk kegiatan

dakwah, sebab pada hakikatnya pondok pesantren tidak lepas

dari tujuan agama secara total, keberadaan pesantren ditengah

masyarakat merupakan suatu lembaga yang brtujuan untuk

menegakkan kalimat Allah dalam artian penyebaran agama

Islam agar pemeluknya memahami Islam dengan sebanar-


52
Ali Mukti, Kapita Selekta Pendidikan Islam ( Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2003), hlm. 38
benarnya. Oleh karena itu kehadiran pesantren sebenarnya

adalah sebagai dakwah islamiyah.

c. Pesantren sebagai lembaga social.

Fungsi pondok pesantren sebagai lembaga sosial

menunjukkan keterlibatan pseantren dalam menangani

masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Atau

dapat juga dikatakan bahwa pesantren bukan saja sebagai

lembaga pendidikan dan dakwah, akan tetapi lebih jauh

daripada itu, ada kiprah yang besar dari pesantren yang telah

disajikan oleh pesantren untuk masyarakat.

Sejalan dengan kemajuan manusia secara rasional,

tokoh-tokoh pesantren cendrung menyesuaikan pembangunan

pesantren searah dengan kebutuhan masyarakat. Menurut

Kuntowidjoyo bahwa “disamping pengembangan pendidikan

maka kegiatan-kegiatan sosial pesantren meliputi ekonomi,

teknologi dan ekologi”.

Wujud nyata sebagai upaya penggarapan bidang sosial

ekonomi adfalah mengarah pada suatu upaya peningkatan

pengembangan potensi ekonomi masyarakat dari tingkat yang

sangat lemah menjadi ekonomi sedang, bahkan berkembang

menjadi tingkat ekonomi yang mapan, termasuk didalamnya

pengembangan ekonomi pesantren.


Pesantren juga terkenal mampu memainkan peranan

dalam pembangunan. Menurut Affan Gaffar sebagaimana

dikutip Syuton Mahmud dan Khsunurdilo, terdapat tiga jenis

peranan yang dapat dimainkan oleh pesantren yaitu :

a) Mendukung dan memberdayakan masyarakat pada tingkat

“grassroot” yang sangat esensial dalam rangka menciptakan

pembangunan yang berkelanjutan.

b) Meningkatnkan politik secara meluas, melalui jaringan,

kerjasama, baik dalam suatu Negara maupun dengan

lembaga-lembaga internasional lainnnya.

c) Ikut mengambil bagian dalam mentukan arah dan agenda

pembangunan.53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian

deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang

dapat diamati. Definisi tersebut lebih menekankan pada jenis data yang

dikumpulkan dalam penelitian yakni data deskriptif kualitatif. Dengan kata

lain penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data


53
sdfsdf
deskriptif dan berupaya menggali makna dari suatu fenomena berdasarkan

fakta – fakta yang sudah ada. 54 Penelitian kualitatif bermaksud untuk

mengetahui fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain – lain secara

menyeluruh dan dideskripsikan dalam bentuk kata – kata dan bahasa yang

alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.55

Peneliti menggunakan metode ini karena peneliti ingin berproses di

dalam penelitian ini. Seperti diketahui bahwa penelitian ini memiliki ciri khas

penekanan pada prosesnya. Proses berarti melihat bagaimana fakta, realita,

gejala dan peristiwa itu terjadi dan dialami secara khusus tentang bagaimana

peneliti terlibat didalamnya dan menjadi relasi dengan orang lain. penekanan

pada proses ini mengandaikan adanya tahapan yang perlu dilalui dan tidak

langsung jadi.56 Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat terjun

langsung ke lapangan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan (S and W) yang ada di usaha Griya Rajut Seruni. selain itu juga,

peneliti bisa melihat peluang dan ancaman (O and P) yang dihadapi oleh

usaha tersebut. Dengan menggunakan metode ini juga, peneliti tentunya dapat

berproses dan dapat memahami fenomena – fenomena yang dialami oleh

subjek penelitian yang dimana itu semua berkaitan dengan fokus penelitian

yang dilakukan peneliti. Sehingga diharapkan penelitit dapat menggambarkan

secara nyata dan sesuai dengan fakta – fakta yang ada.

B. Lokasi penelitian
54
M. Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 9.
55
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), 6
56
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Grasindo, 2010), 83.
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti bertempat di Pondok Pesantren

Baitul Hikmah Tempurejo Jember, alasan pemilihan lokasi tersebut karena

Sebuah Pondok Pesantren yang berada didaerah terpencil ini selain

mengajarkan tentang ilmu keagaamaan, juga mendidik mengajarkan kepada

santri-santrinya bagaimana cara berwirausaha, pentingnya wirausaha melalui

program-program yang dimiliki oleh Pondok Pesantren tersebut.

C. Subjek penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive untuk

menentukan informan. Purposive adalah suatu teknik penetapan sampel

dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang

dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang lebih dikenal

sebelumnya.57

Adapun kriteria informan yang akan dipilih oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

a. Pengasuh Pondok pesantren.

b. Santri Pondok pesantren.

c. Wali santri.

d. Alumni yang telah mempunyai usaha.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Obeservasi
57
Morissan, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Kencana, 2017), 94.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi langsung

dan jenis observasi partisipasi pasif. Maksud dari pasrtisipasi pasif adalah

peneliti datang ke tempat kegiatan orang atau subjek yang diamatil, akan

tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.58

Peneliti melakukan pengamatan dengan teknik observasi langsung,

yaitu peneliti mengamati seluruhaktifitas kegiatan santri serta program-

program yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam menumbuhkan jiwa

kewirausahaan santri, yang nantinya akan menjadi salah satu sumber data

yang kemudian dapat diolah menjadi bahan analisis. Dalam penelitian ini,

peneliti akan mengamati program santri mandiri yang diterapkan oleh

pondok pesantren dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan santri.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu.59 Teknik wawancara yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara

semi terstruktur. Tujuan peneliti menggunakan teknik ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana informan yang

diwawancarai dapat menyampaikan pendapat dan ide – idenya secara

terbuka.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara

yang telah dibuat oleh peneliti. Pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dalam

58
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), 227
59
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 186
pedoman wawancara dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

informasi yang diperlukan saat wawancara sehingga wawancara dapat

berjalan dengan terbuka namun tetap fokus pada masalah penelitian.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah teknik mencari data menganai hal – hal atau

variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda

dan sebagainya.60 Hasil penelitian ini akan lebih dipercaya kebenarannya

apabila didukung oleh adanya dokumentasi.

d. Teknik Analisis Data

Setelah pengelolaan data selesai maka proses selanjutnya adalah

menganalisis data untuk mendapatkan sebuah gambaran yang utuh terkait

dengan masalah yang menjadi objek penelitian. Dengan

mempertimbangkan jenis penelitian yang digunakan maka metode analisis

data yang digunakan makaa metode analisis data yang digunakan adalah

analisis deskriptif.

Analisis deskriptif adalah suatu analisis yang dilakukan dengan cara

mengamati sesuatu(objek penelitian) dan kemudian menjelaskan apa yang

diamatinya. Penjelasan ini diceritakan dalam sebuah tulisan dengan secara

hati – hati dan cermat sehingga mendapatkan tulisan yang akurat dan tepat

sesuai hasil pengamatan.61

e. Teknik keabsahan data

60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Praktek, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 206
61
Morissan, Metode Penelitian Survei, 37
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. 62 Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan teknik triangulasi metode.

Teknik triangulasi metode, peneliti melakukan pengecekan hasil

penelitian dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yakni

wawancara, observasi dan dokumentasi sehingga tingkat kepercayaan

dapat valid.

f. Tahapan-Tahapan Penelitian

Beberapa tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan adalah tahap dimana peneliti mencari gambaran

permasalahan dan latar belakang serta referensi yang terkait dengan

tema sebelum terjun ke lapangan. Peneliti telah mendapatkan gambaran

mengenai program santri mandiri yang dilakukan oleh pondok

pesantren dengn mengangkat judul “Menumbuhkan Jiwa

Kewirausahaan Santri Melalui Program Santri Mandiri di Pondok

Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo - Jember”. Adapun tahapan –

tahapan yang diidentifikasi oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a) Menyusun pelaksanaan penelitian

b) Memilih lokasi penelitian

62
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
330.
c) Mengurus surat perizinan penelitian

d) Memilih dan memanfaatkan informasi

e) Mempersiapkan perlengkapan – perlengkapan penelitian.63

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini peneliti memasuki lapangan untuk melihat, mamantau

dan meninjau lokasi penelitian di Desa Tempurejo Kecamatan

Tempurejo Kabupaten Jember. Peneliti mulai memasuki objek

penelitian dan mencari serta mengumpulkan data – data dengan alat

yang sudah disediakan baik itu secara tertulis, rekaman, maupun

dokumentasi. Perolehan data tersebut akan segera diproses untuk

mendapatkan informasi mengenai objek penelitian.

3. Tahap Analis Data

Pada tahap ini, peneliti melakukan teknik analisis data yang diperoleh

selama penelitian berlangsung atau selama peneliti berada di lapangan.

Peneliti melakukan analisis terhadap beberapa jenis data yang sudah

diperoleh dengan cara wawancara dan observasi. Dalam tahap ini

peneliti mengkonfirmasi kembali data yang didapat dari lapangan

dengan teori yang digunakan.

63
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
330.
BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Profil Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo64

a. Nama Pondok : Pondok Pesantren Baitul Hikmah

b. Nomor Statistik : 510035090090

c. Nama Pimpinan : KH. Baihaqi Busri

d. Alamat Pondok : Jl. KH. Abdurrahman No. 132 Krajan

Tempurejo Desa Tempurejo Kecamatan Tempurejo Kab Jember

Provinsi Jawa Timur Indonesia

e. No Telp/Fax : 0331-757844

f. No Handphone : 081234999992

g. Nama Yayasan : Yayasan Baitul Hikmah Tempurejo


64
Dokumentasi, Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo, 25 Januari 2018
h. Sk Kemenkunham : Ahu-0019215.Ah.01.04 Tahun 2015

i. No. Akta dan Tanggal : 90 Tanggal 20 Oktober 2015

j. NPWP : 83.407.698.6-626.000

k. Tanah : - Luas : 12.000 m2

- Status : Sertifikat Wakaf

l. Alamat Yayasan : Jl. KH. Abdurrahman No. 132 Krajan

Tempurejo Desa Tempurejo Kecamatan Tempurejo Kab Jember

Provinsi Jawa Timur Indonesia.

m. E-mail : baitulhikmahponpes@gmail.com

2. Letak Geografis Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo.65

Pondok Pesantren Baitul Hikmah terletak di daerah selatan Kota

Jember, lebih tepatnya adalah berda di Dusun Krajan Desa Tempurejo

Kecamatan Tempurejo. Pendok Pesantren Baitul Hikmah Dibangun diatas

tanah seluas 12.000 m2 yang dikelilingi oleh persawahan, oleh karena itu

mata pencaharian masyarakat disana adalah sebagai petani, selain daripada

itu, Pondok Pesantren Baitul Hikmah juga sangat dekat dengan pasar

Tempurejo. Pondok Pesantren Baitul Hikmah dikelilingi oleh masyarakat

yang religious, dikarenakan di desa tersebut berdiri sebuah pondok

pesantren salaf yang telah memberikan kontribusi kultur dan budaya yang

agamis serta sosila bagi masyarakatnya.

Pondok Pesantren Baitul Hikmah berada di tengah-tengah

masyarakat tempurejo dengan visi memberikan pendidikan yang

proporsional yanitu pendidikan umum dan pendidikan agama. Pondok


65
Dokumentasi, Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo, 25 Januari 2018
Pesantren Baitul Hikmah juga mempunyai misi yaitu untuk

menyelamatkan generasi muslis di era globalisasi dengan meberikan

pendidikan umum dan pendidikan agama secara proporsional.

Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo dalam kegiatan

belajar mengajar melaksanakan dua kurikulum yaitu kurikulum

regular/formal dan kurikulum KMI (Kulliyatul Mu’allimin Wal

Mu’allimat Al-Islamiyah). Bagi santri yang mukim menggunakan

kurikulum KMI sedangkan untuk pelajar yang diluar menggunakan

kurikulum formal yaitu tingkat Madrsah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK).

3. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Baitul Hikmah.66

Dimulai pada tahun

4. Pendiri Pondok Pesantren Bitul Hikmah.67

Pondok Pesantren Baitul Hikmah didirikan oleh KH. Baihaqi

Busri, dimana proses belajar dan mengajar dibantu oleh keluarga dan

alumni Pondok Modern Gontor diantaranya adalah : Ust. Mukhtarullah

BA( Printis Pondok Modern Gontor v Banyuwangi, H. Abdul Halim, KH.

Sholeh Syarfan, H. Baidlowi dan Ust. H. Yusfihadi Putra pertama dari

KH. Baihaqi Busri.

KH. Baihaqi Busri

5. Struktur Pengurus Pondok Pesantren Baitul Hikmah.68

66
Dokumentasi, Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo, 15 Juli 2018
67
Dokumentasi, Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo, 25 Januari 2019
68
Dokumentasi, Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo, 25 Januari 2018
6. Status Wakaf /Pribadi.69

7. Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Baitul Hikmah70

B. Deskripsi data dan Analisis Data

1. Pelaksanaan program Santri Mandiri dalam menumbuhkan jiwa

wirausaha santri di Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo.

Kehadiran pondok pesantren Baitul Hikmah yang memadukan

pendidikan agama Islam dengan pendidikan umum termasuk pendidikan

keterampilan dengan berbagai jenis pelatihan kewirausahaan telah ikut

menjawab tantangan jaman termasuk dalam memasuki era globalisasi yang

penuh dengan persaingan. Langkah yang tepat untuk mejawab tantangan

zaman adalah dengan mengajarkan dan membekali para santri dengan

keilmuawan kewirausahaan. Lalu seperti apa proses pelaksanaan pelatihan

untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan santri di Pondok Pesanntren

Baitul Hikmah ?. mengenai hal ini peneliti telah mewawancarai pimpinan

Pondok pesantren baitul Hikmah Yaitu KH. Baihaqi Busri.

Pelaksanaan program pelatihan kewirausahaan di pondok ini tidak


lepas dari berbagai macam unsur yang meliputi kyai, santri, wali
santri, ustad dan ustdzah, pondok ini sendiri, asrama, koperasi,
masjid, dan dari semua unsur itu maka proses pelaksaanaan
pelatihan kewirausahaan di pondok akan berjalan efektif dan sesuai
dengan yang diinginkan, yah meskipun tidak dapat dipungkiri
untuk mencapai hasil yang sangat sempurna pasti dibarengi dengan
berbagai macam kendala-kendala baik secara teknis atau non
teknis.71

69
Dokumentasi, Pondok Pesantren Baitul Hikmah Tempurejo, 25 Januari 2019
70
sxsxdcdcdf
71
Wawancara dengan KH. Baihaqi Busri (Pengasuh Pondok pesantren Baitul Hikmah) Tempurejo,
21 Maret 2019
Seperti yang disampaikan oleh pengasuh bahwasanya proses

pelaksanaan kewirausahaan di pondok pesantren Baitul Hikmah meliputi

beberapa unsur. Unsur-unsur pokok yang terdapat pada pondok pesantren

Baitul Hikmah untuk menunjang berjalannya proses pelaksanaan

kewirausahaan adalah Kiyai, ustadz, santri, pondok, dan masjid, madrasah

KMI (MTs dan SMK), rumah kiyai, rumah asatidz, asrama santri putra,

asrama santri putri, Syirkah, Kopel (koperasi pelajar) dan lain-lain.

Lalu untuk menumbuhkan jiwa wirausaha pada santri ialah


dengan melalui melalui sebuah kegiatan keterampilan dan
pengetahuan atau wawasan tentang kewirausahaan yang mana di
dalamnya mencakup kegiatan ternak ayam, mini market, foto copy,
dan koperasi.72

Hal yang sama disampaikan oleh direktur Kulliyatul Mu’allimin


Wal Mu’allimat Al-Islamiyah Pondok Pesantren baitul Hikmah yaitu H.
M. Yusfihadi. S.Pd., M.Pd.I.
Benar, untuk menumbuhkan jiwa dan keinginan berwirausaha
santri, maka perlu diadakan pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan
juga keilmuwan tentang pentingnya menjadi seorang entrepreneur,
maka dari itu adanya pelatihan kewirausahan di pondok ini selain
bertujuan untuk memberikan tambahan pendidikan disisi lain
adalah untuk membekali para santri ketika kelak sudah lulus dari
lemba pendidikan pesantren ini.73

Jadi untuk menumbuhkan jiwa wirausaha santri di pondok

pesantren Baitul Hikmah adalah dengan meberikan kegiatan keterampilan

berupa pelatihan kewirausahaan dan juga dengan keilmuan serta wawasan

tentang pentingnya berwirausa dan menjadi seorang wirausahawan.

Adapun sistem pelatihan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren

Baitul Hikmah menggunakan beberapa langkah diantaranya :


Ibid., wawancara 21 Maret 2019
72

73
Wawancara dengan H. M. Yufihadi, S.Pd.,M.Pd.I (direktur Kulliyatul Mu’allimin Wal
Mu’allimat Al-Islamiyah Pondok Pesantren baitul Hikmah) 22 Maret 2019.
a. Penetapan sasaran pelatihan kewirausahaan

Hasil wawana==

Adapun yang menjadi sasaran utama pada setiap pelatihan-

pelatihan yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Baitul Hikmah

Tempurejo adalah santri-santri terpilih yang di dalamnya termasuk

santri senior dan para asatidz berjumlah +/- 60 orang dengan rincian

sebagai berikut :

- Kelas 4 KMI berjumlah 17 orang

- Kelas 5 KMI berjumlah

- Kelas 6 KMI berjumlah

b. Merancang program santri madiri

Wawancara………..

Merancang sebuah program pelatihan kewirausahaan merupakan

sebuah kegiatan yang harus dilakukan. Berikut ini rancangan program

pelatihan kewirausahaan di pondok pesantren Baitul Hikmah

Tempurejo.

Pertama: penyelenggara, Dalam hal ini yang menjadi

penyelenggara dalam melakukan pelatihan-pelatihan adalah Koperasi

pondok pesantren (KOPONTREN) Baitul Hikmah Tempurejo dengan

identitas adapun susunannya terlampir. Adapun pelatih atau pemberi

materi pihak pondok pesantren Pondok Pesantern Baitul Hikmah

mengundang dari luar sesuai dengan kebutuhan pelatihan yang

dilaksanakan.
Kedua: tujuan, Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan

Pelatihan kewirausahaan antara lain sebagai berikut :

1) Tujuan Umum

Terwujudnya kemandirian santri, pemuda, dan alumni serta anak

asuh pesantren peserta pelatihan dalam berwirausaha.

2) Tujuan Khusus

Meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dapat

dimanfaatkan untuk berwirausaha guna meningkatkan penghasilan

yang layak untuk kehidupan peserta pelatihan (Santri, Pemuda,

Alumni, Warga sekitar, anak asuh pesantren) dimasa sekarang dan

masa yang akan datang.

c. Waktu pelaksanaan pelatihan kewirausahaan

Hasil wawancara….

d. Jenis pelatihan

Hasil wawancara…..

e. Jenis usaha

Hasil wawancara……

f. Penjaga di masing-masing jenis usaha

Hasil wawawa……

g. Evaluasi pelatihan kewirausahaan

Hasil wawa….

2. Bagaimana respon santri setelah mengikuti program Santri Mandiri di

Pondok Pesantren Baitul Hikmah ?

Anda mungkin juga menyukai