59
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Penilaian Materi
No. Kategori Rentang Skor
1. Sangat Baik 51- 60
2. Baik 41- 50
3. Cukup Baik 31- 40
4. Kurang Baik 21- 30
5. Sangat Kurang Baik 12- 20
diperoleh jumlah skor 44. Maka materi yang akan digunakan dalam
dinyatakan layak untuk uji coba lapangan dengan revisi sesuai saran.
IPS
instrumen tes hasil belajar IPS yang akan digunakan untuk uji coba
Data validasi ahli materi instrumen tes hasil belajar IPS terhadap kualitas
instrumen tes hasil belajar diperoleh jumlah skor 30. Maka instrumen
Cukup Baik.
Data yang diperoleh dari validasi ahli materi instrumen tes hasil
ganda. Beberapa kaidah yang masih nampak belum tepat: a) option atau
adalah instrumen tes hasil belajar IPS dinyatakan layak untuk uji coba
instrumen angket gaya belajar yang akan digunakan untuk uji coba
instrumen angket gaya belajar diperoleh jumlah skor 32. Maka instrumen
angket gaya belajar yang akan digunakan dalam penelitian memiliki
kategori Baik.
soal masih ada yang ambigu; b) bahasa. Secara umum baik, tetapi harus
validasi adalah instrumen angket gaya belajar dinyatakan layak untuk uji
oleh peneliti yang terdiri dari aspek pembuatan media yang terdiri dari
Baik.
validasi ahli media adalah media dinyatakan layak untuk uji coba
dikonsultasikan kepada dosen ahli dan alat tes yang telah dikonsultasikan
sudah diperbaiki sesuai saran dosen ahli, maka tahap selanjutnya adalah tahap
uji coba instrumen. Tahap uji coba dilakukan pada kelas yang masih dalam
populasi tapi di luar sampel penelitian, yakni kelas VIII A SMP Negeri 15
Yogyakarta yang berjumlah 31 siswa. Dari hasil uji coba diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Validitas Instrumen
valid apabila nilai pbi > r tabel . Dari hasil uji validitas instrumen tes hasil
Tabel 15. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar IPS
No. Gugur/Valid No Item
1. Valid 1, 2, 4, 5,6, 7, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 19, 20
2. Gugur 3, 8, 18
analisis item koefisien korelasi point biserial terdapat 3 butir soal yang
sebanyak 17 butir soal. Soal-soal yang tidak valid bukan berarti tidak
digunakan lagi, akan tetapi diperbaikai sesuai dengan saran dari ahli.
r> 0,300. Maka dari 31 butir pernyataan angket diketahui valid semua.
2. Reliabilitas Instrumen
gaya belajar telah memenuhi kriteria valid dan reliabel, sehingga dapat
C. Analisis Data
prasyarat analisis terlebih dahulu. Sesuai dengan teknik analisis yang akan
dipakai untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini maka dilakukan uji
prasyarat analisis yaitu dengan uji normalitas data dan uji homogenitas
a. Uji Normalitas
belajar IPS baik pretest maupun posttest bisa dilihat dalam tabel 17.
b. Uji Homogenitas
Tabel 18. Hasil uji Homogenitas Instrumen Tes Hasil Belajar IPS dan
Angket Gaya Belajar
Levene Test
Kelompok Kategori Kesimpulan
F df 1 df 2 Sig.
Eksperimen Tes Hasil Belajar 1,756 3 63 0,165 Homogen
AV & KKB IPS
Angket Gaya Belajar 2,460 3 63 0,071 Homogen
Http://smp14yk.co.nr/.
VIII C yang berjumlah 35orang sebagai kelas eksperimen satu dan SMP
eksperimen dua. Kedua kelas yaitu kelas eksperimen satu dan kelas
tanggal 30 Januari 2013 berjumlah 31 siswa. Dan uji coba instrumen tes di
a. Pretest dilakukan pada hari Kamis tanggal 14 Februari 2013 pada jam
pelajaran ke 5.
dan 2.
c. Perlakuan kedua dan postest pada hari Kamis tanggal 21 februari 2013
a. Pretest dilakukan pada hari Sabtu tanggal 16 Februari 2013 pada jam
pelajaran ke 5.
b. Perlakuan pertama pada hari Senin tanggal 18 februari 2013 pada jam
ke 7 dan 8.
c. Perlakuan kedua dan postest pada hari Selasa tanggal 19 februari 2013
lampiran 17).
80, nilai rata-rata sebesar 53,75 dan standar deviasi 12,11. (Lihat
lampiran 17).
Ringkasan hasil posttest kelas eksperimen satu yaitu kelas
berikut:
17).
Bergambar
sebagai berikut.
Tabel 22. Rangkuman Distribusi Frekuensi Skor Posttest
Kelompok Kartu Konsep Bergambar
Skor Frekuensi Persentase
45 1 3,1%
50 2 6,3%
55 1 3,1%
60 4 12,5%
65 4 12,5%
70 3 9,4%
75 7 21,9%
80 7 21,9%
85 3 9,4%
Total 32 100%
Rata-rata = 70,312
Standar Deviasi = 10,920
60, skor tertinggi 80, nilai rata-rata sebesar 68,947 dan standar
Hal itu dapat ditunjukkan pada hasil skor minimum dan skor
Visual-Auditorial
Bergambar
adalah 7,5.
yang dilihat dari selisih antara nilai posttest dan pretest (gain
signifikan.
terdiri dari dua yaitu kategori gaya belajar visual dan kategori gaya
bergambar.
gaya belajar yang dominan apakah gaya belajar visual atau gaya
a. Hipotesis 1:
b. Hipotesis 3:
belajar visual-auditorial.
c. Hipotesis 4:
probabilitas kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka H 0 ditolak dan Ha diterima.
Dari hasil analisis data diperoleh hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 32. Ringkasan Two Way Anava Perbandingan antara Media
Audiovisual dan Kartu Konsep Bergambar menurut Gaya
Belajar dalam Pengaruh terhadap Hasil Belajar IPS SMP
Negeri 14 Yogyakarta dan SMP Negeri 15 Yogyakarta
Kategori Skor Rerata F Nilai p
Media Audiovisual 72,43 7,392 0,008
probabilitas atau peluang kesalahan sebesar 0,008 < nilai 𝜶=0,05 hal
belajar IPS; b) pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar IPS diperoleh
nilai probabilitas atau peluang kesalahan sebesar 0,04 < 𝜶=0,05 berarti
berikut:
(p) 0,008 < 0,05. Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan
lebih besar dari rerata hasil belajar dengan menggunakan media kartu
media kartu konsep bergambar. Hal itu terlihat pada hasil rerata total
dinyatakan diterima.
lebih rendah dari pada media kartu konsep bergambar kategori gaya
belajar visual. Hal itu terlihat pada hasil rerata total kelompok media
auditorial. Hal itu terlihat pada hasil rerata total kelompok media
mempengaruhi hasil belajar IPS sebesar 41,7 %. Hal ini terbukti dari
58,3% merupakan variabel lain di luar media dan gaya belajar yang
IPS.
D. Pembahasan
SMP yang lebih tertarik dengan pembelajaran yang bersifat konkrit tetapi
merasa jenuh, dan banyak dari mereka yang sibuk berbincang dengan
teman sebangku. Bila terus berlangsung fenomena yang seperti itu akan
berdampak pada tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS
bergambar menunjukkan hasil yang signifikan (lihat lampiran 18). Hal ini
sebesar 0,008 < nilai 𝜶=0,05. Terlihat jelas pada rerata masing-masing
audiovisual sebesar 72,43 lebih tinggi dari pada rerata hasil belajar dengan
Azhar Arsyad (2011: 148) antara lain: 1) Film dan video merupakan
pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan obyek yang secara
sulit diperoleh dalam dunia nyata; dan 10) Dapat menghemat waktu.
gambar yang tidak dapat bergerak sehingga daya tariknya tidak sekuat
audiovisual lebih rendah dari pada yang menggunakan media kartu konsep
dengan gaya belajar siswa sedemikian rupa agar siswa itu termotivasi
memahami apa yang sedang mereka pelajari dengan melihat. Maka ada
informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa film,
Felder & Solomon ( Sugihartono, 2007: 56) menjelaskan bahwa tipe visual
memiliki ingatan yang bagus terhadap apa yang diingatnya, sedangkan tipe
Namun demikian setiap orang akan belajar lebih banyak jika informasi
dengan tipe gaya belajar visual, akan tetapi siswa dengan tipe gaya belajar
visual ini memiliki masalah dengan efek suara dan seringkali salah
bergambar akan lebih cocok pada tipe gaya belajar visual karena lebih
menekankan pada unsur warna, garis, bentuk dan ukuran yang lebih
menarik.
hipotesis kedua yang menunjukkan bahwa rerata hasil belajar siswa yang
menggunakan media audiovisual gaya visual lebih rendah dari pada rerata
kelompok gaya visual. Hal itu ditunjukkan pada hasil uji hipotesis 2 yang
audiovisual kategori gaya belajar visual lebih rendah yaitu sebesar 68,94
terhadap hasil belajar IPS dengan perbandingan rerata hasil belajar dengan
media audiovisual kategori gaya belajar visual lebih rendah dari pada
media kartu konsep bergambar kategori gaya belajar visual. Hal itu terlihat
pada hasil rerata total kelompok media audiovisual kategori gaya belajar
visual sebesar 68,94 lebih rendah dari pada rerata kelompok media kartu
kelompok siswa dengan gaya belajar visual. Hasil belajar siswa dengan
gabungan dari visual maupun auditorial dalam hal ini gaya belajar visual-
menyukai media yang sekaligus menyajikan dua unsur yaitu gambar dan
suara sehingga akan belajar lebih banyak. Azhar Arsyad (2011: 10)
belajar melalui indera pandang berkisar 75% melalui indera dengar 13%
hasil belajar siswa yang menggunakan media audiovisual dan kartu konsep
pada rerata hasil belajar siswa pada sampel yakni SMP Negeri 14 dan 15
dari pada media kartu konsep bergambar pada kelompok siswa dengan
diterapkan tentunya. Siswa tidak dianggap sebagai objek yang tidak tahu
apa-apa. Siswa justru sebagai subjek yang memiliki latar belakang, minat,
tujuan instruksional dapat tercapai dengan efektif. Oleh karena itu, guru,
media pembelajaran, serta perbedaan individu dalam hal ini gaya belajar
diperoleh siswa.
belajar IPS (lihat lampiran 18). Dengan demikian hipotesis ke empat yang