Anda di halaman 1dari 17

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KAWEDANAN
Jalan A. Yani No. 372 Kec. Kawedanan 63382
Telp. (0351) 439120
E-mail : kawedanan.pusk@gmail.com

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS KAWEDANAN


NOMOR 66 TAHUN 2022

TENTANG KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS KAWEDANAN

KEPALA UPTD PUSKESMAS KAWEDANAN

Menimbang : a. bahwa tugas Tim Pencegahan dan Pengendalian


Infeksi adalah membantu Kepala Puskesmas untuk
menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan medis
Puskesmas melalui Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi;
b. bahwa dalam rangka melaksanakan tugasnya, Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
berkoordinasi dengan Tim Manajemen Mutu guna
mengendalikan infeksi nosokomial di Puskesmas;
c. bahwa dalam rangka pemenuhan Akreditasi
Puskesmas, dimana Puskesmas diharapkan dapat
memenuhi kegiatan standar pelayanan
pengendalian Infeksi di Puskesmas;
d. bahwa Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Puskesmas Kawedanan agar dapat berperan
dalam upaya — upaya preventif, promotif, dan
sebagainya;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan Kebijakan
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Puskesmas kawedanan

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
lndonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2014, tentang Puskesmas;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 46 tahun 2015, tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten / Kota;
6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
270/MENKES/2007 tentang Pedoman Manajerial
PPI di RS dan Fasyankes Lainnya;
7. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No
382/Menkes/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan
Fasyankes lainnya;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS


KAWEDANAN NOMOR TAHUN 2022
TENTANG KEBIJAKAN PELAKSANAAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS KAWEDANAN
Kesatu : Kebijakan Pelaksanaan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Puskesmas
Kawedanan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Kawedanan
pada tanggal Januari 2022

KEPALA UPTD PUSKESMAS KAWEDANAN


KABUPATEN MAGETAN

RENNY KURNIAWATY
LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS
KAWEDANAN
NOMOR 66 TAHUN 2022
TENTANG
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS
KAWEDANAN

A. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI PUSKESMAS

1. Kepala Puskesmas membentuk Tim PPI Puskesmas


sesuai dengan SK Kepala Puskesmas yang
mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas
sesuai dengan Pedoman Manajerial PPI Rumah Sakit
dan fasilitaps pelayanan kesehatan lainnya.
2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung
di bawah Kepala Puskesmas, yang disusun terdiri dari
ketua, sekretaris merangkap IPCN, dan anggota.
3. Anggota Tim PPI terdiri dari dokter gigi, perawat dan
bidan.

4. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu


Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
5. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan
kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
6. Tim PPI mengadakan rapat tiap 6 bulan untuk
mengevaluasi hasil surveilance, kinerja tim dan
menentukan tindak lanjut.

7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat kepada Kepala


Puskesmas, managemen, staf medis, staf penunjang
medis dan umum.
8. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut
yang telah dilakukan pada bulan berikutnya.

9. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk


mendukung kegiatan pencegahan dan pengendalian
infeksi yang dimasukkan dalam anggaran PPI.

B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI


PUSKESMAS KAWEDANAN

1. Pelaksanaan Kewaspadaan Standar.

2. Pelaksanaan Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi.

3. Surveillance.

4. Pendidikan dan Pelatihan PPI.

C. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR


1. Kebersihan Tangan (Hand Hygiene)
a. Semua petugas puskesmas, pasien, dan pengunjung
Puskesmas Kawedanan harus menjaga kebersihan tangan
dengan melakukan cuci tangan menggunakan air bersih dan
sabun atau handrub menggunakan cairan antiseptik berbasis
alkohol.

b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum


kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik,
setelah melakukan tindakan invasif yang berhubungan cairan
tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak
dengan lingkungan pasien.

c. Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan sabun


dengan air mengalir. Bita tangan tidak tampak kotor, cuci
tangan dengan handrub cairan antiseptik berbasis alkohol.

d. Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan beberapa


langkah selama 40-60 detik, dengan prosedur yang sesuai
dengan rekomendasi WHO
e. Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol dilakukan
dengan benar beberapa langkah selama 20-30 detik, dengan
prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.

f. Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan melalui


survey terhadap seluruh petugas puskesmas setiap bulan.

g. Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit kerja


belum memenuhi standart dilakukan sosialisasi/training ulang
kebersihan tangan pada unit tersebut.

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)


a. Alat pelindung diri (APD) adalah pakaian khusus atau
peralatan yang dipakai petugas untuk memproteksi diri dari
bahaya fisik, kimia, biologi dan infeksius.

b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang


beresiko menularkan penyakit infeksius wajib memakai APD
sesuai dengan prosedur yang benar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik
harus memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.
d. jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung
mata (goggles plastic bening, kacamata pengaman,
pelindung wajah dan visor), topi, gaun pelindung, apron,
pelindung kaki ( sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi
pemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat
sampah infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk
APD yang akan dipakai kembali, dilakukan penatalaksanaan
sesuai prosedur.

3. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien


a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan
untuk mengurangi penularan penyakit dari instrumenb yang
kotor, sarung tangan bedah, dan barang-barang habis pakai
lainnya adalah precleaning / prabilas, pencucian dan
pembersihan sterilisasi atau densinfeksi tingkat tinggi (DTT).
b. Precleaning/prabilas : Proses yang membuat benda mati
lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum
dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan
HIV) dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah
mikroorganisme yang mengkontaminasi. Proses ini adalah
dengan melakukan perendaman dengan memakai detergen
atau larutan enzymatic sampai seluruh permukaan alat
terandam.

c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua


kotoran, darah atau cairan tubuh lainnya dari benda matin
ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
mengenai objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari
mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air
atau enzymatic, membilas dengan air bersih, dan
mengeringkan.

d. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) : Proses menghilangkan


semua mikroorganisme, kecuali beberapa
endosporabakterial dari objek, dengan merebus,
menguapkan dan memakai densinfektan kimiawi.

e. Sterilisasi : Proses menghilangkan semua mikroorganisme


(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora
bakterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi
(autoklaf), panas kering (oven), sterilan kimiawi atau radiasi.

f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan


sesuai prosedur.

4. Pengendalian Lingkungan

a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas


pelayanan kesehatan lainnya merupakan salah satu upaya
pencegahan pengendalian infeksi di Puskesmas
Kawedanan

b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat


diminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan,
disinfeksi permukaan lingkungan yang terkontaminasi
dengan darah atau cairan tubuh pasien, melakukan
pemeliharaan peralatan medik dengan tepat,
mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan
ventilasi udara yang baik.

5. Pengelolaan limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah
satunya dengan cara pengelolaan limbah yang tepat.

b. Pengelolaan limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi,


pemisahan, labeling, packing, penyimpanan, pengangkutan
dan penanganan sesuai jenis limbah.

6. Penatalaksanaan Linen

a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan


linen yang benar.

b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi


pada pakaian atau lingkungan.

c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke


dalam wadah kantong yang tidak rusak saat diangkut.

d. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang


sudah digunakan.

7. Perlindungan Kesehatan Petugas

a. Petugas Puskesmas Kawedanan diwajibkan menerapkan


prinsip-prinsip PPI yaitu kewaspadaam standart dan
kewaspadaan berbasis transmisi seusai dengan indikasi
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.

b. Petugas Puskesmas Kawedanan terutama petugas medis


dan paramedis, berhak mendapatkan vaksinasi hepatitisb
secara bertahap.

c. Petugas yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur


paska pajanan, kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan
mengevaluasi.

d. Petugas Puskesmas Kawedanan yang merawat pasien


menular melalui udara harus mendapatkan pelatihan
megenai cara penularan dan penyebaran, tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai prosedur
bila terpajan. Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan
pasien harus diberi penjelasan umum mengenai penyakit
tersebut.

8. Penempatan pasien

a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk


melindungi pasien, pengunjung dan staf terhadap penyakit
menular dan melindungi pasien yang imunosupresi dari
infeksi.

b. Pasien imunosupresi ditempatkan di ruang isi satu yang


terpisah dengan pasien infeksius

c. Pasien dengan penyakit menular melalui udara/airbons


maupun melalui kontak harus dirawat di ruang isolasi (bila
memungkinkan) untuk mencegah transmisi langsung atau
tidak langsung.

d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan


kohorting (pasien dengan diagnosa yang sama ditempatkan
berdekatan).

e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.

f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan


pasien non infeksius.

g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat


transportasi/transfer karena belum ada jalur khusus pasien
infeksius.

9. Kebersihan Pernafasan/ Etika Batuk dan Bersin

a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara penting


untuk mengendalikan penyebaran infeksi di sumbernya.

b. Semua pasien, pegunjung, dan petugas kesehatan harus


dinjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan
pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan.

c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin : Tutup
hidung atau mulut segera buang tisu yang sudah dipakai,
lakukan kebersihan tangan.

10. Praktik menyuntik yang aman

a. Semua petugas medis dan paramedis Puskesmas Kawedanan


wajib melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril sekali
pakai pada tiap suntikan
c. Bila menggunakan vial multidosis, sebaiknya tetap
digunakan sekali pakai karena jarum atau spuit yang dipakai
ulang untuk mengambil obat dalam vial multidosis dapat
menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar
saat obat dipakai untuk pasien lain.

D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN


TRANSMISI
1. Kewaspadaan Transmisi Kontak
a. Penempatan pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin
kohorting, bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan
pertmbangan epidemologi mikrobanya dan populasi pasien
pasien. Tempatkan dengan jarak » 1 meter (3 kaki) antar kursi
tunggu. Jaga agar tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan
dan pasien lain.
b. Transport Pasien
Batasi gerak, tranport pasien hanya dilakukan kalau perlu saja.
Bila diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar
risiko minimal transmisi ke pasien lain atau lingkungan
c. Penggunaan APD Petugas

1. Petugas memakai sarung tangan bersih non steril,


lateks saat masuk ke ruang tindakan, ganti sarung
tangan setelah kontak dengan bahan infeksius
(feses, cairan drain), lepaskan sarung tangan
sebelum keluar dari ruang tindat‹an dan cuci tangan.
2. Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat
masuk ruang tindakan untuk melindungi baju dari
kontak dengan pasien, permukaan lingkungan,
barang di ruang tindakan, cairan diare pasien,
ileostomi, kolostomi, luka terbuka. Lepaskan gaun
sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada
kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
d. Pengelolaan perawatan pasien
Bila memungkinkan peralatan non kritikal dipakai untuk 1
pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama.
Bersihkan dan desinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.

2. Kewaspadaan Transmisi Droplet


a. Penempatan Pasien

Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin


kohorting. Bila keduanya tidak mungkin, buat pemisah dengan
jarak > 1 meter antar kursi tunggu dan jarak dengan
pengunjung. Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu
penanganan khusus terhadap udara dan ventilasi.
b. Transport pasien

Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien


dengan mengenakan masker pada pasien dan menerapkan
hygiene respirasi dan etika batuk.

c. Penggunaan APD petugas

Masker dipakai apabila bekerja dalam radius 1 meter terhadap


pasien, saat kontak erat. Masker seyogyanya melindungi hidung
dan mulut, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien dengan
infeksi saluran napas.

d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien

Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba


tidak bergerak jarak jauh.

3. Kewaspadaan Transmisi Udara (Airborne)


a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai ; tekanan
negatif, pertukaran udara 6-12x/jam sebelum udara mengalir ke
ruang atau tempat lain di Puskesmas. Usahakan pintu ruang
pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan,
tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba
yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting)
dengan jarak >1 meter. Konsultasikan dengan Tim PPI
Puskesmas sebelum menempatkan pasien bila tidak ada ruang
isolasi dan kohorting tidak memungkinkan.
b. Transport Pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan saja.
Bila perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker bedah
untuk cegah menyebarnya droplet nuclei.
c. Penggunaan APD Petugas
Kenakan masker respirator (N95/ kategori N pada efisiensi 95%)
saat masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Orang yang rentan
seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang diketahui atau
suspek campak, cacar air kecuali petugas yang telah imun. Bila
terpaksa harus masuk maka harus menggunakan masker respirator
untuk pencegahan. Orang yang pernah sakit campak atau cacar air
tidak perlu memakai masker. Bila melakukan tindakan dengan
kemungkinan timbut aerosol maka APD yang digunakan adalah
masker bedah, gaun, goggle, dan sarung tangan.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC
“Guidence for Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities”

E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SULVEILANS

1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif


untuk mengurangi resiko dari infeksi terkait pelayanan kesehatan
pada pasien, tenaga pelayanan kesehatan dan pengunjung
termasuk mengembangkan program surveillance infeksi yang
relevan, yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan, terintegrasi dengan program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang
berhubungan dengan masalah infeksi, dalam hal ini pemantauan
CAUTI dan phlebitis. digunakan dalam perencanaan, penerapan
dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan
pencegah dan pengendalian infeksi di puskesmas yang
didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang
memerlukannya.
2. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang
meliputi surveillance proses dan survellance hasil.
3. Surveillance dilakukan oleh tim PPI.

4. Laporan hasil surveillance dibuat setiap bulan dan tahunan yang


dibuat oleh Tim PPI yang diserahkan kepada Kepala Puskesmas.
5. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan
melalui rapat bulanan, kemudian evaluasi bersama untuk
mendapatkan solusi dan tindak lanjut.
6. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dapat dilakukan analisa dan
tindak lanjut.
7. Tindak lanjut disampaikan ke setiap uniy kemudian dievaluasi
pada bulan berikutnya.

F. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PETUGAS


KESEHATAN DALAM RANGKA
1. Semua anggota Tim PPI Puskesmas Kawedanan wajib memiliki
sertifikat Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi tingkat
dasar.
2. Semua pegawai baru Puskesmas Kawedanan baik tenaga medis
maupun non medis wajib menjalani program orientasi pegawai baru
baik orientasi umum maupun khusus yang salah satu materinya
adalah pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi
yang diselenggarakan oleh Tim PPI.
3. Semua pegawai Puskesmas Kawedanan wajib mengikuti
pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi tingkat dasar
(bagi yang belum pernah pelatihan) secara bertahap yang
diselenggarakan oleh Tim PPI.
4. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang
mengikutsertakan seluruh petugas Puskesmas, pasien dan
keluarga, serta pengunjung lainnya.
5. Tim PPI harus mambarikan pendidikan tentang PPI kepada
petugas Puskesmas, pasien dan keluarga, serta pengunjung
lainnya.

G. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DALAM


PEMASANGAN ALAT KESEHATAN
1. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait
pemasangan kateter (CAUTI/ Cathether Assosiated Urinaru Tract
Infection)

a) Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugas yang


memahami dan trampil dalam tehnik pemasangan secara
aseptic dan perawatan kateter sesuai prosedur.

b) Penggantian urin dilakukan setiap 8 jam atau bila pada


keadaan tertentu.

c) Kateter dipasang pada saat diperlukan saja berdasarkan


indikasi.

2. Kebijakan Upaya Pencegahan Phlebitis terkait pemasangan


infus

a. Pemasangan infus dikerjakan oleh petugas yang


memahami dan terampil dalam teknik pemasangan secara
aseptik dan perawatan infus sesuai prosedur.

b. Pemindahan tempat penusukan setiap 32 jam.

H. KEBIJAKAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA RASIONAL UNTUK


PROFILAKSIS DAN TERAPEUTIK
1. Puskemas membatasí penggunaan beberapa antibiotika
tertentu yang dicadangkan untuk menghadapi kasus infeksi
nosokomial yang resisten terhadap obat yang lazim dipakai.
2. Puskesmas melakukan pengawasan yang ketat terhadap
pemakaian obat-obatan lainnya seperti kortikosteroid,
imunosupresif dll.

I. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI

1. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas tentang


pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI
dan aman bagi yang menggunakan.

2. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh unit


Farmasi

J. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI


1. Tim PPI memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas
yang menyangkut konstruksi bangunan, renovasi ruangan,
cara pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai
dengan prinsip PPI.
2. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan
penanggung jawab pemeliharaan sarana dan prasarana
puskesmas.
3. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas udara
secara berkala untuk mengurangin resiko infeksi selama
pembangunan / renovasi.
K. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN

1. Karyawan Puskesmas Kawedanan diwajibkan menerapkan


prinsip-prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.

2. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur


paska pajanan, kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan
mengevaluasi.
3. Karyawan Puskesmas Banjarbaru Utara yang tidak memiliki
kartu BPJS atau asuransi kesehatan lainnya, berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas
Kawedanan untuk rawat jalan sesuai kebijakan Kepala
Puskesmas.

L. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)


1. Tim PPI segera melakukan investigasi masalah atau KLB
nosokomial.
2. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Kepala
Puskesmas
3. Tim PPI melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan
pemeriksaan mikrobiologik
4. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan
APD sesuai dengan kewaspadaan standart dan kewaspadaan
berbasis transmisi.
5. Apabila terjadi outbreak bencana alam seperti gunung
meletus, gempa bumi dan sebagainya Tim PPI harus sigap
melakukan pencegahan infeksi, misalnya membagikan
masker, menutup ruangan, pembersihan ruangan secara
berkala dll.

KEPALA UPTD PUSKESMAS KAWEDANAN


KABUPATEN MAGETAN

RENNY KURNIAWATY

Anda mungkin juga menyukai