Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOPMPOK

LAPORAN PERENCANAAN TRANSPORTASI BERUPA KONSEP


INOVASI AKSI NYATA UNTUK MEMPERBAIKI MOBILITAS DAN
TRANSPORTASI DI INDONESIA

KELOMPOK 4
Amelia Febri Azzahra 22011003
Azzah Ula Nabillah Yoni 22011006
Hilmy Dwi Saputra 22011011
Ikbarul Zikri 22011014

Raja ibnu Shinna 22011023

DOSEN PENGAMPU
RIZKI HARDIMANSYAH, S.S.T(TD)., M.Sc.

PROGRAM STUDI
D-IV REKAYASA SISTEM TRANSPORTASI JALAN
MATA KULIAH PERENCANAAN TRANSPORTASI
POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN
TAHUN 2023/2024
Latar Belakang
Perencanaan transportasi di Jakarta, sebelumnya lebih berpihak kepada
pengguna kendaraan pribadi, terlihat dari banyaknya pembangan konstruksi untuk
pelebaran jalan raya, pembangunan jalan tol, fly over, underpass. Sejak tahun 2016,
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, mulai mengubah paradigma pembangunan kota
menuju kota yang humanis, dimana prioritas pembangunan secara berurutan
berubah menjadi prioritas pertama untuk pejalan kaki, pesepeda, kendaraan umum
ramah lingkungan, kendaraan umum konvensional, dan yang prioritas terakhir
adalah kendaran pribadi. Perubahan paradigma tersebut, sejalan dengan visi Kota
Jakarta dimana pada tahun 2030 ditargetkan proporsi pengguna angkutan umum
mencapai 60%.
Perubahan paradigma prioritas pembangunan transportasi di DKI Jakarta,
menunjukan hasil yang signifikan, yang mana terjadi peningkatan pengguna
Transjakarta selama 4 tahun terakhir. Hal ini berdampak pada berkurangnya
penggunaan kendaraan pribadi, sehingga mengurangi kemacetan lalu lintas di jalan
raya. Pada tahun 2015 jumlah pengguna Transjakarta mencapai 102.950.384. (BPS
Provinsi DKI Jakarta, 2016). Sedangkan padatahun 2019 mencapai 264.032.780.
Sehingga hanya dalam waktu 4 tahun, terjadipeningkatan sebesar 156%.
Peningkatan juga terjadi pada ketersediaan jumlah armada Transjakarta, dimana
jumlah armada Transjakarta pada tahun 2015 adalah 859. Sedangkan pada tahun
2019 mencapai 3.581, atau meningkat sebesar 316% (BPS Provinsi DKI Jakarta,
2020).
Gagasan Ide
Transjakarta adalah sistem transportasi BRT yang pertama kali
diperkenalkan di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2004. Sebelumnya bus yang telah
beroperasi di Jakarta, seperti bus Kopaja maupun bus Metro Mini memiliki kondisi
pelayanan yang tidak baik, seperti kondisi bus yang tidak terawat, mengangkut
lebih dari kapasitas, perilaku pengemudi yang seringkali membahayakan
penumpang, jadwal dan waktu tempuh yang tidak pasti, dan tidak berhenti di halte
yang ditentukan. Transjakarta merupakan program pioner transportasi masal yang
berbasis BRT di Indonesia. Transjakarta merupakan reformasi angkutan umum,
yang memprioritaskan kenyamanan, keamanan, keselamatan keterjangkauan, dan
kehandalan bagi masyarakat Jakarta.
Transjakarta meluncurkan pelayanan direct service, yaitu dengan
mengizinkan bus-bus ukuran sedang memasuki koridor utama Transjakarta,
sehingga mampu minimalisir pendistribusian penumpang dari feeder ke stasiun atau
pemberhentian bus. Dengan konsep direct service ini, waktu transfer di halte dapat
tereliminasi dan dapat menghemat waktu perjalanan penumpang
(Transjakarta.co.id, 2021).
Transjakarta meluncurkan feeder service. Feeder service merupakan bus
penghubung yang beroperasi dari ruas jalan non koridor BRT menuju halte
Transjakarta di koridor BRT. Transjakarta mulai meluncurkan bus non koridor BRT,
yang dikenal dengan hadirnya bus Metrotrans dan Minitrans. Bus Metrotrans
tersebut merupakan bus berlantai rendah dan ramah penyandang disabilitas dengan
pemberhentian halte di sisi kiri jalan. Transjakarta mulai memperkenalkan integrasi
yang lebih luas dengan melibatkan angkot Mikrotrans, MRT, LRT dan KRL
Commuterline.
Rencana Implementasi
1. Penambahan Rute Transjakarta
Semula 28 rute menjadi 212 rute. menggunakan konsep interkoridor,
dimana terdapat bus yang beroperasi dengan melewati lebih dari 1 koridor,
sehingga mengurangi waktu akibat perpindahan bus. kemudian
dikembangankan rute integrasi antarmoda.

2. Peningkatan Kualitas dan Jumlah Armada Transjakarta


Jumlah armada Transjakarta mencapai 3.581, dimana 874 bus
dimiliki oleh Transjakarta sendiri, sedangkan sisanya sebanyak 2.707 bus
merupakan armada bus Transjakarta yang dikerjasamakan dengan pihak
swasta, yaitu dengan perusahaan DAMRI, Pahala Kencana, Mayasari Bakti,
Kopaja, Steady Safe, dan PPD. Perusahaan transportasi yang bermitra
dengan Transjakarta tersebut dibayar dengan skema pembayaran rupiah per
km. Setiap bus yang dioperasikan harus memenuhi standar pelayanan
minimal yang telah ditetapkan oleh Transjakarta.
Transjakarta melakukan peremajaan armada transportasi non BRT,
yaitu menjadi Mikrotrans, Minitrans,dan Metotrans. Kopaja dan Metromini
yang bergabung dengan armada Transjakarta, maka armadanya menjadi
Minitrans. Minitrans memiliki ketinggian pintu rendah disisi kiri untuk
beroperasi di jalur non BRT dan memiliki ketinggian pintu tinggi di sisi
kanan untuk beroperasi di jalur BRT. Selain itu terdapat pula armada bus
Metrotrans yang memiliki ketinggian pintu dan lantai yang rendah, sehingga
ramah bagi penyandang disabilitas.

3. Integrasi Tarif melalui Konsep Jak Lingko


Jak Lingko adalah sistem integrasi transportasi publik di Jakarta
yang merupakan transformasi dari program OK-trip. Jak Lingko
menerapkan satu harga untuk satu kali perjalanan dalam kurun waktu
tertentu dengan sistem pembayaran yang bersifat cashless. Kemudian lebih
baik lagi pembayaran dengan kartu Jak Lingko sudah diberlakukan di
seluruh jenis armada Transjakarta, baik armada Mikrotrans, Minitrans,
Metrotrans dan Transjakarta BRT. Sistem pembayaran dengan satu kartu
dan tarif yang terintegrasi tersebut sudah umum diterapkan di negara maju,
seperti di Jepang dengan kartu SUICA atau PASMO.
Pengguna kartu tersebut dapat berpindah-pindah moda transportasi
antara mikrotras (angkot) dengan bus Transjakarta dalam durasi tidak lebih
dari tiga jam.
Angkot menjadi Mikrotrans tersebut dengan menambahkan
beberapa fasilitas didalamnya seperti AC dan mesin tap kartu Jak Lingko.
Setelah menjadi armada Mikrotrans, pengoperasiannya armada tersebut
hanya berhenti di halte yang telah ditetapkan dan memiliki jadwal
keberangkatan dengan headway yang diatur oleh pihak Transjakarta. Supir
Mikrotrans juga memiliki penghasilan yang tetap, yang digaji sesuai UMR
oleh pihak Transjakarta. Berbeda dengan angkot konvensional yang
seringkali baru berangkat ketika penumpang sudah penuh.

4. Integrasi Halte Transjakarta dan Moda Transportasi Rel


Pemprov DKI bekerja sama dengan PT. KAI, PT Commuter Line,
PT MRT Jakarta mulai menerapkan konsep transit yang terintegrasi dengan
menata kawasan stasiun kereta api agar terintegrasi dengan layanan
Tranjakarta. dilakukan penataan di kawasan TOD Dukuh Atas, Stasiun
Tanah Abang, Stasiun Pasar Senen, dan Stasiun Juanda. Penataan tersebut
bertujuan memberikan kenyamanan penumpang Transjakarta yang akan
berpindah ke moda transportasi kereta begitu pula sebaliknya. Penumpang
Transjakarta tidak perlu berjalan jauh dan menunggu waktu lama untuk
melakukan perpindahan antarmoda.
Penataan Stasiun Tanah Abang yang merupakan stasiun transit yang
melayani perjalanan kereta KRL. Fasilitas yang ditingkatkan dalam rangka
penerapan konsep seemless transit antara lain fasilitas penurunan dan
pengambilan penumpang bus Metrotrans, Mikrotrans, ojek daring, dan
Bajaj di Stasiun Tanah Abang. Selain itu, dibangun plaza untuk pejalan kaki
sehingga memudahkan para penumpang ketika melakukan perpindahan
antarmoda. Halte bus Metrotrans yang bersebelahan dengan Stasiun Tanah
abang.
Integrasi antarmoda dilokasi Bundaran HI mengintegrasikan Stasiun
MRT Bundaran HI dengan Halte Transjakarta. Penumpang Transjakarta
ketika akan berpindah ke MRT, tidak perlu keluar halte karena langsung
memiliki akses tangga ke bawah dari halte Transjakarta menuju Stasiun
bawah tanah MRT (ITDP, 2019). Selanjutnya juga di daerah Veledrome
Rawamangun dibangun pedestrian connecting bridge yang menghubungkan
secara langsung Stasiun LRT Veledrome dengan Halte Transjakarta.
Sedangkan di daerah Cakung dibangun Halte Transjakarta tepat didepan
Stasiun KRL Commuter Line Cakung.

5. Pembangunan Halte Bus non BRT yang terintegrasi dengan Penataan


Trotoar
Pembangunan trotoar baru dilengkapi dengan Halte bus non BRT
untuk menurunkan penumpang Minitrans dan Metrotrans. Pembangunan
halte baru tersebut semakin memperluas layanan bus non BRT,
Daftar Pustaka
Adiwinarto, A. 2020. Intermodal Integration; How Transjakarta Improved Urban
Mobility.Trans Jakarta and Institute for Transportation and Development
Policy Webinar.Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2020. Provinsi DKI Jakarta Dalam
Angka.Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. 2016. Jakarta Dalam Angka. Jakarta.
Institute for Transportation and Development Policy. 2019. Transjakarta : A
Study in Success. (https://www.itdp.org/2019/07/15/transjakarta-study-
success/, diakses tanggal 12 Juli 2021).
Institute for Transportation and Development Policy. 2019. Jakarta Intermodal
IntegrationGuideline. Jakarta
Institute for Transportation and Development Policy. 2020. Pune, Jakarta Honored
at Sustainable Transport Award Ceremony in Washinton, DC.
(https://www.itdp.org/2020/01/15/pune-jakarta-honored-at-sustainable
transport-award-in-washington-dc/, diakses tanggal 12 Juli 2021). Jakarta
Smart City. (2019). Ke mana pun di Jakarta Jadi Lebih Mudah dengan Jak
Lingko.(https://smartcity.jakarta.go.id/blog/452/ke-mana-pun-di-jakarta
jadi-lebih-mudah-dengan-jak-lingko, diakses tanggal 11 Juli 2021). Trans
Jakarta (2021). Sejarah Trans Jakarta. (https://transjakarta.co.id/tentang-
Transjakarta/sejarah/, diakses tanggal 13 Juli 2021).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2017). Rencana Pembangunan Jangka
Menengah DaerahProvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2017-
2022. Jakarta.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2019). Rencana Kerja Pembangunan Daerah
Tahun 2019.Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai