Anda di halaman 1dari 14

1

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang
diusulkan.
RINGKASAN
Di Indonesia banyak terdapat pabrik tekstil dalam pengembangan usaha untuk
mendorong kemajuan bangsa di sektor perdagangan. Seiring perkembangan tersebut, terdapat
beberapa masalah yang ditimbulkan terhadap lingkungan dari pembuangan limbah pewarna.
Zat warna dalam air limbah industri adalah yang paling sulit dihilangkan diantara kontaminan
lainnya. Struktur aromatik asalnya yang kompleks dan sintetik membuatnya tahan terhadap
biodegradasi (Ayar A et al., 2007, Qin Q et al., 2009). Beberapa pewarna memiliki efek
toksisitas, mutagenik, dan karsinogenik (Robinson T et al., 2002). Metode yang banyak
digunakan dalam pengolahan limbah pewarna adalah adsorpsi dikarenakan biayanya yang
tergolong murah, kesederhanaan desain dan kemudahan pengoperasiannya.
Salah satu adsorpsi yang sedang dikembangkan saat ini adalah Metal Organic
Frameworks, yaitu kristal berpori yang tersusun oleh ligan organik dan logam anorganik,
seperti logam transisi, yang dihubungkan dengan ikatan koordinasi. MOFs memiliki beberapa
keunggulan yaitu densitasnya kecil, ukuran porinya dapat diatur, strukturnya kristalin, dan
luas permukaannya besar. Dalam pengembangan pendidikan pada era revolusi 4.0 menuntut
pemikiran-pemikiran inovatif yang didasari dari berpikir ilmiah dan penemuan ilmiah.
Literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa
dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang
dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta
perkembangan ilmu pengetahuan, oleh karenanya literasi sains merupakan salah satu pilar
penting di dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya dunia pendidikan
sehingga para siswa diharapkan memiliki daya saing yang lebih tinggi dalam berkompetensi
di dalam era globalisasi dan zaman modern saat ini (Mulyani, 2013 dalam Raharjo, Suryati, &
Khery, 2017) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dapat
menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Seperti penggunaan
bahan ajar yang tidak hanya berupa buku tetapi juga dapat diambil dari internet ataupun dari
sumber lain berupa jurnal, artikel, buku elektronik (e-book), dan modul elektronik (e-modul),
sehingga memudahkan peserta didik untuk mengakses berbagai materi yang akan dipelajari.
E-Modul merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena e-
modul membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari
melalui kegiatan belajar secara sistematis. E-modul (modul elektronik) merupakan versi
elektronik dari sebuah modul yang sudah dicetak yang dapat dibaca pada komputer dan
dirancang dengan software yang diperlukan. E-modul sangat baik dipakai untuk
meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian
ini yaitu sintesis Metal Organic Frameworks (Mofs) yang selanjutnya digunakan untuk
mengadsorpsi zat warna Methyl Red dan Congo Red sebagai bahan E-Modul untuk
meningkatkan literasi sains peserta didik. Luaran yang ingin kami capai diantaranya berupa
tesis untuk satu orang mahasiswa magister pada program studi S2 Pendidikan IPA UNIB
dengan target luaran wajib lainnya berupa artikel ilmiah di jurnal internasional
bereputasi. Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) penelitian tesis magister yang kami
ajukan ini, pada akhir penelitian akan berada di level 2, yang merupakan formulasi konsep.
2

Kata kunci maksimal 5 kata


Metal Organic Frameworks (MOFs), Limbah zat warna, Literasi Sains, E-modul,
Spektrofotometri UV- Vis

Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi khusus terkait dengan skema.
LATAR BELAKANG
Pelepasan limbah pewarna dari berbagai sumber industri seperti tekstil, percetakan,
makanan, kulit, kertas, penelitian ilmiah, dan industri farmasi menimbulkan ancaman besar bagi
lingkungan dan makhluk hidup. Beberapa pewarna memiliki efek toksisitas, mutagenik, dan
karsinogenik (Robinson T et al., 2002). Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan, perlu dilakukan pengurangan pencemaran dengan menghilangkan zat
warna reaktif beracun dari air limbah.
Terdapat beberapa metode yang biasa digunakan dalam pengolahan limbah dari
kandungan zat warna diantaranya fotodegradasi, elektrokoagulasi-elektroflotasi, oksidasi kimia,
reverse osmosis, dan adsorpsi. Metode yang banyak digunakan adalah adsorpsi dikarenakan
biayanya yang tergolong murah, kesederhanaan desain dan kemudahan pengoperasiannya.
Salah satu adsorpsi yang sedang dikembangkan saat ini adalah Metal Organic Frameworks,
yaitu kristal berpori yang tersusun oleh ligan organik dan logam anorganik, seperti logam
transisi, yang dihubungkan dengan ikatan koordinasi. MOFs memiliki beberapa keunggulan
yaitu densitasnya kecil, ukuran porinya dapat diatur, strukturnya kristalin, dan luas
permukaannya besar. Dalam hal ini penulis tertarik mengembangkan penelitian yang berkaitan
dengan salah satu aplikasi MOFs yaitu sebagai adsorben zat warna yang berbahaya bagi
lingkungan seperti methyl red dan congo red.
Dalam pengembangan pendidikan pada era revolusi 4.0 menuntut pemikiran-pemikiran
inovatif yang didasari dari berpikir ilmiah dan penemuan ilmiah. Literasi sains penting untuk
dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami lingkungan
hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern
yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan,
oleh karenanya literasi sains merupakan salah satu pilar penting di dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia khususnya dunia pendidikan sehingga para siswa diharapkan memiliki
daya saing yang lebih tinggi dalam berkompetensi di dalam era globalisasi dan zaman modern
saat ini (Mulyani, 2013 dalam Raharjo, Suryati, & Khery, 2017)
Hasil penilaian PISA terhadap kemampuan literasi sains siswa Indonesia sampai saat ini
masih memperihatinkan, kemampuan literasi sains siswa Indonesia pada tahun 2012 berada pada
urutan ke 64 dari 65 negara peserta (OECD, 2013). Pada tahun 2012 skor literasi sains siswa
Indonesia hanya 382, dan skor ini menunjukkan penurunan dari tahun 2009 dengan skor literasi
sains 383, dan pada tahun 2006 adalah 393 (OECD, 2013). Tahun 2015, Indonesia bisa mulai
menghela nafas karena skor literasi sains siswa Indonesia mengalami kenaikan yaitu sebesar 403.
Terakhir pada tahun 2018, dimana Indonesia berada di peringkat ke-74 dari 79 negara dengan
3

skor rata-rata membaca 371, matematika 379, dan sains 396. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat literasi sains di Indonesia masih berada pada posisi jauh dibawah rata-rata. Kemampuan
literasi sains siswa yang rendah ini, menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
menggunakan sains untuk memecahkan berbagai permasalahan yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari yang sebetulnya membutuhkan pemahaman sains yang baik. Kurnia, dkk (2014)
mengemukakan faktor-faktor rendahnya literasi sains siswa antara lain, kurikulum dan sistem
pendidikan, pemilihan model dan metode pengajaran oleh guru, sarana, dan fasilitas belajar,
sumber belajar, dan bahan ajar yang tidak memenuhi pembelajaran abad 21. Salah satu faktor
yang harus diperhatikan untuk meningkatkan literasi sains siswa adalah bahan ajar yang sesuai
kebutuhan siswa, yaitu bahan ajar yang di dalamnya memuat aspek literasi sains dan materi yang
sesuai dengan tagihan kompetensi dan analisis kebutuhan siswa. Bahan ajar yang paling banyak
digunakan oleh guru adalah bahan ajar dalam bentuk buku.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih dapat menciptakan
proses pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Seperti penggunaan bahan ajar yang
tidak hanya berupa buku tetapi juga dapat diambil dari internet ataupun dari sumber lain berupa
jurnal, artikel, buku elektronik (e-book), dan modul elektronik (e-modul), sehingga memudahkan
peserta didik untuk mengakses berbagai materi yang akan dipelajari.
E-Modul merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik karena
e-modul membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari
melalui kegiatan belajar secara sistematis. E-modul merupakan versi elektronik dari sebuah
modul yang sudah dicetak yang dapat dibaca pada komputer dan dirancang dengan software
yang diperlukan. E-modul sangat baik dipakai untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik
dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan awal yang telah dilakukan terhadap materi ion kompleks,
masih sangat jarang ditemukan bahan ajar atau e-modul yang memuat tentang metal organic
frameworks (MOFs) sebagai adsorpsi zat warna terutama methyl red dan congo red. Hal ini
sangat bagus untuk diperkenalkan kepada peserta didik tentang penggunaannya dan
manfaatnya dalam menambah wawasan.
Dengan adanya serangkaian permasalahan di atas, perlu diadakan suatu inovasi dalam
kegiatan pembelajaran. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Sintesis Metal Organic Frameworks (Mofs) Untuk Adsorpsi Methyl Red dan Congo Red
Sebagai Bahan E-Modul Materi Ion Kompleks Untuk Meningkatkan Literasi Sains Peserta
Didik”

Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dan peta
jalan (road map) dalam bidang yang diteliti. Bagan dan road map dibuat dalam bentuk
JPG/PNG yang kemudian disisipkan dalam isian ini. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini. Disarankan penggunaan sumber pustaka 10 tahun terakhir.
TINJAUAN PUSTAKA
Metal Organic Frameworks
Metal Organic Frameworks (MOFs) merupakan bahan kristal berpori yang terdiri dari
pusat atau kluster logam dengan penghubung berupa ion atau logam organik dimana asam
4

karboksilat yang mengandung N biasanya digunakan untuk membentuk kerangka dengan seng,
tembaga, kromium, aluminium, zirkonium, dan elemen lainnya. Karena memiliki luas
permukaan yang besar strukturnya yang fleksibel dan ukuran pori yang dapat disesuaikan, MOF
banyak digunakan dalam proses adsorpsi dan penyimpanan gas, proses pemisahan, katalisis, dll
Kerangka logam-organik adalah material gabungan dari logam dan bahan organik melalui ikatan
koordinasi antara kluster (logam) dan ligan (organik) untuk membentuk struktur satu, dua, atau
tiga dimensi.
Menurut Hanif dkk (2018) Metal Organic Frameworks (MOFs) atau polimer koordinasi
berpori merupakan material hibrid organik-anorganik berpori yang terbentuk secara self
assembly. Material ini terdiri dari ion logam atau klaster oksida logam dengan suatu ligan
bivalen atau polivalen aromatik maupun alifatik yang memiliki gugus fungsional karboksilat,
fosfonat, sulfonat, imidazolat, amina, atau pyridil maupun kombinasinya sebagai senyawa
organik penghubung (linker).

Limbah Zat Warna


Industri tekstil merupakan industri yang berkembang pesat di Indonesia. Namun, sektor
ini juga menghasilkan limbah yang cukup berbahaya. Limbah cair industri tekstil pada umumnya
mempunyai karakteristik warna dan kekeruhan yang tinggi, bersifat alkalin, memiliki kandungan
organik dan anorganik tinggi serta mengandung bahan-bahan sintetik, seperti zat warna yang
sulit diuraikan secara biologi (Fadlullah, 2004). Sumber utama limbah B3 pada industri tekstil
adalah zat warna seperti methyl red dan Congo red. Pengolahan limbah zat warna sulit karena
struktur aromatik pada zat warna yang sulit dibiodegradasi, khususnya zat warna karena
terbentuknya ikatan kovalen yang kuat antara atom C dari zat warna dengan atom O, N atau S
dari gugus hidroksi, amina atau tiol dari polimer. Zat warna tekstil umumnya dibuat dari
senyawa azo dan turunannya yang merupakan gugus benzena yang sangat sulit didegradasi
(Christina, et al, 2007).

Methyl Red
Pewarna azo memiliki rumus kimia umum dan struktur yang dapat ditulis sebagai
R−N=N−R. Rantai atau cincin hidrokarbon biasanya adalah gugus aril, yang diturunkan
dari senyawa aromatik. Nama standar IUPAC untuk metil merah adalah 2-(N,N-dimetil-
4-aminofenil) asam azobenzenakarboksilat, tetapi juga dikenal sebagai C.I. Asam Merah
2. Senyawa ini memiliki massa molar 269,304 g·mol−1. Ketika tidak dilarutkan dalam air,
pewarnanya adalah bubuk kristal merah tua pada suhu kamar. Rumus kimia sederhananya
dapat ditulis sebagai C H N O
15 15 3 2
5

Gambar 1. Struktur Molekul Methyl Red


Congo red
Congo red mempunyai rumus molekul C32H22N6Na2O6S2. Nama IUPAC dari congo red adalah
natrium benzidindiazo-bis-1-naftilamin-4-sulfonat. Senyawa ini memilki berat molekul 696,67
g/mol (O’neil, 2001). Dalam air, Congo red membentuk koloid berwarna merah. Kelarutan
congo red sangat baik pada pelarut organik, seperti etanol. Warna merah yang dihasilkan congo
red dapat diamati melalui alat spektrofotometer. Spektra congo red menunjukkan karakteristik
pada puncak sekitar 498 nm. Dalam larutan congo red dapat digunakan sebagai indikator pH 3,0-
5,2. Congo red cenderung membentuk agregat dalam larutan organik dan air. Sehingga agregat
ini memberikan ukuran dan bentuk yang bervariasi (Tapalad, et al, 2008).

Gambar 2. Struktur molekul Congo Red

Literasi Sains
Literasi Sains (Scientific Literacy) adalah kemampuan mengidentifikasi memahami dan
memaknai isu terkait sains yang diperlukan seseorang untuk mengambil keputusan berdasarkan
bukti-bukti saintifik. Literasi sains merupakan tujuan utama dari pendidikan sains (Wenning,
2006). Literasi Sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan
sains, melainkan lebih dari itu. Melalui literasi sains, siswa dapat menanya, menemukan, dan
menentukan keputusan yang dikembangkan dari rasa keingintahuannya berkaitan dengan
pengalaman hidupnya sehari-hari untuk dapat dimaknai. Pemahaman dan pemaknaan terhadap
karakteristik sains merupakan ciri seseorang yang melek sains. Pemahaman dan pemaknaan
tersebut meliputi penyelidikan ilmiah, kesadaran akan sains dan teknologi yang membentuk
lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait
sains.
Literasi Sains merupakan bagian dari Literasi Dasar (fundamental literacy) yang sangat
diperlukan dalam mendukung pencapaian Kecakapan Abad 21 (21 Century Skills). Karakteristik
pembelajaran Abad 21 menggambarkan proses menuju tercapainya kompetensi-kompetensi inti
seperti keterampilan berpikir kritis (critical thinking), penyelesaian masalah (problem solving),
kreativitas (creativity), komunikasi dan kerjasama (communication and teamwork). Selain itu,
Literasi Sains sangat potensial sebagai media untuk mengembangkan sikap positif seperti rasa
ingin tahu (curiosity), inisiatif (initiative), gigih (persistence), kemampuan beradaptasi
(adaptability), kepemimpinan (leadership) dan kepedulian sosial dan budaya (social and cultural
awareness). pengalaman saintifik siswa dan kesempatan untuk mengerti, memahami, serta
memaknai.
6

E-modul
Modul elektronik merupakan versi elektronik dari sebuah modul yang sudah dicetak yang
dapat dibaca pada komputer dan dirancang dengan software yang diperlukan. E-modul
merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara
mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya secara elektronik. Sedangkan menurut
Wijayanto Modul elektronik atau e-modul merupakan tampilan informasi dalam format buku
yang disajikan secara elektronik dengan menggunakan hard disk, disket, CD, atau flashdisk dan
dapat dibaca dengan menggunakan komputer atau alat pembaca buku elektronik. E-modul sangat
baik dipakai untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Aplikasi Kvisoft Flipbook Maker adalah salah satu aplikasi yang mendukung sebagai
media pembelajaran yang akan membantu dalam proses pembelajaran karena aplikasi ini tidak
terpaku hanya pada teks dan tulisan saja tetapi bisa dimasukan sebuah animasi gerak, gambar,
grafik, suara, link dan video pada lembar kerja dan audio yang bisa menjadikan sebuah interaktif
media pembelajaran yang menarik sehingga pembelajaran menjadi tidak monoton. Peserta didik
dapat membaca dengan merasakan layaknya membuka buku secara fisik karena terdapat efek
animasi dimana saat berpindah halaman akan terlihat seperti membuka buku secara fisik. Hasil
akhir bisa disimpan ke format html, exe, zip, screen saver dan app. Jadi e-modul dengan
menggunakan aplikasi Kvisoft Flipbook Maker dapat di akses secara offline dan tidak harus
mengeluarkan banyak biaya karena berbentuk soft file.
Dengan menggunakan media pembelajaran tersebut diharapkan dapat memberikan
pembaharuan dalam proses pembelajaran di kelas. Penggunaan media flipbook maker dapat
menambah minat belajar peserta didik dan juga dapat mempengaruhi prestasi atau hasil belajar
peserta didik. Penggunaan flipbook juga dapat meningkatkan pemahaman dan meningkatkan
pencapaian hasil belajar.
Kelebihan dari media ini bila dikaitkan pada proses pembelajaran diantaranya sebagai
berikut :
a. Siswa memiliki pengalaman yang beragam dari segala media.
b. Dapat menghilangkan kebosanan siswa karena media yang digunakan lebih bervariasi.
c. Sangat baik untuk kegiatan belajar mandiri.
d. Siswa tidak jenuh membaca materi sistem koloid meskipun dalam bentuk buku karena
adanya media flipbook ini.
Penggunaan media flipbook maker tanpa online internet.

Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometer adalah alat untuk mengkur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang, tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk (Cairns, 2009) Spektrofotometer
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
Sebagian dari cahaya tersebut akan di serap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari
7

cahaya yang di serap sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet (Sastrohamidjojo,
2007)
Spektrofotometer UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200-
350nm) dan sinar tampak (350-800nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya UV atau VIS
(cahaya tampak) mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital
keadan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih rendah.
Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun campuran)
jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari cahaya masuk akan dipantulkan, sebagian
diserap dalam medium itu dan sisanya dit eruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang diteruskan
di nyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan konsentrasi sampel.
Hukum Beer menyatakan nilai absorbance cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi dan
ketebalan bahan /medium.
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara
sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh
cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam
bentuk angka digital ataupun grafik yang sudah diregresikan (Yahya S, 2013).

Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah
dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir
dapat berupa file JPG/PNG. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang
jelas, mulai dari awal bagaimana proses dan luarannya, dan indikator capaian yang ditargetkan.
Di bagian ini harus juga mengisi tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan
penelitian yang diusulkan.
METODE
Metode pelaksanaan penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan yaitu Sintesis MOFs Cu-
BDC untuk adsorpsi zat warna methyl red dan congo red di Laboratorium Pendidikan Kimia
FKIP UNIB pada bulan Februari 2021 s.d Maret 2022. Selanjutnya penelitian penerapannya akan
diimplementasikan dalam pembelajaran menggunakan e-modul untuk meningkatkan literasi
sains peserta didik, dilaksanakan di SMA Negeri pada tahun ajaran 2021/2022 semester genap
pada bulan April 2022

Sintesis MOFs Cu-BDC


Pada bagian ini dijelaskan tentang prosedur pembuatan Cu-BDC dengan metode
solvothermal sesuai dengan literature (Phan dkk., 2013 dalam Ade Wahyu, 2019) dengan
beberapa penyesuaian. 2 mmol Cu(NO3)2.3H2O (0,483 gram) dan 2 mmol H2BDC (0,332 gram)
dilarutkan ke dalam 40 ml DMF. Selanjutnya diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 10
menit. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam botol vial, lalu dimasukkan ke dalam autoclave
dimasukkan ke dalam oven dan dipanaskan pada temperatur 120 oC selama 24 jam. Setelah itu
botol vial dibiarkan mendingin di suhu ruang.
8

Cu-BDC yang telah selesai disintesis dengan metode solvothermal menghasilkan endapan
kristal berwarna biru toska, lalu endapan dicuci dengan DMF sebanyak 3 kali masing-masing 10
ml. Selanjutnya endapan dicuci dengan larutan kloroform sebanyak 3 kali dengan prosedur yang
sama. Larutan disaring dengan kertas saring yang diletakkan pada corong buchner sampai
mendapatkan endapan kering, lalu dipindahkan ke atas kaca arloji dan dipanaskan dengan oven
vakum pada temperatur 150oC selama 24 jam. Setelah kering, terbentuklah serbuk kristal Cu-
BDC.
Diagram alir penelitian secara umum dapat dilihat pada Gambar 2.

2 mmol Cu(NO3)2.3H2O + 2 mmol H2BDC +


40 ml DMF

Dimasukkan ke dalam autoklaf , dipanaskan


pada temperatur 120oC selama 24 jam

Cu-BDC dalam DMF

Dicuci 3 kali dengan DMF dan 3 kali dengan


kloroform dan dikeringkan di oven vakum pada
temperatur 160oC selama 24 jam

Serbuk Cu-BDC

Uji Degradasi Congo red Uji Degradasi Methyl red

Analisis

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian


9

Rancangan Implementasi Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and
Development/R&D). Penelitian pengembangan (Research and Development) adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti sehingga menghasilkan produk baru dan selanjutnya
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010).
Penelitian dan pengembangan bahan ajar kimia berbasis e-modul ini dilaksanakan dengan
model pengembangan ADDIE, yaitu: 1) tahap studi pendahuluan (analysis), 2) Tahap
Pengembangan melalui tahap perancangan (Design) dan tahap pengembangan (development),
dan 3) Tahap pengujian model melalui tahap implementasi (implementation), dan tahap evaluasi
(evaluation).

Gambar 4. Tahapan Model ADDIE


Berikut adalah penjabaran dari kelima tahapan pengembangan ADDIE:
1) Analysis,pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah pada pembelajaran kimia melalui
wawancara yang disebut dengan analisis kebutuhan (needs analysis). Selain itu juga
dilakukan analisis tugas (task analysis) yang terdiri dari: (1) analisis karakteristik pengguna,
(2) pengetahuan dan keterampilan awal siswa, (3) kompetensi yang perlu dimiliki, (4)
indikator keberhasilan tercapainya kompetensi, dan (5) Kondisi seperti apa yang diperlukan
siswa untuk mencapai kompetensi tersebut.
2) Design, tahap ini disebut dengan tahap membuat rancangan (blue print)/storyboard. Pada
tahap perancangan ini ditetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai; merancang
perangkat pembelajaran berupa rancangan Silabus, rancangan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), rancangan instrument pengukuran literasi sains siswa; dan rancangan
bahan ajar berupa e-modul serta melakukan evaluasi dengan cara mengidentifikasi berbagai
referensi yang akan digunakan dalam penyusunan model pembelajaran. Dalam pembuatan e-
modul yang bisa diakses dengan mobile phone dibuat dengan tekhnik dan kejelasan pesan
yang akan disampaikan serta sesuai dengan prinsip grafis, audio visual, daya tarik,
10

pemahaman, ketepatan feed back, petunjuk penggunaan. Semua rancangan pada tahap kedua
ini masih bersifat konseptual dan akan mendasari proses tahap pengembangan.
3) Development, pada tahap ini dilakukan pengembangan dari tahap desain dengan kegiatan
realisasi dari blue print/story board. Pada tahap ini rancangan bahan ajar e-modul
pembelajaran kimia siap diuji kelayakan dan efektifitasnya untuk menumbuhkan literasi sains
siswa sebagai calon pengguna.
4) Implementation, tahap implementasi dilakukan untuk mengecek kelayakan (validitas) produk.
Validasi produk dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama, 2 orang validasi ahli dan 1
orang validasi praktisi. Validasi ahli mencakup 1 orang validasi ahli materi dan 1 orang
validasi ahli media. Validasi ahli dan validasi praktisi dilakukan untuk menilai prototype awal
materi dan pembelajaran serta media sehingga diperoleh masukan untuk memperbaiki
prototype awal menjadi prototype 1. Kedua, melakukan uji coba terbatas kepada 10 orang
siswa. Hasil dari uji coba terbatas untuk mengevaluasi media pembelajaran kimia berbasis e-
modul dari segi keterbacaan, kemudahan penggunaan dan pemahaman materi. Selanjutnya,
dilakukan uji coba skala kecil pada 12 orang siswa untuk menguji keefektifan, kemenarikan,
dan efisiensi pembelajaran kemudian dilakukan evaluasi dan revisi untuk penyempurnaan
produk (prototype 2).
5) Evaluation, tahap evaluasi ini merupakan proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran
yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Tahap ini meliputi
penilaian terhadap implementasi media pembelajaran kimia berbasis e-modul dengan
melakukan klarifikasi data yang diperoleh dari hasil validasi ahli dan validasi praktisi berupa
tanggapan maupun saran, hasil uji coba terbatas siswa dan hasil uji coba skala kecil siswa
yang diperoleh dari hasil perbandingan pre-test dan post-test siswa, kemudian melakukan
perhitungan uji N-gain.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah maupun untuk menginterpretasikan
hasil uji coba produk media pembelajaran kimia berbasis e-modul untuk menumbuhkan literasi
sains siswa adalah teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis kualitatif digunakan
untuk menganalisis data berupa tangapan, komentar atau saran perbaikan dari validasi ahli
materi, validasi ahli media, validasi praktisi dan uji coba terbatas siswa.Teknik analisis
kuantitatif digunakan untuk menganalisis data hasil validasi, hasil uji coba terbatas dan hasil uji
evektivitas siswa.
Persentase Kelayakan
Analisis kuantitatif data hasil validasi menggunakan rumus persentase kelayakan sebagai
berikut.
∑X
P= x 100 %
∑ Xi

Keterangan:
P = Persentase kelayakan
11

∑ X = Jumlah skor yang diperoleh


∑ Xi = Jumlah skor maksimal
Penentuan kriteria kelayakan dan revisi produk dari hasil analisis data menggunakan rumus
persentasi dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1. Kriteria Kelayakan (diadopsi dari Wahyuni dan Puspasari, 2017)
Presentase Kriteria
0% – 20% Sangat Baik
21% - 40% Baik
41% - 60% Cukup
61% - 80% Kurang
81% - 100% Sangat Kurang

Uji N-Gain
Analisis data kuantitatif data untuk mengetahui efektifitas e-modul dalam pembelajaran
kimia untuk mengetahui peningkatan literasi sains siwa pada materi ion kompleks setelah
menggunakan bahan ajar berbasis e-modul yang dikembangkan peneliti dan model pembelajaran
Problem Based Learning yaitu menggunakan uji N-gain.
Rumus dari uji N-gain adalah sebagai berikut:

Spost−Spre
g=
Smax−Spre

Keterangan:
g = N-gain
Spost = Skor post-test
Spre= Skorpre-test
Smaxs = Skor maksimum soal
Hasil perhitungan N-gain tersebut kemudian dikategorikan dalam kriteria penilaian N-Gain
yang di kutip dari Meltzer (2002) dalam Fitriah, (2016) sebagai berikut.
Tabel 2. Kriteria Penilaian N-gain

Nilai Kriteria
g ≥ 0,7 Tinggi
12

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang


g < 0,3 Rendah

Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL

Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Konsultasi proposal dengan dosen
1
pembimbing
2 Penyiapan alat dan bahan MOFs
3 Sintesis MOFs Cu-BDC
Uji degradasi zat warna methyl red dan
4
congo red
Implementasi MOFs dalam pembelajaran
5
menggunakan e-modul
6 Pengolahan Data
7 Evaluasi dan Pembahasan
8 Pelaporan dan publikasi

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ayar A, Gezici O, Küçükosmanoglu M. Penghapusan adsorbsi metilen biru dan jingga


metil dari media berair oleh diaminoetana sporopollenin terkarboksilasi: pada kegunaan
fase padat-stasioner yang mengandung fungsi asam aminokarboksilat dalam teknik
kolom. J Hazard Mater 2007;146(1—2): 186–93.
2. Christina M., Mu'nisatun S, Rany Saptaaji, dan Djoko Marjanto. 2007. Studi
Pendahuluan Mengenai Degradasi Zat Warna Azo ( Metil Orange ) Dalam Pelarut Air
Menggunakan Mesin Berkas Elektron 350 keV/10 mA. JFN, Vol 1 No. 1 Mei 2007.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN: 31–44.
3. Fibonacci, Anita.2020.Literasi Sains Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Kimia.
Semarang : Penerbit Insan Cendekia Mandiri
4. Hardjono, Sastrohamidjojo. (2007). Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty
5. Kurnia, F., Zulherman, & Fathurohman, A. (2014). Analisis Bahan Ajar Fisika SMA
Kelas XI di Kecamatan Indralaya Utara berdasarkan Kategori Literasi Sains. Jurnal
Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 1 (1), 43-47.
13

6. Mahreni, Yuli Ristianingsih dan Nur Suhascaryo. 2020. Sintesis dan Aplikasi Material
Baru Kerangka Logam Organik (Metal Organik Framework, MOF). Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat : Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
7. Meltzer,David E. 2002. The Relationship Between Mathematics PreparationAnd
conceptual learning gain in physics:A possible inhidden Variablei in Diagnostic pretest
scores.Ames:Department of physics and Astronomy,Lowa State University.
8. Mulyani, H. R. A. 2013. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kontekstual Terhadap
Peningkatan Penguasaan Konsep Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Metro.Jurnal Bioedukasi,
Vol. 4 No. 2. Hal 114-121
10. OECD. (2013). PISA 2012 Assassement and Analytical Framework: Mathematics
Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy
11. O'Neil, M. J. 2001. The Merck Index - An Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and
Biologicals. 13th Edition. Whitehouse Station, NJ: Merck and Co. Inc. Hal: 1762
12. Parmita, Ade Wahyu Y. P. 2018. SINTESIS METAL-ORGANIC FRAMEWORKs (MOFs)
Cu-BDC DENGAN METODE ELEKTROSINTESIS SEBAGAI KATALIS UNTUK
PENGOLAHAN LIMBAH ZAT WARNA.Tesis: Program Studi Magister Ilmu dan Teknik
Material. Institut Teknologi Bandung
13. Phan, N. T. S., Nguyen, T. T., Nguyen, K. D., dan Vo, A. X. T. (2013). An open metal site
metal-organic framework Cu(BDC) as a promising heterogeneous catalyst for the
modified Friedlander reaction, Applied Catalysis A: General, 464-465, 128-135.
https://doi.org/10.1016/j.apcata.2013.05.034
14. PISA. 2015. The PISA 2003 Assessment Framework: Mathematics, Reading, Science and
Problem Solving Knowledge and Skills. Paris: OECD
15. Qin Q, Ma J, Liu K. Adsorpsi pewarna anionik pada MCM-41 yang difungsikan dengan
amonium. J Hazard Mater 2009;162(1):133–9.
16. Rahayu, Prapti dan Witri Wahyu Lestari.2016.Kajian Sintesis Dan Karakterisasi Metal-
Organic Frameworks Mof-5 Sebagai Material Penyimpan Hidrogen. W. W. Lestari, et
al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2016), no. 2, hal. 14-26
17. Raharjo, M. W. C., Suryati, S., & Khery, Y. (2017). PENGEMBANGAN E-MODUL
INTERAKTIF MENGGUNAKAN ADOBE FLASH PADA MATERI IKATAN KIMIA
UNTUK MENDORONG LITERASI SAINS SISWA. Hydrogen: Jurnal Kependidikan
Kimia, 5(1), 8-13
18. Robinson T, Chandran B, Nigam P. Penghapusan pewarna dari limbah pewarna tekstil
sintetis dengan biosorpsi pada apel pomace dan jerami gandum. Air Res
2002;36(11):2824–30
19. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta
20. Tapalad, T., Arthit N., and Sutasinee N. 2008. Degradation of Congo Red Dye by
Ozonation. Chiang Mai Journal Science, 35(1): 63-68
21. Wenning, C. J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific literacy.
Journal of Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24.
22. Wenning, C. J. (2006). Assessing nature-of-science literacy as one component of scientific
literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 3(4), 3-14.
14

23. Yahya, Sripatundita. 2013. JURNAL SPEKTROFOTOMETER-UV-VIS


1.
2.

Anda mungkin juga menyukai