Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul IPA Terpadu berbasis sains-
lingkunganteknologi-masyarakat (salingtemas) yang dipecahkan dengan penelitian
pengembangan model prosedural. Prosedur pengembangan sesuai dengan prosedur Borg dan
Gall yang disederhanakan menjadi lima langkah: 1) melakukan analisis produk yang akan
dikembangkan; 2) mengembangkan produk awal; 3) validasi ahli dan revisi; 4) uji coba lapangan
skala kecil dan revisi produk; 5) uji coba lapangan skala besar dan produk akhir. Berdasarkan
penilaian ahli materi, ahli media, dan guru IPA SMP/MTs modul IPA Terpadu yang
dikembangkan memiliki kualitas sangat baik dengan rincian 87,69% dari ahli materi, 76,78%
dari ahli media, dan 77,75% dari guru SMP/MTs. Respons siswa pada uji coba lapangan skala
kecil dan uji coba lapangan skala besar mendapatkan respons yang sangat setuju 78,75% dari uji
coba lapangan skala kecil dan 81,17% dari uji coba lapangan skala besar.
Abstract:
PENDAHULUAN:
Keseimbangan hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan sangat dituntut, agar
terjalin harmonisasi dalam kehidupan. Sesungguhnya keharmonisan hubungan manusia dan
lingkungan merupakan gambaran hi-dup yang sistemik, yang pada dasarnya untuk kepentingan
manusia itu sendiri (Akung, 2006). Oleh sebab itu, agar keharmonisan kehidupan dapat tercipta,
maka manusia harus bersikap dan berperilaku arif terhadap lingkungan (Ridwan, 2007). Salah
satu dari tujuan nasional bangsa Indonesia yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945
ialah “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” (Pembukaan UUD 1945). Sebagai wujud pelaksanaan
tujuan tersebut, diperlukan pembangunan nasional di bidang pendidikan yang diharapkan dapat
meningkatkan dan menyempurnakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang disesuaikan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, perkembangan masyarakat, tantangan global, serta
kebutuhan pembangunan (Sagala, Syaiful. 2008).
Fisika adalah ilmu yang dibutuhkan untuk pengembangan pembangunan bagi kesejahteraan
manusia. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, mata pelajaran fisika mendapatkan
alokasi waktu minimal 3 jam per minggu. Alokasi waktu tersebut harus dimanfaatkan dengan
baik agar pembelajaran berlangsung dengan efektif dan tidak membebani peserta didik. Fisika
sebagai salah satu ilmu sains merupakan mata pelajaran yang biasanya dipelajari dengan
pendekatan matematis sehingga hanya anak yang memiliki kecerdasan matematis saja yang
dapat menikmatinya. Pendekatan yang salah berimbas pada pencapaian hasil belajar yang kurang
memuaskan, padahal pembelajaran fisika diharapkan mampu dimengerti oleh tiap siswa tidak
hanya yang memiliki kecerdasan matematis saja. Agar tercapai efektivitas pembelajaran dan juga
seluruh peserta didik dapat memahami konsep, bantuan teknologi informasi dapat digunakan.
Dunia pada saat ini memasuki era teknologi informasi, dimana perkembangan teknologi berjalan
. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa ulama menempati posisi sangat penting di
masyarakat. Karena memiliki otoritas tidak hanya di bidang keagamaan, sosial, politik tetapi
juga pendidikan. Lembaga pendidikan eperti kuttab, masjid, madrasah dan lain-lain adalah
sumbangsih ulama. Melalui lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan dan kitab-kitab yang
ditulisnya, ulama bertindak sebagai penerjemah doktrin-doktrin islam yang otoritatif, dan
sekaligus sebagai jembatan dari proses transmisi nialai-nilai keagamaan, khususnya yang melalui
pendidikan. Dalam Islam, ulama memiliki beberapa peran sosial keagamaan. Pertama, sebagai
guru yang mengajarkan cara membaca al-Quran dan ajaran Islam. Kedua, sebagai penafsir ayat
alQuran untuk menjawab beberapa hal dalam masyarakat, dan sebagai hakim yang memutuskan
perkara jika ada perselisihan di antara kaum muslimin. Dan yang ketiga, sebagai mubaligh yang
berdakwah untuk meyebarluaskan ajaran Islam. Ulama sebagai ahli waris para nabi, memiliki
fungsi dan tanggung jawab yang cukup berat. Salah satu di antara fungsi ulama adalah
membimbing dan membina umat Islam. Dengan fungsi itu, ulama wajib mengajarkan ilmu yang
dimilikinya kepada seluruh masyarakat yang membutuhkannya.
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mutlak setiap manusia yang harus dipenuhi
sepanjang hidupnya. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas
manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan. Pengembangan kualitas manusia ini menjadi
keharusan, terutama dalam memasuki era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dewasa ini, agar generasi muda kita tidak menjadi korban dari globalisasi pengembangan itu
sendiri. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut telah lazim disebut dengan istilah pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam
suatu lingkungan belajar, proses dalam belajar, pengajaran, dan pembelajaran dalam belajar
adalah salah satu hal yang penting.
METODE:
Metode yang digunakan pengembangan atau Research and Development (R & D) model
prosedural, yakni model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus
diikuti untuk menghasilkan produk (Tim Puslitjaknov, 2008). Prosedur pengembangan
mengikuti prosedur Borg dan Gall (dalam tim Puslitjaknov, 2008) yang dapat dilakukan dengan
lebih sederhana dengan melibatkan lima langkah utama, yakni melakukan analisis produk yang
akan dikembangkan; mengembangkan produk awal; validasi ahli dan revisi; uji coba lapangan
skala kecil dan revisi produk; dan uji coba lapangan skala besar dan produk akhir (Tim
Puslitjaknov: 2008: 1). Gambar 1 menyajikan bagan prosedur penelitian yang dilakukan dalam
pengembangan modul IPA Terpadu Berbasis Salingtemas.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi tingkat pemahaman konsep adalah identifikasi
Certainty of Response Index (CRI). CRI merupakan ukuran tingkat keyakinan/kepastian
responden dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan (Salim dalam Ibrahim,
2010).
Metode yang digukan eksperimen adalah penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada
tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik”. Sesuai dengan pendapat
tersebut, penelitian yang dimaksud adalah mengadakan perlakuan terhadap sampel objek
penelitian untuk mengetahui apakah pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi (STL)
dapat mempengaruhi keterampilan proses sains (KPS) kimia siswa untuk mnejadi lebih baik.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan yang beralamat di Jl. Merdeka
Padangsidimpuan pada semester genap tahun pelajaran 2014-2015.
HASIL PEMBAHASAN
Hasil penelitian di peroleh dari 10 jurnal yang terkait dengan problematika mahasiswa dalam
sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian pengembangan yang dilakukan adalah tersusunnya Modul IPA Terpadu
Berbasis Salingtemas dengan Tema Teknologi Biogas. Pengembangan produk ini merupakan
perpaduan antara tiga mata pelajaran IPA yaitu fisika, kimia, dan biologi yang dikemas dalam
satu tema teknologi biogas. Modul berisi tiga kompetensi dasar yaitu: (1) menyelidiki tekanan
pada benda padat, cair dan gas; (2) membandingkan sifat unsur, senyawa dan campuran; (3)
mengaplikasikan peran manusia untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
menunjukkan peta konsep IPA Terpadu yang dapat dipelajari dari teknologi biogas.
Bagian-bagian pada modul IPA Terpadu Berbasis Salingtemas dengan Tema Teknologi Biogas,
antara lain: (1) Halaman muka/cover; (2) Kata pengantar; (3) Petunjuk penggunaan modul; (4)
Daftar isi; (5) Peta konsep; (6) Apersepsi dandeskripsi; (7) Tujuan pembelajaran; 8) Standar
Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator; (9) Materi pembelajaran, yang terdiri
dari peta konsep, uraian materi, contoh soal, uji pemahaman, tugas kelompok, percobaan
sederhana, latihan, rangkuman materi keseluruhan, evaluasi, kunci jawaban dan glosarium; (10)
Daftar pustaka. Gambar 3 menunjukkan cover dari modul yang dikembangkan. Berdasarkan
penilaian ahli materi, ahli media, dan guru IPA SMP/MTs modul IPA Terpadu yang
dikembangkan memiliki kualitas sangat baik (SB) dengan persentase 87,69% dari skor ideal
76,78% dari skor ideal (ahli media), dan 77,75% dari skor ideal (guru SMP/MTs). Sedangkan
untuk respon siswa pada uji coba lapangan skala kecil dan ujicoba lapangan skala besar
mendapatkan respon yang sangat setuju (SS) dengan persentase 78,75% dari skor ideal pada uji
coba lapangan skala kecil dan 81,17% dari skor ideal pada ujicoba lapangan skala besar.
Silabus, RPP, dan LKS digunakan sebagai acuan penyusunan E-Book . Sebelum divalidasi
pada tahap pengembangan, e-book terlebih dahulu ditelaah oleh beberapa dosen Fisika Unesa.
Dr. Wasis, M.Si adalah penelaah I dalam penelitian ini. Masukan yang diberikan terhadap e-
Book interaktif berbasis Salingtemas yang dikembangkan adalah perbaikan pada format
pembagian tulisan, penggunaan bahasa pada kompetensi dasar, peta konsep, contoh gambar,
studi kasus, dan penulisan. Berdasarkan masukan tersebut , Penelaah II dalam penelitian ini
adalah U. Alan Deta, S.Pd., M.Pd., M.Si. Masukan yang diberikan terhadap e-Book interaktif
berbasis Salingtemas yang dikembangkan adalah perbaikan pada kalimat majemuk, penamaan
gambar, penulisan simbol dan persamaan, serta kesesuaian ilustrasi dan gambar, Penelaah III
dalam penelitian ini adalah Abd. Kholiq, S.Pd., M.T. Masukan yang diberikan terhadap e-Book
interaktif berbasis Salingtemas yang dikembangkan adalah perbaikan pada sampul depan,
pembaharuan informasi lumpur lapindo, peta konsep, keterangan gambar, konsep, simpulan,
latihan soal, daftar pustaka, biodata penulis dan sampul belakang
Berdasarkan hasil peneliti dapat disimpuan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran literasi
sains dan teknologi terhadap hasil belajar kimia siswa pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit kelas X tahun ajaran 2014/2015. Selain itu juga terdapat pengaruh perkembangan
aspek keterampilan proses sains kimia siswa terhadap hasil belajar kimia siswa pada materi
larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X tahun ajaran 2014/2015, dan juga terdapat pengaruh
interaksi antara pembelajaran literasi sains dan teknologi dengan keterampilan proses sains kimia
siswa terhadap hasil belajar kimia siswa pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X
tahun ajaran 2014/2015.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian pengembangan ini yaitu telah berhasil
dikembangkan Modul IPA Terpadu berbasis salingtemas dengan tema teknologi biogas yang
memenuhi kriteria kualitas sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar. Kualitas Modul
IPA Terpadu berbasis salingtemas dengan tema teknologi biogas sangat baik (SB) berdasarkan
ahli materi, ahli media dan guru IPA SMP/MTs. Modul juga mendapatkan respon yang sangat
setuju (SS). Hal ini mengindikasikan bahwa modul IPA Terpadu yang dikembangkan dapat
diterima siswa sehingga layak digunakan sebagai salah satu sumber alternatif media
pembelajaran IPA Terpadu.
Saran saya sebagai penulis adalah hendaknya modul IPA Terpadu yang disusun secara
tematik ini akan lebih efektif bila digunakan di lingkungan yang ada teknologi sesuai tema, yaitu
teknologi biogas. Perlu dikembangkan modul IPA Terpadu dengan tema-tema yang lain sehingga
siswa punya banyak sumber belajar alternatif
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembina SMA. 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta:
Depdiknas
Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak.
Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press.
Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: DIVA Press. Sagala, Syaiful.
Remaja Rosdakarya.