Anda di halaman 1dari 15

Pengelolaan Sumber Daya Air di Indonesia: Tata Pengurusan

AirdalamBingkaiOtonomiDaerah

Abstrak
Daerahotonomdiberikankewenanganmengaturdanmenguruskepentinganny
amenurutprakarsasendiriberdasarkanaspirasimasyarakatsesuaidenganperaturan
perundang-undanganyaitumelaluiUndang-
UndangNomor32Tahun2004tentangPemerintahanDaerahdanUndang-
UndangNomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah
PusatdanPemerintahDaerah,setiapkewenanganyangdiberikanmelaluipenyelengga
raan otonomi daerah ini menjadi luas, nyata dan
bertanggungjawabkepadadaerahkabupatenmaupunkotasecaraproporsional.Inidiw
ujudkansalahsatunyamelaluipengaturan,pemanfaatansumberdayaairyangberkeadi
lan serta adanya perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dandaerah.Pelaksanaanotonomidaerahdiharapkandapatmeningkatkankewenanga
n daerah dalam tata pengurusan serta pengelolaan sumberdaya
airyangbaikdalammendukungpembangunanberkelanjutan.Penelitianinimengguna
kanpenelitianhukumnormatifmelaluipendekatanperaturanperundang-undangan
dengan penelusuran kepustakaan yang ditunjang oleh datalapangan sebagai
pelengkap. Hasil penelitian adalah kewenangan daerah otonomdalampengelolaan
sumberdaya air yaitu pada tataran lokal, wewenang
tersebutmeliputimenetapkanpoladanrencanapengelolaansumberdayaairpadawilay
ahsungailintasprovinsi.Sedangkandalammenjagahubungandengannegara lain,
tetap dikelola mengenaikeberadaan wilayah sungai lintas negaradan wilayah
sungai strategis nasional. Pemerintah berwenang dalam
menjagakawasanlindung,adapunwewenangpemerintahmeliputipenetapandanpeng
elolaankawasanlindungsumberdayaairpadawilayahsungailintasprovinsi, wilayah
sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis nasional,mengatur dan
menetapkan serta memberi izin. Pengelolaan sumberdaya air yangbaik dalam
mendukung pembangunan yang berkelanjutan adalah berada
dalamtanggungjawabpemerintahberdasarkanPasal33ayat(3)UUDNRITahun1945
yangmanaNegaramemilikihakmenguasaisumberdayaair,didalampenguasaannyait
udipergunakanuntukkemakmuranrakyat.Didalampenguasaannya, negara
menjamin bahwa pemanfaatan sumberdaya alam olehgenerasi mendatang tetap
mempunyai sumber dan penunjang bagi kesejahteraandan mutu hidupnya. Atas
penguasaan sumberdaya air tersebut, negara
menjaminhaksetiaporanguntukmendapatkanairbagipemenuhankebutuhanpokokse
hari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air. Hak penguasaan
negaraterhadap sumberdaya air harus ditafsirkan sebagai penguasaan untuk
mengaturdan mengurus. Sebagaimana memiliki kewenangan sebagai pengatur,
perencana,pelaksana,dansekaligussebagaipengawaspengelolaan,penggunaandan
pemanfaatan sumberdaya air.

KataKunci:pengelolaan,tata,pengurusan,otonomi,air
Pendahuluan
Melaluisetiapkebijakan,pembangunanmengenaipengelolaansumberdaya air
sangat berhubungan dengan tiap aspek kehidupan. Konsep
dasarkebijakandaripengelolaandimulaidaribagaimanamenyediakanairbersihhingga
pada pembangunan sistem irigasi yang berasaskan adil dan merata bahkansampai
pada perlindungan terhadap fungsi-fungsi ekosistem. Pada tataran
umum,sebagaimana proteksi yang diberikan untuk pengelolaan sumber daya alam
ini,makakegunaanairmeliputipenggunaandibidangpertanian,industri,rumahtangga,
rekreasidanaktivitaslingkunganhidup.Aspekinilahyangkiranyamemerlukan
pengaturan, sehingga pemanfaatan air tetap berangkat dan berdasarpada dimensi
hukumyang berkeadilan dan membawa manfaat maksimal bagimanusia.

Daerah otonom kemudian diberikan kewenangan mengatur dan


menguruskepentingannya menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuaidengan peraturan perundang-undangan yaitu melalui Undang-
Undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Nomor 33 Tahun2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan
PemerintahDaerah,setiapkewenanganyangdiberikanmelaluipenyelenggaraanotono
midaerah ini menjadi luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah
kabupatenmaupunkotasecaraproporsional.Inidiwujudkanmelaluipengaturan,peman
faatansumberdayaairyangberkeadilansertaadanyaperimbangankeuanganantarapem
erintahpusatdandaerah.Pelaksanaanotonomidaerahdiharapkandapatmeningkatkanp
eranpemerintahdaerahsecaraefisiendanefektifdalam pengelolaan dan
penanganansumberdayaair.

Daerah AliranSungai (DAS) adalahmenjadi


konsekuensipelaksanaanotonomi daerah. Aliran air menjadi indikator parameter
DAS dengan kuantitas,kualitas serta distribusi yang memadai. Kompetisi
penggunaan sumberdaya alamini akan menjadi masalah yang sangat serius dengan
semakin terbatasnya air.Permintaan akan air meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk,pendapatan, dan berkembangnya kegiatan
pembangunan yang memerlukan
air.Sebaliknyasuplaiaircenderungmenurunsebagiakibatterjadinyadegradasi

lingkunganyangmenggangguberjalannyaproses hidrologi.
MasalahyangtimbulterhadappengelolaanDASadalahperbedaanperspektif
antara batas ekologi DAS dengan batas administrasi. One river onemanagement
menjadi prinsip dalam pengelolaan DAS. DAS yang dibatasi olehtopografi alami
berupa punggung bukit demikian pula gunung, yang mana aliranairnya yang
bermuara ke danau atau laut. Pembagian wilayah DAS terdiri
darikomponensumberdayabiotik,abiotikdanlingkunganlainnyayangsalingberintera
ksimembentukkesatuanekosistem.WilayahDASseringdijadikanintegrator beragam
interaksi komponen ekosistem,sehingga batas DAS seringdijadikan patokan batas
ekologis. Batas ekologis menjadi sangat penting dalampembangunan
berkelanjutan yang menjamin keseimbangan fungsi ekologis danekonomi. Aliran
sungai yang umumnya berada di tengah wilayah DAS seringdijadikanbatas terluar
dari batas administratif daerahotonom,oleh karena
itubatasDASbersifatlintaslokalmelampauibatas-
bataskekuasaanpolitisdanadministrasi, sehingga masalah DAS menyangkut
beberapa kabupaten dalam satuataulebih propinsi.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dirumuskan


masalahnyasebagai berikut : Bagaimanakah kewenangan daerah dalam tata
pengurusan
sertapengelolaansumberdayaairyangbaikdalammendukungpembangunanberkelanj
utan?
AdapunmetodedalamPenelitianinimenggunakanpenelitianhukumnormatifmelaluip
endekatanperaturanperundang-undangandenganpenelusuran kepustakaan yang
ditunjang oleh data lapangan sebagai
pelengkap.Pengumpulandatadiawalidarikegiatanmengidentifikasikandanmenginve
ntarisasikan data, di mana kegiatan pengumpulan data dilakukan
denganmenghimpunbahankepustakaandandokumen-
dokumen,sedangkanbahankepustakaan ini diperoleh dari 3 (tiga) bahan hukum,
yaitu bahan hukum primer,bahanhukum sekunder,dan bahan hukum tersier.
Pembahasan
KewenanganDaerahdalamTataPengurusansertaPengelolaanSumberdaya
AiryangbaikdalammendukungPembangunanBerkelanjutan

Tiga tugas pemerintah yang golongkan menjadi culture function,


generalwelfarefunctiondaneconomiccontrolfunction.Dimanadalamrangkapenyelen
ggaraanotonomidaerah,hubungannyakewenanganantarapusatdandaerahyang
bertalian dengan cara pembagian urusan pemerintahan pusat
dandaerahbertaliandenganprinsipdasaryangharusditaati,(AtengSyafruddin,1998).

Secaraumumadaduapoladalammerumuskanperaturanperundang-
undanganterkaitdenganpembagiantugaspemerintahan(intergovernmentaltaskshari
ng'), yaitu pola otonomi luas (general competence) dan otonomi
terbatas(ultravires). Dimana pola otonomi luas dirumuskan urusan-urusan yang
dilakukanolehpemerintahpusatbersifatlimitatifdansisanyamenjadikewenanganpem
erintahdaerah.Sedangkandalamotonomiterbatas,urusan-
urusandaerahyangditentukan secaralimitatif dan sisanyamenjadi
kewenanganpusat.

Pengelolaandapatdilihatbahwawewenangdantanggungjawabpemerintah
pusat meliputi menetapkan kebijakan pengelolaan sumberdaya air diwilayahnya
berdasarkan kebijakan nasionaldengan memperhatikan kepentinganprovinsi.
Kebijakan tersebut kemudian dalam tataran lokal, wewenang meliputimenetapkan
pola dan rencana pengelolaanpada wilayah sungai lintas provinsi.Sedangkan
dalam menjaga hubungan dengan negara lain, tetap dikelola mengenaikeberadaan
wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai strategis
nasional.Pemerintahberwenangdalammenjagakawasanlindung,adapunwewenangp
emerintah meliputi penetapan dan pengelolaan kawasan lindungpada
wilayahsungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara dan wilayah sungai
strategisnasional, mengatur, menetapkan dan memberi izin atas penyediaan,
peruntukan,penggunaan dan pengusahaanpada wilayah sungai lintas negara dan
wilayahsungaistrategis nasional.
PemerintahjugaberwenanguntukmembentukDewanNasionaldanDewanWil
ayahSungaiLintasNegaradanWilayahSungaiStrategisNasional.

Demikian pula ketika di era otonomi daerah sering terjadi konflik


kepentingan.Makaakandituntutpemerintahberwenangsebagaifasilitatorpenyelesaianseng
keta antar provinsi dalam pengelolaan, dengan menetapkan norma,
standar,kriteriadanpedomanpengelolaan,menjagaefektivitas,efisiensi,kualitasdanketertib
an pelaksanaan pengelolaanpada wilayah sungai lintas provinsi,
wilayahsungailintasnegaradanwilayahsungaistrategisnasionaldanmemberikanbantuan
teknis dalam pengelolaankepada pemerintah provinsi dan pemerintahkabupatenatau
kota.

Dalampengelolaankawasanlindung,kewenangantersebutmengenaipenetapa
ndanpengelolaankawasanlindungpadawilayahsungailintaskabupatenataukota.Wew
enangpemerintahprovinsidalammelaksanakanpengelolaanpada wilayah sungai
lintas kabupaten atau kota perlu diperhatikankepentingan provinsi sekitarnya,
mengatur, menetapkan dan memberi izin ataspenyediaan, peruntukan, penggunaan
dan penguasaanpada wilayah sungai
lintaskabupaten/kota,mengatur,menetapkandanmemberirekomendasiteknisataspen
yediaan,pengambilan, peruntukan, penggunaan danpengusahaanair tanahpada
cekungan air tanah lintas kabupaten atau kota. Sebagaimana yang dilakukanoleh
pemerintah (pusat), pemerintah provinsi berwenang membentuk
dewanataudengannamalainditingkatprovinsidan/ataupadawilayahsungailintaskabu
paten atau kota. Sedangkan jika terjadi sengketa antar kabupaten atau
kota,pemerintahprovinsibertindaksebagaifasilitatorpenyelesaiansengketaantarkabu
paten maupun kota dalam pengelolaan. Wewenang dan tanggung jawabnyajuga
meliputi menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas dan ketertiban
pelaksanaanpengelolaanpada wilayah sungai lintas kabupaten/kota dan
memberikan bantuanteknisdalam pengelolaankepadapemerintah kabupaten
ataukota.

Termasukpuladalammenetapkandanmengelolakawasanlindungsumberday
aairpadawilayahsungaidalamsatukabupatenataukota,melaksanakanpengelolaanpad
awilayahsungaidalamsatukabupaten/kotadengan memperhatikan kepentingan
kabupaten atau kota sekitarnya,
mengatur,menetapkandanmeberiizinpenyediaan,peruntukan,penggunaandanpengu
sahaanairtanahdiwilayahnyasertasumberdayaairpadawilayahsungai

dalam satu kabupaten atau kota.Sedangkan dewan sumberdaya air atau


dengannama lain di tingkat kabupaten/ kota dan/atau pada wilayah sungai dalam
satukabupaten/kotadibentukolehpemerintahkabupaten/kota.Dewaniniakanbertugas
untuk menjaga efektivitas, efisiensi, kualias dan ketertiban
pelaksanaanpengelolaanpada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota guna
memenuhikebutuhanpokokminimalsehari-hariatasairbagimasyarakat
diwilayahnya.

Sejalandenganperkembanganjumlahpendudukdanmeningkatnyakegiatanm
asyarakatmengakibatkanperubahanfungsilingkunganyangberdampak negatif
terhadap kelestarianyang berdampak pada meningkatnya dayarusak air. Hal ini
menuntut pengelolaanyang utuh dari hulu sampai ke hilirdengan batas wilayah
sungai dalam pola pengelolaantanpa dipengaruhi olehbatas-bataswilayah
administrasiyangdilaluinya.

Kewenangan pengelolaan dan pelaksanaan pengelolaan wilayah


sungaidapat dilakukan, dimana dalam pengelolaantersebut prinsip
pengelolaanharusmeliputikonservasi,pendayagunaan,danpengendaliandayarusakai
r,sertakeseimbangan upaya konservasi dan pendayagunaan. Hal ini juga
membutuhkanketerpaduan antar sektor, antar wilayah, antar-generasi dan antar-
instansi tanpamengurangikewenanganmasing-
masing.Sedangkanpolapengelolaanberdasarkan wilayah sungai didasarkan kriteria
bahwa wilayah sungai
memilikikemampuanuntukmemenuhikebutuhanpokokbagiseluruhpendudukyangb
ermukimdiwilayahsungaitersebut.Dalamhalwilayahsungaistrategis,pemerintah
dapat menetapkan wilayah sungai strategis dan pola
pengelolaannyadenganpersetujuanbersama pemerintah daerah.

Pengelolaanberwawasanlingkunganhidupadalahpengelolaanyangmemperhat
ikankeseimbanganekosistemdandayadukunglingkungan.Keseimbanganekosistemi
nijugabertujuanuntukmenjagadarikelangkaan.Adapun pengelolaan yang
berkelanjutan ini ditujukan untuk kepentingan
generasisekarangdanjugakepentingangenerasiyangakandatang.Pengambilalihanko
ntrolatastatapengurusanairdenganseringtujuanakumulasikeuntunganmerupakan hal
yang paling sering diuraikan oleh siapapun yang
melakukannya.Konseptersebutmenandaiadanyaperluasanmekanismepasardengan

menciptakan relasi antara manusia dengan sumberdaya air tersebut ataupun


antaramanusia dengan manusia. Selama ini terjadinya krisis air bersih selalu
dikaitkandengankegagalannegaradalammengeloladanmemenuhikebutuhanairwarg
anya.Tentusajainitidakterlepasdarisistemmanagerialyangburuk.Indikatornyaadalah
tidakterpenuhinyakeragamanpemenuhanairditingkatrumahtanggaoleh negara.

Hal ini tidak terlepas dari bergantinya dalam beberapa kali terhadap
modelpenyediaan air. Model pertama berupa jaringan hidrolik perkotaan yang
muncul didalam skema pembangunan infrastruktur kota. Air yang merupakan
sumberdayastrategis bagi industrialisasi. Sehingga kemudia pemerintah pusat
mengelolanyasecaraterpusatyanglalumenimbulkaneksklusibagiwargamiskindalam
mengaksesair bersih.

Kondisi ini kemudian menghadirkan model kedua yang secara


mekanismepasar justru menguntungkan pihak swasta. Kehadiran pihak swasta
yang sangatbernilai bagi jasa lingkungan, dengan mekanisme meteran dan
pemungutan tarifuntuk ongkos perawatan inftrastruktur tersebut, yang pastinya
adalah pengaturanterhadap jaringan air dan debit konsumsi air. Tarif yang
dipungut pun
semakinbertambahnilainyasetelahadanyakonservasiekosistemair,teknologipenyim
panan dan teknologi baru berupa daur ulang air, bahkan memasukkan
yangnamanyapendidikanetikapenggunaan air.

Kemudian lahir model ketiga dengan pemenuhan air oleh


komunitasnya.Bilapadamodelpertamadankedua,didasaribukanlagipadaasaskewarg
anegaraan tapi pada pembayaran jasa sesuai meteran, maka model ketigaini
dipengaruhi oleh identitas politik dan kultural. Pola yang terbangun
kemudianadalah konteks lokal. Pembangunan yang berkelanjutan dalam tata
pengurusan airharus mengalami peningkatan dari sekedar paradigma menjadi
sebuah komitmenmoral dari semua pihak. Demi mewujudkannya maka di
butuhkan
pemahamanyangdalamakankomitmentersebut.Selanjutnyaideologidevelopmentalis
meyangmengutamakanpertumbuhanekonomidibandingkanpembangunanlingkunga
n hidup yang termasuk di dalamnya tentang tata pengurusan air
yangberbasislingkunganhidup,dimanapenguasaandaneksploitasisumberdayaair

dengansegaladampaknegatifnyabagilingkunganhidup.
Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 telah menyebutkan bahwa
bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dandipergunakansebesar-besarnya bagikemakmuran
rakyat.Dengandasarkajianperspektifsosio-
legal,ternyatadidalamrealitasnyaterdapatkeberagamanfenomena (fakta) yang
sangat terkait dengan tatanan dan lingkungan sosial yangberbeda-bedadalam
negaraini.

Sebagaimanasumberdayaalampadaumumnya,sumberdayaairmerupakanmo
daldasarpembangunannasionaldenganfungsisosial,fungsilingkungan hidup dan
fungsi ekonomi yang harus dapat berjalan secara
selarasagarpemanfaatannyadapatberkelanjutan.Padadasarnyapembangunanyangbe
rkelanjutan merupakan ambang batas dari suatu strategi pembangunan pada
lajupemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada di
dalamnya.Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
merupakan salahsatu langkah yang diambil dalam upaya mendayagunakan
sumberdaya alam untukmemajukan kesejahteraan umum seperti yang
diamanatkan dalam Pancasila danUUDNRITahun 1945.

Penguasaan negara atas sumberdaya air ini tidak diartikan sama


denganasas domein yang berarti pemilikan, namun kewenangan tersebut
dipergunakanuntukmengaturpengelolaandanpemanfaatansumberdayaairuntuksebe
sar-
besarnyakemakmuranrakyat.Hakpenguasaannegaraatassumberdayaalamtermasuk
di dalamnya sumberdaya air, bukanlah hak milik (eigendom) seperti
didalambidangperdata,melainkanberadadalamlingkuphukumpublik(publiekrechtel
ijk).DiIndonesiajugadikenalasasdomeinyangdiartikanstaatsdomein yang juga
bersifat publiekrechtelijk. Maka dari itu Sumberdaya Airkemudian menjadi
jembatan bagi berbagai pihak yang berkepentingan
terhadappengelolaandanataupemanfaatansumberdayaairtersebut.Sumberdayaairse
bagai cabang produksi penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orangbanyak harus dikuasai oleh negara, bukan dikuasai oleh perseorangan
dan/ataubadanhukumatau bahkandikuasaioleh
perseorangandan/ataubadanhukumasing.

Konflik lintas regional dalam pengelolaan DAS erat hubungannya


denganpengelolaan sumberdaya air adalah air yang dibutuhkan untuk beragam
keperluanmasyarakat di setiap daerah yang bergerak secara alami dari satu lokasi
dan
satuwilayahkelokasiyanglain,penggunaannyadipengaruhidenganadanyaketersediaa
n air dalam kuantitas, kualitasnya dan distribusi air disepanjang
aliranDAS.KompetisipenggunaanDASsemakinmencolokdengansemakinterbatasn
yaair,sedangkanpermintaanairmeningkatsejalandenganmeningkatnyajumlahpendu
duk,pendapatandanperkembangankegiatanpembangunan yang memerlukan air.
Sebaliknya suplai air cenderung
menurunsebagaiakibatterjadinyadegradasilingkunganyang
menggangguberjalannyaproseshidrologi.

Masalah pengelolaan DAS dalam hubungannya dengan otonomi


daerahtidak dapat diletakkan dalam perspektif perbedaan antara batas ekologis
DASdengan batas administrasi daerah otonom secara kaku, namun DAS
dipandangsebagai suatu kesatuan bio-region dan terdiri dari beberapa daerah
otonom yangsecara ekologis dan ekonomis berkaitan. Sedangkan wilayah DAS
sebagai bio-region harus dipahami secara holistik dan komprehensif, dimana DAS
sebagaibio-region berkaitan dengan adanya komponen dalam DAS secara spasial
(ruang),fungsional dan temporal (waktu). Sedangkan adanya perubahan salah satu
daribagian ini akan mempengaruhi bagian lainnya yang berdampak pada kawasan
itusendiridandiluarkawasan.Sebagaimanadapatdiberikancontohmengenairusaknya
hutan di bagian hulu akan menimbulkan banjir, erosi, sedimentasi
danpenurunankualitas air di bagian hilirnya.

Melanjutkandariuraiansebelumnya,kedudukanairpundipergunakanlintaswil
ayah,hambatanuntukmencapaipengelolaansumberdayaairyangefisien,equitabledan
pengelolaanbebaskonflikpunsemakinbesar.Demimengurangikonfliktersebutyangd
apatterjadikapansaja,perludibangunkesepahaman antar daerah otonom dalam
pengelolaan DAS. Kesepahaman
inikelaktentusajaperlumemahamimekanismehidrologisyangberjalansecaraalamidal
ampenggunaansumberdayaairlintasregional.Bagaimanapunjugaaktivitaspembangu
nanyangdilakukansepanjangDASselaluberkait,sehingga

untuk menghindari konflik dalam pemanfaatan DAS perlu dibangun


kesepakatanantardaerahotonom.Adapundasarkesepakatantersebutadalahkomitmen
bersama untuk membangun sistem pengelolaanDAS yang berkelanjutan
yangberdasarkansetiapstrategipadaupayauntukmencapaikeseimbangandankeserasi
an antaraekonomi, ekologis, dan sosialbudaya.

Pengelolaansumberdayaairsangatberhubunganeratdengankeberlanjutanpe
mbangunan.Sehinggasangatjelasbahwakemampuanpengelolaan sumberdaya air
juga dipengaruhi oleh sumberdaya manusia untukmemberi nilai tambah
sumberdaya pendukung pembangunan melalui penerapanilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni merupakan kunci apakah pembangunanyangdilaksanakan itu
berkelanjutan,berkesinambunganatau tidak.

Penutup
Kewenangan daerah dalam tata pengurusan serta pengelolaan sumberdaya
airyang baikdalammendukung
pembangunanberkelanjutanadalahpadatataranlokal,wewenangtersebutmeliputimen
etapkanpoladanrencanapengelolaansumberdaya air pada wilayah sungai lintas
provinsi. Sedangkan dalam menjagahubungan dengan negara lain, tetap dikelola
mengenai keberadaan wilayah sungailintas negara dan wilayah sungai strategis
nasional. Pemerintah berwenang dalammenjaga kawasan lindung, adapun
wewenang pemerintah meliputi penetapan danpengelolaan kawasan lindung
sumberdaya air pada wilayah sungai lintas provinsi,wilayah sungai lintas negara
dan wilayah sungai strategis nasional, mengatur
danmenetapkansertamemberiizin.Pengelolaansumberdayaairdidaerahyangberkelan
jutanberadadalamtanggungjawabpemerintahberdasarkanPasal33ayat

(3)UUD1945.Negaramemilikihakmenguasaisumberdayaair,didalampenguasaanny
a itu dipergunakan untukkemakmuran rakyat.
Daftar PustakaBuku

Bustanul Arifin. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Alam


Indonesia:Perspektif,Etika,danPraksisKebijakan. Jakarta:PenerbitErlangga;

CST. Kansil. 1985. Kitab Undang-Undang Pemerintahan Daerah.


Jakarta:BinaAksara;

--------------. 2002. Pemerintahan Daerah di Indonesia, Hukum


AdministrasiDaerah1903-2001. Jakarta: SinarGrafika

Deddy Supriady Bratakusumah. 2001. Otonomi


PenyelenggaraanPemerintahDaerah.
Jakarta:GramediaPustakaUtama;

Utrecht.1960.PengantarHukumAdministrasiNegaraIndonesia.
Bandung:FakultasHukumdanPengetahuanMasyarakat-
UniversitasPadjadjaranBandung;

IrfanIslamy. 2000.Prinsip-prinsipPerumusanKebijaksanaanNegara.
Jakarta:BumiAksara;
Joeniarto. 1992. Perkembangan Pemerintahan Lokal. Jakarta:
BumiAksara;

JonnyIbrahim. 2005.Teori&Metodologi Penelitian Hukum Normatif.


Malang:BayumediaPublishing;
Maude Barlow dan Tony Clarke. 2005. Blue Gold: Perampasan
danKomersialisasiSumberdayaAir.Jakarta:GramediaPustakaUtama;

Samsul Wahidin. 2016. Hukum Sumber Daya Air. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar;Solichin Abdulwahab. 1998.Analisis Kebijakan Publik:Teori dan
Aplikasinya. Malang: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya;Sonny
A. Keraf.2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku KompasInternet

Acemoglu, Daren et al., “A Dynamic Theory of Resoure


Wars”,http://economics.mit.edu/files/8041,diaksestanggal18Maret2015.

Acemoglu, Daren et al., “A Dynamic Theory of Resoure


Wars”,http://economics.mit.edu/files/8041,diaksestanggal18Maret2015.

AdditionalProtocolto theAmerican Conventionon HumanRights inthe

Area of Economic, Social and Cultural


Rights,http://www1.umn.edu/humanrts/oasinstr/zoas10pe.htm

Arab Charter on Human Rights, http://www.humanrights.se/wp-

content/uploads/2012/01/Arab-Charter-on-Human-Rights.pdf;

Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination

AgainstWomen,http://www.ohchr.org/Documents/ProfessionalInterest/cedaw.pdf

InternationalCovenantonEconomic,SocialandCultural Rights
http://www.ohchr.org/EN/ProfessionalInterest/Pages/CESCR.aspx;
Protocolto theAfrican Charter onHuman and People's Rights onthe
RightsofWomeninAfrica,http://www.achpr.org/instruments/women-protocol/
#13;

Randerson, James “David King: Iraq was the first „resource war' of
thecentury”http://www.theguardian.com/environment/2009/feb/12/king-iraq-
resources-war,diakses tanggal 18 Maret2015.

TheWaterProject, “For1 BillionPeople.Safe WaterisScarce,


http://thewaterproject.org/water_scarcity,diakses 17Maret2015.
TheWaterProject, “For1BillionPeople.Safe Water isScarce,
http://thewaterproject.org/water_scarcity,diakses 17Maret2015.
WorldHelathOrganisation, TheRighttoWater,Prancis:WHO,2003,
http://www.who.int/water_sanitation_health/en/righttowater.pdf,diaksestanggal4
Maret 2015.

UniversalDeclarationofHumanRights,http://www.un.org/en/documents/udhr/
index.shtml#a25;

Anda mungkin juga menyukai