Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

Analisis Pengaruh Modal, Jam kerja, dan lama usaha Terhadap Pendapatan

Pedagang Kaki Lima Di Sentra Wisata Kuliner Nyamplungan Kota

Surabaya

Disusun oleh:

1. Hairul Agus Samhari (1231800066)

2. Siti Khotima Rolobessy (1231800009)

3. Ilham Chairil Fanani (1231900108)

4. Dimas Dwi Al Hakim (1231900101

5. Bryan Athaya A.F (1231900112)

6. Atanasius Agung (1231800105)

Fakultas Ekonomi & Bisnis


Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

2022

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu negara pembangunan ekonomi sangat penting untuk

mewujudkan masyarakat yang sejahterah. Pembangunan ekonomi diharap bisa

mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dalam membentuk perekonomian

mandiri. Tapi kenyataannya prekonomian indonesia dalam kondisi yang

memprihatinkan. Masalah ketenagakerjaan sering terjadi, sebagian besar

penduduk tidak bisa menawarkan tenaga kerja yang dimilikanya karena tidak

sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya. Sehingga banyak yang beralih ke

sektor informal.

Salah satu Sektor informal adalah Pedagang kaki lima dimana seorang

pedagang yang dengan modal relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan

penjualan barang-barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok

tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat

yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal (Winardi dalam

Haryono,1989).

Pedagang kaki lima merupakan seseorang yang mengelola bahan mentah

menjadi bahan jadi, atau membeli barang dalam jumlah banyak untuk di jual

kembali. Pedagang kaki lima merupakan orang yang bekerja secara mandiri,
mereka memperjual belikan barangnya dengan sistem berkeliling. Pedagang kaki

lima biasanya menempati pusat keramaian, seperti kota, taman, tempat bermain,

sekolah kompleks, dan lain-lain.

Pedagang kaki lima pada umumnya adalah self-employed, artinya

mayoritas pedagang kaki lima hanya terdiri dari satu tenaga kerja. Modal yang

dimiliki relatif tidak terlalu besar, dan terbagi atas modal tetap, berupa peralatan,

dan modal kerja. Dana tersebut jarang sekali dipenuhi dari lembaga keuangan

resmi, biasanya berasal dari sumber dana illegal atau supplier yang memasok

barang dagangan. Sedangkan sumber dana yang berasal dari tabungan sendiri

sangat sedikit. Ini berarti hanya sedikit dari mereka yang dapat menyisihkan hasil

usahanya, dikarenakan rendahnya tingkat keuntungan dan cara pengelolaan uang.

Sehingga kemungkinan untuk mengadakan investasi modal maupun ekspansi

usaha sangat kecil (Hidayat,1978).

Pedagang kaki lima di Kota Surabaya tepatnya di sentra PKL

Nyamplungan menjual berbagai jenis barang dagangan seperti makanan,

minuman, sepatu dan sandal, serta pakaian. Tujuan pedagang kaki lima secara

umum untuk memperoleh pendapatan. Untuk memperoleh pendapatan para

pedagang kaki lima harus memiliki modal untuk menjalankan usaha. Modal yang

digunakan pedagang kaki lima secara umum sangat kecil,karena secara umum

menggunakan modal sendiri maupun modal pinjaman. Modal pinjaman yang

diberikan oleh lembaga keuangan relatif sangat kecil dikarenakan usaha mereka

masih kecil. Selanjutnya pendapatan juga berkaitan dengan jam kerja, dimana

para pedagang kaki lima memiliki waktu dalam berdagang pagi hingga malam
ataupun hanya sore hingga malam. Sehingga waktu juga menjadi kendala untuk

memaksimalkan pendapatan disebabkan pedagang kaki lima hanya menjual

dagangannya pada waktu tertentu.

Untuk meningkatkan pendapatan seseorang pedagang tidak hanya

memerlukan modal untuk menjalani usahanya, masih ada beberapa faktor lain

yang diperlukan. Faktor lain yang penting dalam menjalani usaha adalah lama

usaha. Lama usaha para pedagang kaki lima juga bervariasi. Berdasarkan

observasi awal yang dilakukan bahwa pedagang kaki lima yang sudah bertahan

hingga lima tahun menyatakan memperoleh pendapatan yang menurut mereka

dapat memenuhi kebutuhan hidup, serta bagi pedagang kaki lima yang belum

mencapai lima tahun juga memperoleh pendapatan, akan tetapi masih terdapat

pedagang kaki lima yang tidak bertahan atau tidak berdagang lagi yang

disebabkan mengalami kerugian, kekurangan modal dan waktu berdagang yang

terlalu sedikit.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka yang menjadi

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Modal, jam kerja dan

lama usaha berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap pendapatan

pedagang kaki lima di sentra kuliner Nyamplungan Kota Surabaya. Penelitian ini

dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: Untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh modal, jam kerja dan lama usaha secara parsial dan simultan terhadap

pendapatan pedagang kaki lima di sentra kuliner Nyamplungan Kota Surabaya.


1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang asalah yang ada, maka dalam penelitian ini

rumusan yang akan diambil oleh penulis sebagai berikut:

1. Apakah modal, jam kerja dan lama usaha berpengaruh secara parsial terhadap

pendapatan pedagang kaki lima di sentra wisata kuliner nyamplungan kota

Surabaya?

2. Apakah modal, jam kerja dan lama usaha berpengaruh secara simultan

terhadap pendapatan pedagang kaki lima di sentra wisata kuliner

nyamplungan kota Surabaya?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah diuraikan

sebelumnya, maka penulis mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh modal, Jam kerja dan lama

usaha secara parsial terhadap pendapatan pedagang kaki lima di sentra wisata

kuliner ketabang kali kota Surabaya.

2. Untuk membuktikan dan menganalisis pengaruh modal, jam kerja dan lama

usaha secara simultan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di sentra

wisata kuliner nyamplungan kota Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menghasilkan manfaat. manfaat

yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut:


1. Kontribusi praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi bagi

pedagamg kaki lima sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam

mengambil langkah dan perbaikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima

untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

2. Kontribusi Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan sebagai suatu media untuk menambah

waasan serta dijadikan sebagai bahan masukan dan refrensi bagi

berbagai pihak yang akan peneltian dengan topik yang sama yaitu

pendapatan pedagang kaki lima.

b. Penelitian ini digunakan sebagai bahan refrensi penelitian selanjutnya

yang diperluas lebih mendalam khususnya di bidang ekonomi

pembangunan yang berkaitan dengan pendapatan.

c. Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk menambah pengetahuan yang

baru mengetahui kondisi pendapatan yang diperoleh pedagang kaki

lima
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Modal
Modal adalah pokok utama dalam menjalankan suatu bisnis atau usaha,
modal faktor penting dalam menjalankan usahanya, karna modal salah satu unsur
dimana perusahaan dapat menjalankan usahanya dan mendapatkan keuntungan.

Menurut ahli ekonomi modal adalah kekayaan perusahaan yang dapat


digunakan untuk kegiatan produksi selanjutnya. Sedangkan Menurut Syam
(2014:16) Modal adalah suatu hak yang tersisa atas aktivitas suatu lembaga
(entity) setelah dikurangi kewajibannya.

Menurut Munawir (2014:19)Modal adalah merupakan hak atau bagian


yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal
saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki
oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.

Pengertian Jam Kerja

Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat


dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Merencanakan pekerjaan-
pekerjaan yang akan datang merupakan langkah-langkah memperbaiki
pengurusan waktu. Apabila perencanaan pekerjaan belum dibuat dengan teliti,
tidak ada yang dapat dijadikan panduan untuk menentukan bahwa usaha yang
dijalankan adalah selaras dengan sasaran yang ingin dicapai. Dengan
adanya pengurusan kegiatan-kegiatan yang hendak dibuat, sesorang itu
dapat menghemat waktu dan kerjanya (Su’ud, 2007:132).

Diantara tanda-tanda pengurusan waktu yang tidak efektif ialah


karena qterlambat menyiapkan sesuatu, pekerjaan yang dibuat tergesa-gesa,
perasaan tidak mencapai keberhasilan dalam pekerjaan, krisis, surat-surat yang
belum dijawab, panggilan telepon yang dibuat ataupun dijawab, proyek
yang penting atau mendesak yang belum disentuh dan masih banyak lagi
pekerjaan-pekerjaan yang terpaksa dibuat pada waktu malam untuk
menambah waktu untuk menyiapkannya. Bagi seseorang adalah perlu ada
dokumen waktunya dan tahu ke mana arah yang dituju sebelum ia dapat
menguruskan waktunya. Mencatat, merancang dan mengawasi waktu adalah
dasar pengukuran waktu yang efektif (Westbork dan Drucker dalam Su’ud,
2007: 132)

Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan.


Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan mempunyai
peranan yang sangat besar. Pendapatan merupakan faktor penting dalam operasi
suatu perusahaan, karena pendapatan akan mempengaruhi tingkat laba yang
diharapkan akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

Ikatan Akuntan Indonesia (2019:22) mengungkapkan dalam Standar


Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP)mendefinisikan Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa dan dikenal dengan sebutan berbeda
seperti penjualan, imbalan, bunga, dividen, royalti dan sewa.

Menurut Harnanto (2019:102) menuliskan bahwa pendapatan adalah


“kenaikan atau bertambahnya aset dan penurunan atau berkurangnya
liabilitasperusahaan yang merupakan akibat dari aktivitas operasi atau pengadaan
barangdan jasa kepada masyarakat atau konsumen pada khususnya.

Menurut Sochib (2018:47) pendapatan merupakan aliran masuk


aktivayang timbul dari penyerahan barang/jasa yang dilakukan oleh suatu unit
usaha selama periode tertentu. Bagi perusahaan, pendapatan yang diperoleh atas
operasi pokok akan menambah nilai aset perusahaan yang pada dasarnya juga
akan menambah modal perusahaan. Namun untuk kepentingan akuntansi,
penambahan modal sebagai akibat penyerahan barang atau jasa kepada pihak lain
dicatat tersendiri dengan akun pendapatan.

Dilihat dari berbagai definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa pendapatan adalah jumlah masukan yang didapat atas jasa yang diberikan
oleh perusahaan yang bisa meliputi penjualan produk dan atau jasa kepada
pelanggan yang diperoleh dalam suatu aktivitas operasi suatu perusahaan untuk
meningkatkan nilai aset serta menurunkan liabilitas yang timbul dalam
penyerahan barang atau jasa.

Konsep Pendapatan

Eldon Hendriksen mengemukakan definisi mengenai pendapatan sebagai


berikut : konsep dasar pendapatan adalah proses arus, penciptaan barang dan jasa
selama jarak waktu tertentu. Definisi diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep
tentang pendapatan yaitu sebagai berikut:

1. Konsep Pendapatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow)


aktivasebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan
ini menganggap pendapatan sebagai inflowof net aset.
2. Konsep pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan
barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya,
jadi pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai outflow of
good and services. Jika pendapatan dirumuskan dengan cara lain
maka pengecualian harus dinyatakan dengan jelas, misalnya
pendapatan diakui sebelum arus masuk aktiva benar-benar terjadi.
3. Konsep dasar pendapatan yang diungkapkan oleh Patton dan
littletondinamakan sebagai produk perusahaan yang menekankan
bahwa pendapatanmerupakan arus yaitu penciptaan barang dan jasa
oleh perusahaan.

Pengertian Pedagang Kaki Lima (PKL)

Menurut Nugroho (2003:159) Pedagang Kaki Lima atau disingkat PKL


adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang melakukan kegiatan
komersial di atas daerah milik jalan (DMJ) yang diperuntukkan untuk pejalan laki.
Ada pendapat yang menggunakan istilah PKL untuk pedagang yang
menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki
pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah
tiga "kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan satu
kaki).

Menurut Damsar (2002:51) Pedagang Kaki Lima (Sektor Informal) adalah


mereka yang melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang
dalam menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas umum, seperti
trotoar, pinggir-

Pinggir, jalan umum, dan lain sebagainya. Pedagang yang menjalankan


kegiatan usahanya dalam jangka tertentu dengan menggunakan sarana atau
perlengkapan yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang dan mempergunakan
lahan fasilitas umum.

Pedagang kaki lima adalah sebagai hawkers yaitu orang-orang yang


menawarkan barang-barang atau jasa untuk dijual di tempat umum, terutama
jalan-jalan trotoar. Pedagang kaki lima juga bisa disebut wiraswasta adalah orang
yang berjiwa pejuang, gagah, luhur, berani layak menjadi teladan dalam bidang
usaha dalam landasan berdiri diatas kaki sendiri. (Soeryanto,2009:89)

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Pemerintah Jakarta dalam


Perda DKI Jakarta Nomor 5 tahun 1978 atas dasar faktor lokasi (Chandrakirana
dan Sadoko, 2005: 73) yang mendefinisikan PKL sebagai mereka yang di dalam
usahanya mempergunakan bagian jalan/trotoar dan tempat-tempat umum untuk
kepentingan umum yang bukan diperuntukkan tempat usaha serta tempat lain
yang bukan miliknya.

Pedagang kaki lima (PKL) adalah salah satu usaha dalam perdagangan dan
salah satu wujud sektor informal. Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan
modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-
barang (jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam
masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap
strategis dalam suasana lingkungan yang informal (Sinambela, 2008:14).

Pedagang Kaki Lima awalnya berasal dari para pedagang yang


menggunakan gerobak dorong yang memiliki tiga roda. Di atas kereta dorong
itulah ia meletakkan berbagai barang dagangannya, menyusuri pemukiman
penduduk dan menjajakannya kepada orang-orang yang berminat. Dengan dua
kaki pedagang kaki lima ditambah tiga roda kereta dorong itulah, mereka
kemudian dikenal sebagai pedagang kaki lima.

Istilah pedagang kaki lima konon berasal dari jaman pemerintahan Rafles,
Gubernur Jenderal pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu dari kata ”five feet”
yang berarti jalur pejalan kaki dipinggir jalan selebar 5 (lima) kaki. Ruang
tersebut digunakan untuk kegiatan berjualan pedagang kecil sehingga disebut
dengan pedagang kaki lima.

Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial


Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya
yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas
untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter.

Sekian puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan
untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan.
Dahulu namanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang
kaki lima. Padahal jika merunut sejarahnya, seharusnya namanya adalah pedagang
lima kaki.

Di beberapa tempat, pedagang kaki lima dipermasalahkan karena


mengganggu para pengendara kendaraan bermotor, menggunakan badan jalan
dan trotoar. Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran air terdekat
untuk membuang sampah dan air cuci. Sampah dan air sabun dapat lebih merusak
sungai yang ada dengan mematikan ikan dan menyebabkan eutrofikasi. Tetapi
PKL kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih,
bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang
dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak memulai
bisnis dengan modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang
biasanya mendirikan bisnisnya di sekitar rumah mereka.
Menurut Susanto (2006:25) salah seorang pengamat dari Fakultas Hukum
Unpar dalam hasil penelitiannya yang berjudul “Masalah Pedagang Kaki Lima di
Kota madya Bandung dan penertibannya melalui operasi TIBUM 1980”,
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pedagang kaki lima ialah orang
(pedagang-pedagang) golongan ekonomi lemah, yang berjualan barang kebutuhan
sehari-hari, makanan atau jasa dengan modal yang relatif kecil, modal sendiri atau
modal orang lain, baik berjualan di tempat terlarang ataupun tidak. Istilah kaki
lima diambil dari pengertian tempat di tepi jalan yang lebarnya lima kaki (5 feet).
Tempat ini umumnya terletak di trotoar, depan toko dan tepi jalan.

Kerangka konseptual

Keterangan:

= Pengaruh Simultan

= Pengaruh Parsial

Modal
(X1)

Jam Kerja Pendapatan


(X2) (Y)

Lama usaha
(X3)

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual


Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau kesimpulan sementara mengenai suatu

masalah yang harus diuji kebenarannya dengan cara melakukan penelitian, antara

lain sebagai berikut:

H1: Variabel Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan


pedagang kaki lima di sentra wisata kuliner nyamplungan kota surabaya.

H2: Variabel jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan

pedagang kaki lima di sentra wisata kuliner nyamplungan kota surabaya.

H3: Variabel lama usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan

pedagang kaki lima di sentra wisata kuliner nyamplungan kota surabaya.

H4: Variabel Modal , jam kerja, Lama usaha secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di sentra wisata kuliner
nyamplungan kota surabaya.

BAB 3
METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
merupakan data yang didapat dari hasil wawancara dengan responden yang
termasuk dalam kriteria penelitian. Data primer akan diperoleh dalam hasil
pertanyaan dalam bentuk kuisioner yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan
data sekunder akan di dapatkan melalui buku maupun sumber-sumber terpercaya
yang sudah diterbitkan oleh lembaga.

Metode Penelitian

Desain Penelitian

Jenis desain dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif. Metode kualitatif
adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.
Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Maka, proses penelitian kualitatif dimulai dengan menyusun asumsi
dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang
dikumpulkan dalam riset kemudian ditafsirkan. Dengan demikian dalam
penelitian ini dimaksud agar dapat mengetahui seberapa besar pengaruh modal,
jam kerja, dan lama usaha yang dijual terhadap pendapatan pedagang kaki lima di
Sentra Wisata Kuliner Nyamplungan Kota Surabaya .

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kabupaten Surabaya, tepatnya di Sentra Wisata


Kuliner Nyamplungan yang berada di Kabupaten Surabaya. Waktu penelitian ini
akan dilakukan setelah proposal skripsi disetujui oleh dosen pembimbing.

Anda mungkin juga menyukai