Anda di halaman 1dari 2

- Px pindahan dari IGD ke ratna. DPJP dr hartawan. Px Sampai dirtna blucode.

Px meninggal
sempat di RJP oleh dr jaga. Dr nariata sedang visit diratna, karna px yg meninggal blum
dilakukan swab, dr nar info ke perawat jaga untuk hub dr hartawan agar pxna swab. Px saya
dulu pernah swab jenasah tapi itu swab 2.

- Hubungi dr hartawan, intruksi swab 2x dalam waktu yang bersamaan. Pemulasaran jenasah
dengan protocol. Dr hartawan menginfokan keperawat nanti jika hasil swabnya negative,
tergantung RSUD apakah bisa dipakai atau tidak agar tanpa protocol dengan hasil tersebut.

- Perawat jaga sudah menyampaikan hal tersebut ke kekeluarga px. Keluiarga px menerima

- Saya hubungi pak sayoga, pak sayoga tidak bisa menerima jenasah tersebut. Karna belum
pernah ada jenasah dilakukan untuk swab pertama. Pak sayoga takut klg yang lain komplin
jika hasil negative knapa tetap protocol. Padahal itu swab 1. Pak sayoga koordinasi dengan
kasi pelayanan rsud dan dinkes.

- Pak adnyana dari dinkes menghubungi saya, agar menginfokan ke kklurga px agar ttd
bermatetrai bahwa jika hasil swab negative, itu tetap dilakukan pemulasaran jenasah
dengan protokol karena swab hanya sekali. Dan dapat dikatakan discarded jika hasil negative
dalam 2 hari berturut-turut. Dan itu akan mempengaruhi klaim RS nantinya. Lebih baik kalau
sudah probable / meninggal. Jangan dswab. Karena jika hasil negative, tidak terklaim covid
kemnkes.

- Saya sampaikan kekeluarga, keluarga komplin kenapa px sudah meninggal lagi dswab. Dan
untuk apa dswab ujung2nya hasilnya tidak mempengaruhi untuk pemulasaran. Keluarga
merasa di permainkan kenapa px sampai masuk isolasi.

- Akhirnya keluarga meminta swabnya tidak usah diperiksa. Dinkes sudah acc.

- Sampel swab masih diratna

Kendala : Lama koordinasi dengan pak sayoga terkait px di ratna yang meninggal dengan probable
dilakukan swab PCR.

Keluarga px diratna komplin kenapa px sudah meninggal lagi dswab. Dan untuk apa dswab
ujung2nya hasilnya tidak mempengaruhi untuk pemulasaran. Keluarga merasa di permainkan dan
kenapa px sampai masuk isolasi ujung2nya dibuat covid. Intruksi swab dari dr hartawan.

Sudah hubungi pak sayoga, pak sayoga menunda penerimaan jenasah dengan swab karena belum
pernah sebelumnya menerima jenasah dengan swab pertama. Pak sayoga menghubungi kasi
pelayanan RSUD dan dinkes
Hasil Koordinasi dengan kasi pelayanan RSUD dan Dinkes, jenasah bisa diterima dengan
menandatangi surat pernyataan bermaterai bhwa hasil swab tidak mempengaruhi pemulasaran.
Pemulasaran jensah tetap dengan Protokol Copid.

Keluarga meminta agar swab PCR tidk perlu diperiksa. Dan dinkes mengijinkan.

Info dari pak adnyana dinkes : kalau sudah probable / meninggal. Jangan dswab. Karena jika hasil
negative, tidak terklaim covid kemnkes.

Kendala :

- Lama koordinasi dengan pak sayoga terkait px di ratna yang meninggal dengan probable.
Jenasahnya dilakukan dilakukan swab PCR 2x secara bersamaan dihidung kanan kiri. Intruksi
dr hartawan sp.pd dan acc keluarga. Pak sayoga menunda penerimaan jenasah dengan swab
karena belum pernah sebelumnya menerima jenasah dengan swab pertama. Pak sayoga
menghubungi kasi pelayanan RSUD dan dinkes
- Hasil Koordinasi dengan kasi pelayanan RSUD dan Dinkes, jenasah bisa diterima dengan
menandatangi surat pernyataan bermaterai bhwa hasil swab tidak mempengaruhi
pemulasaran jensah. Hasil swab PCR positif atau negative tetap pemulasaran jensah dengan
Protokol Covid. Info dari pak adnyana dinkes : kalau sudah probable/meninggal, jangan
dswab. Karena jika hasil negative, terkendala terkait klaim (tidak bisa terklaim covid )
- Keluarga px sempat komplin kenapa px sudah meninggal lagi dswab. Dan untuk apa dswab
ujung2nya hasilnya tidak mempengaruhi untuk pemulasaran. Keluarga merasa di
permainkan dan kenapa px sampai masuk isolasi ujung2nya dibuat covid. Akhirnya keluarga
meminta agar swab PCR tidak perlu diperiksa. Dan dinkes mengijinkan.

Anda mungkin juga menyukai