Anda di halaman 1dari 3

Nama : Meli Anggraini

NIM 20210102272
TUGAS AGAMA ISLAM SESI 5

Kontroversi akibat putusan Presiden Recep Tayyip Erdogan mengubah Hagia Sophia menjadi masjid
masih terus bergaung. Alih fungsi Hagia Sophia dari museum menjadi masjid memantik polemik di dunia
internasional.
Sebagian negara yang mayoritas berpenduduk muslim mendukung keputusan otoritas Turki untuk
mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi masjid. Sejumlah organisasi muslim, seperti Uni Magrib Arab
(The Magrib Arab Union), organisasi Ikhwanul Muslimin, juga dengan bersemangat mendukung langkah
rezim Presiden Erdogan itu.
Pihak-pihak itu menyebut momen tersebut sebagai "langkah sejarah" atau "peristiwa bersejarah" dalam
Islam, demikian dikutip kantor berita Turki, Anadolu Agency. Di sisi lain, sebagaimana dilansir dari
Reuters, kritik atas keputusan itu juga tak kalah banyaknya dari petinggi negara dan pemimpin agama
dunia. Bahkan, Paus Fransiskus mengaku sangat sedih atas perubahan status Hagia Sophia.
Polemik tersebut tidak terlepas dari sejarah panjang Hagia Sophia yang telah melewati masa lebih dari 1,5
milenium. Selama 15 abad terakhir, Hagia Sophia menjadi saksi bisu sejarah berlangsungnya transisi
rezim yang menguasai Konstantinopel (kini Istanbul), mulai dari pagan, Kekaisaran Byzantium penganut
Katolik Ortodoks, Kesultanan Ottoman (Utsmaniyah) sampai era Turki modern.
Secara garis besar, sejarah panjang Hagia Sophia dapat dipilah menjadi empat fase. Pada empat fase itu,
alih fungsi Hagia Sophia terjadi bergantung pada siapa rezim yang berkuasa di Istanbul.

Jalan panjang Hagia Sophia saat ini memutar lagi. Karena putusan pengadilan administrasi utama Turki,
status Hagia Sophia sebagai museum dicabut pada 10 Juli 2020. Pada masa pemerintahan Presiden Recep
Tayyip Erdogan ini, Hagia Sophia diubah status fungsinya kembali menjadi masjid.
Perubahan ini menuai kontroversi. Saking kontroversialnya, Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis dari
Yunani menuding keputusan itu sebagai penghinaan terhadap karakter ekumenis dari Hagia Sophia.
Sementara itu, UNESCO memberi peringatan bahwa perubahan status Hagia Sophia harus ditinjau oleh
komite badan PBB tersebut.
Oleh karena Hagia Sophia sejak 1985 dianggap bagian dari Situs Warisan Dunia, pengubahan status
bangunan ini harus diberitahukan terlebih dahulu dan melalui proses peninjauan UNESCO.
"Penting untuk menghindari keputusan apa pun sebelum berunding dengan UNESCO, yang akan
memengaruhi akses fisik ke situs, struktur bangunan, properti yang dapat dipindahkan, atau manajemen
situs bersejarah," kata Ernesto Ottone, Asisten Direktur UNESCO belum lama ini. Menurut UNESCO,
tindakan-tindakan semacam itu bisa dianggap pelanggaran aturan yang sudah tertera di Konvensi Warisan
Dunia 1972.
Sejumah umat muslim melaksanakan salat magrib di depan Hagia Sophia atau
Ayasofya, setelah pengadilan mengembalikannya menjadi masjid di Istanbul,
Turki, 10 Juli 2020. Pada tahun 1934, presiden pertama Turki, Mustafa Kemal
Ataturk, mengubahnya menjadi museum.
Hagia Sophia atau Aya Sofya (dari bahasa Yunani: Ἁγία Σοφία Bizantium Yunani [aˈʝia so
ˈfia]; bahasa Latin: Sancta Sophia atau Sancta Sapientia; bahasa Arab: ‫" ;آيا صوفيا‬Kebijaksanaan
Suci") adalah sebuah tempat ibadah di Istanbul, Republik Turki.

Dari masa pembangunannya pada tahun 537 M sampai 1453 M, bangunan ini
merupakan Katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel,[1] kecuali
pada tahun 1204 sampai 1261, ketika tempat ini diubah oleh Pasukan Salib Keempat menjadi
Katedral Katolik Roma di bawah kekuasaan Kekaisaran Latin Konstantinopel. Bangunan ini menjadi
masjid mulai 29 Mei 1453 sampai 1931 pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani.

Kemudian bangunan ini disekulerkan dan dibuka sebagai museum pada 1 Februari 1935
oleh Republik Turki.[2] Kemudian menjadi masjid kembali pada Jumat, 10 Juli 2020 setelah
pengadilan Turki memutuskan bahwa konversi Hagia Sophia pada tahun 1934 menjadi museum
adalah ilegal. Keputusan ini membuka jalan untuk kembali mengubah monumen tersebut menjadi
masjid.[3] Terkenal akan kubah besarnya, Hagia Sophia dipandang sebagai lambang arsitektur
Bizantium[4] dan dikatakan "telah mengubah sejarah arsitektur."[5] 

Bangunan ini tetap menjadi katedral terbesar di dunia selama hampir seribu tahun sampai Katedral
Sevilla diselesaikan pada tahun 1520.

Anda mungkin juga menyukai