Anda di halaman 1dari 11

PERENCANAAN ANGKUTAN SEKOLAH KABUPATEN SEMARANG

Luas wilayah Kabupaten Semarang seluruhnya kurang lebih 1.019,27 Km2 , yang terbagi dalam
19 Kecamatan dan 235 Desa atau Kelurahan. Wilayah terluas adalah Kecamatan Pringapus 84,77
Km2 (8,72%) dan terkecil adalah Kecamatan Ambarawa 29,79 Km2 (2,92%). Kabupaten
Semarang sebagian besar merupakan dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata 574 meter diatas
permukaan air laut. Kecamatan dengan tertinggi yaitu Kecamatan Getasan, Sumowono dan
Bandungan, sedangkan Kecamatan Bancak mempunyai rata rata ketinggian terendah.
Kabupaten Semarang berbatasan dengan wilayah berikut:
 Sebelah Utara : Kota Semarang
 Sebelah Timur : Kabupaten Grobogan, Kabupaten Demak dan Kabupaten Boyolali
 Sebelah Selatan : Kabupaten Boyolali
 Sebelah Barat : Kabupaten Kendal, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 117 Tahun 2018, Angkutan sekolah merupakan
angkutan yang disediakan untuk mengangkut sekolah dari dan ke lokasi sekolah. Angkutan
sekolah mempunyai trayek yang tetap dan teratur serta hanya beroperasi pada jam kepulangan
dan keberangkatan siswa.
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: SK.967/AJ.202/DRJD/2007
pasal 4 Pelayanan angkutan antar jemput anak sekolah diselenggarakan dengan ciri-ciri sebagai
berikut :
a. mengangkut siswa pada sekolah yang menyelenggarakan angkutan antar jemput anak
sekolah, siswa dari sekolah yang saling bekerjasama untuk menyelenggarakan angkutan
antar jemput anak sekolah atau siswa sekolah lain yang sekolahnya telah bekerjasama
dengan sekolah yang menyelenggarakan angkutan antar jemput anak sekolah;
b. berjadwal dan singgah pada tempat-tempat yang telah ditentukan pihak sekolah
penyelenggara angkutan antar jemput anak sekolah;
c. menggunakan bus dan/atau mobil penumpang;
d. menggunakan plat tanda nomor kendaraan warna dasar hitam dengan tulisan putih;
e. pelayanan dengan waktu tempuh paling lama 1,5 jam;
f. sekolah penyelenggara angkutan antar jemput bertanggung jawab atas kelancaran
penyelenggaraan angkutan antar jemput anak sekolah.
Ruang lingkup kajian perencanaan angkutan sekolah Kabupaten Semarang meliputi kecamatan
Ungaran Timur dan Kecamatan Pringapus pada zona 2,4, dan 5.
1. Zona dua
Zona dua meliputi wilayah Kecamatan Ungaran Timur. Zona ini meliputi empat
kelurahan yaitu Kalirejo, Sidomulyo, Kalongan, dan Leyangan.
2. Zona empat
Zona empat meliputi 5 Kelurahan yaitu Klepu, Gondoriyo, Wringin Putih, Wonoyoso,
dan Pringsari.
3. Zona lima
Wilayah zona 5 meliputi lima Kelurahan yaitu Derekan, Pringapus, Jatirunggo,
Lemahireng, dan Kandangan.

Perencanaan angkutan umum Program ini menjadi spesial karena angkutan umum
menjadi memiliki 2 trayek, yaitu
1. Trayek utama yang merupakan trayek dasar pelayanan penumpang umum dari terminal atau
lokasi asal ke terminal atau lokasi tujuan.
2. Trayek angkutan sekolah yang merupakan deviasi atau penyimpanngan trayek utama yang
melayani siswa dari zona asal perjalanan siswa melalui kantong-kantong penumpang siswa ke
dan dari sekolah pada jam berangkat dan pulang sekolah.

Lokasi objek penelitian ini berada di Kawasan Pendidikan yang ada di Kabupaten
Semarang, lebih tepatnya di Kecamatan Pringapus dan Ungaran Timur.
a. SMP N 2 Ungaran merupakan Sekolah Menengah Pertama yang terletak di
Sidomulyo, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang. Beralamat di Jalan
Letjend Suprapto dengan tipe jalan 2/2 UD. Sekolah ini masuk ke dalam zona
dua.
b. SMP N 1 Pringapus adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di
Wonoyoso, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Tepatnya di Jalan Siswa
dengan tipe jalan 2/2 UD. Sekolah ini berada di dalam zona empat.
c. SMP N 2 Pringapus adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di
Jatirunggo, kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Sekolah ini terletak jl.
Jatirunggo-Pringapus dengan tipe jalan 2/2 UD. Sekolah berada di zona empat.
d. SMK N 1 Pringapus merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang terletak di jl.
Jatirunggo-Pringapus, Jatirunggo, kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.
Sekolah berada di zona empat.

Dalam penelitian ini populasi merupakan pelajar sekolah untuk itu dilakukan teknik pengambilan
sampel pada beberapa sekolah dilakukan dengan menggunakan Rumus Slovin. Dari rumus
tersebut, maka data jumlah seluruh siswa di masing – masing sekolah dapat ditentukan
sampelnya dengan menggunakan taraf signifikan atau tingkat kesalahan (factor error) yaitu e
sebesar 5 %. Pada alur pikir penelitian dengan judul Perencanaan Angkutan Sekolah Kabupaten
Semarang, penulis membuat alur pikir agar perencanaan angkutan sekolah yang akan dilakukan
memenuhi kebutuhan dan standar yang ditentukan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
diperlukan beberapa tahap kegiatan untuk mempermudah peneliti dalam memahami prosesproses
pengerjaan.
Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai
sumber yang ada. Teknik pengumpulan data sekunder adalah dengan cara berkoordinasi dengan
instansi – instansi terkait. Pengumpulan Data Primer adalah data yang dikumpulkan oleh penulis
dari berbagai sumber data di lapangan. Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data primer
pada penelitian ini adalah dengan metode state preference. Yaitu menggunakan kuisioner kepada
responden yang merupakan para pelajar di sekolah – sekolah yang menjadi objek penelitian.
Contoh :

Jumlah seluruh siswa dari sekolah yang dijadikan objek penelitian adalah 2.596 siswa,
maka dapat ditentukan sampel sebesar :
n = 2.596 1 + 2.596. (0,05)²
n= 346,60 dibulatkan mennjadi 347
Jumlah sampel 347 pelajar merupakan jumlah sampel yang diambil dari keseluruhan sekolah,
untuk mengetahui kebutuhan sampel setiap sekolah dapat ditentukan dengan cara mengalikan
persentase jumlah pelajar di tiap sekolah dengan jumlah sampel keseluruhan yang harus
dipenuhi.

Terdapat beberapa jenis moda perjalanan yang digunakan oleh siswa untuk menuju sekolah.Dari
persentase diatas terlihat bahwa jenis moda transportasi yang paling banyak digunakan pelajar
menuju ke sekolah adalah sepeda motor, yaitu sebesar 76% dari total penggunaan. Hal ini
dikarenakan sepeda motor dapat dengan mudah serta cepat untuk melakukan perjalanan ke
sekolah serta disebabkan pelayanan angkutan umum di Kabupaten Semarang sendiri kurang
memadai.

Analisis data hasil wawancara dapat diketahui bahwa waktu perjalanan tertinggi menuju ke
sekolah adalah kurang dari 5-15 menit sebesar 52%, selanjutnya waktu perjalanan kurang dari 5
menit dengan persentase sebesar 41%, waktu perjalanan 15-25 menit dengan persentase 6%, dan
waktu perjalanan lebih dari 25 menit adalah 1%.
Analisis wawancara diketahui bahwa biaya perjalanan tertinggi dihabiskan pelajar menuju ke
sekolah setiap harinya adalah kurang dari Rp. 5,000 dengan persentase sebesar 78%. Biaya
tersebut merupakan rentang biaya yang banyak dihabiskan pelajar untuk menuju ke sekolah.
Dari hasil survey yang telah dilakukan pada objek penelitian didapatkan, bahwasanya sebanyak
86% siswa menyatakan setuju dengan adanya pengoperasian bus sekolah ini dan 14%
menyatakan tidak setuju.
Permintaan aktual didapatkan dari jumlah permintaan pelajar yang saat ini menggunakan
angkutan umum menuju ke sekolah. Permintaan aktual diperoleh dari matriks pengguna
angkutan umum yang didapatkan dari matriks asal tujuan pelajar per hari dikalikan dengan
persentase pelajar yang menggunakan angkutan umum. Sedangkan permintaan potensial
didapatkan dari pelajar pengguna angkutan umum dengan maksud bersekolah ditambah dengan
pengguna angkutan pribadi yang bersedia berpindah ke angkutan untuk anak sekolah.

Adapun matrik pengguna angkutan pribadi yang bersedia berpindah moda didapatkan dari
persentase kesediaan pelajar berpindah moda per sekolah dikalikan dengan matrik pengguna
kendaraan pribadi tiap sekolah.

Permintaan potensial dipilih untuk menentukan rute angkutan sekolah karena dari permintaan
potensial dapat diketahui permintaan terhadap rencana pengoperasian angkutan sekolah.
Permintaan tersebut berasal dari daerah yang sudah dilalui angkutan umum ataupun yang belum
terlayani oleh angkutan umum untuk menuju sekolah. Pendekatan ini dilakukan dengan
mempertimbangkan zona asal dan zona tujuan siswa yang memiliki demand paling banyak pada
sesuai zona asal disesuaikan dengan ruas jalan yang dilaluinya dengan titik awal dimulai dari
centroid atau sesuai kondisi pola tata guna lahan di setiap zona.

Analisis kinerja pelayanan, meliputi :


1) Waktu operasi bus sekolah ini direncanakan akan mengikuti waktu masuk dan keluar
sekolah untuk pelajar SMP dan SMA yang menjadi objek penelitian
2) Penentuan kapasitas untuk kendaraan yang akan beroperasi mengenai daya angkut umum
yang diizinkan untuk bus sedang menurut Peraturan Menteri No 29 tahun 2015 tentang
Standart Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam
Trayek. Oleh karena itu, apabila bus sekolah akan dioperasikan nanti, maka faktor muat tiap
kendaraan tidak boleh melebihi kapasitas kendaraan yang ada.
3) Perhitungan yang digunakan untuk waktu tempuh itu sendiri dapat ditentukan dengan
perhitungan rumus di bawah ini
WT= PR/KR x 60
Keterangan: WT = Waktu tempuh (menit)
PR = Panjang rute (km)
KR = Kecepatan rencana (km/jam)
4) Waktu sirkulasi angkutan sekolah merupakan perjalanan angkutan dari titik asal menuju ke
titik tujuan angkutan sekolah dan kembali lagi ke titik asal angkutan sekolah tersebut.
Contoh perhitungan waktu sirkulasi Rute
CTABA = (WTAB + WTBA) + (LOT x 2)
Keterangan:
CTABA = waktu sirkulasi dari A ke B, kembali lagi ke A
WTAB = waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
WTBA = waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
LOT = waktu tunggu kendaraan (10% dari waktu perjalanan dari A ke B maupun
sebaliknya)
5) Perhitungan jumlah rit untuk rencana pengoperasian bus sekolah di Kabupaten Semarang
dalam satu hari adalah jumlah rit antara shift 1 untuk pagi hari dan shift 2 untuk sore hari.
6) menentukan Headway menggunakan 10 asumsi waktu yaitu 1 menit, 2 menit, 3 menit, 4
menit, 5 menit, 6 menit, 7 menit, 8 menit, 9 menit, dan 10 menit berdasarkan permintaan
potensial. Dalam wilayah studi factor muat rencana yang digunakan 100%, maka asumsi
headway yang digunakan adalah headway yang menghasilkan factor muat yang mendekati
100%.
7) Frekuensi kendaraan adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu ruas jalan yang menjadi
rute bus sekolah tersebut selama satu jam operasi. Rumus perhitungan frekuensi kendaraan:
f= 𝑊W0−TAB/H𝑇𝐴𝐵 𝐻
Keterangan: WTAB = Waktu Tempuh A ke B
f = frekuensi
H = Headway
8) Penjadwalan adalah membuat semua rencana perjalanan agar dapat dilaksanakan dengan
baik sehingga dapat meminimalkan jumlah bus yang akan dioperasikan nantinya. Informasi
yang diperlukan dalam menetapkan penjadwalan antara lain:
1. Waktu perjalanan
2. Waktu bolak balik
3. Headway (waktu antara)
4. Lay Over Time Dari parameter di atas dapat dibuat tabel penjadwalan, dimana
penjadwalan angkutan sekolah pada penelitian ini menggunkan data dari demand
potensial

Biaya operasional kendaraan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:


1. Biaya Langsung Biaya yang berkaitan dengan kegiatan operasional angkutan yaitu
biaya yang harus dikeluarkan pada saat kendaraan tersebut beroperasi
2. Biaya Tidak Langsung Biaya yang secara tidak langsung dikeluarkan, biaya ini tetap
dikeluarkan walaupun kendaraannya tidak dioperasikan di jalan.
Selain asumsi-asumsi tersebut, harga komponen kendaraan juga diperlukan perhitungan besarnya
biaya operasional kendaraan. Harga komponen didapatkan dari hasil survei harga komponen
kendaraan terhadap bengkel kendaraan.

Perhitungan biaya operasional kendaraan dipengaruhi oleh produksi kendaraan yang dihasilkan.
Perhitungan mengenai produksi per kendaraan untuk menghitung biaya operasional kendaraan
angkutan sekolah di Kabupaten Semarang.
Rekapitulasi biaya operasi kendaraan angkutan sekolah pada tiap rute
Jika ingin mencoba perhitungan rekapitulasi biaya operasional kendaraan, maka urutan nya
adalah :
1. Karakteristik kendaraan
2. Produksi kendaraan
3. Biaya langsung yang meliputi penyusutan kendaraan, gaji awak kendaraan,bahan bakar
minyak, ban, servis kecil, servis besar, overhaul, retribusi terminal, STNK, KIR
4. Biaya tidak langsung yang meliputi biaya gaji pegawai non awak kendaraan, biaya
pengelolaan

Tarif yang dihitung meliputi biaya pokok per penumpang dihitung setelah memasukan besarnya
keuntungan. Keuntungan yang wajar bagi operator menurut SK Dirjen Perhubungan Darat
Nomor 687 Tahun 2002 adalah 10% dari jumlah biaya operasional kendaraan.Mengingat
angkutan sekolah yang direncanakan berbasis dari angkutan umum, maka dalam 89 menetapkan
tarif harus di bawah dari tarif angkutan umum yang ada. Oleh karena itu perhitungan subsidi
terhadap tarif juga diperlukan guna menyesuaikan keinginan pelajar terhadap tarif yang
diharapkan.

Subsidi sebagian nantinya para pelajar hanya membayar ongkos angkutan sekolah yang sudah
diberikan subsidi. Sedangkan subsidi penuh merupakan bantuan dari pihak pemerintah dimana
biaya angkutan sekolah akan ditanggung oleh pemerintah sepenuhnya. Sehingga para pelajar
tidak perlu membayar biaya angkutan sekolah atau gratis .

Berdasarkan resume pada perencanaan angkutan sekolah di kabupaten Semarang diperoleh


kesimpulan sebagai berikut:
1. Permintaan potensial terhadap pelayanan angkutan sekolah pada daerah kajian adalah 2355
orang.
2. Untuk pengoperasian Armada bus sekolah akan memanfaatkan angkutan pedesaan yang ada
dengan penjadwalan pada shift pagi dan siang.
3. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat penggunaan angkutan sekolah oleh
para siswa adalah diberlakukannya subsidi angkutan sekolah.

Beberapa saran yang disampaikan berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan antara lain
sebagai berikut:
1. Perencanaan angkutan di Kabupaten Semarang agar segera direalisasikan agar dapat
membantu dalam memberikan pelayananan kepada pelajar sesuai dengan standar pelayanan
minimal angkutan umum yang sudah berlaku serta dapat membantu berkurangnya tingkat
kecelakaan dan tingkat penggunaan kendaraan pribadi dikalangan pelajar baik yang sudah
atau belum memiliki Surat Ijin Mengemudi.
2. Untuk mengurangi anggaran pemerintah dalam mengadakan angkutan sekolah, dapat
menggunakan angkutan pedesaan sebagai alternatif
3. Hendaknya melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah yang ada di kawasan pendidikan
dalam pengoperasian bus sekolah di Kabupaten Semarang nantinya

Anda mungkin juga menyukai