Anda di halaman 1dari 65

SURVEI MOTIVASI SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA FUTSAL


DI SMP NEGERI 7 SAMARINDA

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:

GATUT ATMOJO KUNCORO YUDHO

1705105042

PENDIDIKAN JASMANI
FAKULATAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Dalam

kehidupan modern sekarang ini manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan-kegiatan

olahraga. Kegiatan olahraga yang sering dilakukan oleh manusia saat ini bahkan kerap

kali dikaitkan dengan kesehatan. Tak hanya untuk meningkatkan kesehatan secara fisik

melainkan olahraga mampu meningkatkan kualitas hidup seseorang secara

keseluruhan.

Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan oleh manusia secara sistematis yang

bertujuan untuk meningkatkan kondisi fisiknya dan membuat tubuhnya menjadi sehat,

baik sehat secara jasmani, maupun rohani. Selain memberikan peningkatan kondisi

fisik dan membuat tubuh menjadi sehat, olahraga dapat digunakan sebagai sarana

rekreasi yang bisa memberikan kesenangan dan kepuasan bagi manusia itu sendiri.

Toho Cholik Mutohir (2007: 23 ) menjelaskan bahwa, hakekat olahraga adalah refleksi

kehidupan masyarakat suatu bangsa. Di dalam olahraga tergambar aspirasi serta nilai-

nilai luhur suatu masyarakat, yang terpantul melalui hasrat mewujudkan diri melalui

prestasi olahraga. Kita sering mendengar kata-kata bahwa kemajuan suatu bangsa salah

satunya dapat tercermin dari prestasi olahraganya. Harapannya adalah olahraga di

Indonesia dijadikan alat pendorong gerakan kemasyarakatan bagi lahirnya insan

2
menusia unggul, baik secara fisikal, mental, intelektual, sosial, serta mampu

membentuk manusia seutuhnya.

Douglas Hartmann, Christina Kwauk. (2011: 285) mengatakan pada dasarnya

olahraga adalah tentang partisipasi. Olahraga menyatukan individu dan komunitas,

menyoroti kesamaan dan menjembatani perbedaan budaya atau etnis. Olahraga

menyediakan forum untuk belajar keterampilan seperti disiplin, kepercayaan diri, dan

kepemimpinan dan mengajarkan prinsip-prinsip inti seperti toleransi, kerjasama, dan

rasa hormat. Olahraga mengajarkan nilai usaha dan bagaimana mengatur kemenangan

dan juga kekalahan. Saat ini aspek positif dari olahraga ditekankan, olahraga menjadi

kendaraan yang kuat yang melaluinya.

Olahraga juga mempunyai dampak yang besar bagi dunia pendidikan. Dalam

melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan olahraga yang dilakuan secara sistematis

dengan strategi dan proses pembelajaran yang baik dan benar, akan mampu berperan

dan memberikan kontribusi yang bermakna dalam pembentukan karakter dan

kepribadian siswa. Di sini Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sangat

berperan. Selain aktivitas jasmani itu sendiri juga untuk mengembangkan potensi

peserta didik melalui aktivitas fisik atau jasmani.

Olahraga pendidikan sebagai salah satu lingkup kegiatan keolahragaan tak

lepas dari upaya pengembangan dan peningkatan kualitas dalam pelaksanaannya. Hal

ini terkait dengan amanat undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem

Keolahragaan Nasional pasal 25 ayat (1) yang menyatakan bahwa pembinaan dan

3
pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dan diarahkan sebagai satu kesatuan

yang sistematis dan berkesinambungan dengan sistem pendidikan nasional. Lebih

lanjut dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2007 tentang

Penyelenggaraan Keolahragaan pasal 25 ayat (1) menyatakan bahwa pembinaan dan

pengembangan olahraga pendidikan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan,

kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani serta pengembangan

minat dan bakat olahraga.

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa saat diluar jam

pelajaran sekolah. Ekstrakurikuler ini juga merupakan wadah bagi siswa untuk

menyalurkan bakat yang ada di siswa. Jenis ekstrakurikuler itu dibagi menjadi dua

yaitu bidang akademik dan bidang non akademik. Ekstrakurikuler bidang akademik

merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang berhubungan dengan mata pelajaran yang

dipelajari oleh siswa, contohnya seperti adanya klub Bahasa Inggris, klub Matematika,

klub Kimia, klub Bahasa Indonesia, dan lainnya. Lalu ekstrakurikuler bidang non

akademik merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang berhubungan dengan bakat, minat,

atau hobi siswa mengenai kesenian, kegiatan kedisiplinan, maupu olahraga. Contohnya

antara lain klub tari, Pramuka, Paskibraka, klub bola voli, klub bola basket, dan futsal.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Agustus

2020 saat melaksanakan KKN PLP Tematik Terintegrasi Luar Biasa di sekolah SMP

Negeri 7 Samarinda di jalan H. M. Kadrie Oening kelurahan Air Hitam kecamatan

Samarinda Ulu kota Samarinda memiliki beberapa ektrakurikuler diantaranya yaitu

4
futsal, KIR, Mading/Jurnalistik, basket, teater, seni tari, seni musik/vocal, rohis/habsyi,

drum band, PMR dan Pramuka. Dari kegiatan ekstrakurikuler yang ada futsal banyak

digemari oleh para siswa.

Akan tetapi di sekolah SMP Negeri 7 Samarinda sendiri tidak memiliki sarana

dan prasarana berupa lapangan futsal. Sedangkan untuk bermain futsal sarana yang

paling utama itu adalah diperlukannya lapangan, tanpa adanya lapangan tidak mungkin

bisa melakukan permainan futsal. Dalam melakukan permainan futsal paling tidak

harus mempunyai lapangan dengan lebar 15 – 25 meter dan panjang 25 – 42 meter bisa

dilakukan di dalam ruangan yang tertutup atau di lapangan yang terbuka.

Dengan tidak adanya fasilitas berupa lapangan futsal di sekolah SMP Negeri 7

Samarinda maka para siswa jika ingin bermain atau melakukan latihan futsal mereka

harus pergi ke tempat penyewaan lapangan futsal yang berada di jalan Suryanata yaitu

Suryanata Futsal. Dengan didampingi oleh guru PJOK, Bahasa Indonesia, dan Tenaga

Perpustakaan. Para siswa SMP Negeri 7 Samarinda rutin melaksanakan permainan

futsal setiap minggunya pada hari sabtu yaitu pada pukul 10.00 – 12.00 WITA.

Latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas terdapat beberapa masalah

terkait motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga futsal di

sekolah SMP Negeri 7 Samarinda. Oleh karena peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian ini untuk mengetahui tingkat motivasi intrinsik dan ekstrinsik peserta

ektrakurikuler futsal di SMP Negeri 7 Samarinda.

5
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka

penelitian ini berjudul “Survey Motivasi Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan

Ekstrakurikuler Olahraga Futsal di SMP Negeri 7 Samarinda”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka

dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut: “Apa Motivasi

Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga Futsal di SMP Negeri 7

Samarinda Pada Tahun Pembelajaran 2020/2021?”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui apa Motivasi Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan

Ekstrakurikuler Olahraga Futsal di SMP Negeri 7 Samarinda Pada Tahun Pembelajaran

2020/2021.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

6
a. Penelitian ini diharapkan bermanfaat besar bagi siswa saat

proses dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga

futsal di SMP Negeri 7 Samarinda.

b. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan acuan, dan

referensi bagi peneliti untuk masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan atau

informasi terhadap para peneliti selanjutnya, supaya bisa

menjadi acuan serta dapat disempurnakan lagi.

b. Bagi siswa hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk

bisa lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler olaharaga futsal di SMP Negeri 7 Samarinda,

sehingga ekstrakurikuler olahraga futsal bisa lebih berprestasi.

c. Bagi pihak sekolah dan guru, hasil penelitian ini bermanfaat

untuk memacu siswa agar termotivasi untuk mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler olahraga futsal di sekolah.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Penelitian Survei

Penelitian survei adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan

dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk

sampel dari sebuah populasi. Dalam penelitian survei, peneliti meneliti karakteristik

atau hubungan sebab akibat antar variabel tanpa adanya intervensi peneliti.

Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif, survei yang

dilakukan dalam melakukan penelitian biasanya dilakukan dengan menyebarkan

kuisioner, wawancara, atau observasi. Survei lazim dilakukan dalam penelitian

kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan

pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara

mendalam dengan pertanyaan terbuka. Survei (survey) atau lengkapnya self-

administered survey adalah metode pengumpulan data primer dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu.

Pengertian metode survey adalah penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan angket sebagai alat penelitian yang dilakukan pada populasi besar

maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari

populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar

8
variabel, sosiologis maupun psikologis (Sugiyono 2013:11). Penelitian survey

menyediakan pertanyaan-pertanyaan untuk respondennya.

Menurut Zechmester (dalam Emzir 2017:39) penelitian survei

mengilustrasikan prinsip-prinsip penelitian korelasional dan melengkapinya dengan

cara yang tepat dan efektif untuk mendeskripsikan pemikiran, pendapat, dan perasaan

orang. Berbagai survei berbeda dalam tujuan dan ruang lingkup, tetapi secara umum

semuanya melibatkan sampling. Hasil yang diperoleh untuk suatu sampel yang dipilih

secara hati-hati dipergunakan untuk mendeskripsikan seluruh populasi objek penelitian

yang menarik perhatian kita. Survei juga melibatkan penggunaan suatu set pertanyaan

awal yang pada umumnya berbentuk kuisioner.

Dalam survei informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan

kuisioner atau angket. Umumnya penelitian survei dibatasi pada penelitian yang

datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Hal

ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Pada

umumnya yang merupakan unit analisa dalam penelitian survei adalah individu.

Penelitian survei dengan demikian adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu

populasi dan menggunakan kuisioner atau angket sebagai alat pengumpulan data yang

pokok.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa penelitian survei adalah metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk

mendapatkan data yang terjadi saat ini atau lampau, pendapat, karakteristik, perilaku,

9
hubungan variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis tentang data dari sampel yang

diambil dari populasi tertentu dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu

teknik kuisioner atau angket.

B. Hakikat Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Aspek motivasi mempunyai peranan penting bagi kejiwaan seseorang, sebab

motivasi sebagai salah satu faktor yang digunakan untuk dorongan tingkah laku

manusia. Menurut Umam (2012 : 159) motivasi didefinisikan sebagai dorongan.

Dorongan merupakan suatu gerak jiwa dan perilaku seseorang untuk berbuat.

Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang artinya sesuatu yang dapat

menggerakkan manusia untuk melakukan tindakan atau perilaku, dan di dalam

tindakan tersebut terdapat tujuan tertentu.

Motivasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku manusia.

Motivasi disebut juga sebagai pendorong, keinginan, pendukung atau kebutuhan-

kebutuhan yang dapat membuat seseorang bersemangat dan termotivasi untuk

mengurangi serta memenuhi dorongan diri sendiri, sehingga dapat bertindak dan

berbuat menurut cara-cara tertentu yang akan membawa kea rah yang optimal. Wina

Sanjaya (2010:250) motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku

tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya motivasi

10
tersebut akan mendorong seseorang untuk berlatih, bekerja keras, dan dapat bertahan

lebih lama dalam megikuti suatu kegiatan atau pembelajaran.

Menurut Usman (2013 : 276) motivasi ialah dorongan yang dimiliki seseorang

untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah kebutuhan (need), keinginan (wish),

dorongan (desire) atau impuls. Motivasi merupakan suatu dorongan yang membuat

orang bertindak atau berperilaku dengan cara-cara motivasi yang mengacu pada sebab

munculnya sebuah perilaku, seperti faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk

melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi dapat diartikan sebagai kehendak

untuk mencapai status, kekuasaan, dan pengakuan yang lebih tinggi bagi setiap

individu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ini memiliki

arti sebagai kekuatan yang timbul atau muncul dari dalam diri seseorang untuk

melakukan sesuatu aktivitas atau kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuannya.

Dengan timbulnya motivasi, maka seseorang akan mempunyai semangat untuk

melaksanakan segala aktivitas dalam mencapai kebutuhannya baik motivasi itu dari

diri sendiri maupun dari luar individu. Dengan kata lain motivasi ini adalah sebagai

pondasi yang penting untuk seseorang melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan

yang akan dia lakukan untuk mencapai sesuatu tujuan yang ingin dicapainya. Supaya

tujuan dari seseorang itu tercapai maka harus memiliki dorongan atau kemauan dalam

diri maupun dari luar untuk sebisa mungkin mendapatkan hasil yang maksimal.

11
2. Teori Motivasi

Setiap manusia mempunyai kebutuhan sendiri-sendiri. Secara umum, teori

motivasi dibagi dalam dua kategori, yaitu teori kandungan (content), yang memusatkan

perhatian pada kebutuhan dan sasaran tujuan, dan teori proses, yang banyak berkaitan

dengan bagaimana orang berprilaku dan mengapa mereka berprilaku dengan cara

tertentu. Sardiman (2016:80-81) berpendapat bahwa, dalam hal ini ada beberapa teori

tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu:

a. Kebutuhan fisiologis, lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan

sebagainya;

b. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa

takut dan kecemasan;

c. Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu

masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok);

d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan

bakat dengan usaha mencapai hasil dalam pengetahuan, sosial, pembentukan

pribadi.

Dengan istilah lain, kebutuhan untuk berusaha ke arah kemandirian dan

aktualisasi diri. Sesuai dengan kebutuhan itu Maslow menciptakan piramida

hierarki kebutuhan yang lebih lengkap yang dilukiskannya seperti berikut:

12
Gambar 2.1 Piramida Hierarki Kebutuhan Maslow (Sardiman 2016 : 81)

Kebutuhan manusia seperti telah dijelaskan di atas senantiasa akan selalu

berubah. Begitu juga motif, motivasi yang selalu berkait dengan kebutuhan tentu

akan berubah-ubah atau bersifat dinamis, sesuai dengan keinginan dan perhatian

manusia.

3. Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi dapat dikatakan sebagai dimana keadaan seseorang yang

mendorong dan menggerakan diri mereka guna melakukan sesuatu kegiatan yang

ingin mereka lakukan, sehingga mencapai tujuannya. Disini menurut Suhardi

(2013) motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang datangnya dari dalam diri

seseorang. Motivasi ini terkadang muncul tanpa pengaruh apa pun dari

luar. Biasanya orang yang termotivasi secara intrinsik lebih mudah

terdorong untuk mengambil tindakan. Bahkan, mereka bisa memotivasi

13
dirinya sendiri tanpa perlu dimotivasi orang lain. Semua ini terjadi karena

ada prinsip tertentu yang mempengaruhi mereka (Suhardi, 2013).

Berdasarkan dari uraian di atas motivasi intrinsik ini adalah motivasi yang

timbul tanpa perlu motivasi orang lain, karena seseorang tersebut tanpa disadari

bisa memotivasi diri sendiri.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikannya motivasi intrinsik, yaitu

motivasi yang muncul karena pengaruh lingkungan luar. Motivasi ini

menggunakan pemicu untuk membuat seseorang termotivasi. Pemicu ini

bisa berupa uang, bonus, insentif, penghargaan, hadiah, gaji besar,

jabatan, pujian dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik memiliki kekuatan

untuk mengubah kemauan seseorang. Seseorang bisa berubah pikiran dari

yang tidak mau menjadi mau berbuat sesuatu karena motivasi ini (Suhardi,

2013).

Dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik ini adalah motivasi yang

yang bisa timbul apabila dapat pengaruh dari lingkungan luar. Motivasi ekstrinsik

adalah motivasi yang harus memerlukan rangsangan dari orang lain agar

seseorang mau melakukan kegiatan yang ingin dicapainya sesuai tujuannya.

Dalam berolahraga motivasi ekstrinsik meliputi juga motivasi kompetitif karena

motif untuk bersaing memegang peranan yang lebih besar dari pada kepuasan

14
karena berprestasi baik.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa motivas itu ada

yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah

motivasi yang timbul dari dalam diri individu. Sehingga individu tersebut bisa

melakuan yang ingin dilakukannya dengan dorongan atau kemauan yang muncul

dari diri sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul

karena pengaruh dari lingkungan luar atau rangsangan dari luar individu tersebut.

Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik harus berjalan dengan seimbang,

supaya kegiatan atau aktivitas yang ingin dilakukan oleh individu tersebut bisa

mencapai tujuan yang diinginkan dan tindakan yang dilakukan itu lebih berarti.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam

diri siswa yang menimbulkan kegiatan yang menjamin kelangsungan dan

memberikan arah pada kegiatan tersebut, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat

tercapai. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi meliputi faktor

motivasi intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor

motivasi ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar individu.

Menurut Sutrisno ( dalam Wardani, 2009 : 124 ) motivasi dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang dapat dibedakan atas faktor internal dan faktor eksternal

dari seseorang itu antara lain :

1. Faktor internal, meliputi keinginan untuk dapat hidup, keinginan

15
untuk dapat memiliki, keinginan untuk memperoleh penghargaan,

keinginan untuk memperoleh pengakuan dan keinginan untuk

berkuasa.

2. Faktor eksternal, meliputi kondisi lingkungan kerja, supervise

yang baik, adanya jaminan pekerjaan, adanya penghargaan atas

prestasi, peraturan yang fleksibel, status dan tanggung jawab.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi itu di

pengaruhi oleh faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu ialah faktor

internal yang berasal dari diri individu dan faktor eksternal yang berasal dari luar

individu tersebut.

C. Hakikat futsal

1. Pengertian Futsal

Futsal adalah permainan yang dilakukan oleh 2 tim yang masing-masing

tim terdiri dari 5 orang dalam 1 tim yang bertujuan membuat gol sebanyak

mungkin ke gawang lawan. Menang atau kalah dari pertandingan dilihat dari

jumlah goal yang diciptakan, tingkat baik buruknya pemain serta proses strategi

dalam pertandingan. Menurut Naser & Ali (2016 : 1) pengertian futsal adalah

sebuah versi sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan lima melawan lima

(satu penjaga gawang dan empat sebagai pemain) yang telah disetujui oleh badan

pengatur sepak bola internasional atau yang biasa kita sebut (Federation

International de asosiasi sepakbola, FIFA 2014). Sedangkan menurut Kurniawan

16
(2011 : 104) futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang

masing-masing tim beranggotakan lima orang dengan tujuan untuk memasukkan

bola ke gawang lawan, dengan manipulasi bola dan kaki.

Futsal ini sangat ideal sebagai sarana mengembangkan intelegensi dalam

bermain sepakbola. Sehingga pemain yang menguasai teknik dasar futsal akan

sangat baik dalam bermain futsal. Sebelum berkembang menjadi cabang olahraga

yang kedudukannya sejajar dengan lapangan rumput, futsal juga ditekuni sebagai

sarana pengarahan dan pembentukan para pemain muda yang ingin berkarir

dalam sepakbola rumput, serta menjaga dan melatih kemampuan fisik secara

umum dan teknik khusus. Menurut Mulyono (2017 : 5 ) futsal adalah salah satu

cabang olahraga yang termaksud bentuk permainan bola besar. Sepak bola futsal

yang dimainkan di dalam ruangan adalah berupa team dengan sifat dinamis

Menurut Rezaimanesh (2012 : 3138) disetiap kompetisi pertandingan

olahraga atlet dapat memecahkan rekor yang dilakukan sebelum atau sesudah

dengan hasil yang jauh lebih baik karena persiapan fisik, mental dan teknis.

Serrano (2013 : 157) menambahkan mengenai keputusan juga faktor-faktor

penting kenyamanan dalam permainan. Menurut Dogramaci (2011 : 650) secara

alami, hasil pertandingan adalah penentu utama intensitas selama pertandingan-

pertandingan futsal. Menjadi tinggi intensitas pemain futsal juga akan lebih cepat

ketika merasakan kelelahan antara waktu ketika permainan berlangsung.

Permainan bentuk tim futsal mampu bertransisi dalam hitungan perdetik, dengan

mengiringi perubahan dari posisi bertahan ke serangan begitu pula sebaliknya

17
(Aji 2016 : 84).

Olahraga futsal adalah permainan yang sangat cepat dan dinamis. Dari

segi lapangan yang relatif kecil hampir tidak ada ruangan untuk membuat

kesalahan (Andri Irawan 2009 : 5). Tujuannya adalah memasukan bola ke gawang

lawan, dengan memainkan bola menggunakan kaki. Selain lima pemain utama,

setiap regu juga diijinkan memiliki pemain cadangan. Tidak seperti permainan

sepakbola dalam ruangan lainnya, lapangan futsal dibatasi garis bukan net atau

papan. Pengertian futsal adalah permainan yang dilakukan oleh lima pemain

setiap tim berbeda dengan sepak bola konvensional yang pemainnya berjumlah

sebelas orang setiap tim. Ukuran lapangan dan ukuran bolanya pun lebih kecil

dibandingkan ukuran yang digunakan dalam sepakbola (Justinus Lhaksana 2011

: 5).

Menurut Mulyono (2017 : 5) futsal adalah salah satu di antara cabang

olahraga yang termaksud bentuk permainan bola besar. Sepak bola berkembang

menjadi alternatif olahraga futsal, karena lebih efesien untuk digunakan lahan

serta ukuran lapangan yang agak lebih kecil. Futsal dimainkan oleh dua tim yang

masing-masing terdiri atas lima pemain, salah satunya adalah kiper, futsal

mempunyai karakteristik di antaranya adalah semua pemain aktif berpartisipasi

secara merata dan kapan saja bisa main walaupun dalam keadaan fase bertahan

atau menyerang, eksekusi sangat cepat dengan tingkat presisi yang sangat tinggi

seingga dapat mengejutkan lawan kemudian melakukan langkah cepat sepanjang

permainan.

18
Olahraga permainan futsal ini memiliki intensitas yang cukup tinggi

dalam mengalirkan bola dari kaki ke kaki. Karena disamping ukuran lapangannya

yang agak kecil disini para pemain dituntut segera membuat gol dengan waktu

yang 20 menit dalam satu babak. Tiap atlet diharuskan berjuang agar selalu

menguasai mengontrol bola, dan juga ditekankan agar selalu berlari dengan

tempo yang tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan Lhaksana (2012 : 4) bahwa

olahraga futsal permainan dinamis dan cepat, dan transisi bola bertahan ke

menyerang harus seimbang. Setiap atlet melakukan gerakan kombinasi tubuh

yang baik dari rotasi sepatu pemain dan permukaan lapangan futsal yang

menggunakan rumput sintetik ataupun matras.

Menurut Sarmento (2016 : 628) analisis permainan futsal semestinya tidak

hanya mencakup aksi permainan di lapangan saja, namun sebaiknya pemain futsal

yang dapat dihasilkan dari lapangan khususnya pola atau strategi untuk

menciptakan gol. Futsal ini permainan yang sangat menarik dan cepat. Baik dari

segi lapangan relatif kecil, hamper tidak ada terjadi kesalahan. Oleh karena itu

diperlukan kerjasama antar pemain lewat passing yang akurat, bukan hanya untuk

melewati lawan. Ini disebabkan dalam permainan futsal pemain selalu berangkat

dengan falsafah 100% ball possession.

Olahraga futsal mempunyai kesamaan dengan sepak bola, salah satu

bentuk kesamaannya adalah merebut bola dari lawan dan memasukkan bola ke

gawang untuk menciptakan sebanyak mungkin, serta menjaga daerah pertahanan

sehingga tidak kemasukan gol bagi tim, dan pemenang diketahui dari total gol

19
yang telah tercipta. Walaupun futsal dan sepak bola itu sepintas hanya memiliki

kesamaan namun ada beberapa yang membedakan.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

permainan futsal adalah permainan yang cara memainkannya dengan 1 tim berisi

5 orang yaitu 1 kiper dan 4 pemain yang dalam suatu pertandingannya bertanding

melawan tim lainnya. Olahraga futsal sendiri mempunyai peraturan yang sangat

terperinci, sehingga bisa membedakan mana sepak bola dan mana futsal. Adapun

khusus aturan di lapangan baik ukuran tertentu seperti ukuran bola, ukuran pada

gawang, ukuran lapangan, dan tidak terbatasnya melakukan pergantian pemain.

2. Peraturan Futsal

a. Bola

Pada permainan futsal, bola yang digunakan berbeda dengan bola

yang biasa digunakan dalam permainan sepakbola. Ukuran bola standar

international yang digunakan dalam permainan futsal ukurannya lebih

kecil ketimbang bola yang digunakan dalam permainan sepak bola.

terdapat beberapa aturan bola yang harus diperhatikan. Menurut standar

aturan resmi FIFA dalam law game of the (2014: 5) bola yang digunakan

harus:

a. Mempunyai bentuk bulat.

b. Bahan kulit atau sejenisnya.

c. Keliling minimal 62 cm dan maksimalnya 64 cm.

20
d. Ketika pertandingan berat bola minimal 400 gram dan

maksimalnya 440 gram.

e. Mempunyai tekanan yang sama dengan 0,6 – 0,9 atmosfir (600 –

900 gram).

f. Ketika dipantulkan ketinggian bola antara 50 cm – 65 cm dari

pantulan pertama.

Gambar Bola

b. Lapangan

Menurut Aji (2016: 96) lapangan futsal memiliki ukuran - ukuran

tersendiri seperti bentuk persegi panjang dengan ukuran 25-42 m, dan lebar

lapangan 25 m. Dimaksudkan lapangan berbentuk bujar sangakar dengan

garis ke samping kemudian pembatas lapangan harus lebih panjang dari

pada garis gawang, minimal panjang 25 m kemudian untuk panjang 42 m

lebar minimal 16 m dan maksimalnya 25 m. Ukuran yang digunakan untuk

21
pertandingan internasional adalah panjangnya minimal 38 m, dan

maksimalnya 42 m, kemudian lebar untuk ukurannya minimal 20 m,

kemudian maksimalnya 25 m. Lapangan mempunyai segala sesuatu yang

sudah diatur dalam menggunakan batas batas lapangan yang ditujukan

kepada pemain agar mengetahui bola masih keadaan aktif atau tidak

(Mulynoo 2014: 10). Lapangan futsal juga mempunyai tanda garis yang

menempel di lapangan, diperoleh dua garis pembatas utama yaitu garis

pada gawang dan garis pada lapangan. Lapangan menjadi dua bagian

dengan digunakannya garis tengah lapangan, dimana diameternya diberi

tanda titik bulat yang persis di tengah-tengah lapangan. Tanda titik bulat

letaknya di tengah memiiki fungsi untuk menaruh bola di tengah

menandakan dimulainya pertandingan, kemudian titik bulat bertanda

sebuah lingkaran yang memiliki radius 3 m.

Didalam area pinalti memiliki tanda garis yang berbentuk setegah

lingkaran dari kedua garis berukuran seperempat lingkaran. Adapun

ketentuannya sebagai berikut:

a. Tendangan titik pinalti pertama :

Terletak posisi yang berjarak 6 m dari titik tengah yang berada

diantara kedua tiang gawang.

b. Tendangan titik pinalti kedua :

Terletak posisi 10 m titik tengah diantara kedua tiang dan gawang

22
Gambar Lapangan Futsal

c. Gawang

Menurut Aji (2016: 98) garis gawang harus ditempatkan pada

bagian tengah. Gawang adalah salah satu alat perlengkapan futsal yang

letaknya pada posisi kedua sisi lapangan (Mulyono 2017: 55). Aturan law

of the games futsal (2012: 4) posisi gawang wajib pada bagian tengah

diantara masing-masing garis gawang. Pada dasarnya futsal dan sepak bola

memiliki kesamaan mengenai gawang, yakni memiliki dua tiang diantara

tiang yang satu dan tiang lainnya, kemudian bentuknya horizontal yang

terletak bagian tas diantara masing-masing kedua tiang. Akan tetapi

ukuran gawang dalam permainan futsal memiliki ukuran yang lebih kecil

ketimbang ukuran gawang dalam permainan sepak bola. Bentuk penopang

pada tiang gawang hanya dibolehkan berbentuk kotak dan lingkaran, dari

kedua pilihan tersebut penopang yang berbentuk lingkaran lebih untuk

23
dianjurkan, alasannya karena relatif lebih aman bila bola terbentur pada

penopang akan menghasilkan pantulan bola yang akurat.

Tinggi gawang permainan futsal masing-masing memiliki 2 m dan

lebar 3 m. Jaring gawang letaknya pada bagian belakang tiang pas diluar

garis pembatas. Ukuran bagian atas jaring gawang adalah 80 cm dan

ukuran bagian bawah 100 cm, kemudian bahan tali gawang dianjurkan

dengan tali nilon karena bahannya kuat dan tahan lama.

Gambar Gawang futsal

d. Durasi Pertandingan

Durasi pertandingan futsal 2 x 20 menit bersih selama dua babak.

Durasi akan dilanjutkan apabila selama pertandingan belum diketahui

pemenangnya. Oleh karena itu durasi pertandingan ditambahkan kurang

lebih 2 x 10 menit, jika masih tetap seimbang maka wasit menentukan

dengan cara pinalti. Tiap-tiap tim diberikan kesempatan untuk melakukan

time out. Time out memiliki durasi kurang lebih satu menit, kemudian

untuk waktu istirahat diantara babak kedua dan pertama maksimal 12

menit.

24
e. Jumlah Pemain

Saat pertandingan futsal berjalan, masing masing dari kedua tim

tersebut terdiri atas 5 pemain yang berada di lapangan, salah satunya yaitu

kiper. Permainan futsal dalam pertandingan pemain tidak dibatasi

pergantian pemain, maksudnya setiap pemain diizinkan berbuat

bergantian pemain sewaktu waktu dalam pertandingan. Pergantian dapat

dibolehkan ketika bola berada didalam lapangan ataupun di luar. Jumlah

pemain pengganti di batasi hingga 9 pemain (law of the games 2012 : 8).

f. Perlengkapan Pemain

Menurut law of the games (2012: 10) setiap pemain diwajibkan

memakai perlengkapan bertujuan menunjang pemain. Adapun beberapa

dasar perlengkapan yang wajib dimiliki seorang pemain adalah:

a. Memakai seragam kostum tim kecuali kipper

b. Celana pendek, jika pemain memakai celana yang

bentuknya stretch pants maka warnanya ikut menyusuaikan

dengan warna utama.

c. Memakai kaos kaki, juga plaster disesuaikan dengan warna

yang sudah disepakati.

d. Wajib memakai shinguards

e. Sepatu yang dipakai harus sama dengan model yang

diperkenankan petunjuk lapangan.

25
g. Wasit

Dalam peraturan pertandingan futsal akan dipimpin oleh kedua

wasit yang telah mempunyai keputusan penuh dalam mengontrol

permainan. Wasit bertanggung jawab dalam mengamplikasikan aturan

aturan yang sudah ditentukan oleh wasit, kemudian menjamin pemain

untuk mengikuti semua aturan yang wasit tetapkan agar pemain dengan

kondisi yang baik untuk mengamati pelanggaran. Kesuksesan wasit dalam

olahraga futsal sekurang kurangnya sebagian kemampuannya

menjalankan tuntutan fisik dan psikologis yang digunakan sewaktu

berlangsungnya pertandingan.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa permainan futsal dan sepak bola mempunyai beberapa peraturan yang

sama, namun permainan futsal juga mempunyai peraturan sendiri yang sudah

ditetapkan oleh FIFA.

3. Tehnik Dasar Futsal

Tehnik dasar permainan futsal pada dasarnya memiliki persamaan dengan

permainan sepakbola tetapi ada yang membedakannya adalah permainan futsal ini

dimainkan di lapangan yang ukurannya relatif lebih kecil dari pada lapangan sepak

bola. Permukaan lapangan futsal yang digunakan ialah datar sehingga terjadi

sedikit perbedaan dalam melaksanakan teknik permainan. Menurut Hermans

26
(2011: 23) teknik adalah permainan yang dalam bentuk memperebutkan bola dan

tujuannya untuk melwati lawan lebih dari satu dan menyuplai gerakan team.

Setiap pemain diwajibkan untuk dapat melaksanakan transisi bermain cepat, dari

bertahan ke menyerang maupun menyerang dan bertahan. Oleh sebab itu

memerlukan kesanggupan dalam mengontrol teknik dalam permainan futsal

dengan benar dan baik. Adapun mengenai teknik futsal yang patut dikuasai yaitu:

a. Passing

Teknik passing dalam pernainan futsal sangat sering dilakukan selama

pertandingan maupun bermain keterampilan futsal, setimbang dari teknik

lainnya, karena untuk melatihan teknik dasar passing sesuatu yang

diwajibkan bagi pemain. Passing bola kepada teman dengan kaki bagian

dalam agar melakukan passing cukup keras dan bola dapat dikontrol oleh

teman (Aji, 2016: 88). Menurut Hermans (2011: 31) passing salah satu

bagian yang penting dalam permainan futsal yang serba cepat, seperti awal

memulai serangan menjadi akurasi yang penting. Dalam keterampilan

bermain futsal, passing adalah hal yang terpenting dilakukan seorang

pemain, namun kebanyakan yang terjadi saat ini ketika melakukan passing

yang tidak tepat maka sasaran passing itu juga pasti tidak tepat pada sasaran.

b. Shooting

Kemenangan tim permainan futsal bisa dilihat dari total gol yang

dimasukkan ke dalam gawang lawan. Untuk bisa melakukan gol seorang

pemain harus menguasai dasar-dasar shooting. Menurut Mulyono (2017: 42)

27
shooting memiliki tujuan yang penting, pertama menjauhkan bola dari area

pertahanan, dan kedua adalah untuk mencetak gol ke gawang lawan. shooting

yang paling baik dapat dilakukan dengan menggunakan kaki bagian dalam.

c. Controlling

Teknik Mengontrol bola dalam permainan futsal adalah teknik

menghentikan bola supaya dapat dikuasai secara sempurna, dengan mengontrol

bola pada bagian telapak kaki bawah. Adapun ketika mengontrol bola khusus

pada bagian dada bisa dilakukan jika bola posisi melambung tinggi di atas

permukaan lapangan (Mulyono, 2017: 40).

d. Chipping

Teknik tendangan chipping ini selalu dilakukan dalam keterampilan

bermain futsal tujuannya untuk mengumpan bola melalui atas kepala lawan.

Teknik chipping ini hampir sama dengan teknik passing, hanya yang

membedakan teknik chipping ini pada bagian atas ujung dan mengcongkelnya

tepat dibawah bola. Menurut Mulyono (2011: 11) tinggi bola ketika ditendang

dapat perkirakan dan harus mengamati posisi teman jauh atau dekatnya dengan

yang dapat diberikan bola.

e. Heading

Teknik menyundul bola pada bermain futsal sama dengan teknik

yang dilakukan pada permainan sepak bola yaitu melakukan heading

dengan menggunakan pada bagian kepada yaitu kening. Sebagaimana

dijelaskan Mulyono, (2017: 45) cara melakukan heading merupakan salah

28
satu cara untuk mempertahankan bola dengan menggunakan bagian

kepala. Pemain harus menjaga keseimbangan dan ketepatan untuk

membaca arah bola sehingga bisa melakukan heading dengan baik, namun

sangat jarang dijumpai untuk melakukan heading karena pada dasarnya

gerakan futsal sangat cepat.

f. Dribbling

Menurut Justinus Lhaksana (2012 : 33) tehnik dribbling merupakan

keterampilan penting dan mutlak harus dikuasai oleh setiap pemain futsal.

Dribbling merupakan kemampuan yang dimiliki setiap pemain dalam

menguasai bola sebelum diberikan kepada temannya untuk menciptakan

peluang dalam mencetak gol. Dalam permainan futsal ini untuk

menggiring bola menggunakan ujung bawah kaki bagian depan.

Berdasarkan definisi dari para ahli di atas bisa di simpulkan bahwa tehnik

dasar permainan futsal dengan permainan sepak bola itu mempunyai kesamaan.

Tehnik dasar yang membedakan dari kedua tehnik tersebut adalah controlling.

Dalam permainan futsal menggunakan telapak kaki, sedangkan dalam permainan

sepak bola menggunakan kaki bagian dalam. Perbedaan yang kedua yaitu

dribbling, dalam permainan futsal selalu menggunakan ujung bawah kaki pada

bagian depan sedangkan sepak bola selalu menggunakan kaki bagian dalam dan

kaki bagian luar.

29
D. Hakikat Ekstrakurikuler

1. Pengertian Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan tambahan di luar jam sekolah yang

diharapkan dapat membantu membentuk karakter peserta didik sesuai dengan

minat dan bakat masing-masing. Banyak hal yang dapat dikembangkan melalui

kegiatan esktrakurikuler. Mulai dari kegiatan pembentukan fisik dengan

berolahraga, pembinaan kreatifitas berolahrasa dengan kesenian keterampilan,

sampai dengan pembangunan dan pengembangan mentalitas peserta didik melalui

kegiatan kerohanian.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan dan perbaikan

yang berkaitan dengan program kokurikuler dan intrakurikuler. Kegiatan ini dapat

dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat mengikuti kegiatan

tersebut. Melalui bimbingan dan pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler dapat

membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh para peserta didik.

Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti dan dilaksanakan oleh peserta didik baik di

sekolah maupun di luar sekolah, bertujuan agar peserta didik dapat memperkaya

dan memperluas diri. Memperluas diri ini dapat dilakukan dengan memperluas

wawasan pengetahuan dan mendorong pembinaan sikap atau nilai-nilai.

Istilah ekstrakurikuler terdiri atas dua kata yaitu “ekstra” dan “kurikuler”

yang digabungkan menjadi satu kata “ekstrakurikuler”. Dalam Bahasa inggris

disebut dengan extracurricular dan memiliki arti di luar rencana pelajaran. Secara

terminologi sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan

30
dan Kebudayaan Nomor 060/U/1993 dan Nomor 080/U/1993 kegiatan

ekstrakurikuler adalah kegiatan yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang

tercantum dalam susunan program sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah,

dan dirancang secara khusus agar sesuai dengan faktor minat dan bakat siswa.

Bahkan lebih jauh lagi dijelaskan dalam Surat Keputusan Direktur Jendral

Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 226/C/Kep/O/1992 bahwa kegiatan

ekstrakurikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa dan pada waktu libur

sekolah yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah.

Pengertian ekstrakurikuler menurut kamus besar bahasa Indonesia

(2002:291) yaitu ”suatu kegiatan yang berada di luar program yang tertulis di

dalam kurikulum seperti latihan kepemimpinan dan pembinaan siswa”. Kegiatan

ekstrakurikuler sendiri dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib. Kegiatan ini

memberi keleluasaan waktu dan memberikan kebebasan pada siswa, terutama

dalam menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan bakat serta minat mereka.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan (2008: 4) kegiatan ekstrakurikuler

merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang

diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah,

bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri.

Ekstrakurikuler di sekolah merupakan kegiatan yang bernilai tambah yang

diberikan sebagai pendamping pelajaran yang diberikan secara intrakurikuler.

Ekstrakurikuler dapat dijadikan sebagai wadah bagi siswa yang memiliki minat

31
mengikuti kegiatan tersebut. Melalui pelatihan dan bimbingan guru, kegiatan

ekstrakurikuler dapat membentuk sikap positif terhadap kegiatan yang diikuti oleh

para siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa ekstrakurikuler itu

merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam mata pelajaran sekolah yang

dimana kegiatan ini menekankan pada peserta didik untuk menambah wawasan,

sikap, dan juga keterampilannya yang dilakukan pada saat diluar jam mata

pelajaran sekolah.

2. Landasan Kegiatan Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler ini berlandaskan pada penetapan Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2008 tentang

Pembinaan kesiswaan, dengan mengingat:

a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 78, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4301).

b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).

c. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 41, tambahan Lembaran Negara Republik

32
Indonesia Nomor 4496).

d. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang kedudukan,

tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan Tata Kerja

Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20

Tahun 2008.

e. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai

pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor

77/P Tahun 2008.

f. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 14 Tahun 2005

tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jendral Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah.

g. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

h. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006

tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Peraturan Pendidikan

Dasar dan Menengah.

i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006

Tentang Pedoman Pelaksanaan Standar Isi dan Standar

Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah.

33
j. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2006

Tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik.

k. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007

Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah.

3. Tujuan Ekstrakurikuler

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan pasti tidak lepas dari aspek tujuan.

Karena suatu kegiatan yang dilakukan tanpa jelas tujuannya maka kegiatan itu

akan sia sia. Begitu pula dengan kegiatan ekstrakurikuler tertentu memiliki tujuan

tertentu. Mengenai tujuan dalam ekstrakurikuler dijelaskan oleh Roni Nasrudin

(2010 : 12) berikut ini

Kegiatan ekstrakurikuler memiliki tujuan sebagaimana dijelaskan berikut ini :

1. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan

keterampilan mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran,

menyalurkan bakat dan minat, serta melengkapi upaya pembinaan

manusia seutuhnya yang :

a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Berbudi pekerti luhur.

c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan.

d. Sehat rohani dan jasmani.

e. Berkepribadian yang mantap dan.

34
f. Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan.

2. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta

mengaitkan pengetahuan yang diperolehnya dalam program

kurikulum dengan kebutuhan dan lingkungannya. Berdasarkan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 39 Tahun 2008 tentang pembinaan manusia kesiswaan

(2008 : 4), pembinaan kesiswaan memiliki tujuan sebagaimana

dijelaskan berikut ini.

1. Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu

yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas.

2. Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan

ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga

terhindar dari usaha dari pengaruh negatif dan bertentangan

dengan tujuan pendidikan.

3. Mengaktualisasi potensi siswa dalam pencapaian potensi

unggulan sesuai bakat dan minat.

4. Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang

berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi

manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat mandiri

(civil society).

35
Penjelasan di atas pada hakekatnya menjelaskan tujuan kegiatan

ekstrakurikuler yang ingin dicapai adalah untuk kepentingan siswa, dengan kata

lain kegiatan esktrakurikuler memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa dalam

upaya pembinaan manusia seutuhnya. Maksud dari upaya pembinaan manusia

seutuhnya ini adalah agar para siswa yang nantinya juga akan terjun ke masyarakat

sudah memiliki bekal untuk bermasyarakat, yang dimana bekal untuk

bermasyarakat ini sudah di dapatkan oleh siswa saat mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler yang dibina oleh guru dan mentor lainnya.

4. Fungsi Ekstrakurikuler

Fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan

kemampuan potensi dan rasa tanggung jawab memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk memperluas pengalaman social dalam kesiapan karir peserta

didik melalui pengembangan kapasitas. Menurut Aqip dan Sujak (2011 : 68)

terdapat empat fungsi kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan, yaitu :

pengembangan, sosial, rekreatif, dan persiapan karir.

1. Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler

berfungsi untuk mendukung perkembangan personal peserta didik

melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian

kesempatan untuk pembentukan karakter dan kepempimpinan.

2. Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman

36
sosial, praktik keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan

nilai sosial.

3. Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan

dalam suasana rilek, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga

menunjang proses perkembangan peserta didik. Kegiatan

ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer

sekolah lebih menantang dan lebih menarik bagi peserta didik.

4. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler

berfungsi untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui

pengembangan kapasitas.

Menurut Mumuh Sumarna (2006 : 10) dijelaskan bahwa fungsi kegiatan

ekstrakurikuler yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksudkan untuk lebih

mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program kurikulum dengan

keadaan dan kebutuhan lingkungan.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah sebagai sarana penunjang bagi proses

pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah yang berguna untuk mengaplikasikan

teori dan praktik yang telah diperoleh sebagai hasil nyata proses pembelajaran.

5. Jenis-Jenis Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler tentu berbeda-beda jenisnya, karena banyak hal

yang memang berkaitan dengan kegiatan siswa selain dari kegiatan inti. Dengan

37
beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang ada, siswa dapat memilih kegiatan yang

sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. Beberapa jenis kegiatan

ekstrakurikuler yang diprogramkan di sekolah dijelaskan oleh Depatemen

Pendidikan dan Kebudayaan (1995 : 3) sebagai berikut.

a. Pendidikan kepramukaan

b. Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA)

c. Palang Merah Remaja (PMR)

d. Pasukan Keamanan Sekolah (PKS)

e. Gema Pecinta Alam (GPA)

f. Filateli

g. Koperasi Sekolah

h. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

i. Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

j. Olahraga

k. Kesenian

Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler juga diatur dalam Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi

Kurikulum, berdasarkan pilihannya terdapat dua jenis kegiatan ekstrakurikuler

yaitu :

1. Ekstrakurikuler wajib, merupakan program ekstrakurikuler yang

harus diikuti oleh seluruh peserta didik, terkecuali bagi peserta

didik dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk

38
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut.

2. Ekstrakurikuler pilihan, merupakan program pilihan

ekstrakurikuler yang dapat diikuti oleh peserta didik sesuai dengan

minat bakat dan minatnya masing-masing.

Kemudian menurut Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, terdapat beberapa

jenis yaitu :

1. Krida. Kepramukaan.

Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa, Palang Merah Remaja

(PMR), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) dan lainnya.

2. Karya ilmiah.

Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), Kegiatan Penguasaan Keilmuan

dan Kemampuan Akademik, Penelitian dan sebagainya.

3. Latihan/olah bakat/prestasi.

Pengembangan bakat olahraga, seni dan budaya, cinta alam,

jurnalistik, teater, keagamaan, dan lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai jenis-jenis kegiatan

ekstrakurikuler bisa disimpulkan bahwa jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler

diprogramkan untuk mengaplikasikan minat dan bakat peserta didik dan

pelaksanaannya dapat diselenggarakan di sekolah ataupun di luar sekolah sesuai

bentuk dan jenis kegiatan yang akan dilakukan. Perencanaan program kegiatan

dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak sangat diperlukan dalam proses

39
pembinaan peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler.

E. Hakikat Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga

1. Pengertian Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga

Pendidikan jasmani kesehatan dan olahraga merupakan sistem pendidikan

yang mengutamakan aktifitas jasmani, fisik, permainan dan olahraga yang

dijadikan media untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh terhadap

individu (Darminto 2017 : 2). Istilah serupa juga dikemukakan oleh Andriyanto

(2016 : 4) bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mengandung makna

pembelajaran yang mengedepankan aktivitas jasmani sebagai media dalam

mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan juga adalah salah satu mata

pelajaran yang penting di sekolah. Husdarta (2015:18) menjelaskan bahwa

Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan

kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karna itu,

pelajaran penjas tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran yang lain

seperti: Matematika, Bahasa , IPS dan IPA dan lain-lain .

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dalam arti serupa juga

diartikan sebagai sebuah media untuk mendorong pertumbuhan fisik, psikis,

motorik, pengetahuan dan penalaran, serta pembiasaan pola hidup sehat yang

seimbang Darminto (2017:1). Istilah lain juga dikemukakan oleh Rizky dkk

(2013:460) bahwa penjasorkes sebagai media pembinaan anak dalam menjalani

40
hidup sehat serta upaya pembuatan keputusan terbaik khususnya pada bidang

jasmaninya. Pernyataan ini lebih menekankan bahwa pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan adalah sebagai media yang efektif dalam pembelajaran

supaya tercapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Tujuan pendidikan jasmani

olahraga dan kesehatan juga mendukung tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki kepentingan yang

relatif sama dengan program pendidikan mata pelajaran lain dalam ranah

pembelajaran. Ranah pembelajaran yang dikembangkan meliputi tiga ranah

utama yakni psikomotor, afektif dan kognitif (Samsudin, 2008:21). Seperti

dijelaskan dibawah ini :

1. Pengembangan Aspek Psikomotor

Peserta didik memiliki tugas menguasai keterampilan gerak dalam

berbagai cabang olahraga yang merupakan tanggung jawab utama guru.

Banyak guru mata pelajaran penjasorkes yang memiliki pemahaman

bahwa peserta didik harus menguasai cabang olahraga. Padahal dalam

mengajarkan keterampilan gerak tersebut adalah pengembangan

keterampilan untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, serta

membantu dirinya bertindak efisien dalam melaksanakan tugas sehari-

harinya, bukan untuk mempersiapkan mereka untuk menjadi atlet yang

berprestasi. Hal ini relevan dengan tujuan penjasorkes yang berhubungan

dengan kebugaran jasmani yaitu individu, sebagai anggota keluarga, serta

sebagai anggota masyarakat.

41
2. Pengembangan Aspek Kognitif

Penjasorkes secara umum identik dengan pembelajaran

psikomotorik atau peningkatan keterampilan gerak. Padahal salah satu

tugas penjasorkes adalah meningkatkan pengertian anak tentang tubuh

dan kemungkinan geraknya, serta berbagai faktor yang memengaruhinya

ditinjau dari segi konsep gerak. Ditinjau dari konsep kebugaran yakni

diharapkan peserta didik mengetahui pengertian tentang pengaruh latihan

atau kegiatan fisik terhadap kesehatan tubuh yang berguna bagi mereka

untuk menjalani gaya hidup secara aktif.

3. Konsep Gerak

Istilah konsep gerak merujuk pada gagasan-gagasan kognitif yang

memiliki nilai transfer. Konsep gerak dalam pendidikan jasmani dapat

berupa respon gerak seperti menangkap, melempar, atau perpindahan

gerak (lokomotor) yang benar-benar hanya sebuah nama dari

keterampilan gerak yang bisa digunakan dalam berbagai situasi. Peserta

didik diharuskan untuk mengenal nama-nama tersebut dengan keharusan

memahami ciri-ciri, jenis, serta syarat yang harus dipenuhi agar layak

disebut gerak.

4. Pengembangan Aspek Afektif

Aspek afektif berbeda dengan psikomotor dan kognitf. Aspek ini

lebih dikenal bawaan lahir maupun kebiasaan lingkungan, ketika peserta

didik memiliki lingkungan yang buruk aspek ini akan berjalan buruk,

42
namun sama halnya lingkungan yang baik maka peserta didik akan

otomatis mengikuti lingkungannya. Strategi afektif yang digunakan dalam

penjasorkes selama ini baru terbatas pada upaya membangkitkan sikap

dan minat siswa terhadap penjasorkes walaupun tanpa peegangan yang

jelas.

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui penyedian

pengalaman belajar kepada siswa berupa aktivitas jasmani, bermain dan

berolahraga yang direncanakan secara sistematik guna merangsang pertumbuhan

dan perkembangan fisik, keterampilan motorik, keterampilan berpikir, emosional,

sosial dan moral (Dini Rosdiani 2015:1).

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang

mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental,

sosial, serta emosional bagi masyarakat, dengan wahana aktivitas jasmani.

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan lewat aktivitas jasmani untuk

mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam ranah psikomotorik, afektif, dan

kognitif. Aktivitas belajar tersebut terjadi karena ada rangsang yang dilakukan

oleh guru. Guru memberikan rangsang dengan aneka pengalaman belajar gerak,

di sisi lain siswa akan membalas respon melalui aktivitas fisik yang terbimbing.

Melalui respon itulah akan terjadi perubahan perilaku.

Dari pendapat yang telah disampaikan, bisa diambil kesimpulan bahwa

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ini adalah suatu sistem pendidikan

43
yang mendidik peserta didik atau siswa melalui aktivitas jasmani yang terstruktur

agar peserta didik tumbuh dan berkembang secara baik dan mempunyai

kepribadian yang baik juga. Di samping itu juga pendidikan jasmani olahraga

dan kesehatan juga adalah wadah utama peserta didik dalam melakukan aktivitas

fisiknya.

2. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mempunyai tujuan yang

sifatnya menyeluruh. Husdarta (2015:9) Secara sederhana, menjelaskan:

a. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan

dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan

perkembangan sosial.

b. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk

menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong

partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

c. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani

yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efesien

dan terkendali.

d. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam

aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

e. Berpastisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat

mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa

44
berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.

f. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani,

termasuk permainan olahraga.

Sedangkan menurut Dini Rosdiani (2015:2) Pendidikan jasmani

mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap

sosial dan toleransi dalam kemajemukan budaya, etnis, dan agama.

b. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab

, kerjasama, percaya diri, dan demokrasi melalui aktivitas jasmani,

permainan dan olahraga.

c. Mengembangkan keterampilan-keterampilan gerak dan

keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga (aktivitas

permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan , aktivitas uji

diri, aktivitas ritmik, aktivitas air, dan aktivitas luar sekolah/alam

bebas).

d. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri untuk

mengembangkan dan memelihara kebugaran jasmani melalui

aktivitas jasmani dan olahraga.

e. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri

sendiri dan orang lain.

f. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga

45
sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola

hidup sehat.

g. Mampu mengisi waktu luang dengan dengan aktivitas jasmani

yang bersifat rekreatif.

Dari penyampaian pendapat di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa tujuan

dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada dasarnya ingin membentuk

para peserta didik yang memiliki karakter dan juga mampu mengembangkan

nilai-nilai sosial yang ada dalam peserta didik.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan menurut Ega

Trisna Rahayu (2013 : 18) meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Permainan dan olahraga meliputi : Olahraga tradisional,

permainan, eksplorasi gerak, keterampilan locomotor non-

lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak

bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu

tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

2. Aktivitas pengembangan meliputi : mekanika sikap tubuh,

komponen kesegaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta

aktivitas lainnya.

3. Aktivitas senam meliputi : ketangkasan sederhana,

46
ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai,

serta aktivitas lainnya.

4. Aktivitas ritmik meliputi : gerak bebas, senam pagi,

SKJ, dan senam aerobic.

5. Aktivitas air meliputi : permainan di air,

keselamatan air, keterampilan gerak di air, dan renang.

6. Pendidikan luar kelas meliputi : piknik/karyawisata,

pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki

gunung.

7. Kesehatan meliputi : penanaman budaya hidup

sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan

perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat,

memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan

merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan

aktif dalam kegiatan P3K dan UKS.

F. Kerangka Berpikir

Motivasi merupakan faktor yang menentukan seseorang dalam memilih

kegiatan, sehingga besar sekali pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan yang

ingin dicapainya. Seseorang yang mempunyai motivasi di dalam dirinya akan

lebih mampu dan lebih baik dalam melakukan kegiatan yang dilakukannya. Disini

siswa memiliki motivasi yang menunjangnya untuk mengikuti kegiatan

47
ekstrakurikuler olahraga futsal. Motivasi siswa ini bisa berasal dari dalam dirinya

sendiri (intrinsik) dan motivasi yang berasal dari rangsangan atau dorongan dari

luar (ekstrinsik).

Kegiatan ekstrakurikuler olahraga futsal ini merupakan wadah bagi siswa

untuk menyalurkan minat dan bakat siswa. Salah satu usaha untuk meningkatkan

antusias siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga futsal ini yaitu

dengan motivasi yang datang dari diri sendiri. Motivasi menentukan tingkat hasil

atau gagalnya kegiatan siswa. Melakukan sesuatu kegiatan tanpa motivasi akan

sulit mencapai keberhasilan secara optimal. Dari penjelasan di atas, maka peneliti

terdorong untuk meneliti motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler olahraga futsal di SMP Negeri 7 Samarinda yang akan diuraikan

melalui kuisioner atau angket.

48
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan metode penelitian yang

digunakan adalah metode penelitian survei, dengan cara pengumpulan datanya

menggunakan tehnik pengumpulan data berupa angket (kuisioner). Menurut

Resseffendi (2010:33) mengatakan bahwa penelitian adalah penelitian yang

menggunakan observasi, wawancara atau angket mengenai keadaan sekarang ini,

mengenai subjek yang sedang kita teliti. Sugiyono (2015:6) berpendapat bahwa,

“metode survei digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah

(bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,

misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya

(perlakuan tidak sama seperti eksperiment)”. Dalam hal ini metode penelitian survei

termasuk dalam ketegori metode penelitian kuantitatif.

Penelitian deskriptif ini adalah suatu penulisan yang menggambarkan keadaan

yang sebenarnya tentang objek yang diteliti, menurut keadaan yang sebenarnya pada

saat penelitian langsung. Menurut Sugiyono (2011:21) metode deskriptif adalah

metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Sedangkan menurut Moh. Nazir (2012:54) metode deskriptif adalah suatu metode

49
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Sugiyono (2015:8) menjelaskan metode penelitian kuantitatif sebagai

berikut, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian

yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sempel tertentu, teknik pngambilan sempel pada umumnya

dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan.

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan

menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang ada dan coba

menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian yaitu di SMP Negeri 7 Samarinda dan penelitian ini akan

dilaksanakan pada bulan februari 2021.

C. Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya ( Sugiyono 2015 : 38 ). Variabel adalah suatu konsep yang

memiliki variasi nilai. Konsep yang memiliki variasi nilai dapat disebut juga variabel

50
(Eko Putro Widoyoko 2012 : 2). Variabel dalam penelitian ini adalah Survei Motivasi

siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga futsal di SMP Negeri 7

Samarinda.

D. Definisi Operasional Penelitian

Definisi oprasional ini dimaksudkan untuk memperjelas dan mempertegas kata-

kata atau istilah yang diberikan dengan judul penelitian. Definisi oprasional dalam

penelitian ini adalah :

Maslow, sebagai tokoh motivasi dalam Hamzah B. Uno (2009:6)

mengemukakan bahwa pada orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan

tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Lima tingkat

kebutuhan itu sebagai berikut :

1. Kebutuhan Fisiologis adalah kebutuhan yang harus dipuaskan seperti

makanan, perumahan, pakaian, udara untuk bernafas, istirahat, dan

sebagainya.

2. Kebutuhan akan rasa aman yaitu kebutuhan rasa aman, keselamatan,

bebas dari rasa takut dan kecemasan.

3. Kebutuhan akan cinta kasih atau kebutuhan sosial yaitu kebutuhan

kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga,

sekolah,kelompok).

51
4. Kebutuhan akan penghargaan yaitu kebutuhan percaya diri dan harga

diri maupun kebutuhan akan pengakuan orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri,

yakni mengembangkan bakat dengan usuha mencapai hasil dalam

bidang tertentu.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2015:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dari uraian tersebut

populasi penelitian ini adalah seluruh siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

olahraga futsal di SMP Negeri 7 Samarinda.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada

pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu maka peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari

sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel

yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili) (Sugiono

2015:81). Pada penelitian ini digunakan teknik Simple Random Sampling. Dikatakan

52
simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara demikian

dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik Simple Random Sampling

memiliki kelebihan dalamhal untuk kepraktisan memperoleh data, sehingga membuat

penelitian ini dapat berjalan cepat dan efisien.

Menurut Narastuti (dalam Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah 2014:38)

jumlah atau besaranya sampel ditentukan dengan pertimbangan dua hal yaitu ( 1 )

secara teoritis, semakin banyak sampel yang diambil, semakin kecil kemungkinan

kesalahan penelitian; ( 2 ) tingkat keseragaman atau keragaman populasi, semakin

seragam populasi, semakin banyak yang diambil.

Radiani (dalam Bungin 2010:105), memberikan gambaran rumus jalan pintas

untuk perhitungan besaran sampel, yang karena populasi memiliki karakter yang sukar

digambarkan, yaitu:

𝑁
n=
𝑁 (𝑑)²−1
Keterangan :

n : Jumlah sampel yang dicari

N : Jumlah populasi

d : Nilai presisi

53
Arikunto (dalam Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah 2014:39-40)

menyatakan bahwa penentuan besarnya sampel dengan persentase seperti yang

dahulu banyak digunakan tampaknya kini harus ditinggalkan. Ada beberapa rumus

penentuan besarnya sampel yang lebih akurat, yaitu:

1. Dengan rumus Yacob Cohen

𝐿
N =
𝐹 2 + 𝑈+ 1

Keterangan:

N : ukuran sampel

F² : Effect size

U : Banyaknya ubahan yang terkait dalam penelitian

2. Dengan rumus berdasarkan proporsi, ada dua rumus

a. Dikemukakan oleh Issac & Michael :

𝑋 2 𝑁𝑃 (1−𝑃 )
S= 2
𝑑 (𝑁−1)+𝑋²𝑃( 1−𝑃 )

di mana

S : ukuran sampel

54
N : ukuran populasi

P : proporsi dalam populasi

d : ketelitian (error)

X² : harga table chi-kuadrat untuk α tertentu

b. Dikemukakan oleh Paul Leedly:

Z ²
N = ( ) (P)(1 − P)
e

dimana:

N : ukuran sampel

Z : standard score untuk α yang dipilih

e : sampling error

p : proporsi harus dalam populasi

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu teknik yang digunakan peneliti dalam

mengambil informasi dalam penelitian, guna sebagai pembuktian konkrit atas jawaban

fenomena tertentu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Ridwuan (2012:69) metode

55
pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti

untuk pengumpulan data. Sedangkan menurut Sugiyono (2015:224) teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena

tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar

data yang ditetapkan. Sugiyono (2015:225) menjelaskan “ Selanjutnya bila dilihat dari

segi cara atau pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan

dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuisioner (angket),

dokumentasi dan gabungan keempatnya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data kuisioner

atau angket. Penggunaan teknik pengumpulan data kuisioner atau angket ini juga tidak

semata digunakan oleh peneliti begitu saja, karena sedang dalam situasi pandemi

seperti ini tidak bisa untuk mengumpulkan siswa dalam jumlah yang besar dan bertatap

muka secara langsung. Jadi untuk pembagian kuisioner atau angket juga akan

dilakukan menggunakan protokol kesehatan yang sudah di berlakukan. Dalam konteks

ini kuisioner atau angket ini adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari siswa tentang motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler olahraga futsal di SMP Negeri 7 Samarinda. Adapun mekanisme nya

adalah sebagai berikut:

56
a. Peneliti mencari data siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler

olahraga futsal di SMP Negeri 7 Samarinda melalui guru PJOK yang

juga sebagai pengampu ekstrakurikuler olahraga futsal.

b. Peneliti membagikan kuisioner atau angket kepada responden atau

siswa.

c. Apabila kondisi tidak memungkinkan untuk membagikan kuisioner

atau angket secara langsung ke siswa karena situasi pandemi seperti saat

ini maka kuisioner atau angket akan di bagikan melalui online.

d. Selanjutnya peneliti akan mengumpulkan kuisioner atau angket dan

melakukan analisa kesimpulan atas hasil dari pengisian kuisioner atau

angket.

e. Setelah memperoleh data penelitian, peneliti mengambil kesimpulan

dan saran.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah metode atau cara untuk mendapatkan sebuah data

menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut menjadi mudah untuk dipahami

dan juga bermanfaat untuk menemukan solusi permasalahan, yang terutama adalah

masalah yang tentang sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2018:147) dalam

penelitian kuantitatif, teknik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah

57
mengelompkkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotensis yang telah diajukan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data deskriptif, yaitu dengan mendeskriptifkan dan memaknai data dari masing-masing

komponen. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data

melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean

(pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran

data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan prosentase. Teknik

analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan tentang ciri-

ciri responden dan variabel penelitian.

Peneliti akan membuat pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk

memperoleh data atau keterangan dari responden yang merupakan siswa yang

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga futsal di SMP Negeri 7 Samarinda.

Kemudian data yang diolah dari hasil pengumpulan kuisioner atau angket diberi bobot

dalam setiap alternative jawaban. Untuk pengolahan data dari hasil kuisioner atau

angket maka penulisan menggunakan metode skala likert. Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena. Skala likert yang diukur kemudian dijabarkan menjadi indikator variabel

dan dijadikan titik untuk menyusun instrument yang berupa pernyataan. Jawaban setiap

58
instrument yang menggunakan skala likert mempunyai skor mulai dari angka 5-4-3-2-

1. Berikut adalah kriteria penilaian yang digunakan pada skala likert ( Sugiyono

2012:93).

Tabel Pemberian Bobot Skor Skala Likert

Jawaban Simbol Skor

Sangat Setuju SS 5

Setuju S 4

Ragu-ragu R 3

Tidak Setuju TS 2

Sangat Tidak Setuju STS 1

Sumber : Sugiono (2012:93)

Instrument penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat

dalam checklist ataupun pilihan ganda. Mengacu kepada ketentuan tersebut

ditabulasikan untuk menghitung validasi dan realibilitas.

Hasil penyebaran kuisioner atau angket tersebut selanjutnya dicari rata-

rata dengan menggunakan rumus Husain Umar (2011:130)

Nilai Rata-rata = ∑(frekuensi * bobot)

∑ sampel (n)
Setelah rata-rata skor dihitung maka untuk mengategorikan
mengklarifikasikan kecenderungan jawaban responden kedalam skala

59
dengan formulasi sebagai berikut :
Skor Minimum = 1
Skor Maksimum = 5
Lebar Skala = 5-1 = 0,8
5
Dengan demikian kategori skala dapat ditentukan sebagai berikut :
Tabel Nilai Rata-rata

Interval Kriteria

1,00 – 1,80 Sangat tidak baik/Sangat rendah

1,81 – 2,60 Tidak baik/Rendah

2,61 – 3,40 Cukup baik/Sedang

3,41 – 4,20 Baik/Tinggi

4,21 – 5,00 Sangat baik/Sangat tinggi

Sumber : Sugiyono (2011:130)

60
LAMPIRAN

Gambar Kegiatan Latihan Rutin Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga

Futsal

61
62
63
64
65

Anda mungkin juga menyukai