Anda di halaman 1dari 8

PROBLEMATIKA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI

ANGKUTAN RAPID TRANSPORT DI JAKARTA: KASUS BUS


TRANSJAKARTA

1511520009 – Muhammad Reva Darmawanto1)


1511520015 – Dewi Cahya Pertiwi2)
1511520027 – Devi Ayusahri3)
1511520036 – Desvitha Aurellia4)
1511520045 – Muhammad Iqbal5)
1511520055 – Yogi Saputra6)
1511520069 – Shiddiq Maulana Ibrahim7)
1511520078 – Deary Tree Nowi Putri Galuh8)

Mahasiswa D4 Manajemen Pelabuhan dan Logistik Maritim


5)
Email Korespondensi: MuhammadIqbal _1511520045@mhs.unj.ac.id

Abstract: Jakarta is one of the hottest cities in Indonesia and needs a transportation network that
can reach all points in its area to support the smooth logistics of moving people, goods, services.
Jakarta has built a well-structured and planned mode of transportation, which is used to solve
transportation problems in the Jakarta area. Transjakarta or Bus Rapid Transit (BRT) is a public
transportation facility used to support transportation needs in the Jakarta area by building a very
systematic network in transportation modes. This research uses a discussion method carried out
with a descriptive method, namely describing and explaining qualitative data, then analyzed to
obtain a conclusion, one of the methods used is Literature Study, literature study, namely the
collection of literature reference data as a reference in planning and design. In the process of
determining the Transjakarta transportation network, research is needed on which areas there are
busy areas to facilitate the flow of transportation in the region and also to reach the movement of
people, goods and services.

Keywords: Jakarta, Transjakarta, Transportation Network, Bus Rapid Transit.

Abstrak: Jakarta adalah salah satu kota termacet di Indonesia dan membutuhkan suatu jaringan
transportasi yang bisa menjangkau semua titik di wilayah nya demi menunjang kelancaran logistik
perpindahan manusia, barang, jasa. Jakarta telah membangun sebuah moda Transportasi yang baik
dengan terstruktur dan terencana, yang digunakan untuk mengatasi masalah Transportasi di
wilayah Jakarta. Transjakarta atau Bus Rapid Transit (BRT) adalah satu fasilitas angkutan umum
yang digunakan untuk menunjang kebutuhan transportasi di wilayah Jakarta dengaan membangun
sebuah jaringan yang sangat sistematis dalam moda transportasi. Penelitian ini menggunakan
Metode pembahasan dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu menguraikan dan menjelaskan
data kualitatif, kemudian dianalisa untuk memperoleh suatu kesimpulan, salah satu metode yang
digunakan adalah Studi Literatur, studi literatur yaitu koleksi data referensi kepustakaan sebagai
acuan dalam perencanaan dan perancangan. Dalam proses penentuan jaringan transportasi
Transjakarta dibutuhkan penelitian tentang wilayah mana saja yang terdapat daerah sibuk untuk
memperlancar arus transportasi wilayah tersebut dan juga untuk menjangkau pepindahan manusia,
barang dan jasa.

Kata kunci: Jakarta, Transjakarta, Jaringan Transportasi, Bus Rapid Transit.

1
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Karakteristik daerah perkotaan yaitu antara lain padat penduduknya dan masyarakatnya
mempunyai mobilitas yang cukup tinggi tersebut menjadikan masyarakat kota sangat
bergantung pada kebutuhan transportasi. Tentunya hal ini berdampak besar pada arus lalu
lintas di jalan raya, sehingga kepadatan bahkan kemacetan arus lalu lintas pun hampir tidak
bisa dihindarkan masyarakat setiap hari. Peningkatan dan perbaikan mutu fasilitas dan
regulasi dalam pelayanan transportasi umum secara optimal yang mampu memberikan
kepuasan kepada masyarakat, setidaknya dapat memberikan alternatif pada masyarakat untuk
lebih memilih menggunakan jasa transportasi umum daripada menggunakan kendaraan
pribadi sendiri-sendiri. Jika masyarakat sudah lebih tertarik menggunakan jasa transportasi
umum, hal ini berarti penggunaan kendaraan pribadi berkurang sehingga mengurangi
kemacetan arus lalu lintas di jalan raya (Winarni, 2011).

Permasalahan transportasi umum pada kota besar yang mempunyai jaringan transportasi
yang rumit umumnya sama. orang sering mengetahui rute perjalanan ke tempat yang biasa di
kunjunginya, akan tetapi jika tempat tujuan tersebut belum pernah dikunjungi rata-rata
mereka sering kesulitan untuk menentukan rute untuk mencapai tempat tersebut. Selama ini
orang akan bertanya kepada orang lain yang mengetahui betul jaringan transportasi di kota
tersebut. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan membuat suatu sistem yang dapat
menjawab semua pertanyaan penumpang yang dapat menentukan jalur transportasi umum
yang dikehendaki. Sistem ini sekaligus dapat menentukan rute terpendek sehingga
penumpang tidak perlu menempuh jarak yang jauh untuk mencapai tujuannya (Arifianto,
2012).

Transjakarta Busway sebagai sebuah sistem Bus Rapid Transit (BRT) merupakan salah
satu moda yang saat ini terus dijalankan jaringan operasionalnya di DKI Jakarta tetapi
Transjakarta masih dianggap belum mampu memberikan pelayanan yang optimal untuk
mengatasi kebutuhan perjalanan di DKI Jakarta. Berbagai permasalahan bermunculan di
antaranya ketimpangan antara supply dan demand, maintenance yang buruk, sistem
penjadwalan yang kurang efektif, serta rendahnya penegasan sanksi bagi kendaraan pribadi
yang melewati jalur busway. Selain itu, permasalahan yang juga kerap menjadi penghambat
kinerja Transjakarta Busway adalah tundaan yang disebabkan akibat lampu merah. Maka
dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut akan dilakukan penelitian mengenai
pemberian prioritas khusus kepada bus transjakarta di persimpangan. Tujuannya adalah untuk
mengurangi keterlambatan dan waktu tempuh dari bus, sehingga dapat meningkatkan kualitas
pelayanan dari bus. Sementara itu, dampak terhadap pengguna jalan lainnya diupayakan dapat
terjadi seminimal mungkin (Arief & Nadalina, 2014).

Saat ini khususnya di Jakarta sedang terus mengembangkan jaringan transportasi


TransJakarta dalam upaya untuk mengatasi permasalahan transportasi perkotaan seperti
kemacetan maka dari itu Keberadaan Transjakarta sangat relevan dengan kebutuhan
masyarakat yang menginginkan mobilitas cepat. Persoalannya adalah bagaimana memperkuat
keberadaan jaringan Transjakarta sebagai moda transportasi umum cepat, yang mampu
mendukung kebutuhan mobilitas masyarakat kota secara optimal.

2
b. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui tentang masalah-
masalah yang sering terjadi dalam sistem jaringan transportasi angkutan bus rapid transit di
DKI Jakarta yaitu Transjakarta, serta upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut. Artikel ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih
baik tentang problematika sistem transportasi angkutan rapid transit di DKI Jakarta dengan
studi kasus Transjakarta dan memberikan wawasan bagi pembaca untuk mencari solusi-solusi
lain yang lebih baik dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi di jaringan transjakarta.

2. METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review dengan
menggunakan analisis deskriptif dari referensi teori yang relevan yang bersumber dari jurnal
penelitian, review jurnal, buku dan data-data yang berkaitan dengan sistem jaringan
transportasi angkutan rapid transit (Transjakarta) di DKI Jakarta

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Jakarta adalah salah satu kota termacet di Indonesia. Saat ini, di Jakarta sedang terus
dikembangkan jaringan transportasi dalam upaya untuk mengatasi kemacetan, antara lain
jaringan transportasi rapid transit TransJakarta. Adapun denah jaringan busway TransJakarta
baik yang sudah beroperasi atau sedang dalam proses dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1. Peta Jaringan Rute Bus Transjakarta


Sumber: https://transjakarta.co.id, 2019

Berdasarkan dari gambar diatas dapat kami simpulkan bahwa Transjakarta merupakan
sistem BRT dengan jalur lintasan terpanjang yaitu 230,9 km), serta memiliki 243 halte yang
tersebar dalam 13 koridor (rute utama), diseluruh wilayah yang ada di DKI Jakarta dan juga
sekitarnya.

3
Mengutip data penelitian yang dilakukan oleh (Arifianto, 2012) bahwa jaringan yang
berkembang pada angkutan rapid transit ini adalah jaringan berbasis koridor dengan data
Halte yang melayani bus Transjakarta antara lain:

1. Koridor 1 melayani rute Blok M – Kota, dengan panjang rute 12,9 Km, terdapat 20
halte.
2. Koridor 2 melayani rute Pulo Gadung – Harmoni, dengan panjang rute 14 Km,
terdapat 23 halte.
3. Koridor 3 melayani rute Kalideres – Harmoni, dengan panjang rute 19 Km, terdapat
13 halte.
4. Koridor 4 melayani rute Pulo Gadung – Dukuh Atas, dengan panjang rute 11,85Km,
terdapat 17 halte.
5. Koridor 5 melayani rute Ancol – Kampung melayu, dengan panjang rute 13,5 Km,
terdapat 17 halte.
6. Koridor 6 melayani rute Ragunan – Dukuh Atas, dengan panjang rute 13,3 Km,
terdapat 18 halte.
7. Koridor 7 melayani rute Kp. Rambutan – Kp Melayu, dengan panjang rute 12,8 Km,
terdapat 13 halte.
8. Koridor 8 melayani rute Lebak Bulus - Harmoni, dengan panjang rute 26 Km,
terdapat 21 halte.
9. Koridor 9 melayani rute Pinang ranti – Pluit, dengan panjang rute 28,8 Km terdapat
24 halte.
10. Koridor 10 melayani rute Tanjung Priok – Cililitan, dengan panjang rute 19,4 Km
terdapat 18 halte.
11. Koridor 11 melayani rute Pulo Gebang – Kp Melayu, dengan panjang rute 11,76
Km terdapat 14 halte.
12. Koridor 12 melayani rute Pluit – Tanjung Priok
13. Koridor 13 melayani rute CBD ciledug – Kapten Tendean.

Dengan memiliki jaringan terpanjang tidak memungkinkan bahwa transjakarta memiliki


masalah yang pasti timbul diakibatkan dari adanya jaringan ini. Problematika yang terjadi
terkait dengan sistem jaringan bus rapid transit (BRT) TransJakarta antara lain: waktu tempuh
perjalanan, jarak Antar halte yang Sangat Panjang, masih sedikitnya sistem integrasi jaringan
antarmoda yang dilakukan oleh pihak transjakarta, serta fasilitas sarana dan prasarana yang
harus dimaksimalkan.

a. Waktu Tempuh Perjalanan


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Adnan Kusuma Putra & Ellen S.W
Tangkudung, 2018) Waktu tempuh dapat diukur dengan menghitung durasi waktu yang
dibutuhkan dari awal bus beroperasi sampai bus menempuh satu rit perjalanan. Pada
operasinya, tidak semua bus memiliki jumlah rit yang sama karena pada jam-jam tertentu bus
dapat mengubah operasi sesuai dengan kebutuhan layanan. Perubahan operasi ini dapat dilihat
pada beberapa bus yang pada jam tidak sibuk tidak beroperasi atau diendapkan untuk
kemudian beroperasi kembali pada jam sibuk sore hari. Nilai waktu tunggu yang lebih besar

4
daripada waktu antara bus menandakan adanya penumpang yang tidak terangkut ketika bus
datang.

Semakin banyaknya jaringan yang membentuk rute perjalanan transjakarta maka akan
mempengaruhi waktu tempuh perjalanan dari bus transjakarta itu sendiri. Waktu tempuh yang
lama akan meningkatkan kejenuhan pengguna transjakarta, hal ini akan mempengaruhi
kinerja masyarakat tentunya, semakin jenuh pengguna maka kinerjanya akan semakin buruk.
Lamanya waktu tempuh bisa disebabkan oleh beberapa aspek seperti jumlah armada bus yang
sedikit berbanding terbalik terbalik dengan jumlah pelanggan serta kemacetan lalu lintas yang
disebabkan oleh Peak hour pada jam sibuk ketika jumlah perjalanan lalu lintas mencapai
puncaknya, sehingga, jumlah penumpang pun meningkat dan perjalanan terhambat akibat
banyaknya penyerobotan di jalur bus Transjakarta (Dharmawan, 2022).

b. Jarak Antar Halte Yang Panjang


(Butarbutar et al., 2022) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa masalah lain yan
ditimbulkan dari adanya jaringan rute transjakarta yang sangat luas ialah banyaknya halte
yang tersedia dan juga jarak tempuh bus yang juga bertambah Panjang. Sebagai contoh
Koridor 9 Transjakarta merupakan koridor Transjakarta dengan operasional jaringan
terpanjang yaitu dari Terminal Pinang Ranti hingga halte Pluit. Jalan yang dilewati koridor 9
Pondok Gede Raya, Jalan Tol Jagorawi, Jalan Mayjen Sutoyo, Jalan MT Haryono, Jalan Jend.
Gatot Subroto, Jalan Letjen S. Parman, Jalan Satria/Prof. Dr. Makaliwe, Jalan Prof Dr.
Latumeten, Jalan Jembatan Tiga, dan Jalan Pluit Putri/Putra. Total panjang rutenya adalah
28.8 KM, dan melintasi 5 kota administrasi DKI Jakarta yakni Jakarta Timur, Jakarta Selatan,
Jakarta Barat, dan Jakarta Utara.

Panjangnya rute jaringan tersebut dapat mempengaruhi juga waktu tempuh perjalanan
masyarakat yang bisa menyebabkan kejenuhan masyarakat saat berada di bus maupun halte.
dengan demikian jarak antar halte juga menjadi aspek terpenting yang perlu diperhatikan
karna panjangnya rute dan lamanya waktu yang ditempuh

c. Masih Sedikitnya Integrasi Yang Dilakukan oleh Pihak Transjakarta


Selama ini bus transjakarta hanya menyediakan satu jalur saja, maka dari itu akan
menjadi lebih baik kalau membentuk sebuah jaringan. Artinya, manajemen transjakarta harus
bisa menyediakan feeder services atau angkutan pengumpan lain yang bagus. Seperti bekerja
sama dengan KRL, MRT, LRT maupun mikrotrans yang ada di Jakarta dengan membuat
suatu sistem integrasi. Dengan memperbanyak jaringan integrasi tersebut akan mempermudah
masyarakat untuk bermobilitas secara optimal.

d. Fasilitas Sarana dan Prasarana yang Masih Belum di Maksimalkan


Beberapa masalah yang disebabkan oleh fasilitas sarana dan prasarana angkutan bus
rapid transit (Transjakarta) juga masih harus diperhatikan. Adapun masalah yang disebabkan
oleh fasilitas sarana dan prasarana bus transjakarta antara lain:

1. Kuantitas armada bus transjakarta yang masih perlu ditingkatkan menyebabkan


ketimpangan supply and demand

5
(STMT, 2015) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Kondisi penumpang pada
saat kejadian seperti peek hour dalam koridor-koridor tertentu itu sangat tinggi,
sehingga kuantitas jumlah armada bus sangat diperlukan. Karna jika bus yang
disediakan sedikit maka faktor muat layanan pada jam sibuk melebihi nilai yang telah
ditentukan yang menyebabkan ketimpangan antara supply dan demand dalam pelayanan
bus transjakarta.

Selain itu juga (Adnan Kusuma Putra & Ellen S.W Tangkudung, 2018)
mengatakan jumlah armada yang belum optimal berdampak langsung pada waktu
tunggu penumpang. Kurangnya kapasitas bus menyebabkan waktu tunggu di beberapa
halte lebih besar daripada waktu antara bus yang ada, sehingga banyak penumpang yang
tidak terangkut karena bus yang datang telah melebihi kapasitas.

2. Tidak ada pengawasan pada jalur khusus bus Transjakarta (busway)

(Ismiyati et al., 2016) menjelaskan kurangnya penjagaan terhadap jalur khusus


bus (busway) sehingga pengendara kendaraan pribadi dapat masuk melewati jalur
busway, sehingga menyebabkan kemacetan di Ibukota yang mengakibatkan jalur
busway tidak steril sehingga seringnya terjadi penumpukan penumpang di halte busway,
hal tersebut mengakibatkan headway bus Transjkarta tidak terjaga dan menyebabkan
kedatangan bus Transjakarta terlambat atau tidak tepat pada waktunya

3. Sistem penjadwalan yang kurang efektif

Menurut (Winarni, 2011) faktor yang menjadi ssstem penjadwalan kurang efektif
yaitu minimnya melakukan realokasi jumlah bus yang beroperasi pada jaringan tertentu,
sehingga bus tidak bisa dioperasionalkan secara optimal, untuk itu dengan mengurangi
alokasi bus pada lokasi jaringan yang minim penumpang dengan memaksimalkan
alokasi bus pada lokasi jaringan yang padat penumpang akan mengoptimalkan alokasi
bus yang disediakan pengelola Transjakarta

4. Kenyamanan dan keamaan penumpang saat berada di bus maupun halte

(Ismiyati et al., 2016) menjelaskan dalam artikel penelitiannya terdapat adanya


laporan bahwa pengguna Bus Transjakarta yang mengalami kecopetan di halte
Transjakarta harmoni, Sehingga pengguna Transjakarta merasa kecewa terhadap sistem
pelayanan keamanan di halte Transjakarta. Selain itu juga fasilitas pendukung seperti
Jembatan bus yang dinilai cukup panjang. Karena jembatan bus yang panjang, terutama
jembatan ular seperti Dukuh Atas, Semanggi, dan lain-lain pengguna bus harus punya
kondisi yang fit kalau tidak akan cepat lelah selama melakukan mobilitas dengan
Transjakarta.

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai masalah yang ditimbulkan
dari adanya system jaringan bus rapid transit (Transjakarta) antara lain:

6
1. Transjakarta merupakan sistem jaringan BRT dengan jalur lintasan terpanjang yaitu 230,9 km),
serta memiliki 243 halte yang tersebar dalam 13 koridor (rute utama), diseluruh wilayah yang ada
di DKI Jakarta dan juga sekitarnya.
2. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya masalah jaringan transportasi pada transjakarta
yaitu waktu tempuh perjalanan terkadang cukup lama yang disebabkan oleh banyaknya
jaringan rute yang dibentuk oleh transjakarta, selain itu juga banyaknya jaringan rute
tersebut mengakibatkan jarak antar halte cukup Panjang yang mengakibatkan kejenuhan
masyarakat akan waktu tempuhnya. Selain itu juga integrasi yang disediakan belum opti-
mal serta fasilitas sarana dan prasarana yang beroperasi belum bisa dioptimalkan.

Berdasarkan laporan yang sudah kami susun diatas, saran terhadap sistem jaringan bus
rapid transit adalah:
1. Bekerja sama dengan seluruh stakeholder transportasi perkotaan dalam upaya untuk
meningkatkan sterislisasi jalur yang digunakan bus transjakarta (busway), agar bebas dari
kendaraan pribadi lainnya, sehingga headway bus transjakarta selalu terjaga dan tidak ter-
jadi penumpukan di dalam halte, serta tingkat kecelakaan dapat diminimalisir.
2. Menyediakan peta jaringan rute perjalanan di setiap pintu bus Transjakarta maupun halte
supaya untuk memudahkan pelanggan transjakarta dalam melihat atau menentukan rute
perjalanan agar tidak menyebabkan kesulitas selama bermobilitas yang dikarenakan
jaringan Transjakarta yang rumit.
3. Pihak Transjakarta perlu mengkaji ulang penyediaan armada bus seperti kapasitas bus
yang lebih besar atau mengoperasikan bus lebih banyak dibeberapa titik jaringan
pelayanan yang terdeteksi dapat menimbulkan peningkatan jumlah penumpang dalam
kondisi tertentu. Tetapi tetap memperhatikan keterbatasan ruang atau jalan di beberapa
jaringan rute tersebut.
4. Bekerjasama dengan operator transportasi perkotaan lainnya seperti KRL, MRT maupun
LRT dengan membentuk suatu sistem integrasi untuk dapat menambah luas rute jaringan
yang dapat ditempuh oleh bus Transjakarta.

7
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Kusuma Putra, & Ellen S.W Tangkudung. (2018). Evaluasi Kinerja Layanan
Angkutan Pengumpan Bus Transjakarta Rute Lebak Bulus-Senen. Jurnal Transportai,
18(1), 29–38.

Arief, M. I., & Nadalina. (2014). ANALISIS PENERAPAN TRANSIT SIGNAL PRIORITY
(TSP) PADA SISTEM TRANSJAKARTA BUSWAY Studi Kasus: Koridor VI (Ragunan –
Kuningan). 13(2), 125–136.

Arifianto, S. (2012). SISTEM APLIKASI PENENTUAN RUTE TERPENDEK PADA


JARINGAN MULTI MODA TRANSPORTASI UMUM MENGGUNAKAN
ALGORITMA DIJKSTRA. SISTEM APLIKASI PENENTUAN RUTE TERPENDEK
PADA JARINGAN MULTI MODA TRANSPORTASI UMUM MENGGUNAKAN
ALGORITMA DIJKSTRA, Cd.

Butarbutar, A. S., Siregar, H., & Sawito, K. (2022). Evaluasi Pengalihan Kendaraan Pribadi
ke Transjakarta Koridor IX. Formosa Journal of Science and Technology, 1(6), 625–
638. https://doi.org/10.55927/fjst.v1i6.1505

Dharmawan, H. (2022). Hubungan Antara Integrasi Layanan Paratransit Terhadap Jumlah


Pengguna Bus Rapid Transit: Studi Kasus Mikrotrans Transjakarta. Jurnal Transportasi
Multimoda, 20(1), 19–25. https://doi.org/10.25104/mtm.v20i1.2016

Ismiyati, I., Firdaus, M., & Arubusman, D. A. (2016). Manajemen Pemeliharaan Bus
Transjakarta Dalam Mencapai Standar Pelayanan Minimum. Jurnal Manajemen
Transportasi & Logistik (JMTRANSLOG), 3(2), 185.
https://doi.org/10.54324/j.mtl.v3i2.92

Sophie, E., Tangkudung, W., Sipil, D. T., Teknik, F., Indonesia, U., Modjo, R., Kerja, K.,
Masyarakat, F. K., Indonesia, U., Fitriati, R., Administrasi, D. I., Indonesia, U., Aminah,
S., Sosiologi, D., & Indonesia, U. (2011). Sistem Bus Rapid Transit Transjakarta. Jurnal
Transportasi, 11(1), 1–10.

STMT, A. G. (2015). Sesudah Adanya Bus TransjakartaEFISIENSI WAKTU, BIAYA


TRANSPORTASI DAN TINGKAT KEMACETAN SEBELUM DAN SESUDAH
ADANYA BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 10. Jurnal Manajemen Bisnis
Transportasi Dan Logistik, 1(2), 331–352.

Winarni, W. (2011). Penjadwalan Jalur Bus dalam Kota dengan Model Petrinet dan Aljabar
Max-Plus (Studi Kasus Busway TransJakarta). CAUCHY: Jurnal Matematika Murni
Dan Aplikasi, 1(4), 192–206. https://doi.org/10.18860/ca.v1i4.1796

Anda mungkin juga menyukai