Anda di halaman 1dari 5

PENULIS: EV. HEREN, S.

TH

EFESUS 6:1-3

TUJUAN: REMAJA DAPAT MENGEMBANGKAN KASIH YANG TEPAT DALAM HUBUNGAN


ORANG TUA ANAK

“Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang gala”.  Pernah  mendengar peribahasa ini? Adakah di
antara saudara-saudari yang masih ingat artinya? Peribahasa ini menunjukkan perbandingan, jalan itu
panjang, gala itu pendek (gala adalah bamboo  yang biasa dipakai untuk tiang bendera atau untuk memetik
buah di pohon). Banyaknya kasih yang diberikan orangtua pada anaknya disetarakan dengan jalan yang
panjang entah dimana ujungnya, sementara kasih anak seperti gala, yang begitu pendek dan terbatas.

Ada 1 keluarga yang memiliki 7 anak.  Ke-7 anak itu semuanya disekolahkan di sekolah yang baik dan
mahal, di beri uang jajan yang cukup, diajak rekreasi ke mana-mana, pokoknya berbagai hal dikorbankan
orang tua mereka untuk membuat ke-7 anaknya berhasil. Tetapi sayang sekali, 3 di antaranya tidak
menghargai pengorbanan ortu yang kerja keras membayar biaya sekolah mereka, mereka menyalah gunakan
uang spp, dan ikut-ikutan rombongan anak-anak nakal hingga putus sekolah, bahkan keluar masuk kantor
polisi hingga uang ortunya habis dan jatuh miskin. Sisanya? 4 lagi menjadi orang yang lumayan
berkecukupan secara ekonomi, tapi tetap sayang, hanya satu yang menunjukkan kasih dan perhatiannya
pada ortu mereka.  Hanya satu yang mau memberi rumah ke ortu, memberi uang bulanan, menjaga ortu
yang sakit, dsb.  Dan ironisnya yang satu ini justru bukan yang terkaya, melainkan yang sekalipun
cukup,namun nilai kekayaannya paling rendah diantara 4 yang berhasil tadi.

Orang tua (baik ayah maupun ibu) cenderung mencurahkan kasihnya yang begitu banyak dan besar pada
anaknya, mereka mengasihi anak tanpa syarat, dan pengorbanannya pada anak sejak anak itu lahir tidak
terhitung.

Sebaliknya, anak-anak sendiri, seringkali sangat membatasi kasihnya pada orang tua, jarang sekali ada anak
yang mau berkorban bagi orangtuanya. Anak sering hitung-hitungan dalam memberi kasih pada orang tua.
–           Mungkin itu sebabnya pengurus remaja membuat tema: “Terlalu sedikit atau terlalu banyak kasih” –
dalam rangka membicarakan bagaimana kita patut mengasihi orang tua dengan tepat.

Kalau orang duniawi saja bisa menyindir dan menegor anak-anak yang kurang mengasihi ortu dengan
peribahasa Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang gala , Alkitab memberikan nasihat yang jauh
lebih dalam dari itu, tak hanya menyindir dan menegor, tapi juga membimbing kita bagaimana cara
mengasihi orang tua dengan benar dan berkenan pada Tuhan.

Ukuran Kasih pada Orang Tua

Sebelum bicara tentang bagaimana, saya ingin lebih dahulu mengajak kita merenungkan, sebagai pengikut
Kristus, seberapa besar  kasih yang patut kita berikan pada orang tua.

Matius 22:37-39

Mat 22:37  Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.

Mat 22:38  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.


Mat 22:39  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri.

Tuhan adalah yang utama dan nomor satu.  Tak  ada satu kasih pun yang boleh melebihi kasih kita terhadap
Tuhan.  Termasuk kasih kita terhadap diri sendiri dan orang lain, dan kasih kepada orang tua, tidak boleh
lebih besar dari kasih terhadap Tuhan.

Lalu, yang kedua adalah kasih terhadap diri sendiri dan sesama kita harus setara dan seimbang.  Orang lain
termasuk orangtua kita sendiri. Kita sebenarnya tahu bagaimana kita ingin dikasihi, sebagaimana kita ingin
dikasihi, demikianlah kita patut mengasihi orang tua. Sebagai contoh: Siapa di sini yang ingin hidup
kelaparan (bukan diet)?  Untuk tidak kelaparan, kita berjuang bekerja dan menyiapkan makanan (minimal
membeli makanan).  Ini disebut mengasihi diri sendiri.  Saya pernah menemukan ada yang remaja yang
saking malasnya, ketika berada di kost, tidak ada makanan, dia tidak berusaha apa-apa. Sudah diberi uang
saku, tapi untuk keluar energy ke warung membeli makananpun ga mau, dia buka kulkas, yang ada hanya
buah apel 7 biji, wah pas katanya untuk 7 hari.  Akibatnya sakit lambung. Ini orang yang tidak normal dan
tidak mengasihi dirinya sendiri. Orang yang normal akan mengasihi dirinya dan berusaha menjaga dirinya
dari kelaparan.  Sebagaimana kita tidak mau kelaparan, maka kita juga patut tidak membiarkan orang tua
kita kelaparan. Kasih yang setara antara terhadap diri sendiri dan ortu. Kasihi orangtuamu seperti engkau
mengasihi dirimu sendiri.

Wujud Kasih pada Orangtua:

Eph 6:1  Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.

Eph 6:2  Hormatilah ayahmu dan ibumu–ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji
ini:

Efesus 6 yang baru kita baca adalah satu bagian dengan pasal 5 yang juga bicara soal hubungan dalam
keluarga. Dari dua pasal ini kita dapat menemukan bahwa Kasih itu  unik! Satu kata kasih memiliki cara
penerapan sendiri pada masing-masing anggota keluarga.  Tuhan.  Selintas kita lihat : kasih suami pada istri
diterapkan dengan mencintai, merawat (dalam arti memenuhi kebutuhan istri), dan melindungi, kasih istri
pada suami diterapkan dengan menghormati suami, kasih orang tua terhadap anak dengan mendidik dan
membesarkan anak-anaknya, kasih anak pada orang tua adalah dengan menghormati mereka.

Mengapa harus menghormati orang tua? Orang tua adalah wakil Tuhan di bumi.  Ketika manusia lahir di
dunia, sebagai bayi, ia tidak tahu  tentang Tuhan dan kasih Tuhan, yang ia tahu adalah kehadiran orang
tuanya, yang mencintainya dengan memeluknya, memberi dia susu untuk makanannya.  Orang tua
mendapat otoritas dari Tuhan untuk memelihara, mendidik, dan mencukupi kebutuhan anak-anak yang
dititipkan Tuhan pada mereka.  Orang tua kita adalah cerminan Tuhan yang pertama kali dikenal oleh setiap
umat manusia. Mereka adalah wakil Tuhan.  Sikap hormat kita pada orangtua adalah tanda/bukti awal kita
menghormati Tuhan.  Seseorang tidak mungkin mencintai dan menghormati Tuhan yang tidak kelihatan,
sementara wakil Tuhan yang kasat mata saja, yang jelas-jelas sudah berjasa melahirkan, merawat, dan
mendidiknya,  tidak dia hormati.

Langkah-langkah Menghormati Ortu:

1. Taati orangtuamu (Efesus 6:1-3)

 Taati kedua orang-tuamu, bukan salah satunya saja.  Anak-anak sering mengeluh ortu-nya pilih
kasih, padahal realitanya ada juga anak-anak yang “pilih” kasih dan memilih-milih pada orang tua
yang mana mereka taat.  Firman Tuhan jelas mengatakan taati ayah dan ibumu.
 Belajarlah untuk tulus dan hindari sikap adu domba.  Bila kamu minta ijin pada salah satu ortu-mu
dan tidak diberikan ijin, belajarlah untuk taat dan jangan mengadu-domba orangtuamu.
 Bagaimana jika ortu yang melanggar Firman Tuhan? Ef 6:1 menyatakan “taatilah orangtuamu di
dalam Tuhan”.  Artinya jika harus diperhadapkan pada perintah yang bertentangan dengan Firman
Tuhan, kita tetap harus memilih untuk taat pada Tuhan, TETAPI itu tidak berarti kita bersikap
kurang ajar pada orangtua kita. Apapun situasinya anak patut menghormati ke-2 orang tuanya tanpa
pilih-pilih.
 Ilustrasi: seorang anak remaja memiliki ibu seorang penjudi.  Sejak kecil ia terbiasa disuruh-suruh
untuk pergi ke tempat tertentu membeli perangkat judi agar tidak dicurigai pihak yang berwajib. 
Ketia ia beranjak ke remaja ia menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan juruselamatnya, ia
bertumbuh dan mulai kenal kebenaran, dan ia mulai tahu bahwa apa yang dilakukan ibunya itu tidak
dosa (karena merupakan kecanduan judi) dan melanggar hukum juga. Suatu hari ibunya kembali
meminta ia pergi membelikan perangkat judi itu, dan kali ini dia menolak dengan kalimat dan nada
yang sopan. Ibunya kaget dan langsung membentak dan berkata “kamu sudah berani kurang aja dan
tidak taat sama mama ya”.  Anak itu gentar, tapi tetap dengan hormat dia menjawab “mama, aku
menghormati mama. Tapi maaf, untuk yang satu ini saya tidak bisa karena dosa dan melanggar
hukum. Tapi kalo Mama minta aku belanja, antar mama ke dokter, bahkan sampai malam-malam
cari obat ke apotek, semua aku lakukan.” Mamanya tetap mengomel, tapi anak itu tidak bersalah
dalam sikap menghormati orang tuanya.
 Kesimpulan: kita bisa saja tidak menuruti perintah yang melanggar Firman Tuhan dan hukum, tapi
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menghormati orang tua. Tapi ingat, pada umumnya perintah
orangtua itu wajar dan tidak salah, kasus di atas sangat jarang.  Taati orang tuamu.

1. Minta dan hargai petunjuk orangtuamu

Amsal 1:7  Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan
didikan.

Amsal 1:8 “Hai anakku, dengarkanlah didikan ayamu,dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu.”

Salah satu wujud kasih dan hormat adalah memperhatikan nasihat dan petunjuk orang tua. Sebagai orang
yang pernah melewati masa remaja, saya ingat bahwa remaja seringkali merasa lebih pintar dari orang
tuanya, lebih modern, lebih gaul, dan hi-tech, gak gaptek, bener sih….tapi..Tanpa sadar banyak remaja yang
meremehkan nasihat ortu-nya dan berpikir bahwa  analisa dan keputusan mereka itu pasti benar tanpa harus
mencari nasihat ortu ataupun, kalau sudah dinasihati, tidak mau menuruti nasihat itu.

Sdr, setinggi apapun tingkat pendidikan seorang anak  dan secanggih apapun dirinya dibandingkan orang
tuanya,  tetap tidak bisa mengalahkan orang tua dalam hal pengalamannya.  Dan yang lebih penting dari itu
ialah, orang tua wakil Tuhan untuk memberikan bimbingan dan petunjuk bagi anak-anak mereka.

hukum ke 5 dalam 10 hukum berkata kita harus menghormati orang tua supaya lanjut umur kita di bumi. 
Hal ini berkaitan dengan mendengarkan dan mengikuti nasihat orang tua yang mencegah dari marabahaya
dan jerat maut. Orang tua seringkali memiliki kepekaan lebih tajam tentang bahaya.  Jika sebuah nasihat
tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, maka mengikutinya akan mendatangkan kebaikan bagi kita.    
Saya ingat sejak kecil kami diajarkan untuk menabung.  Sampai SMA saya masih menuruti nasihat itu. 
Siapa sangka tepat pada saat saya hendak masuk kuliah, orangtua saya tidak dapat membiayai saya sama
sekali, dengan tabungan saya ditambah bantuan tambahan dari kakak saya untuk menutupi sedikit lagi
kekurangan uang masuk kuliah, saya bisa kuliah.  Tentu sambil bekerja sambil kuliah, hingga lulus. 
Mendengarkan nasihat orang tua menyelamatkan masa depan kita.

Menghormati orang tua berarti mendengarkan dan menghargai nasihat mereka.


1. Menolong orangtua dan lakukan tanggung jawab sebagai anak.

Wujud lain dalam mencintai dan menghormati ortu adlah dengan menolong meringankan beban orang tua
sesuai kapasitas kita.

Tuhan Yesus memberikan teladan yang sangat baik dalam hal menolong meringankan beban orang tua-Nya
di bumi.  Di usia 12 tahun, hikmat dan pemahaman Tuhan Yesus akan Firman Tuhan sudah sangat
menonjol.  Namun Dia masih menunggu hingga usia 30 tahun baru terjun sepenuhnya melayani khalayak
ramai.  Karena Dia terlebih dahulu melayani keluarga yang membesarkanNya.  Yusuf, suami Maria, mati di
usia yang masih muda, dan Tuhan Yesus bekerja sebagai tukang kayu untuk mencukupi kebutuhan ibu dan
anak-anak ibunya yang lahir sesudah Tuhan Yesus.  Adik sekandungNya.  Tuhan Yesus menjalankan
peranNya secara sempurna sebagai anak yang teladan.

Di usiamu saat ini, yang dapat kamu lakukan adalah membantu orang tuamu, dengan mengambil bagian
tanggung jawab dalam keluarga sesuai kemampuanmu.  Sebagai contoh: di keluarga kami ada 4 bersaudara.
3 perempuan dan 1 laki-laki. Masing-masing kami, oleh orang tua kami diserahkan tanggung jawab, ada
yang cuci piring siang, cuci piring malam, menyapu sore hari, mengunci pintu rumah di malam hari, selain
membersihkan tempat tidur masing-masing.  Dengan melakukan hal ini saja, beban orang tua sudah cukup
diringankan, dan hati mereka senang dan bangga, sekalipun tidak terucap di bibir mereka setiap saat.

Membantu urusan rumah tangga bukan hanya meringankan beban orang tua, tapi juga melatih  mental dan
keterampilan hidup kita.  Contoh: berapa banyak di antara kita yang tahu bagaimana menjahit pakaian yang
robek, atau memendekkan celana yang kepanjangan tuntas dengan jahitannya?   Membantu orang tua dalam
urusan rumah tangga mempersiapkan kita untuk menjadi orang yang tangguh di masa depan.

Membantu orang tua juga dapat dilakukan dengan mengirimkan mereka uang saat kita sudah bekerja nanti. 
Jangan lupakan mereka.  Mungkin uangmu tidak seberapa, tapi sukacita yang mereka rasakan sebagai orang
tua itu berlipat-lipat ganda, karena mereka merasa dikasihi dan dihormati.

1. Pelihara orangtuamu di masa tua / masa lemah mereka.

Yoh 19:27 – ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihi-Nya disampingnya, berkatalah Ia kepada
ibuNya “ibu, inilah anakmu” kemudian katanya kepada muridNya: “inilah ibumu” sejak itu murid itu
menerima dia di dalam rumahnya.

Adalah tanggung jawab seorang anak untuk merawat orangtuanya di masa tua mereka, atau kalau mereka
belum tua tapi lemah tak berdaya karena sakit.  Tuhan Yesus menitipkan ibunya kepada murid termuda-nya
yaitu Yohanes, yang ditetapkan oleh Tuhan untuk menjadi yang paling panjang umurnya di antara semua
murid.  Tuhan Yesus tidak membiarkan ibunya seorang diri memasuki masa tuanya, sekalipun Ia sendiri
harus mati demi menebus dosa manusia.

Merawat orang tua di masa tua mereka adalah langkah nyata menghormati orang tua.

Di Singapore, ada seorang konglomerat yang pada saat memasuki masa pensiunnya, memberikan
warisannya kepada anak dan mantunya.  Karena dipikirnya ia sudah tua, dan tidak perlu apa-apa selain
istirahat dengan tenang di rumah, maka ia memindahkan seluruh hartanya secara tertulis, sah, atas nama
anaknya.  Siapa sangka, suatu ketika anaknya mengusir sang ayah yang sudah tua keluar dari rumah.  Maka
sang ayah hidup sebagai gelandangan di pinggir jalan kota Singapore. Sampai suatu kali, ada seorang pria,
mantan rekan bisnis mengenali pria tua itu, dan melaporkan kejadian itu kepada perdana menteri Singapore.
Perdana menteri tersebut sangat marah mendengar ada kejadian tersebut, maka atas perintahnya, seluruh
surat pemindahan harta itu dibatalkan, dan bapak tua itu dikembalikan ke rumahnya. Perdana menteri
sampai mengeluarkan peraturan dilarang menyerahkan harta pada anak sebelum pemberi warisan benar-
benar mati. Saya tidak terlalu ingat apa hukuman yang diberikan kepada anak yang mengusir ortunya
tersebut.  Tapi anak tersebut, yang menelantarkan orangtuanya, benar-benar bersikap tidak menghormati
ortu.

Mungkin tidak semua peristiwa menelantarkan ortu seperti cerita tadi.  Tapi berapa banyak anak yang
benar-benar mau memelihara ortu-nya ketika mereka sakit? Ketika mereka renta? Penghormatan terakhir
kita bukan pada saat orang tua kita berada di peti mati.  Penghormatan terakhir kita adalah pada saat mereka
masih hidup, tidak berdaya, namun bisa merasakan kita berjuang merawat mereka, mengasihi mereka.

Jadi 4 langkah ini yang patut kita jalankan untuk menunjukkan kasih hormat kita pada orang tua kita.

1. Taat
2. Menerima petunjuk ortu
3. Membantu ortu dan melakukan tanggung jawab
4. Memelihara ortu saat mereka tua atau lemah

Kesulitan untuk menghormati ortu karena pernah terluka, dikecewakan? Dalam hubungan ortu anak pasti
ada gesekan.  Hubungan semanis apa pun dalam keluarga pasti pernah terjadi saling mengecewakan bahkan
saling melukai. Dan harus diakui ada yang cukup parah kerusakan hubungannya dengan ortu.  Namun kamu
bisa kembali mulai dari awal untuk mengasihi dan menghormati ortu, dengan cara mulai dari mengampuni
ortumu. Ampuni ayahmu jika ia pernah melukai hati. Ampuni ibumu jika ia tidak seperti harapanmu. 
Ketahuilah tidak ada orang tua yang sempurna.

Dengan pengampunan, kamu seperti membuang sampah dari kapal hidupmu.  Sampah itu, jika tidak
dibuang, makin hari makin menumpuk memberatkan beban kapalmu hingga batas akhir dan hendak
tenggelam. Semakin menunda membuang sampah, semakin besar kemungkinan tenggelam.

Kesaksian.

Jangan sebut kita mengasihi Tuhan, jika kita tidak mengasihi orang tua kita.

Tuhan menolong kita memberikan kasih pada orang tua kita dengan tepat.

* KHOTBAH INI PERNAH DISAMPAIKAN PENULIS DI REMAJa GKKA ARJUNO SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai