Anda di halaman 1dari 5

Simulasi PTM SMA /SMK Perdana

•Cek Kesehatan dan Sterilisasi Disinfektan Tiap Hari

Solo, Radar Solo ---- Simulasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) perdana dilakukan SMAN 3 Surakarta
dan SMK St Mikael Surakarta Kemarin, (2/11). Pelaksanaan Simulasi PTM perdana tahap satu ini akan
menjadi percontohan sekolah lain. Jika hasilnya baik, SMA/SMK lain bisa menggelar kelas PTM. 

Dari pantauan lokasi di SMAN 3 Surakarta sebanyak 51 siswa yang diizinkan masuk terbagi dalam
dua sif. Sif pertama diikuti 26 siswa mulai pukul 07.00-09.00 dan sif kedua diikuti 25 siswa mulai
pukul 10.00-12.00. Siswa yang masuk menerapkan protokol kesehatan (Prokes) secara ketat. Sekolah
juga membagikan masker dan faceshield pada siswa. 

Dilanjutkan dengan mencuci tangan dengan westafel injak. Sehingga tidak perlu menyentuh keran.
Siswa juga dilakukan pengecekan suhu. Ada yang dicek dengan termogun dan adapula pengukur
suhu dengan sensor. Siswa mengisi form kesehatan diri dan menunggu di depan kelas yang telah
dibuat berjarak. Sebab yang diperbolehkan membuka ruang kelas hanya guru. 

Penanggung Jawab Pembelajaran SMAN 3 Surakarta Wardi mengatakan pembelajaran perdana ini
digelar secara daring dan luring. Namun, materi telah diaampaikan guru melalui daring. Sehingga
siswa yang di kelas juga menyimak melalui ponsel masing-masing. Dengan jadwal pembelajaran
sesuai jadwal saat pembelajaran jarak jauh (PJJ). 

"Kami terapkan prokes secara ketat. Dan diawasi oleh para guru. Karenanya 51 siswa yang ikut
dibagi menjadi 2 sif. Dengan tiap sif menempati satu ruang kelas. Jadi kami menyediakan 4 kelas
untuk PTM ini," terangnya pada Jawa Pos Radar Solo, Senin (2/11). 

Karena ruang kelas berAC, pintu dibiarkan terbuka. Agar sirkulasi udara baik. Wardi menjelaskan
sekolah melakukan perekapan kondisi siswa dan aktivitas di luar sekolah. Di mana hal tersebut
membutuhkan kejujuran siswa dalam mengisi. Selain itu evaluasi dilakukan setiap hari dan dua
minggu setelahnya. 

Kepala SMAN 3 Surakarta Agung Wijayanto mrngatakan pelaksanaan simulasi PTM tahap satu
berjalan baik. Dan pekerjaan rumah (PR) sekolah lebih pada penyediaan infrastruktur sarpras sesuai
Standar Operasional prosedur (SOP) PTM. Karena difase kedua, sekolah diizinkan memasukan siswa
dengan jumlah dua kali fase PTM pertama. Yakni bisa 100 siswa. 

"Kita pikirkan tahap berikutnya yang lebih besar apakah bisa lanjut. Sekolah harus mencari formulasi
dengan pertambahan peserta maka perlu antisipasi. Makanya kita evaluasi tiap hari. Selain itu kami
juga akan melaporkan hasilnya pada Disdikbud Provinsi setelah dua minggu simulasi," katanya. 

Selain itu siswa yang ikut simulasi PTM hanya yang diizinkan orangtua. Sebanyak 51 siswa yang ikut
simulasi merupakan siswa yang diproyeksikan lulus lebih cepat. Dan sesuai SOP PTM siswa tidak
diizinkan naik kendaraan umum. Dan siswa yang tinggal di lingkungan positif juga tidak diizinkan
masuk. Karenanya sekolah akan rutin mengecek kesehatan siswa dan catatan riwayat bepergian. 

"Selain itu sterilisasi dengan penyemprotan disinfektan dilakukan tiap PTM selesai. Meja juga diberi
penomoran untuk satu siswa. Yang jelas PTM ini untuk mengatasi psiko sosial anak kelas X sekaligus
pengenalan sekolah. Jadi nanti kita evaluasi harian dan mingguan. Lalu buat laporan karena
menginjak tahap berikutnya kalau sudah bisa membiasakan new normal. Disiplin masker dan jaga
jarak, buat jalur jalan, sebagai upaya pembiasaan," terangnya. 
Agung berharap dengan melibatkan guker dan siswa menjadi relawan pemutusan rantai penyebaran
covid. Sehingga siswa melakukan pembiasaan karena bahkan menyebarkan ke lingkungan rumah.
Yakni dengan menjadi petugas tim satgas. Sehingga kampanye pemutusan rantai covid-19, memakai
masker, mencuci tangan dan menjaga jarak bisa diterapkan. 

"Sejauh ini semua SMA negeri dan swasta di Solo sudah menyiapkan diri. Dan kami, akan menjadi
bagian dalam kegiatan monitoring dan evaluasi serta verifikasi SOP PTM persiapan di lapangannya,"
katanya. 

Terpisah, SMK Sr Mikael juga menggelar simulasi PTM perdana. Namun, sekolah tidak langsung
mengadakan pembelajaran. Kepala SMK St Mikael Albertus mengatakan simulasi PTM perdana ini di
bagi dalam dua sif. Sif pertama milao 07.00-11.00 dan sif 2 mulao 12.00-16.00. Dengan masing-
masing sif diikuti 27 siswa kelas XII. 

"Guru piket mulai bekerja pukul 06.15 untuk mengarahkan siswa supaya sesuai prokes. Mulai parkir,
cek suhu, masuk bilik penyemprotan desinfektan, presensi dan masuk ruang transit. Agenda hari
pertama diisi dengan sosialisasi dan rapid tes bagi siswa. Sekaligus sebagai seleksi bahwa siswa layak
atau tidak untuk masuk praktik pada Selasa,"terangnya.

•444 Gukar dan Siswa SMP Jalani Rapid Tahap 1

Rapid Test bagi guru dan karyawan dilakukan tiga SMP dilakukan kemarin (2/11). Ketiga sekolah
yakni SMPN 4 Surakarta, SMP Al Azhar Syifa Budi dan MTsN 1 Surakarta akan menggelar simulasi
PTM era kenormalan baru pada 4 November mendatang. Sebanyak 444 guru karyawan (Gukar) dan
siswa ditiga SMP mengikuti rapid test. Hasil rapid ini akan diumumkan hari ini (3/11). 

Dari pantauan lokasi di SMPN 4 Surakarta rapid test dibagi dalam 4 sif. Sif pertama diperuntukan
bagi 63 gukar. Sedangkan 119 siswa dibagi dalam tiga sif untuk menghindari kerumunan.
Pelaksanaan rapid test dimulai sekitar pukul 09.00. Siswa yang datang wajib bermasker, faceshield
dan mencuci tangan. Dilanjutkan dengan pemeriksaan suhu tubuh serta masuk bilik disinfektan. 

Rapid test dilakukan di aula lantai 2. Ada empat meja yang disediakan untuk rapid test. Satu persatu
peserta dipanggil nama dan selesai rapid test mengisi daftar hadir. Sekolah mengatur lalu lintas
pelaksanaan rapid test. Di mana siswa naik lewat tangga utara. Selesai rapid test siswa turun lewat
tangga selatan. Guru juga mengawasi lalu lintas siswa untuk memastikan protokol kesehatan
dilakukan di era kenormalan baru

Kepala SMPN 4 Surakarta Sri Wuryanti mengatakan rapid test dilakukan serentak ditiga sekolah yang
ditunjuk menggelar simulasi PTM. Hal tersebut dilakukan Pemkot Solo untuk memastikan sekolah
benar-benar siap. Selain itu, kegiatan ini sekaligus mengenalkan siswa pada budaya di era
kenormalan baru. 

"Sebanyak 63 gukar dan 119 siswa mengukuti rapid test untuk simulasi PTM tahap 1. Sif pertama
diperuntukan bagi gukar. Baru dilanjut bagi siswa sekitar pukul 09.30. Dari 119 itu dibagi menjadi
tiga sif. Agar tidak bergerombol," terangnya pada wartawan, Senin (2/11). 

Wuryanti mengatakan kalau ada gukar yang rekatif akan diminta bekerja dari rumah. Dan karantina
mandiri. Sedangkan siswa yang reaktif diminta melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari rumah.
Pelaksanaan rapid test juga dipandu oleh guru untuk memastikan prokes dijalankan.

Sebelum masuk ke ruang rapid test, siswa menerima pengarahan dari sekolah. Siswa juga kembali ke
ruang kelas untuk menunggu penjemputan orangtua. Dan disisipi sosialisasi simulasi PTM Rabu
mendatang. Mengenai prokes covid-19, seperti menegenakan masker, mencuci tangan dan menjaga
jarak. 

Wuryanti mengatakan dari 280 siswa kelas IX hanya 219 yang diizinkan orangtua masuk PTM. "Bagi
orangtua yang masih ragu-ragu saya arahkan untuk tidak menginzinkan masuk dulu. Jadi hanya 219
siswa yang diizinkan. Mereka dibagi menjadi dua fase. Tahap 1 pada 4-13 November. Baru sisanya
masuk fase dua," terangnya. 

Wuryanti menjelaskan rapid test dilakukan dua kali. Sebelum simulasi PTM dan sesudah PTM pada
13 November. Rapid test juga dilakukan bagi siswa yang masuk fase 2. Hal tersebut untuk
memastikan simulasi PTM berjalan baik dan keadaan siswa baik. 

"Mudah-mudahan semua lancar. Karena yang penting peran orangtua dalam penjemputan,
pengantaran dan saat berada lingkungan rumah. Sehingga perlu kedisiplinan orangtua. Harus
dipastikan siswa diantar jemput sendiri dan tidak mampir ke mana-mana. Sekolah tidak
memperbolehkan siswa naik ojek online dan angkutan umum maupun berangkat sendiri,"
terangnya.  

Salah satu siswa kelas IX C asal Patihan Solo, Aldo Setiawan mengatakan baru pertama kali mengikuti
rapid test. Aldo mengaku mantap dan tidak takut mengikuti simulasi PTM. Bahkan lewat rapid test
ini sekolah juga menyampaikan apa saja yang perlu dipersiapkan selama PTM. Serta budaya
kenormalan baru yang harus diterapkan. Mulai dari wajib bermasker serta faceshield, mencuci
tangan dan menjaga jarak (3M) saat di sekolah.  

"Yang penting selalu jaga kesehatan dan menerapkam protokol covid-19. Selain itu kami juga
diminta membawa handsanitizer, bekal dan alat tulis sendiri untuk meminimalisir kontak dengan
teman," terangnya.

Sekretaris Disdik Kota Solo Dwi Ariyanto mengatakan kegiatan rapid test ditiga SMP/ MTsN berjalan
lancar. Sebanyak 444 gukar dan siswa yang mengikuti rapid test berasal dari tiga sekolah. Yakni dari
SMPN 4 Surakarta diikuti 63 gukar dan 119 siswa, SMP Al Azhar Syifa Budi diikuti 45 gujar dan 19
siswa, dan MTsN 1 Surakarta diikuti 103 gukar dan 96 siswa.  

"Kegiatan rapid test ditiga sekolah berjalan aman, tertib dan sekolah sudah antisipasi kerumunan
dengan penjedaan waktu kehadiran. Selain itu siswa juga diberi pengantar protokol kesehatan di
sekolah, dan SOP PTM. Seperti 3M plus perlengkapan pribadi siswa yg wajib dibawa. Untuk hasilnya
besuk pagi. PTM dimulai Rabu. Jika ada yang reaktif baik siswa maupun guru karantina mandiri dan
tidak ikut proses PTM," terangnya. (rgl)

Berita 2

Kisah Orangtua dan Siswa dalam Simulasi PTM

•Rela Tunggu 2 Jam PTM Sampai Kos untuk Ikut PTM

Solo, Radar Solo --- Simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) menjadi momen yang ditunggu.
Setelah 7 bulan belajar daring di rumah, persiapan mengikuti simulasi PTM dilakukan. Mulai dari
orangtua yang rela menunggu jam sekolah. Hingga siswa luar kota yang memilih kos di dekat
sekolah. Seperti apa ceritanya? 
Minggu ini menjadi minggu perta simulasi PTM di dua SMA/SMK dan tiga SMP/MTsN. Tidak
dipungkiri kekhawatiran orangtua melepas anak belajar di sekolah masih menjadi momok. Namun,
di sisi lain, simulasi PTM menjadi angin segar agar siswa tidak terkungkung dengan ponsel pintar. 

Wali murid dari Sabrina siswi kelas IX SMPN 4 Surakrta, Yunita mengaku kekhawatiran tentu ada.
Menilik pandemi covid-19 belum berakhir. Keputusan mengizinkan anaknya mengikuti simulasi PTM
disertai dengan berbagai pertimbangan. Terutama imbas pembelajaran jarak jauh (PJJ). 

"Kekhawatiran tentu ada. Ada imbas PJJ berkepanjangan membuat budaya anak di rumah juga
berubah. Karena sekolah daring anak jadi pegang ponsel terus. Mulai dari bangun sampai tidur.
Kadang juga siswa merasa tertekan dengan tugas. Akhirnya larinya ke main game," terang saat
menunggu rapid test anak selesai, pada Jawa Pos Radar Solo. 

Warga Klodran Rt 4 Rw 1, Colomadu, Karanganyar ini mengatakan dengan imbas PJJ tersebut, anak
juga mengeluh pembelajaran kurang maksimal. Dan memilih melakukan PTM agar serapan materi
belajar lebih maksimal. Selain itu orangtua juga mengeluhkan pengeluaran biaya untuk kuota
internel. Di mana dalam sebulan bisa mengeluarkan uang sampai Rp 170 ribu.

Sehingga orangtua benar-benar menyimak perkembangan pembelajaran anak. Dan angin segar
datang sejak sekolah berencana mengadakan simulasi PTM. Yunita mengaku mengikuti tiap proses
pra simulasi. Hal tersebut untuk memastikan keamanan anak terjami. 

"Saya lihat semua protokol kesehatan (Prokes) diawasi dengan ketat oleh guru. Mulai dari wajib
bermasker, mencuci tangan, mengecek suhu tubuh, masuk bilik disinfektan sampai wajib menjaga
jarak. Dan saat pembelajaran juga terjamin keamanannya," terangnya. 

Sebagai persiapan mengikuti PTM, Yunita sangat memperhatikan kesehatan anak. Dengan menjaga
pola makan anak, dan penambahan suplemen anak dengan madu. Bahkan orangtua juga
menerapkan prokes di rumah sebagai pembiasaan. Mulai pembiasaan mencuci tangan, memakai
masker keluar rumah, menjaga jarak dan menjaga kebersihan 

"Kalau saya kembalikan lagi karena pandemi gak tahu selesai kapan. Makanya harus bangkit. Anak di
rumah sudah ponsel terus bangun sampe mau tidur. Dengan sekolah ini bisa mengubah pola di
rumah. Makanya agar anak semangat dan kebetulan rumahnya juga jauh, selama 2 jam belajar saya
tunggu di rumah," terangnya. 

Perjuangan untuk mengikuti PTM juga dirasakan siswi kelas X MIPA 1 SMAN 3 Surakarta Baitunnisya.
Perempuan asal Purwodadi ini masuk melalui jalur prestasi. Dan memilih kos di daerah dekat
sekolah agar bisa ikut PTM. Apalagi Nisa kesulitan belajar selama PJJ. Terutama dalam pemahaman
materi dan mengatasi rasa malas. 

"Saya kos sudah sebulan. Jadi sudah karantina mandiri. Apalagi dari sekolah  menyediakan form
untuk data kesehatan dari bulan lalu untuk persiapan PTM. Dan orang tua pasti mengizinkan jika
menyangkut pendidikan," terangnya. 

Meski tinggal sendiri Nisya milih ikut PTM karena selama dirumah merasa tidak produktif, lebih
malas, dan merasa kesulitan PJJ. Apalagi guru lebih banyak memberi soal latihan dengan penjelasan
yang dirasa kurang. Seperti mapel bio fisika, kimia dan lainnya. Demi mengikuti PTM, Nisya benar-
benar memperhatikan pola makan. Serta menghindari berpergian ke luar kos jika tidak mendesak. 
"Persiapannya pasti dengan menjaga kesehatan. Apalagi saya dari luar kota juga. Untuk simulasi ini
persiapannya secara umum tentang kesehatan pasti mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah
dengan melakukan gerakan 3M. Saya juga membiasakan diri buat melakukan pola makan yang
teratur dan nggak sembarangan. Juga memperbanyak minum air putih," ujarnya.(rgl)

Anda mungkin juga menyukai