Anda di halaman 1dari 23

I.

PENDAHULUAN

Uraian dalam pendahuluan meliputi: (1) latar belakang masalah, (2)


rumusan masalah, (3) tujuan, (4) manfaat penelitian, dan (5) luaran penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah


Ilmu pengetahuan alam yang sering disebut juga dengan istilah Sains
merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan dasar
termasuk pada jenjang sekolah dasar. Mata pelajaran IPA merupakan salah satu
mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Anggapan ini telah
ter
Pembelajaran pada abad ke-21 sebagai abad belajar menuntut perubahan
paradigma belajar. Perubahan paradigma tersebut tercermin dalam perubahan
pandangan terhadap belajar dan mengajar yang lebih menekankan pada dimensi
sosial dan konstruktivistik. Gu & Wang (2006: 59) mengemukakan: “A changing
view of learning and teaching has been prevalent around the world, with a
greater emphasis on social and constructivist dimensions.” Konsep-konsep
belajar saat ini yang diperoleh berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
diperlukan untuk membelajarkan pebelajar menghadapi abad belajar. Shambaugh
& Magliaro (2006) menuliskan lima tema utama belajar yang telah muncul dari
penelitian-penelitian sejak tiga puluh tahun yang lalu sebagai konsep belajar saat
ini, yakni (1) organizing knowledge in memory, (2) solving problems, (3)
developing learners, (4) learning how to learn, dan (5) living and learning in the
world. Kesuksesan individu dalam dunia kerja pada abad ke-21 tidak cukup hanya
berpengetahuan luas saja, tetapi juga bagaimana menyimpan pengetahuan saat ini,
mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah baru, dan berfungsi sebagai
anggota tim. Hal ini dikemukakan oleh Artinio (2008) sebagai berikut. ”To be
successful in the workplace of the 21th century, individuals must not only have an
extensive store of knowledge, but also must know how to keep that knowledge
current, apply it to solve novel problems, and function as a member of team”
(Artinio, 2008: 2).

1
Untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka setiap dosen di perguruan tinggi
dalam mengampu mata kuliah, termasuk mata kuliah metodologi penelitian,
sebaiknya memilih strategi pembelajaran yang tepat dan menggunakan media
serta sumber belajar yang memudahkan mahasiswa belajar. Tegeh (2013:129)
mengemukakan bahwa ”salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung
perubahan paradigma pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai sumber belajar”.
Pembelajaran diarahkan kepada pemberdayaan mahasiswa untuk memenuhi
tuntutan yang semakin kompleks. Segala permasalahan yang dihadapi oleh dosen
dalam mengampu mata kuliah hendaknya ditemukenali, untuk selanjutnya
dicarikan solusi pemecahannya melalui kegiatan penelitian.
Salah satu mata kuliah penting yang mengalami beberapa pemasalahan
adalah mata kuliah Metodologi Penelitian. Mata kuliah ini dikatakan penting
karena merupakan mata kuliah yang memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada mahasiswa bagaimana merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan
penelitian. Mata kuliah ini diberikan kepada seluruh mahasiswa strata 1 (S1) dan
strata 2 (S2) di lingkungan Undiksha. Pada akhir program seluruh mahasiswa
diwajibkan menulis karya ilmiah berupa skripsi bagi mahasiswa S1 dan tesis bagi
mahasiswa S2.
Hasil observasi terhadap hasil karya skripsi dan tesis mahasiswa serta
penelitian dosen tahun 2006-2009 Universitas Pendidikan Ganesha menunjukkan
bahwa karya-karya tersebut masih berkutat hanya pada pengembangan teori atau
pembuktian teori. Mahasiswa dan dosen Undiksha belum banyak yang secara
khusus meneliti untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu produk. Produk
dalam kaitannya dengan pendidikan dan pembelajaran dapat berupa kurikulum,
model pembelajaran, sistem managemen, lembar kerja mahasiswa, bahan/media
pembelajaran dan lain-lain. Padahal dengan mampu menghasilkan produk
pendidikan/pembelajaran yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, secara tidak langsung Undiksha sebenarnya sudah dapat
menunjukkan eksistensinya di masyarakat.
Untuk dapat mengembangkan produk-produk pendidikan/pembelajaran
yang layak untuk dimanfaatkan dan sesuai dengan kebutuhan, maka perlu kiranya
dosen dan mahasiswa Undiksha melakukan penelitian pengembangan (research

2
and development). Penelitian seperti ini akan lebih memfokuskan tujuan untuk
menghasilkan dan mengembangkan produk yang layak digunakan dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Sejak tahun 2010 para mahasiswa jurusan
Teknologi Pendidikan mulai mencoba melakukan penelitian pengembangan.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa
belum menguasai metode penelitian pengembangan. Berdasarkan pengalaman
mengampu mata kuliah metodologi penelitian pendidikan, membimbing skripsi,
dan membimbing ekstrakurikuler karya ilmiah diketahui bahwa kemampuan
mahasiswa dalam melakukan penelitian pengembangan masih rendah. Hal
tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor. Pertama, materi perkuliahan pada mata
kuliah Metodologi Penelitian kurang menyentuh metode penelitian
pengembangan dan lebih banyak membahas metode penelitian kuantitatif dan
kualitatif. Kedua, buku-buku tentang metode penelitian yang beredar selama ini
lebih banyak mengupas tentang metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Ketiga, buku ajar yang mengupas tentang model-model penelitian pengembangan
langka dan konteksnya berbeda, padahal untuk dapat merancang dan
melaksanakan penelitian pengembangan diperlukan pengetahuan dan pemahaman
tentang model-model penelitian pengembangan.
Berdasarkan kenyataan tersebut, dikhawatirkan penelitian pengembangan
akan mengalami perkembangan yang lambat, sehingga akan berimplikasi terhadap
rendahnya kemampuan mahasiswa melakukan penelitian pengembangan. Padahal,
selain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan eksperimen semu, upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui penelitian
pengembangan. Menghadapi kenyataan demikian, maka penting dan mendesak
dilakukan suatu penelitian pengembangan yang dapat menghasilkan buku ajar
model penelitian pengembangan, yang dapat digunakan baik oleh dosen maupun
mahasiswa serta masyarakat yang membutuhkannya. Penelitian yang berjudul
”Pengembangan Buku Ajar Model Penelitian Pengembangan dengan Model
ADDIE” merupakan langkah penting yang perlu ditindaklanjuti dan
diimplementasikan di lapangan.

1.2 Rumusan Masalah

3
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan dua
rumusan masalah sebagai berikut. (1) Bagaimana proses rancang bangun
pengembangan buku ajar model penelitian pengembangan dengan model ADDIE?
(2) Bagaimana hasil validasi buku ajar model penelitian pengembangan yang
menggunakan model ADDIE?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian pengembangan
ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) proses rancang bangun pengembangan
buku ajar model penelitian pengembangan dengan model ADDIE dan (2) hasil
validasi buku ajar model penelitian pengembangan yang menggunakan model
ADDIE.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis
dan praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah memberikan sumbangan bagi
dunia pendidikan dalam hal peningkatan kualitas penelitian pengembangan
melalui pengenalan berbagai model penelitian pengembangan. Manfaat praktis
penelitian ini dapat dilihat dari sasarannya, yakni bagi mahasiswa, bagi dosen, dan
bagi peneliti lain. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat
yang penting dalam hal penyediaan bahan ajar perkuliahan metodologi penelitian
pendidikan dalam bentuk buku ajar, sehingga memudahkan untuk memahami
model-model penelitian pengembangan. Bagi dosen, hasil penelitian ini sangat
bermanfaat untuk memudahkan mengajarkan materi penelitian pengembangan
kepada mahasiswa, sehingga diharapkan berimplikasi pada peningkatan proses
dan hasil pembelajaran. Bagi mahasiswa dan dosen, buku ajar ini dapat dijadikan
salah satu referensi dalam mempelajari penelitian pengembangan. Bagi peneliti
lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi untuk merancang dan
melaksanakan penelitian pengembangan.

1.4 Luaran Penelitian

4
Kegiatan penelitian ini diharapkan menghasilkan luaran berupa (1) bahan
ajar model penelitian pengembangan dalam bentuk buku ajar dan (2) artikel yang
siap dipublikasikan di jurnal nasional setidak-tidaknya yang telah memiliki ISSN.
Luaran yang pertama diharapkan dapat dijadikan salah sumber belajar dalam
pembelajaran metodoogi penelitian. Luaran kedua dapat dijadikan sarana
diseminasi hasil penelitian, sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.

II. KAJIAN PUSTAKA


Pada bagian kajian pustaka dipaparkan tiga hal pokok, yaitu (1) hakikat
penelitian pengembangan, (2) bahan ajar, dan (3) model ADDIE.

2.1 Hakikat Penelitian Pengembangan


Dalam upaya mencari strategi pemecahan masalah yang berbasiskan fakta-
fakta empirik, banyak pendidik kadang-kadang tidak bisa membedakan apakah
kegiatan yang sedang dilakukan merupakan suatu penelitian atau bukan. Untuk
mengatasi masalah di atas, Gephart (dalam Ardhana, 1998) mengusulkan
taksonomi (klasifikasi) strategi pemecahan masalah yang memiliki bentuk sama,
tetapi memiliki tujuan yang berbeda. Ketiga strategi tersebut adalah: penelitian,
evaluasi, dan pengembangan. Ketiganya memiliki banyak persamaan, di samping
tentu saja perbedaan, terutama dilihat dari segi tujuan yang ingin dicapai. Setidak-
tidaknya ada empat persamaan yang dapat diidentifikasikan.
1. Ketiganya merupakan suatu strategi yang bertujuan. Artinya, setiap strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Hanya saja masing-masing memiliki
tujuan yang berbeda. Tujuan utama penelitian adalah menciptakan
pengetahuan yang dapat diterapkan secara umum. Tujuan utama evaluasi
adalah memberikan informasi dalam upaya pengambilan keputusan,
sedangkan tujuan utama pengembangan adalah menghasilkan piranti (tools)
dan prosedur yang diperlukan dalam melakukan sesuatu pekerjaan.
2. Ketiga strategi ini memiliki landasan empirik, artinya setiap strategi
melibatkan pengumpulan dan mencatatkan hasil-hasil observasi langsung
dalam upaya mendapatkan data atau bukti-bukti empirik.

5
3. Ketiga strategi ini saling berhubungan dan saling berinteraksi (interaktif)
dalam upaya untuk mengatasi masalah-masalah nyata di lapangan. Memenuhi
kebutuhan pendidikan memerlukan penciptaan pengetahuan yang dapat
digeneralisasikan (penelitian), memilih alternatif-alternatif (evaluasi), dan
penciptaan piranti atau prosedur (pengembangan).
4. Ketiga strategi tersebut dapat diuraikan dalam empat tingkatan wacana atau
pembahasan yang berbeda. Artinya, ketiganya dapat dilukiskan secara abstrak
dan umum (tingkat filsafat ilmu dan metodologi umum) atau dari segi yang
bersifat spesifik dan khusus.

Untuk lebih mudah memahami ciri-ciri penelitian, evaluasi, dan


pengembangan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Ciri-ciri Penelitian, Evaluasi, dan Pengembangan
Dimensi Penelitian Evaluasi Pengembangan

Tujuan Membangun basis Memudahkan Memberikan


pengetahuan pengambilan piranti bagi praktik
masyarakat keputusan dalam pendidikan
program-program
pendidikan
Proses Identifikasi masalah; Identifikasi Penetapan fungsi;
Rancangan keputusan; Rancangan sistem
penelitian; Spesifikasi ideal;
Pengumpulan data; parameter Pengumpulan
Analisis data; keputusan; informasi; Saran-
Laporan Rancangan evaluasi; saran mengenai
Pengumpulan data; sistem alternatif;
dan Pelaporan Pemilihan
keputusan yang
mungkin
dilaksanakan;
Pengujian
rancangan;
Pelaksanaan
keputusan;
Membangun
standar unjuk kerja
Produk Pengetahuan yang Informasi untuk Prosedur atau
dapat suatu keputusan produk yang dapat
digeneralisasikan tertentu dilaksanakan
Kriteria Standar Relevansi Standar unjuk

6
kecermelangan keputusan, kerja, perbedaan
ilmiah kekomprehensifan, fungsi biaya,
kredibilitas, banyaknya hasil
kehematan waktu, yang tidak
keefisienan, standar diinginkan pada
objektivitas ilmiah produk
Sumber: Ardhana (1998)

Setelah diperoleh gambaran tentang perbedaan ketiga hal tersebut,


selanjutnya dipaparkan apa yang dimaksud dengan penelitian pengembangan.
Soenarto (2005) memberikan batasan tentang penelitan pengembangan sebagai
suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan
digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian pengembangan adalah
upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi,
media, alat dan atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi
pembelajaran di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji teori. Pengertian
yang hampir sama juga dikemukakan oleh Borg & Gall (1983) bahwa penelitian
pengembangan sebagai usaha untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-
produk yang akan digunakan dalam pendidikan. Seel & Richey (1994) juga
memberikan pengertian pengembangan sebagai proses penerjemahan spesifikasi
desain ke dalam bentuk fisik. Pengembangan atau sering disebut juga sebagai
penelitian pengembangan, dilakukan untuk menjembatani antara penelitian dan
praktik pendidikan (Ardhana, 2002).
Penelitian Pengembangan Inovasi Pembelajaran dapat dilakukan melalui
beberapa cara yaitu: 1) Penelitian Tindakan Kelas, 2) Penelitian Eksperimen
Semu, dan 3) Penelitian Pengembangan (Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi
Pendidikan, 2008). Penelitian dan pengembangan atau Research and Development
(R&D) atau sering disebut „pengembangan“ adalah strategi atau metode
penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik pembelajaran. Yang
dimaksud dengan Penelitian dan Pengembangan adalah rangkaian proses atau
langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau
memperbaiki produk-produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan
(Direktorat Tenaga Kependidikan dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, 2008). Santyasa (2009) mengemukakan

7
bahwa penelitian pengembangan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran
memiliki karakteristik sebagai berikut.
(1) Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan
upaya inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai
pertanggungjawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan
kualitas pembelajaran.
(2) Pengembangan model, pendekatan, dan metode pembelajaran serta media
belajar yang menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
(3) Proses pengembangan produk validasi yang dilakukan melalui uji ahli dan uji
lapangan secara terbatas perlu dilakukan, sehingga produk yang dihasilkan
bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan,
validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara
jelas, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik.
(4) Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media
pembelajaran perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara
sistematis sesuai dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.

2.2 Bahan Ajar


Pembelajaran di perguruan tinggi mempunyai nuansa yang berbeda
dengan pembelajaran pada jenjang sebelumnya. Sastrawijaya (1988)
mengemukakan pandangan tentang proses belajar-mengajar di perguruan tinggi.
Menurutnya, pengajaran di perguruan tinggi adalah profesi yang penting, untuk
itu harus dipikirkan secara sungguh-sungguh apa yang mungkin dilakukan untuk
hari depan. Pembelajaran di perguruan tinggi adalah pembelajaran andragogis
karena pebelajar (mahasiswa) adalah orang-orang dewasa yang mempunyai
pengalaman-pengalaman sebagai bahan diskusi dan memiliki kemampuan dan
kemandirian untuk belajar. Dalam menyikapi hal ini peran dosen sebagai
fasilitator dalam pembelajaran sangat diperlukan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan dosen sebagai fasilitator adalah menyusun bahan ajar sebagai salah satu
sumber belajar bagi mahasiswa, di samping sumber belajar lainnya.
Bahan ajar digunakan untuk membantu dosen dan mahasiswa dalam
pembelajaran, sehingga dosen tidak perlu terlalu banyak menyajikan materi di

8
kelas. Hal ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dosen dan mahasiswa.
Bagi dosen, kesempatan untuk membimbing mahasiswa menjadi lebih banyak.
Bagi mahasiswa, bahan ajar merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
memudahkan dirinya belajar.
Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi perkuliahan yang disusun
secara sistematis yang digunakan dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan
(Pannen dan Purwanto, 2001). Bahan ajar dapat berwujud modul, lembar kerja
mahasiswa, buku ajar, handout, dan lain sebagainya. Bahan ajar mempunyai
struktur dan urutan yang sistematis, menjelaskan tujuan instruksional yang akan
dicapai, memotivasi mahasiswa untuk belajar, mengantisipasi kesukaran belajar
mahasiswa dalam bentuk penyediaan bimbingan bagi mahasiswa untuk
mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan yang banyak bagi mahasiswa,
menyediakan rangkuman, dan secara umum berorientasi kepada mahasiswa secara
individual (learner oriented). Biasanya, bahan ajar bersifat „mandiri“, artinya
dapat dipelajari oleh mahasiswa secara mandiri karena sistematis dan lengkap.
Bahan ajar berbeda dengan buku teks. Perbedaan antara bahan ajar dan
buku teks tidak hanya terletak pada format, tata letak dan perwajahannya, tetapi
juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunannya. Buku
teks biasanya ditulis dengan orientasi pada struktur dan urutan berdasarkan bidang
ilmu (content oriented) untuk dipergunakan oleh dosen dalam mengajar (teaching
oriented). Sangat jarang buku teks dipegunakan untuk belajar mandiri, karena
memang tidak dirancang untuk itu. Dengan demikian, penggunaan buku teks
memerlukan dosen yang berfungsi sebagai penerjemah yang menyampaikan isi
buku tersebut kepada mahasiswa.
Penyusunan bahan ajar adalah karakteristik dari sistem instruksional,
dimana pun proses instruksional terjadi, baik dalam sistem belajar jarak jauh
maupun dalam sistem perkuliahan tatap muka. Bahan ajar disusun berdasarkan
pada tujuan instruksional yang hendak dicapai, kebutuhan mahasiswa, Garis Besar
Program Perkuliahan, dan kontrak perkuliahan.
Penyusunan bahan ajar dapat dilakukan dosen melalui beragam cara, dari
yang termurah sampai yang termahal, dari yang paling sederhana sampai yang
tercanggih. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh oleh dosen dalam

9
menyusun bahan ajar, yaitu: (1) menulis sendiri (starting from scratch), (2)
pengemasan kembali informasi (information repackaging atau text
transformation), dan (3) penataan informasi (compilation atau wrap around text)
(Panen dan Purwanto, 2001).

2.3 Model ADDIE


Dalam pengembangan desain pembelajaran terdapat beberapa model yang
dapat digunakan, misalnya model Degeng (1990), Instructional System (Banathy,
1968), Instructional Design Process (Kemp, 1985), Instructional Develompment
Model (AECT, 1985), Rancangan Pembelajaran (Dick & Carey, 1990), ADDIE
Model (Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation Model)
(Anglada, 2007), dan lain-lain. Model-model pengembangan desain pembelajaran
tersebut pada intinya menggunakan pendekatan sistem dan memiliki tujuan yang
sama, yaitu untuk menghasilkan produk pembelajaran yang efektif dan efisien.
Andrews & Goodson (dalam Ardhana & Willis, 1989 ) mengemukakan empat
tujuan Model Desain Pembelajaran Sistematik sebagai berikut.
(1) Meningkatkan belajar dan pembelajaran dengan jalan pemecahan masalah
dan umpan balik karakteristik dan pendekatan sistematik.
(2) Meningkatkan manajemen desain dan pengembangan pembelajaran
dengan jalan memonitor dan mengontrol fungsi pendekatan sistem.
(3) Meningkatkan proses evaluasi dengan jalan mendesain komponen dan
rangkaian kejadian, memasukkan umpan balik dan merevisi kejadian, yang
melekat dalam model desain pembelajaran sistematik.
(4) Mengetes dan membangun teori belajar dan pembelajaran dengan jalan
desain berdasarkan teori dalam model desain pembelajaran sistematik.
Setiap model pengembangan desain pembelajaran mempunyai kelebihan
dan kekurangan, sehingga tidak ada model yang tepat atau sesuai untuk semua
keperluan. Gustafson (1981:29) mengemukakan:
Instructional system models are characterized by four key feature:
large scale team development, linear development, wide distribution
of the results of the development, and a problem solving orientation.
The models usually begin with a data collection phase to determine
the feasibility and desirability of developing an instructional solution
to a “problem.”

10
Kang (2004) mengemukakan bahwa desain dan pengembangan
pembelajaran adalah sebuah kawasan bebas yang mengalami sejarah relatif
singkat. Para pendidik dan pendesain pembelajaran telah membuat usaha-usaha
untuk mengembangkan pendekatan dan model desain pembelajaran dengan teori
sistem umum dan konsep dasar pendirian, sebagaimana telah dikenal sebagai
desain sistem pembelajaran (instructional system design). Apa yang diungkapkan
oleh Kang (2004) secara inflisif termasuk di dalamnya adalah rancangan desain
pembelajaran ADDIE Model yang menggunakan pendekatan sistem.
Banathy (1968) mengemukakan bahwa pengembangan sistem
pembelajaran adalah operasi pembuatan keputusan (a decision making operation).
Keputusan harus membuat tentang apa yang akan dipelajari, bagaimana, oleh
siapa, kapan, dan dimana. Banathy menggambarkan ikhtisar struktur
pengembangan sistem pembelajaran sebagai berikut.

System Design
Objectives the System

Implement, Test,
and Change to
Improve

Gambar 1 Ikhtisar Struktur Pengembangan Sistem Pembelajaran


(Diadaptasi dari Banathy, 1968: 27)

Operasi pembuatan keputusan sebagaimana dimaksud oleh Banathy


(1968), juga dilakukan dalam langkah-langkah ADDIE Model. Ada pun langkah-
langkah model rancangan pembelajaran menurut ADDIE Model adalah tahap: (1)
analisis (analyze), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (development),(4)
implementasi (implementation), dan (5) evaluasi (evaluation).

11
Berkaitan dengan rencana desain pembelajaran, Kemp (1977)
mengemukakan bahwa rencana desain pembelajaran didesain untuk memenuhi
jawaban tiga pertanyaan, dimana mungkin meliputi elemen penting teknologi
pembelajaran. Ketiga pertanyaan tersebuat adalah sebagai berikut.
(1) What must be learned? (objectives)
(2) What procedures and resources will work best to reach the desired learning
level? (activities and resources)
(3) How will we know when the required learning has taken place? (evaluation)
Untuk memilih model mana yang akan digunakan dalam mengembangkan
desain pembelajaran, maka para pengembang desain pembelajaran memiliki
pertimbangan-pertimbangan atau alasan-alasan tertentu. Suparman (1997)
mengemukakan bahwa pemilihan model tergantung pada kondisi atau
karakteristik bidang studi.
Penggunaan ADDIE Model dalam pengembangan media pembelajaran ini
didasarkan pada beberapa alasan.
(1) Teori pembelajaran yang mendasari ADDIE Model adalah teori pembelajaran
preskriptif. Degeng (2001) mengemukakan bahwa teori pembelajaran
preskriptif berupaya menpreskripsikan metode pembelajaran yang optimal
untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Teori ini berurusan
dengan penetapan metode pembelajaran setelah dua variabel lainnya: kondisi
dan hasil pembelajaran diketahui. Metode pembelajaran apa pun yang
ditetapkan haruslah yang paling baik (optimal) untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
(2) Model ini telah memenuhi empat karakteristik yang harus dimiliki dalam
pengembangan pembelajaran, yaitu: (a) mengacu pada tujuan, (b) terdapat
keserasian dengan tujuan, (c) sistematik, dan (d) berpedoman pada evaluasi
(Miarso, 1987).
(3) Model ini menggunakan pendekatan sistem dengan langkah-langkah
pengembangan yang teratur dan sistematis serta dapat digunakan untuk
merancang pembelajaran secara klasikal maupun individual.
(4) Model ini dapat digunakan untuk pengembangan bahan pembelajaran pada
ranah informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan psikomotor,

12
dan sikap, sehingga dipandang sangat sesuai untuk pengembangan buku ajar
model penelitian pengembangan.

III. METODE PENELITIAN


Pada metode penelitian ini akan dipaparkan secara berturut-turut tentang
model pengembangan, prosedur pengembangan, dan uji coba produk.

3.1 Model Pengembangan


Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan ini adalah
Model ADDIE yang merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik.
Romiszowski (1996) mengemukakan bahwa pada tingkat desain materi
pembelajaran dan pengembangan, sistematik sebagai aspek prosedural pendekatan
sistem telah diwujudkan dalam banyak praktik metodologi untuk desain dan
pengembangan teks, materi audiovisual, dan materi pembelajaran berbasis
komputer. Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini
dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoretis desain
pembelajaran. Model ini disusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan
yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan
sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar. Model
ini terdiri atas lima langkah, yaitu: (1) analisis (analyze), (2) perancangan
(design), (3) pengembangan (development),(4) implementasi (implementation),
dan (5) evaluasi (evaluation). Secara visual tahapan ADDIE Model dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut ini.

13
Analyze

Implement Evaluate Design

Develop

Gambar 2. Tahapan Model ADDIE (Sumber: Anglada, 2007)

3.2 Prosedur Pengembangan


Dalam pengembangan buku ajar ini, prosedur pengembangan yang
dilakukan terdiri atas beberapa tahap. Tahap-tahap pengembangan dipaparkan
dalam uraian berikut ini.

1. Tahap I Analisis (Analyze)


Tahap analisis (anayize) meliputi kegiatan sebagai berikut: (a) melakukan
analisis kompetensi yang dituntut kepada peserta didik; (b) melakukan analisis
karakteristik peserta didik tentang kapasitas belajarnya, pengetahuan,
keterampilan, sikap yang telah dimiliki peserta didik serta aspek lain yang terkait;
(c) melakukan analisis materi sesuai dengan tuntutan kompetensi.

2. Tahap II Perancangan (Design)


Tahap perancangan (design) dilakukan dengan kerangka acuan sebagai
berikut. (a) Untuk siapa pembelajaran dirancang? (peserta didik); (b) Kemampuan
apa yang Anda inginkan untuk dipelajari? (kompetensi); (c) Bagaimana materi
pelajaran atau keterampilan dapat dipelajari dengan baik? (strategi pembelajaran);
(d) Bagaimana Anda menentukan tingkat penguasaan pelajaran yang sudah
dicapai? (asesmen dan evaluasi). Pertanyaan tersebut mengacu pada 4 unsur
penting dalam perancangan pembelajaran, yaitu peserta didik, tujuan, metode, dan

14
evaluasi (Kemp, et al., 1994). Berdasarkan pertanyaan tersebut, maka dalam
merancang pembelajaran difokuskan pada 3 kegiatan, yaitu pemilihan materi
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tuntutan kompetensi, strategi
pembelajaran, bentuk dan metode asesmen dan evaluasi.

3. Tahap III Pengembangan (Development)


Tahap ketiga adalah kegiatan pengembangan (development) yang meliputi
kegiatan penyusunan buku ajar model penelitian pengembangan. Kegiatan
pengumpulan bahan materi, pembuatan gambar-gambar ilustrasi, pengetikan, dan
lain-lain mewarnai kegiatan pada tahap pengembangan ini.

4. Tahap IV Implementasi (Implementation)


Kegiatan tahap keempat adalah implementasi (implementation). Hasil
pengembangan diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap kualitas pembelajaran yang meliputi keefektifan, kemenarikan, dan
efisiensi pembelajaran.

5. Tahap V Evaluasi (Evaluation)


Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi (evaluation) yang meliputi
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk
mengumpulkan data pada setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan
dan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir program untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran secara
luas. Dalam penelitian ini hanya dilakukan evaluasi formatif, karena jenis evaluasi
ini berhubungan dengan tahapan penelitian pengembangan untuk memperbaiki
produk pengembangan yang dihasilkan. Sesuai dengan Gambar 2, maka evaluasi
dalam model ADDIE telah dilakukan tahap demi tahap. Pada tahap
pengembangan misalnya, dilakukan validasi buku ajar oleh ahli isi, ahli media,
dan ahli desain pembelajaran. Pada tahap implementasi produk buku ajar diberi
masukan oleh para mahasiswa dan dosen pengampu mata kuliah metodologi
penelitian.

15
3.3 Uji Coba Produk
Uji coba produk dalam penelitian pengembangan ini terdiri atas: (1)
rancangan uji coba, (2) subyek coba, (3) jenis data, (4) instrumen pengumpulan
data, dan (5) teknik analisis data.

1. Rancangan Uji Coba


Produk berupa buku ajar model penelitian pengembangan sebagai hasil
dari pengembangan ini diuji tingkat validitasnya. Tingkat validitas produk
pengembangan diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji coba yang
dilaksanakan melalui beberapa tahap, yakni: (1) review oleh ahli isi bidang studi,
(2) review oleh ahli desain dan, (3) review oleh ahli media pembelajaran. Kegiatan
uji coba produk dilakukan dengan rancangan uji coba sebagai berikut.

16
LANGKAH UJI COBA INSTRUMEN SUBYEK COBA

Draf I Pengembangan Angket tanggapan (Format A) Ahli isi

Masukan
Revisi Draf I para ahli

Angket tanggapan Ahli desain


Draf II Pengembangan (Format B)

Revisi Masukan
Draf II ahli desain

Angket tanggapan Ahli media


Draf III Pengembangan
(Format C)

Revisi Draf Masukan


III ahli media

Masukan Dosen dan Mahasiswa


Revisi Draft
IV
DrafGambar 5 Rancang
IV Produk Pengembangan Angket tanggapan
Dosen dan
(Format D),
Mahasiswa
Lembar observasi,
pedoman
wawancara
Draft V Produk Pengembangan

Gambar 3. Rancangan Uji Coba

2. Subyek Coba
Subyek coba pada tahap ini adalah satu orang ahli isi mata kuliah, satu

orang ahli desain pembelajaran, dan satu orang ahli media pembelajaran. Ahli isi

mata kuliah dalam penelitian pengembangan ini adalah Dr. Nyoman Parwati,

M.Pd. Ahli desain pembelajaran yang diminta kesediannya untuk me-review draf

17
buku ajar model penelitian pengembangan adalah Dr. I Wayan Sukra Warpala,

M.Sc. dan ahli media pembelajaran Dr. I Made Kirna, M.Si. Beliau adalah

teknolog pembelajaran di Undiksha Singaraja. Subjek coba terakhir adalah dosen

pengampu mata kuliah metodologi penelitian, yakni Prof. Dr. Anak Agung Gede

Agung, M.Pd. dan mahasiswa semester VI yang mengambil mata kuliah

metodologi penelitian.

3. Jenis Data

Data-data yang dikumpulkan melalui pelaksanaan evaluasi formatif

dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: (1) data evaluasi tahap pertama

berupa data hasil uji ahli isi mata pelajaran, (2) data evaluasi tahap kedua berupa

data hasil uji ahli desain pembelajaran, (3) data evaluasi tahap ketiga berupa data

hasil uji ahli media pembelajaran, dan (4) data evaluasi tahap keempat berupa data

hasil uji coba lapangan.

Seluruh data yang diperoleh dikelompokkan menurut sifatnya menjadi

dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil

review ahli isi bidang studi melalui angket tanggapan (format A), hasil review ahli

desain pembelajaran (format B) hasil review ahli media pembelajaran melalui

angket tanggapan (format C), dan hasil review dosen dan mahasiswa (format D)

yang diperoleh melalui angket terbuka. Data kuantitatif diperoleh melalui angket

tertutup.

18
4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner.

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

pengembangan ini adalah lembar kuesioner atau angket. Lembar kuesioner

digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi bidang studi, ahli

desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, mahasiswa, dan dosen.

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan dua teknik analisis data,

yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

a. Analisis Deskriptif Kualitatif

Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data

hasil review ahli isi mata kuliah, ahli desain pembelajaran, dan ahli media

pembelajaran, dosen, dan mahasiswa. Teknik analisis data ini dilakukan dengan

mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan,

tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis

data ini kemudian digunakan untuk merevisi produk pengembangan.

b. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui

angket dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk

menghitung persentase dari masing-masing subyek adalah sebagai berikut.

∑ (Jawaban x bobot tiap pilihan)


Persentase = x 100%
n x bobot tertinggi
Keterangan:

19
∑= jumlah
n = jumlah seluruh item angket

Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus:


Persentase = F : N
Keterangan: F = jumlah persentase keseluruhan subyek
N = banyak subyek

Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan


sebagai berikut.
Tabel 2. Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 4
Tingkat Kualifikasi Keterangan
Pencapaian
90% - 100% Sangat baik Tidak Perlu Direvisi
75% - 89% Baik Direvisi Seperlunya
65% - 74% Cukup Cukup Banyak Direvisi
55% - 64% Kurang Banyak Direvisi
0 - 54% Sangat Kurang Banyak Sekali yang Direvisi

20
Daftar Pustaka

Anglada, D. 2007. ”An Introduction to Instructional Design: Utilizing a Basic


Design Model”. Tersedia pada http://www.pace.edu/ctlt/newsletter
(diakses tanggal 17 Sepember 2007).

Artinio, A. R. Jr. 2008. A brief analysis of research on problem-based learning.


(Online),
(http://eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/00000
19b/80/3d/e9/db.pdf, diakses 25 April 2009).

Ardhana, I W. 2002. Konsep Penelitian Pengembangan dalam Bidang Pendidikan


dan Pembelajaran. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional
Angkatan II Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan
Pembelajaran, Malang, 22-24 Maret.

Ardhana, I W. 1998. Metodologi Penelitian dan Pengembangan. Bahan Sajian


Program Pendidikan Akta Mengajar III-IV, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Malang.

Ardhana, I W., Willis, V. 1989. Reading in Instructional Development; Volume


One. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, P2LPTK.

Banathy, B. H. 1968. Instructional Systems. California: Fearon Publishers.

Borg & Gall. 1983. Educational Research: An Introduction. London: Longman


Inc.

Degeng, I. N. S. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran. Malang: LP3 Universitas


Negeri Malang.

Direktorat Tenaga Kependidikan dan Direktorat Jenderal Penigkatan Mutu


Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. 2008. ”Pendekatan, Jenis, dan
Metode Penelitian Pendidikan”.Tersedia pada
http://lpmpjogja.diknas.go.id/materi/fsp/2009-Pembekalan-Pengawas/
25%20--%20KODE%20--%2005%20-%20B1%20Pendekatan,%20Jenis,
%20Metode%20Penelitian%20Pendidikan.pdf (diakses tanggal 25 Maret
2010).

Gu, L. & Wang, J. 2006. School-Based Research and Professional Learning: An


Innovative Model to Promote Teacher Professional Development in China.
Teaching Education, 17(1): 59-73.

21
Gustafson, K. L. 1981. Survey of Instructional Development Model. USA: ERIC
Kemp, J.E. 1977. Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development.
California: David S. Lake Publishers.

Kang, S. 2004. Instructional design and development: A brief historical overview.


Educational Technology, 44(6): 39-45.

Miarso, Y. 1987. Penelitian Instruksional, Survey Pengembangan Instruksional.


Jakarta: Depdikbud, Dikti.

Pannen, P. dan Purwanto. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Antar
Universitas, Pusat Pengembangan Aktivitas Akademik Universitas
Terbuka.

Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan. 2008. ”Metode Penelitian


Pengembangan”. Tersedia pada
http://www.infokursus.net/download/0604091354Metode_Penel_Pengemb
_Pembelajaran.pdf (diakses tanggal 25 Maret 2010).

Romiszowski, A.J. 1996. System approach to design and development. Dalam


Plomp, T. & Ely, D.P. (editor in chiefs). International Encyclopedia of
Educational Technology. Oxford: Pergamon Press, halm. 37-43.

Santyasa, I W. 2009. ”Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pembuatan


Modul”. Tersedia pada
http://www.freewebs.com/santyasa/pdf2/METODE_PENELITIAN.pdf,
(diakses tanggal 25 Maret 2010).

Sastrawijaya, T. 1988. Proses Balajar-Mengajar di Perguruan Tinggi. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.

Seels, B. B. & Richey, R. C. 1994. Instructional Technology: The Definition and


Domains of the Field. Washington: AECT.

Setyosari, P. 2009. Pembelajaran Kolaborasi: Landasan untuk Mengembangkan


Keterampilan Sosial, Rasa Saling Menghargai dan Tanggung Jawab.
Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Teknologi
Pembelajaran pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang,
Malang, 14 Mei 2009.

Shambaugh, N. & Magliaro, S. G. 2006. Instructional Design. Boston: Pearson


Education, Inc.

22
Soenarto. 2005. Metodologi Penelitian Pengembangan untuk Peningkatan
Kualitas Pembelajaran (Research Metodology to the Improvement of
Instruction). Makalah disajikan pada Pelatihan Nasional Penelitian
Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas (PPKP
dan PTK), bagi Dosen LPTK, Batam, 8-11 Agustus.

Sudarman. 2007. Problem-Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk


Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah.
Jurnal Pendidikan Inovatif, 2(2):68-73.

Suparman, A. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tegeh, I Made. 2013. Strategi Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar


dalam Implementasi Kurikulum 2013. Proceeding dalam Seminar
Internasional Forum FIP-JIP se-Indonesia di Medan, 29-31 Oktober
2013.

23

Anda mungkin juga menyukai