LITERATURE REVIEW
Oleh:
LATHIFA TURROHMAH
i
ANALISIS PENGARUH METODE SPEO (STIMULASI PIJAT
ENDORPHIN, OKSITOSIN) TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA IBU POST PARTUM
Oleh:
LATHIFA TURROHMAH
NIM. 16.09.2.149.064
i
ANALISIS PENGARUH METODE SPEO (STIMULASI PIJAT
ENDORPHIN, OKSITOSIN) TERHADAP PRODUKSI ASI
PADA IBU POST PARTUM
LITERATURE REVIEW
Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama
Oleh:
LATHIFA TURROHMAH
NIM. 16.09.2.149.064
ii
PERNYATAAN ORIGINALITAS
NIM : 16092149064
review ini adalah hasil karya saya sendiri, didalamnya tidak terdapat karya yang
dan lembaga pendidikan lainnya. Semua sumber baik yang dikutip maupun
Lathifa Turrohmah
NIM. 16092149064
iii
RIWAYAT HIDUP
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Tuban
Tanggal : Juni 2020
Yang menyatakan,
(Lathifa Turrohmah)
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadiran Allah SWT, yang
senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Literature review dengan judul “ Analisis Pengaruh Metode Speo
(Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin) Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Post
Partum”. Literature review ini terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak
sehingga selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Miftahul Munir, SKM., M.Kes., DIE selaku Ketua STIKES
NU Tuban.
2. Bapak Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.Kep., MM selaku Ketua Program
Studi Ners STIKES NU Tuban.
3. Ibu Nurus Safa’ah, SST., M.Kes selaku pembimbing 1 yang telah
berkenan memberikan waktu dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan literature review ini.
4. Bapak Lukman Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing 2 yang
telah berkenan memberikan waktu dan arahan kepada penulis guna
kesempurnaan penulisan literature review ini.
5. Bapak Moh.Ubaidillah Faqih, S.Kep., Ns M.Kep selaku penguji, yang
telah memberikan masukan guna kesempurnaan literature review ini.
6. Seluruh Dosen Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nadhlatul Ulama Tuban yang turut memberikan saran dan kritik dalam
pembuatan literature review ini.
7. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan sepenuhnya, baik
moral, materil maupun spiritual kepada peneliti dalam penyelesaian
literature review ini.
8. Keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan dalam pembuatan
literature review ini.
9. Seluruh teman-teman Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama
Tuban, khususnya angkatan 9 Program Studi Ners yang telah memberikan
saran dan kritik dalam pembuatan literature review ini.
10. Serta semua pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam penyelesaian literature review ini.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................i
Halaman Persyaratan Gelar .................................................................................ii
Halaman Pernyataan Orisinalitas ........................................................................iii
Halaman Persetujuan Pembimbing .....................................................................iv
Halaman Pengesahan Panitia Penguji .................................................................v
Halaman Daftar Riwayat Hidup ..........................................................................vi
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir ...................................vii
Kata Pengantar...................................................................................................viii
Daftar isi ..............................................................................................................ix
Daftar Tabel ........................................................................................................xi
Daftar Singkatan Dan Lambang ..........................................................................xii
Daftar Lampiran ..................................................................................................xiii
Ringkasan ............................................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................2
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ...............................................................................3
1.5.1 Manfaat Teoritis................................................................................3
1.5.2 Manfaat Praktis .................................................................................3
1.6 Riset Pendukung ..................................................................................4
ix
2.3.9 Dampak Tidak diberikan ASI ...........................................................22
2.3.10 Cara Menstimulasi Keluarnya ASI .................................................22
2.3.11 Kriteria Produksi ASI .....................................................................25
2.3.12 Perilaku Ibu Dalam Meningkatkan Produksi ASI ..........................26
2.3.13 Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Memperlancar ASI .........27
2.3.14 Manajemen Laktasi.........................................................................31
2.4 Konsep Dasar Nifas .............................................................................37
2.4.1 Pengertian Nifas................................................................................37
2.4.2 Proses Penting di Masa Nifas ...........................................................38
2.4.3 Tahap Masa Nifas ……………………………………. ..... ………39
2.4.4 Pembagian Masa Nifas ....................................................................40
2.4.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas .....................................................40
2.4.6 Adaptasi Psikologis Masa Nifas .......................................................41
2.4.7 Post Partum Blues ............................................................................42
2.4.8 Tertundanya Produksi ASI Pasca Persalinan ....................................43
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Identifikasi Variabel Metode SPEO dan Produksi ASI .......................56
5.2 Metode Pembahasan ............................................................................56
5.3 Hasil ……………………………… ....................................................57
5.4 Keterkaitan Dengan Teori....................................................................58
5.5 Opini Peneliti .......................................................................................60
x
DAFTAR TABEL
Judul Halaman
Tabel 1.1 Riset Pendukung Metode SPEO (Stimulasi Pijat
Endorphin, Oksitosin) Produksi ASI pada Ibu
Post Partum …………………………………… 4
Tabel 3.1 Kriteria inklusi dan eksklusi dengan format
PICOS ………………………………………….. 46
Tanel 4.1 Tabel Literatur Review…………………………... 47
xi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Daftar Singkatan
ASI : Air Susu Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
DIE : Dokter Ilmu Ekonomi
dkk : Dan Kawan-kawan
dr : Dokter
Dr. : Doktor
H : Haji
IQ : Intelligence Quotient
KB : Keluarga Berencana
M.Kep : Magister Keperawatan
M.Kes : Magister Kesehatan
MA : Madrasah Aliyah
NIDN : Nomor Induk Dosen Nasional
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
NIP : Nomor Induk Pegawai
Prodi : Program Studi
S.Kep : Sarjana keperawatan
S1 : Sarjana satu
SD : Sekolah Dasar
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SOP : Standard Operating Prosedur
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
UNICEF : United Nations Children’s Fund
WHO : World Health Organization
Daftar Lambang
N : Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan
k : Kelipatan
p : Proporsi
% : Prosentase
. : Titik
, : Koma
? : Tanda tanya
“ : Tanda petik
≤ : Kurang dari sama dengan
≥ : Lebih dari sama dengan
= : Sama dengan
( : Kurung buka
) : Kurung tutup
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
RINGKASAN
Seorang ibu sering mengalami masalah dalam pemberian ASI karena produksi ASI yang
tidak lancar atau sedikit, terutama pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Menurut WHO, bayi
harus mendapatkan cakupan ASI yang cukup pada 6 bulan pertama. namun seorang ibu sering
mengalami masalah dalam pemberian ASI, salah satu kendala utamanya yaitu produksi ASI yang
tidak lancar atau sedikit, terutama pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Ada beberapa faktor yang
dapat menghambat proses produksi ASI, seperti kurangnya pengetahuan, kecemasan dan ketakutan
ibu, hal tersebut menyebabkan penurunan hormon endorphin dan oksitosin sehingga ASI tidak
dapat keluar segera setelah melahirkan. Terdapat beragam metode yang dapat meningkatkan
produksi ASI pada ibu, salah satunya adalah metode Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin (SPEO).
Berdasarkan data dan informasi Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, di Jawa Timur
tahun 2017 sebesar 75,7% ibu berhasil memberikan ASI pada hari-hari pertama kehidupan bayi.
Sedangkan berdasarkan data dan informasi Profil Kesehatan Kabupaten Tuban, pada tahun 2016
ada sebanyak 13.167 (78,86%) bayi yang berhasil diberikan ASI oleh ibu dari jumlah 16.697 bayi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dewi Permita Sari, 2017 menunjukkan presentase
cakupan pemberian ASI pada 6 bulan pertama mengalami penurunan yaitu hanya sekitar 52,01%
atau sebanyak 323 bayi dari 180.600 bayi usia 0-6 bulan. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan
ibu post partum tentang bagiamana usaha-usaha mengeluarkan ASI, atau minimnya bantuan
keluarga pada saat ibu memerlukannya, atau sarana yang dia terima dari petugas kesehatan tidak
mendukung ibu dalam proses menyusui.
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan studi literatur menggunakan analisa
PICOS (PICOS framework) dan istilah pencarian jurnal melalui MESH. PICOS framework adalah
setiap pertanyaan terdapat P = problem, I = intervention, C = comparation, S = study design. Hal
lain yang relevan yang penulis gunakan dalam mendapatkan jurnal tentang metode SPEO dan
produksi ASI pada ibu post partum. Penulis mengambil semua desain penelitian yang digunakan
dalam mengidentifikasi pengaruh metode SPEO terhadap produksi ASI pada ibu post partum.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah pengaruh metode SPEO (Stimulasi Pijat
Endorphin, Oksitosin) Dan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum. Hasil dari penelitian ini adalah
dari 10 jurnal yang telah di review menunjukkan bahwa dengan melakukan pijat oksitosin dan
endorphin sangat efektif meningkatkan hormon oksitosin dan endorphin yang berfungsi untuk
meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu metode SPEO merupakan salah satu alternatif yang
dapat membantu merangsang proses pengeluaran ASI karena efeknya yang membuat ibu merasa
nyaman sehingga akan membantu untuk pengeluaran ASI. Terbukti dari hasil penelitian dari 10
jurnal yang telah di telaah, ibu yang ASI nya tidak lancar setelah dilakukan pijat endorphin dan
oksitosin ASI nya meningkat dan ASI akan lebih banyak keluar.
xiv
SUMMARY
Influence Analysis Of The Speo Method (Endorphin Massage Stimulation,
Oxytocin) And The Production Of Breast Milk Post Partum
Literature Review
By: Lathifa Turrohmah
A mother often has problems in breast feeding due to the production of smooth or slight
breast milk, especially in the first days of infant birth. According to WHO, infants must obtain
adequate breast milk coverage in the first 6 months. But a mother often has problems in breast
feeding, one of the main obstacles is the production of breast milk that is not smooth or small,
especially in the first days of birth of the baby. There are several factors that can inhibit the
production process of breast milk, such as lack of knowledge, anxiety and fear of mothers, it
causes the decline of endorphin hormones and oxytocin so that breast milk can not come out
immediately after childbirth. There are a variety of methods that can increase breast milk
production, one of which is Endorphin, Oxytosine (SPEO) massage stimulation method.
Based on data and information on Indonesian health profile in 2017, in East Java in
2017, 75.7% of mothers successfully gave breast milk in the first days of baby life. While based on
data and information health profile of Tuban District, in the year 2016 there are as many as
13,167 (78.86%) Infants who were successfully given breast milk by the mother of 16,697 infants.
Based on the research conducted by Dewi Permita Sari, 2017 showed a percentage of
breast feeding coverage in the first 6 months decreased by only about 52.01% or as many as 323
infants from 180,600 babies aged 0-6 months. This is due to the ignorance of mothers post partum
about the efforts of issuing breast milk, or the lack of family assistance at the time of the mother
need it, or the means by which she received from a health care officer does not support the mother
in the breastfeeding process.
The research methods used are with the study of literature using PICOS analysis
(PICOS framework) and journal search terms via MESH. The PICOS framework is every question
there P = problem, I = intervention, C = comparation, S = study design. Another relevant thing
that the author uses in obtaining a journal on the SPEO method and the production of breast milk
on the post partum mother. The author takes all the research designs used in identifying the SPEO
influence on breast milk production on post partum mothers.
The purpose of this study is to study the influence of the SPEO (Endorphin massage,
oxytocin) method and the production of breast milk in Post Partum mothers. The results of this
study are from 10 journals that have been reviewed showing that by conducting oxytocin massage
and endorphin are very effective at increasing the hormones oxytocin and endorphin which serves
to increase the production of breast milk. Therefore, the SPEO method is an alternative that can
help stimulate the process of production of breast milk because of its effect that makes the mother
feel comfortable so that it will help for the expenditure of breast milk. Evident from the research
results of 10 journals that have been studied, mothers whose breast milk is not smooth after the
endorphin massage and oxytocin is increased and the breast milk will be more out.
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena
mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan
pertama kehidupan bayi (Wulandari dan Handayani, 2011). Menurut WHO, bayi
harus mendapatkan cakupan ASI yang cukup pada 6 bulan pertama, namun
seorang ibu sering mengalami masalah dalam pemberian ASI, salah satu kendala
utamanya yaitu produksi ASI yang tidak lancar atau sedikit, terutama pada hari-
Jawa Timur tahun 2017 sebesar 75,7% ibu berhasil memberikan ASI pada hari-
hari pertama kehidupan bayi. Sedangkan berdasarkan data dan informasi Profil
Kesehatan Kabupaten Tuban, pada tahun 2016 ada sebanyak 13.167 (78,86%)
bayi yang berhasil diberikan ASI oleh ibu dari jumlah 16.697 bayi. Hal ini masih
kurang jika dibandingkan dengan Target Nutrisi Global 2025, yakni minimal
sebanyak 50% khusus untuk ibu yang menyusui bayi secara eksklusif selama 6
bulan (WHO, 2017). Indonesia hanya memiliki tingkat kesuksesan ASI eksklusif
sebesar 42% (WHO, 2010) . Hal ini sangat jauh tertinggal dari target nasional
mengalami penurunan yaitu hanya sekitar 52,01% atau sebanyak 323 bayi dari
1
2
180.600 bayi usia 0-6 bulan. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan ibu post
bantuan keluarga pada saat ibu memerlukannya, atau sarana yang dia terima dari
dapat keluar segera setelah melahirkan dan akhirnya ibu memutuskan untuk
memberikan susu formula pada bayinya (Putri, 2010). Sehingga perlu adanya
solusi untuk ibu yang terlanjur memberikan susu formula karena masalah ASI
tidak keluar di hari pertama (Ulfah, 2013). Terdapat beragam metode yang dapat
meningkatkan produksi ASI pada ibu, salah satunya adalah metode Stimulasi Pijat
lima tahun terakhir adalah di tahun 2009 sebesar 9.517 (49,99%), sedangkan
capaian tahun 2010 sebesar 9.205 bayi (48,56%), tahun 2011 sebesar 8.954
(48,9%) dan tahun 2012 sebesar 13.918 (83,76%) dan tahun 2013 sebesar
Profil Kesehatan Kabupaten Tuban, pada tahun 2016 ada sebanyak 13.167
(78,86%) bayi yang berhasil diberikan ASI oleh ibu dari jumlah 16.697 bayi.
3
terapi non farmakologi yang dapat diberikan kepada ibu post partum spontan
Oksitosin) khususnya kepada pasien ibu post partum dengan masalah produksi
penelitian yang lain yang serupa dengan penelitian ini dapat dilihat dari tabel 1.1
berikut ini
TINJAUAN PUSTAKA
sangat penting bagi ibu nifas untuk membantu memberikan rasa tenang dan
endorphin (memberikan rasa nyaman dan tenang) dan hormon oksitosin. (Pamuji,
dkk. 2014).
menggosok atau mengelus ruas tulang belakang mulai dari tulang leher (cervical
vertebrate) sampai dengan tulang pinggang kedua (humbal vertebrate L2) dan
yang merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan nyaman
5
6
stress, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endorphin dalam tubuh bisa
dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang dalam dan
dibelakang ibu).
Dimulai dari leher, sentuhan atau pijatan ringan menggunakan ujung-ujung jari
membentuk huruf V kearah luar menuju sisi tulang rusuk, terus turun kebawah,
7
selama 5 menit.
dari nervus ke 5-6 sampai ke skapula yang akan mempercepat kerja saraf
okstiosin dapat dikeluarkan. Dilakukan sehari dengan waktu 3-5 menit pemijatan.
Efek dari pijat oksitosin dapat dilihat reaksinya dalam 6-12 jam pemijatan
(Suhermi, 2008).
belakang. Pijat ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek
pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin akan merasa lebih rilek.
alveoli berkontraksi dan membuat ASI mengalir di saluran ASI. Hormon oksitosin
8
juga membuat saluran ASI lebih lebar sehingga ASI mengalir lebih mudah.
Hormon oksitosin diproduksi lebih cepat dari hormon prolaktin, bahkan hormon
ini dapat bekerja sebelum bayi mulai menghisap. Hal penting lainya adalah
hormon ini berperan dalam kontraksi rahim pasca melahirkan yang sangat
2010).
1. Untuk Ibu
3) Lepas bra dan baju bagian atas. Biarkan payudara tergantung lepas.
2. Untuk memijat
kira-kira dua ruas jari dan geser ke kanan ke kiri, setiap kepalan tangan
melingkar kecil menuju tulang belikat atau daerah di bagian batas bawah
bra ibu.
4) Pada saat bersamaan, pijat kearah bawah pada kedua sisi tulang
belakang, dari leher kearah tulang belikat. Lakukan pijat ini sekitar 3
ASI adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar payudara ibu berupa
makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi yang
diproduksi sejak masa kehamilan (Wiji, 2013). ASI merupakan makanan yang
sempurna dan terbaik bagi bayi khusunya bayi 0-6 bulan karena mengandung
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan
ASI yang dihasilkan oleh ibu memiliki jenis dan kandungan yang berbeda
1. Kolostrum
yang tinggi serta berfungsi sebagai pemenuhan gizi dan proteksi bayi baru
ASI peralihan adalah air susu ibu yang keluar setelah kolostrum. ASI
peralihan diproduksi 8-20 hari dengan kadar lemak, laktosa, dan vitamin
larut yang lebih tinggi, dan kadar protein mineral lebih rendah (Widuri,
2013).
ASI matang adalah air susu ibu yang dihasilkan sekitar 21 hari setelah
melahirkan dengan kandungan sekitar 90% air untuk hidrasi bayi dan 10%
ASI matang memiliki dua tipe yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk
dan nutrisi lainnya namun rendah lemak, serta komposisi lebih encer.
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada dan
mempunyai sepasang kelenjar payudara dengan berat kira-kira 200 gram, yang
kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil membesar mencapai
beberapa lobus berkumpul menjadi 15-20 lobus tiap payudara. Dari alveolus ASI
laktiferus akhirnya semua memusat kedalam puting dan bermuara keluar. Didalam
dinding alveolus maupun saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi
1. Laktogenesis I
berupa cairan kental kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang
lahir. Hal ini juga bukan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI
2. Laktogenesis II
secara tiba-tiba, tetapi hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
produksi ASI secara maksimal yang dikenal dengan fase laktogenesis II.
sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI. Hormon ini juga keluar
dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar
pukul 2 pagi hingga 6 pagi, tetapi level prolaktin rendah saat payudara
terasa penuh.
3. Laktogenesis III
ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan
laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, maka
13
Pada masa kehamilan terjadi perubahan pada mammae. Hal ini karena
prolaktin (Sulistyawati, 2009). ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara
hormon dan reflek. Selama kehamilan terjadi perubahan pada hormon yang
setelah melahirkan bahkan kadang mulai umur kehamilan 6 bulan akan terjadi
Dan reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu :
14
1. Reflek Prolatin
prolaktin. Hormon ini yang berperan dalam produksi ASI. Dengan demikian
banyak pula produksi ASI dan payudara akan memasok ASI sesuai
kebutuhan seorang bayi. Bila seorang ibu ingin menambah pasokan ASI nya
cara terbaik adalah merangsang bayinya untuk menghisap lebih lama dan
kontraksi otot polos yang ada di dinding alveoli dan dinding saluran,
sehingga ASI dipompa keluar. Bayi tidak akan mendapatkan ASI cukup bila
2) Asi mengalir dari payudara saat ibu memikirkan bayinya atau mendengar
tangis bayinya.
5) Adanya hisapan pelan dan dalam pada bayi serta menelan yang
sebagai berikut :
1. Progesteron
Tingkat progesteron akan menurun sesaat setelah melahirkan dan hal ini
2. Esterogen
Hormon esterogen akan menurun saat melahirkan dan akan tetap rendah
3. Prolaktin
4. Oksitosin
dalam proses turunnya susu let down atau milk ejection reflex. Adapun
3) Diberikan pijatan pada punggung atau pijat oksitosin ibu yang sedang
menyusui.
4) Dukungan suami dan keluarga pada ibu yang sedang dalam masa
5) Keadaan psikologi ibu menyusui yang baik (Nia Umar S.Sos, 2014)
beberapa hormon yang berbeda bekerja sama untuk pengeluaran air susu
serat saraf dalam putting. Serat saraf ini membawa permintaan agar air
dalam payudara, kontraksi ini menekan duktus dan mengeluarkan air susu
1. Makanan
apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang
ASI tidak dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup.
Pengaruh ASI sangat mempengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu
dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk
4. Perawatan Payudara
hormon oksitosin.
19
Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun berkurang.
6. Fisiologis
7. Faktor Istirahat
Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung sebentar maka
9. Faktor obat-obatan
1. Feedback inhibitor yaitu suatu faktor lokal, yakni bila saluran ASI penuh,
teratur yaitu dengan pemberian ASI eksklusif dan tanpa jadwal (on
demand).
Adanya stress atau rasa sakit maka akan mengambat atau inhibisi
3. Penyapihan.
tidak mau repot menyusui bayi. (Reni Yuli Astutik, Edisi 2, 2017).
yaitu :
1) Kesehatan
lebih sehat dan lebih kuat dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapat ASI.
21
2) Kecerdasan
3) Emosi
ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada bayi. Pemberian
ASI selalu tersedia dimanapun ibu berada dan selalu dalam kondisi
2) Menghemat biaya
ASI diproduksi ibu setiap hari sehingga tidak perlu biaya seperti
2) Kekurangan gizi.
Banyak ibu muda yang beranggapan bahwa ASI bisa langsung keluar
seperti air mengalir secara tiba-tiba. Padahal mekanismenya bukanlah seperti itu.
ASI akan keluar ketika puting payudara mendapatkan rangsangan dari mulut bayi.
mengeluarkan ASI, dan apabila ASI tidak keluar karena hormon oksitosinnya
23
tidak terangsang, apabila menghadapi masalah seperti ini maka perlu dilakukan
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dalam Kompas (2013) ada beberapa
1. Menenangkan Diri
Ketika belum bisa mengeluarkan ASI nya, biasanya ibu-ibu yang baru
Ketika bayi lahir prematur, mungkin ibu tidak bisa langsung menyusui
bayi. Agar ASI bisa keluar, paling tidak lakukan kontak kulit dengan bayi.
Jika tidak memungkinkan untuk melakukan kontak kulit dengan bayi, ada
cara lain untuk menstimulasi keluarnya ASI. Ibu bisa melihat foto bayi,
bajunya.
4. Hypnobreastfeeding
memasukkan kalimat motivasi ke dalam pikiran bawah sadar ibu. Ibu bisa
24
membayangkan ASI sedang mengalir deras seperti air mancur dan bayi
minum ASI sampai kenyang. Bayangan ini akan masuk ke dalam pikiran
bawah sadar ibu sehingga bisa memotivasi ibu memproduksi ASI. Ibu juga
produksi ASI.
5. Minuman Hangat
Minuman hangat seperti susu, teh, atau kopi akan membantu ibu untuk
tubuh kembali normal dan meningkatkan ASI. Yang paling penting adalah
6. Menghangatkan Payudara
mengompresnya atau mandi air hangat. Cara ini juga bisa membantu
Selain rangsangan dari mulut bayi, rangsangan juga bisa dilakukan dengan
cara menarik lembut atau memutar perlahan puting susu. Ibu juga bisa
8. Pijat
Khusus yang satu ini, ibu butuh bantuan orang lain, misalnya suami atau
keluarga lainnya. Ibu bisa meminta mereka untuk memijat leher dan
25
1. Lancar
2. Tidak Lancar
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan
pola makan yan teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan
Semakin sering bayi menyusui pada payudara ibu, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak. Hisapan bayi yang efektif dapat
satu payudara, berikan payudara lain pada bayi. Hal ini akan menjamin
bahwa bayi menstimulasi produksi ASI pada kedua payudara, dan juga
Faktor isapan bayi terutama pada bayi yang sehat akan mampu
mengosongkan satu payudara dalam waktu 5-7 menit dan ASI dalam
itu juga dapat menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah terkena
infeksi.
27
mungkin ibu tidur saat bayi tertidur dan bangun saat bayi terbangun
untuk disusui. Diharapkan dengan mengikuti pola tidur bayi maka ibu
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan fikiran
ASI
selain itu ketersediaan fasilitas kesehatan serta sikap dan perilaku petugas
ibu menyusui dalam upaya memperlancar produksi ASI dipengaruhi oleh 3 faktor
dan budaya. Faktor pendukung (enabling factors) yaitu adanya sarana kesehatan.
1. Faktor Predisposisi
28
1) Pengetahuan
didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada yang tidak
dengan pemberian ASI. Hal ini berarti bahwa semakin baik pengetahuan
ibu mengenai pentingnya ASI maka akan semakin baik pula kesadaran ibu
2) Sikap
atau objek yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi orang yang
bersangkutan, misalnya senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju,
terbuka) atau aktivitas. Sikap ibu menyusui juga sangat dipengaruhi oleh
serta kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI yang dihasilkannya
3) Budaya
keyakinan yang membentuk pola perilaku yang dipelajari dan nilai yang
mengonsumsi daun katuk, banyak makan sayur, minum jamu gejah, juga
larangan seperti minum es, makan pedas, ataupun ritual banyu wuwung
yang dianjurkan untuk ibu menyusui serta masih banyak yang memberikan
2. Faktor Pendukung
3. Faktor Pendorong
1) Dukungan Keluarga
2010).
secara eksklusif, cara menyusui yang benar, jenis makanan bergizi untuk
kesehatan yang pertama kali membantu ibu dalam proses persalinan oleh
sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa
2009).
membantu para ibu mengerti proses kerja menyusui yang pada akhirnya dapat
1. Anatomi Payudara
1) Areola
2) Alveoli
3) Duktus laktiferus
gudang ASI).
terdapat otot polos, yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI.
berkontraksi.
4) Pijat bayi
4. Keberhasilan Menyusui
lain :
lahir sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu
(sucking reflex) sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan
dengan operasi caesar juga dapat melakukan hal ini (bila kondisi
ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi umum).
34
aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta
perkembangan bayi.
bagi bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula,
5. Keterampilan Menyusui
Agar proses menyusui dapat berjalan 34uttin, maka seorang ibu harus
posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi
duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak
baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi,
serta posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi
35
badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau
posisi tidur miring. Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala
badan bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada
bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai
dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi).
Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara
mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat
putting areola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi
menempel pada payudara dan putting susu terlipat di bawah bibir atas
bayi.
6. Posisi Menyusui
(2) Perut atau dada bayi menempel pada perut atau dada ibu (chest to
chest).
(3) Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi
3) Perlekatan Bayi
(4) Lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian
bawah.
Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan
nyeri pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat
dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusu sering
dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik
(titik pertemuan).
yang lembut.
6) Puting susu hanya 1/3 atau ¼ dari bagian dot panjang yang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat mengecil
wanita tidak hamil berat rahim sekitar 60 gram dengan ukuran kurang
lebih sebesar telur ayam. Setelah terjadi kehamilan dan setelah bayi lahir,
umumnya berat rahim menjadi 1000 gram dan dapat diraba kira-kira 2 jari
menjadi sekitar 500 gram. Sekitar 2 minggu beratnya sekitar 300 gram dan
Selama hamil, darah ibu relatif lebih encer, karena cairan darah ibu
maka dapat terjadi anemia atau kekurangan darah. Oleh karena itu, selama
sitem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula. Darah kembali
39
mengental, umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai ke-15 pasca
persalinan.
produksi ASI. ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun, hal yang
sangat baik untuk bayi, karena mengandung zat yang kaya gizi dan
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
Masa dimana involusi uterus harus dipastikan dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapat makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
komplikasi.
1. Uterus
dengan penurunan ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus
lochea sanguinolenta (3-7 hari post partum), lochea serosa (7-14 hari post
beberapa derajat odema dan memar di celah pada introitus. Setelah satu
hingga dua hari pertama postpartum, tonus otot vagina kembali dan celah
41
vagina tidak lagi lebar dan tidak lagi edema. Sekarang vagina berdinding
pertama.
4. Payudara
dan integritas putting susu, memar atau iritasi jaringan payudara karena
posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi oleh
air susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti dan tanda-tanda mastitis
potensial.
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badan yang berasal
dari bayi, plasenta, air ketuban dan perdarahan persalinan. 2-3 kg air
hadirnya bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan positif bagi ibu, ibu akan melalui fase-fase berikut ini.
(Ambarwati, W 2009) :
1. Fase taking in
proses pemulihannya.
3. Fase letting go
Kemurungan masa nifas umumnya terjadi pada ibu baru. Hal ini
kesulitan menyusui bayinya. Post partum blues adalah bentuk depresi yang paling
43
ringan, biasanya timbul antara hari ke 2 sampai 2 minggu. Hal ini disebabkan
3) Tingkah laku bayi, bayi yang rewel dapat membantu ibu merasa tidak
1) Menangis
2) Perubahan perasaan
3) Cemas
4) Kesepian
Lactation/DOL)
lancar hingga hari ke-3 bahkan hari ke-4 pasca kelahiran. Beberapa faktor yang
menjadi pemicu tertundanya produksi ASI pasca persalinan tersebut, antara lain
sebagai berikut :
2. Saat proses persalinan, ibu menerima cairan intravena (cairan infus) dalam
4. Ibu mendorong cukup lama (lebih dari 1 jam) pada tahap akhir persalinan.
METODE PENELITIAN
pula yang dilakukan penulis dalam penelitian ini. Langkah pertama yaitu dengan
tentang metode SPEO (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin) dan produksi ASI
pada ibu post partum. Data yang didapat dari studi literatur akan digunakan
Jenis pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung akan tetapi diperoleh
dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Sumber
data yang didapat berupa artikel atau jurnal yang relevan dengan topik. Data
45
46
atau jurnal yang digunakan. Kata kunci yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
PICOS framework :
5) Study design, desain penelitian yang digunakan oleh jurnal yang akan di
review
TABULASI JURNAL
47
48
2. Pengaruh Risse 2018 BPM Siti Ibu nifas Posttest Mann Hasil penelitian
Metode Melya Juleha normal Only Whitney menunjukkan bahwa
Stimulasi nsari Pekanbar yang Control rata-rata produksi ASI
Pijat u melahirka ibu nifas yang
Endorphi n di BPM dilakukan metode
ne, Siti SPEO adalah sebesar
Oksitosin, Julaeha 4,766 ml dan yang
Sugestif yang tidak dilakukan
(SPEOS) berjumlah metode SPEOS adalah
Terhadap 36 orang sebesar 2,250 ml. Dari
Produksi hasil uji statistic man
ASI Ibu whitney didapatkan
Nifas Di nilai p=0,000.
Bidan Menyatakan bahwa
Praktik ada perbedaan
Mandiri produksi ASI antara
Siti kelompok yang
Julaeha dilakukan SPEOS dan
Pekanbar kelompok yang tidak
u dilakukan SPEOS
dengan (mean) rank
lebih tinggi untuk
kelompok yang
dilakukan metode
SPEOS yaitu 25,78 ml
disbanding kelompok
yang tidak dilakukan
SPEOS hanya 11,22
ml yang artinya
produksi ASI
kelompok ibu nifas
yang dilakukan
SPEOS lebih banyak
daripada produksi ASI
kelompok ibu nifas
yang tidak dilakukan
SPEOS. Kesimpulan :
ada pengaruh metode
SPEOS terhadap
produksi ASI ibu
nifas di Bidan
Praktik Mandiri Siti
Juleha Pekanbaru.
3. Metode Diah 2016 BPM Ibu nifas Quasy Wilcoxo Ibu nifas primipara
SPEOS Eka Kota primipara Experim n uji diberi metode
(Stimulasi Nugra Bengkul ke empat ent bivariat intervensi SPEOS
Pijat heni, u dan pada hari post partum
Endorphi analisis pertama mulai 1-6 jam
Kosm
ne, multivar sampai minggu
Oksitosin,
a iat dan keempat, produksi ASI
Herya
49
6. Pengaruh Dewi 2017 RSUD Ibu post Quasy Uji Dari hasil uji Paired T-
Metode Permit Tidar seksio experim Indepen Test didapatkan
SPEOS a Sari Magelang saesarea ent dent T- produksi ASI sebelum
Terhadap di RSUD dengan Test dilakukan metode
Produksi Tidar one SPEOS terbanyak
ASI Pada Kota group adalah kategori sangat
Ibu Post Magelang pre-post kurang yaitu dengan
Seksio test jumlah 9 responden
Saesarea control (47,4%) pada
di Rumah kelompok intervensi
Sakit dan 12 responden
Umum (63,2%) pada
DaerahTi kelompok kontrol,
dar Kota sedangkan setelah
Magelang dilakukan tindakan
Tahun metode SPEOS
2007 semuanya produksi
ASI pada kategori
cukup pada kelompok
intervensi, sedangkan
pada kelompok control
dalam kategori kurang
dengan jumlah 11
responden (57,9%).
Hasil uji statistic
didapatkan p value
0,000 (p value <
0,005) maka Ho
ditolak. Kesimpulan :
52
7. Pengaruh Reza 2015 Rumah Ibu post Quasy Uji Waktu pengeluaran
Pijat Fahlila Sakit seksio experim Wilcoxo kolostrum pada
Oksitosin ni Marinir caesarea ent n kelompok kontrol ibu
Terhadap Zamza Ewa dengan post partum sectio
Waktu ra Pangalila post test caesarea selama <
Pengeluar Surabaya only 24jam sebanyak 0
an design orang (0.0%). Waktu
Kolostru pengeluaran kolostrum
m Ibu selama 24-36 jam
Post sebanyak 3 orang
Partum (30.0%), waktu
Sectio pengeluaran kolostrum
Caesarea selama >48 jam
sebanyak 7orang
(70.0%). Sedangkan
lama waktu
pengeluaran kolostrum
pada kelompok
perlakuan ibu post
partum section
caesarea selam <24
jam sebanyak 5 orang
(50.0%), waktu
pengeluaran kolostrum
selama 24-36 jam
sebanyak 3 orang
(30.0%), waktu
pengeluaran kolostrum
selama >48 jam
sebanyak 2 orang
(20%). Dari hasil uji
statistic Wilcoxon
menunjukkan hasil p=
0,026<0,05, bermakna
Ho ditolak sehingga
terdapat pengaruh
pijat oksitosin
terhadap waktu
pengeluaran
kolostrum di RS
Marinir Ewa
Pangalila Surabaya.
53
8. Pijat Nove 2017 Wilayah Ibu post Quasy Mann- Pengumpulan data
Oksitosin Lestari kerja partum Eksperi Whitney dilakukan dengan
Pada Ibu Puskesma primipara ment test menggunakan
Postpartu s Bendo dengan wawancara dan lembar
m pendeka observasi kemudian
Primipara tan pre dianalisis dengan
post test menggunakan uji
Terhadap
control Mann-Whitney test
Produksi group didapatkan nilai U
Asi Dan design. sebesar 8.000 dengan
Kadar p-value = 0.003 p-
Hormon value tersebut
Oksitosin dibandingkan = 0.05
maka p-value<,
sehingga disimpulkan
bahwa H0 ditolak atau
ada perbedaan
produksi ASI dan
kadar hormon
oksitosin antara
kelompok kontrol
dengan kelompok
perlakuan.
Kesimpulan : ada
pengaruh pijat
oksitosin terhadap
produksi ASI dan
kadar hormon
oksitosin pada ibu
post partum
primipara.
9. Pengaruh Ema 2017 Wilayah Ibu post Quasy McNem Hasil penelitian
Pijat Pilaria kerja partum Eksperi ar menunjukkan produksi
Oksitosin puskesma ment ASI sebelum
Terhadap s Pejeruk dengan dilakukan pijatan
Produksi Kota one oksitosin lebih banyak
ASI Pada Mataram group pada kategori produksi
pre post ASI tidak cukup yaitu
Ibu
test sebanyak 24
PostPartu design. responden (80%),
m Di sedangkan pada
Wilayah kategori cukup
Kerja sebanyak 6 responden
Puskesma (20%). Setelah
s Pejeruk diberikan intervensi
Kota pijat oksitosin
Mataram produksi ASI pada
Tahun kategori cukup
2017 sebanyak 27
responden (90%),
54
sedangkan pada
kategori tidak cukup
sebanyak 3 responden
(10%). Di peroleh nilai
p value = 0,000 atau p
< = 0,05 yang berarti
ada pengaruh pijat
oksitosin terhadap
produksi ASI pada ibu
post partum di wilayah
kerja Puskesmas
Pejeruk Tahun 2017.
10. Efektifitas Andri 2016 Desa Semua Quasy Uji Hasil analisa
Kombinas Tri Geger ibu nifas experim paired didapatkan p value =
i Kusu Kecamata primipara ent sample 0,000 dimana tingkat
Stimulasi manin n Turi di Desa dengan T test signifikan (2 tailed) p<
Oksitosin grum Kabupate Geger post test 0,05. Maka H1
Dan n Kecamatn only diterima artinya
Lamonga Turi design perbedaan signifikan
Endorfin
n Lamonga with non antara kelompok
Massage n sebesar equivale stimulasi oksitosin dan
Terhadap 32 ibu nt kelompok perlakuan
Kejadian nifas control kombinasi stimulasi
Bendunga group oksitosin dan
n ASI endorphin massage.
Pada Ibu Berdasarkan hasil
Post analisa tersebut dapat
Partum disimpulkan bahwa
Primipara pemberian kombinasi
stimulasi oksitosin dan
endorphin massage
lebih efektif untuk
mencegah terjadinya
bendungan ASI pada
ibu menyusui
dibandingkan hanya
dilakukan stimulasi
oksitosin. Kesimpulan
: ada pengaruh
efektifitas kombinasi
stimulasi oksitosin
dan endorphin
massage terhadap
kejadian bendungan
ASI pada ibu post
partum primipara.
55
Berdasarkan tabel 4.1 dari sepuluh jurnal yang telah di review sebagian besar
menunjukkan adanya pengaruh metode SPEO terhadap produksi ASI pada ibu
post partum ditandai dengan hasil dari p-value adalah menunjukkan <0,05.
BAB 5
PEMBAHASAN
produksi ASI, tetapi untuk variabel independen dari ke 10 jurnal tersebut berbeda
yaitu 5 jurnal memiliki variabel independen metode pijat endorphin dan oksitosin,
variabel independen pijat endorphin dan breast care. Dari variabel-variabel jurnal
tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana produksi ASI pada ibu post partum.
Proses produksi ASI selain dipengaruhi oleh stimulasi pijat SPEO juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti makanan, ketenangan jiwa dan fikiran,
faktor istirahat, faktor isapan anak, faktor obat-obatan. Berdasarkan dari faktor-
faktor tersebut, maka penelitian diatas dapat dilihat bahwa ada pengaruh metode
PICOS framework dan istilah pencarian jurnal melalui MESH, batasan mengambil
jurnal dan hal lainnya. Jurnal yang digunakan dalam literature review didapatkan
56
57
penulis gunakan dalam mendapatkan jurnal tentang metode SPEO dan produksi
ASI pada ibu post partum. Penulis mengambil semua desain penelitian yang
5.3 Hasil
didapatkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menghambat proses produksi
ASI, seperti kurangnya pengetahuan, kecemasan, dan ketakutan ibu, sehingga hal
tidak dapat keluar segera setelah melahirkan. Karena kondisi ini maka metode
SPEO menjadi terapi untuk membantu kelancaran ASI pada ibu post partum. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) dan Melyansari (2018) memiliki
masalah yang sama yang diangkat sebagai poin penting dalam penelitiannya yaitu
ketidaklancaran produksi ASI yang dialami oleh ibu post partum. Meskipun untuk
populasi yang diambil pada kedua jurnal tersebut adalah berbeda. Kemudian pada
terhadap peningkatan produksi ASI dan peningkatan berat badan bayi. Karena
produksi ASI ibu akan meningkat setelah dilakukan metode SPEO, sehingga berat
badan bayi juga ikut meningkat. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Lestari (2017), lebih menekankan kepada pengaruh metode SPEO terhadap
tentang adanya anggapan ibu post partum bahwa menyusui merupakan cara yang
kuno serta alasan ibu bekerja, takut kehilangan kecantikan, tidak disayang suami
58
dan gencarnya susu formula diberbagai media massa, merupakan alasan yang
Berdasarkan uraian dari beberapa jurnal tersebut, metode SPEO juga dapat
Pada umumnya kebanyakan daerah sudah mengenal istilah pijat sejak zaman
nenek moyang. Budaya pijat masa nifas juga sudah dikenal bagi ibu-ibu masa
nifas khususnya pada masyarakat jawa, namun belum diteliti dan difokuskan
keuntungan pijat pada ibu masa nifas. Sehingga banyak jurnal yang dterbitkan
secara langsung kepada ibu post partum atau ibu nifas, juga dapat memberikan
edukasi kepada keluarga ibu post partum atau ibu nifas untuk menangani masalah
produksi ASI. Hal ini juga sesuai dengan anjuran pemerintah untuk pemanfaatan
costae kelima dan keenam akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin,
sehingga ASI pun otomatis dapat lebih lancar. Selain memperlancar ASI pijat
sangat penting bagi ibu nifas untuk membantu memberikan rasa tenang dan
menggosok atau mengelus ruas tulang belakang mulai dari tulang leher (cervical
vertebrate) sampai dengan tulang pinggang kedua (humbal vertebrate L2) dan
reflek prolaktin dan oksitosin sehingga meningkatkan volume dan produksi ASI
(Mongan, 2009).
tulang belakang. Pijat ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau
reflek pengeluaran ASI. Ibu yang menerima pijat oksitosin akan merasa lebih
oksitosin yang membuat saluran ASI lebih lebar sehingga ASI mengalir lebih
mudah. Hormon oksitosin diproduksi lebih cepat dari hormon prolaktin, bahkan
hormon ini dapat bekerja sebelum bayi mulai menghisap. Hal penting lainya
60
adalah hormon ini berperan dalam kontraksi rahim pasca melahirkan yang
dilakukan secara bersamaan atau bisa disebut dengan metode SPEO akan
bermanfaat terhadap kelancaran produksi ASI ibu post partum karena dengan
pijat tersebut akan memberikan rasa rileks, tenang, dan nyaman sehingga akan
yang dapat menciptakan rasa nyaman dan tenang. Oleh karena itu metode SPEO
pengeluaran ASI karena efeknya yang membuat ibu merasa nyaman sehingga
akan membantu untuk pengeluaran ASI. Selain itu, peneliti juga berpendapat
bahwa faktor lain dari kelancaran produksi ASI juga didapatkan dari proses
mekanisme koping ibu serta dukungan dari suami dan keluarga, sehingga ibu
61
akan lebih percaya diri untuk bisa menyusui bayinya. Terbukti dari hasil
penelitian yang telah di telaah, ibu yang ASI nya tidak lancar setelah dilakukan
pijat endorphin dan oksitosin ASI nya meningkat dan ASI akan lebih banyak
keluar.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
Dari hasil literature review ini dapat disimpulkan bahwa dari 10 jurnal yang
telah di review menunjukkan bahwa ada pengaruh metode SPEO terhadap produksi
ASI dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu produksi ASI sebelum dilakukan metode
SPEO masuk dalam kategori tidak cukup, sedangkan setelah dilakukan metode SPEO
produksi ASI ibu post partum masuk dalam kategori cukup dengan rata-rata hasil p-
value < 0.005, oleh karena itu metode SPEO sangat efektif diberikan kepada ibu
post partum.
6.2 Saran
dan metode riset yang berkaitan dengan ketidaklancaran produksi ASI.. Contoh
hypnobreastfeeding.
tentang metose SPEO ini kepada masyarakat sehingga nanti diharapkan semua
62
63
64
65
Jadwal Penelitian
Pengaruh Metode SPEO (Stimulasi Pijat Endorphin, Oksitosin) Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Spontan di Ruang
Maternitas RSNU Tuban
2019
No Tahapan Agustus Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Konsultasi Masalah
2. Survei Awal
3. Penyusunan BAB 1
4. Penyusunan BAB 2
5. Penyusunan BAB 3
6. Penyusunan BAB 4
2020
No Tahapan Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
7. Penyusunan Lampiran
8. Ujian Proposal
9. Revisi Proposal
10. Pengurusan Surat Ijin Penelitian
11. Pelaksanaan Penelitian
12. Tabulasi Hasil
13. Penyusunan BAB 5
14. Penyusunan BAB 6
15. Penyusunan BAB 7
16. Penyusunan Lampiran
17. Abstrak
18. Seminar Hasil
19. UjianSkripsi
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6