Abstrak
Kota Yogyakarta memiliki 43 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 31 Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) negeri dan swasta. Lebih dari 50% murid menggunakan kendaraan pribadi, terutama sepeda
motor. Penggunaan kendaraan pribadi akan membebani ruas jalan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk melakukan analisis pengurangan pembebanan ruas jalan jika tersedia bus kampus yang dapat
mengakomodasi kebutuhan transportasi murid ke sekolah dan pulang ke rumah masing-masing.
Hasil analisis dari data kuesioner menunjukan pengguna kendaraan pribadi sebanyak 55% yaitu
sebanyak 18.284 murid. Demand atau perminatan murid terhadap bus sekolah sebanyak 66,5% dari
populasi yaitu sebanyak 22.107 murid. Dan untuk murid yang menggunakan kendaraan pribadi yang
bersedia pindah sebanyak 62,27% dari populasi yaitu sebanyak 11.386 murid. Berdasarkan
penyebaran sekolah, wilayah pelayanan bus dibagi dalam 6 kelompok wilayah. Jaringan Trayek
yang dirancang ada 6 trayek yang melayani 6 kelompok wilayah tersebut dan merupakan trayek
yang terhubung antar trayek. Setiap trayek memiliki kebutuhan bus yang berbeda, trayek 1
membutuhkan 3 armada bus, trayek 2 butuh 5 armada bus, trayek 3 butuh 3 armada bus, trayek 4
butuh 4 armada bus, trayek 5 butuh 3 armada bus, dan trayek 6 butuh 4 armada bus. Total kebutuhan
bus yang melayani SMA dan SMK kota Yogyakarta ada 22 Armada Bus dengan headway dibawah
10 menit.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Yogyakarta merupakan kota pendidikan, menjadikan kota ini padat dengan aktifitas
dari para pelajar baik itu mahasiswa ataupun murid sekolah yang perlu diperhatikan
sebagai salah satu pelaku pengguna lalulintas jalan. Dalam penelitian ini murid
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
dijadikan sebagai objek penelitian. Aktifitas dan pergerakan murid sekolah dalam
memenuhi kebutuhan sehari - hari dan kepentingan tertentu membutuhkan suatu
sistem transportasi yang aman, nyaman, cepat dan murah.
Dalam hal sarana transportasi di kota Yogyakarta, banyak pelajar SMU yang
memilih dan menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil, sepeda motor ataupun
1438
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-21
Universitas Brawijaya, Malang, 19 – 20 Oktober 2018
Masalah transportasi yang salah satunya dipengaruhi oleh aktifitas pelajar SMU ini
memerlukan solusi. Solusi alternatif yang diusulkan adalah dengan melakukan
pembatasan penggunaan kendaraan pribadi. Pembatasan dilakukan dengan
menyediakan bus sekolah dengan trayek tetap. Diharapkan dengan adanya bus
sekolah, semua pelajar siswa SMU dikota Yogyakarta dapat memanfaatkan fasilitas
dengan baik sehingga dapat menurunkan volume lalulintas.
Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Bus Sekolah
1439
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-21
Universitas Brawijaya, Malang, 19 – 20 Oktober 2018
Mobil bus sedang adalah mobil bus yang mempunyai kapasitas sampai dengan tiga
puluh orang termasuk yang duduk dan berdiri, tidak termasuk tempat duduk
pengemudi (Pedoman Teknis DIRJEN Perhubungan Darat tahun 2002).
Jaringan Trayek
Jaringan trayek angkutan umum pola radial seperti pada gamber 2.3. menunjukan
semua trayek menuju ke suatu titik pusat yang biasanya merupakan daerah yang
menjadi pusat kota. Jaringan trayek jenis ini umumnya memiliki suatu terminal di
pusat kota dan satu di wilayah pinggiran kota. Keunggulan dari pola jaringan radial
adalah meminimumkan transfer karena sebagian besat penumpang bergerak ke
pusat kota. Kelemahan dari pola radial dengan pergerakan yang memusal (radial)
akan berakumulasi di kawasan pusat kota dan biasanya menjadi penyebab
kemacetan, pelayanan ke wilayah pinggiran kota cakupannya tidak merata atau
tidak terjangkau sama sekali.
1440
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-21
Universitas Brawijaya, Malang, 19 – 20 Oktober 2018
Jaringan angkutan jenis ini ditandai oleh jalur-jalur yang terbentang sepanjang kisi-
kisi persegi panjang (orthogonal grid). Sebagian dari jalur-jalur ini melintasi daerah
pusat kota dan sebagian lagi melewati pusat kota, tujuan utamanya untuk
memberikan cakupan yang merata di wilayah kota yang dilayani. Keunggulan pola
jaringan trayek kisi-kisi adalah system rute lebih mudah dipahami oleh masyarakat
dan daerah cakupannya lebih merata. Kelemahannya, system jaringan semacam ini
membutuhkan lebih namyak transfer bagi pengguna layanan angkutan umum untuk
mencapai tujuannya juga, memerlukan jumlah armada serta frekuensi pelayanan
yang tinggi untuk menutupi kerugian waktu dalam pengangkutan. Jaringan jenis ini
dianjurkan untuk daerah-daerah perkotaan yang lebih besar dimana lanjut
pembangunan yang pesat sehingga dapat mempertahankan frekuensi bus yang lebih
besar, serta dapat melayani daerah-daerah pinggiran kota dengan baik.
Pola jaringan trayek campuran adalah perpaduan antara pola kisi-kisi dan radial.
Pada pola ini ada sekelompok jalur sebaigai jalur sebagai jalur utama (trunk) yang
melintasi wilayah pusat kota dan sekelompok jalur yang lain yang sebagai jalur
pengumpan (feeder) yang melayani daerah-daerah pinggiran kota. Jenis jaringan
trayek campuran mungkin yang paling banyak karena tidak ada daerah perkotaan
yang benar-benar sesuai untuk jenis-jenis jaringan seperti jaringan grid dan radial.
Pola teritorial
ANALISIS
1441
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-21
Universitas Brawijaya, Malang, 19 – 20 Oktober 2018
N
𝑛=
1+N𝑒 2 (1)
dimana,
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = 5%
33,243
𝑛=
1 + (33,243 ∗ 0.052 )
𝑛 = 395,244 ≈ 400 𝑚𝑢𝑟𝑖𝑑
Jumlah siswa yang ditetapkan sebagai sampel ada 400. Sampel diambil random
pada 8 sekolah dengan tiap sekolah diambil 50 sampel.
Spesifikasi bus
Spesifikasi bus sekolah yang direncanakan adalah bus berukuran sedang dengan
kapasitas maksimal 30 orang dan lebar bus 2 m. Bus sekolah dengan spesifikasi
seperti ini sudah digunakan di Jakarta.
Spesifikasi tentang bus sekolah sudah telah diterbitkan oleh Direktur Jendral
Perhubungan Darat tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Sekolah
tahun 2007, namun untuk menambah pelayanan, perlu ditambahkan fasilitas lain,
seperti foam stop fire, alat pemecah kaca, bus hang atau bus handle, tempat khusus
disabilitas, layar led untuk menampilkan informasi trayek, free wifi dan tempat
sampah, semua dilengkapi dan menjadikan nilai tambah bagi peminat bus.
Sistem Angkutan
Sebaran lokasi sekolah yang telah dibagi dalam beberapa wilayah pelayanan akan
dipakai sebagai dasar perencanaan trayek. Trayek yang dimaksud adalah trayek
1442
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-21
Universitas Brawijaya, Malang, 19 – 20 Oktober 2018
tetap yang melayani wilayah - wilayah tersebut. Trayek akan melayani pengakutan
hanya pada halte yang ditentukan.
Trayek hanya melayani wilayah dalam kota Yogyakarta, untuk murid yang berada
di luar wilayah kota, bisa mengakses pada halte terdekat setelah itu bisa
melanjutkan perjalanan dan trayek yang direncanakan adalah trayek yang
connected atau terhubung satu sama lain.
Jaringan Trayek
Trayek yang direncanakan ada 6 yang melayani 6 kelompok wilayah, yaitu ada
trayek 1, trayek 2, trayek 3, trayek 4, trayek 5 dan trayek 6. Penentuan trayek yang
dilakukan berdasar dari wilayah pelayanan, melihat batas kota, jaringan jalan
perkotaan Yogyakarta dan juga melihat Pedoman Teknis Departemen Perhubungan
Penyelenggaraan Angkutan Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan
Teratur tahun 2002.
Penempatan halte pada sepanjang trayek, untuk penempatan halte mengacu pada
Pedoman Teknis Departemen Perhubungan Perekayasaan Tempat Perhentian
Kendaraan Angkutan umum tahun 1996. Halte direncanakan selain sebagai tempat
naik turun penumpang, halte juga digunakan sebagai tempat transit, transit yang
dimaksud apabila siswa yang ingin berpindah trayek. Dalam satu trayek bisa
terdapat lebih dari satu halte transit yang sudah ditetapkan.
Analisis demand
1443
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-21
Universitas Brawijaya, Malang, 19 – 20 Oktober 2018
66,5
Demand = ∗ 5989 = 3983 murid
100
Headway
Perhitungan headway membutuhkan load factor, permintaan atau demand dan
kapasitas kendaraan. Load factor ditentukan 90%, demand di setiap halte diperoleh
dari demand trayek dibagi jumlah halte pada trayek tersebut, demand peak hour di
asumsikan 80% dari demand tiap halte Headway yang diperoleh tiap trayek. Waktu
antara kendaraan ditetapkan dengan rumus berikut:
60×𝐶 ×𝐿𝑓
𝐻= (2)
𝑃
dimana,
H = waktu antara (menit)
1444
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-21
Universitas Brawijaya, Malang, 19 – 20 Oktober 2018
dimana,
CT ABA = Waktu sirkulasi A-B-A
TAB = Waktu perjalanan rerata A-B
TBA = Waktu perjalanan rerata B-A
𝜎𝐴𝐵 = Deviasi perjalanan A-B
𝜎𝐵𝐴 = Deviasi perjalanan B-A
TTA = Waktu henti kendaraan di A
TTB = Waktu henti kendaraan di B
dimana,
1445
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-21
Universitas Brawijaya, Malang, 19 – 20 Oktober 2018
K = jumlah kendaraan
CT = waktu sirkulasi (menit)
H = waktu antara (menit)
fA = faktor ketersediaan
KESIMPULAN
Jika bus sekolah beroperasi melayani SMA dan SMK di kota Yogyakarta maka
akan mampu memuat sebanyak 11.386 murid. Untuk dapat melayani kebutuhan
transportasi murid maka operasional bus dibagi dalam 6 wilayah dan mempunyai 6
trayek. Bus yang dibutuhkan untuk operasional sejumlah 22 aramada bus. Headway
yang direncanakan dibawah 10 menit sesuai dengan pedoman peraturan
Departemen Perhubungan. Waktu operasional bus dibagi dalam dua sesi yaitu sesi
pagi dan sesi siang. Sesi pagi dan siang beroperasi selama dua jam. Sesi pagi dari
pukul 06.00 sampai pukul 08.00 pagi dan sesi siang bus beroperasional dari pukul
12.00 sampai pukul 14.00.
1446
Prosiding Simposium Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi ke-21
Universitas Brawijaya, Malang, 19 – 20 Oktober 2018
DAFTAR PUSTAKA
Gesong, G.L., 2016, Alternatif Rencana Bus Sekolah Sebagai Pembatasan
Penggunaan Kendaraan Pribadi (Studi Kasus SMA Muhammadiyah 2
Yogyakarta), Tugas Akhir Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta.
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 1996, Pedoman Teknis
Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan Umum, Direktur Jenderal
Perhubungan Darat, Jakarta.
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 2002, Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di wilayah Perkotaan Dalam
Trayek Tetap Dan Teratur, Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Jakarta.
Keputusan Menteri Perhubungan, 2003, Penyelenggaraan Angkutan Orang Di
Jalan Dengan Kendaraan Umum, Direktur Jenderal Perhubungan Darat,
Jakarta.
Khisty, C.J dan Lall B.K., 2003, Dasar – dasar Rekayasa Transportasi, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Morlok, Edward. 1984, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit
Erlanga, Jakarta.
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat, 2007, Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Angkutan Sekolah, Direktur Jenderal Perhubungan Darat,
Jakarta.
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia, 2015, Perubahan Atas
Peraturan Menteri Tahun 2013 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek,
Menteri Perhubungan, Jakarta.
1447