Anda di halaman 1dari 21

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

DINAS KESEHATAN SITUBONDO


UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BESUKI
Jl. Olah Raga No.55 Telp./ Fax (0338) 891505,
891118
Kecamatan Besuki 68356 / email:
rsud.besuki@gmail.com

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BESUKI

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM BESUKI

Nomor:

TENTANG

PEMBERIAN PELAYANAN AKHIR KEHIDUPAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BESUKI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RUMAH SAKIT BESUKI

Menimbang : a. Bahwa untuk menyelenggarakan kegiatan Rumah sakit


agar dapat memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna berjalan sesuai
standar,aman,dan berkualitas serta untuk menjamin
mutu pelayanan kesehatan dan melindungi
kesehtaan
pasien maka diperlukan suatu kebijakan pelayanan
pasien akhir kehidupan di Rumah Sakit Umum
Besuki.

b. bahwa untuk melaksanakan kegiatan dalam Diktum


a
sebagaimana tersebut perlu ditetapkan kebijakan
pelayanan pasien akhir kehidupan di Rumah Sakit
Umum Besuki
Mengingat : 1. Undang –undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Repubik
Indonesia
Tahun 2004 Nomor 116,Tambahan Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 4431)

2. Undang – undang Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembar Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063)

3. Undang- undang Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun
2009 Nomor 153,Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072)

4. Undang – undang Nomor 38 tahun 2014 tentang


Keperawatan Lembaran Negara Repubik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 307,Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5612)

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik
Dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 671)

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes


/Per/III/008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


755/Menkes/Per/IV/2011 tentang
Penyelanggaran
Komite Medika di Rumah Sakit (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 259)

8. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1691


/MENKES/PER/VIII//2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit (Berita Republik Indonesia
Tahun 2017 No.308)
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129
/Menkes/SK/II/008 tentang Standart Pelayanan
Minimal
Rumah Sakit

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1778/Menkes/SK/II/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care
Unit di
Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEMBERIN


PELAYANA
AKHIR KEHIDUPAN DI RUMAH SAKIT UMUM
BESUKI

KESATU : Menetapkan Keputusan Direktur Tentang Kebijakan


Pemberian
Pasien Akhir Kehidupan di Rumah Sakit Umum
Besuki

KEDUA : Kebijakan Pemberian Pelayanan Pasien Akhir Kehidupan


sebagiamana diesbutkan dalam Diktum KESATU
Keputusan
ini meliputi :

1. Asesmen pasien terminal dan asesmen ulang


bersifat individual sesuai dengan kebutuhan
pasien dalam tahap terminal (dying) dan
keluarganya harus menilai kondisi pasien,antar
lain:
a. Gejala mual dan kesulitan pernafasan
b. Faktor yang memperparah gejala fisik
c. Manajemen gejala sekarang dan respon
pasien
d. Orientasi spiritual pasien dan keluarga serta
keterlibatan dalam kelompok agama tertentu
e. Keprihatinan spritual pasien dan keluarga
serta keterlibatan dalam kelompok agama
tertentu
f. Status psikososial pasien dan keluarganya
seperti kekerabatan,kelayakan
perumahan,pemeliharaan lingkungan,cara
mengatasi ,serta reksi pasien dan
keluarganya menghadapi penyakit
g. Kebutuan bantuan atau penundaan layanan
untuk pasien dan keluarganya
h. Kebutuhan alternatif layanan atau tingkatan
layanan
i. Faktor resiko bagi yabg ditinggalkan dalam hal
cara mengatasi dan potensi reaksi patologis
atas kesedihan

2. Pengelolaan pasien terminal harus


memperhatikan pelayanan pasien dalam
mengatasi nyeri.
3. Pemberian pengobatan yang sesuai dengan
gejala dan keinginan pasien dan keluarga
4. Penyampaian isu yang sensitif seperti autopsi
dan donasi organ
5. Penghormati nilai yang dianut pasien agama dan
preferensi budaya
6. Pengikutsertaan pasien dan keluarganya dalam
semua aspek pelayanan
7. Pemberian respon pada masalah – masalah
psikologis emosional,spritual dan budaya dari
pasien dan keluarganya

KETIGA : Pemberian pelayanan pasien akhir kehidupan sebagaimana


disebutkan dalam Diktum KESATU Keputusan ini agar
dilaksanakan sebagai pedoman dalam penyelnggaraan
pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Besuki

KEEMPAT : Keputusan direktur ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan,dan
apabila didalam penetapan Keputusan ini terdapat
kekeliruan
akan diadakan pembetulan sebagimana mestinya.
Ditetapkan di :

Pada tanggal :

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BESUKI

dr. Sandy Hendrayono,M.KES

NIP 19730508 200501 1 007


BAB I

DEFINISI

A. PENGERTIAN
1. Kondisi Terminal
Adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau
penyakit dimana kerusakan organ multiple yang dengan
pengetahuan dan teknologi kesehatan yterkini tak mungkin lagi
dapat dilakukan perbaikan sehingga akan menyebabkan
kematian dalam rentang waktuyang singkat. Pengaplikasian
terapi untuk memperpanjang /mempertahankan hidup hanya
akan berefek dan memperlama proes penderitaan/sekarat
pasien.

2. Pasien Tahap Terminal


Adalah pasien dengan kondisi terminal yang makin lama makin
memburuk.

3. Mati Klinis
Adalah henti nafas (tidak ada gerakan nafas spontan ) ditambah
henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak
terhenti,tetapi tidak ireversibel.

4. Mati Biologis
Adalah pross mati/rusaknya semua jaringan ,dimulai dengan
neoron otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa
sirkulasi,diikuti oleh jantung,ginjal,parudan hati yang menjadi
nekrotik selama beberapa jam atau hari

5. Mati Batang Otak


Adalah keadaan dimanan terjadi kerusakan seluru isi
saraf/neuronalintrakranial yang tidak dpat pulih termamsuk
batang otak dan serebelum.

6. Alat Bantu Nafas (Ventilator)


Adalah alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau
selurh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.

7. Witholding life support


Adalah penundaan bantuan hidup
8. Withdrowing life support
Adalah penghentian bantuan hidup.

9. Mengelola Akhir Kehidupan (End of life)


Adalah pelaayanan tindakan penghentian bantuan hidup
(withdrowinglife support) atau penundaan bantuan hidup
(witholing life support )

10. Informed Consent


Adalah pernyataan setuju (consent ) atau ijin dari seseorang
(pasien) yng di berikan secara bebas,rasional,tanpa paksaan
(voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendpatkan informasi yang cukup
(informed ) tentang kedoteran yang dimaksud.

11. Donasi Organ


Adalah tindakan memberikan organ tubuh dari donor kepada
resipien.

12. Perawatan Paliatif


Adalah upaya medik untuk meningkatkan atau
mempertahankan kualitas hidup pasien dalam kondisi terminal.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. ASPEK KEPERAWATAN

Banyak masalah yang melingkupi kondisi terminal pasien,yaitu


mulai dari titik yang aktual dimana pasien dinyatakan kritis sampai
diputuskan meninggal dunia atau mati. Seseorang dinyatakan
meninggal /mati apabila fungsi jantung dan paru berhenti kematian
sistemik atau kematian sistem tubuh lainnya terjadi dalam beberapa
menit,dan otak merupakan organ besar pertama yang menderita
kehilangan fungsi yng ireversibel,selajutnya organ – organ lain akan
mati.

Respon pasien dalam kondisi terminal sangat individul


tergantung kondisifisik,psikologis,sosila yang dialami,sehingga
dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini
mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh
pasien terminal.

Menurut Elisabeth Kubler-Ross,M.D, ada 5 fase menjelang


kematian,yaitu:

a. Denial (fase penyangkalan/pengingkaran diri)


Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia menderita
penyakit yang parah dan diatidak dpat menerima informasi ini
sebagai kebenaran dan bahkan mungkin mengingkarinya.
Penyangkalan ini merupakan mekanis pertahanan yang
acapkali ditemukan pada hampir setiap pasien pada saat
pertama mendengarkan berita mengejutkan tentang keadaan
dirinya.

b. Anger (fase kemarahan)


Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan
bahwa ia akan meniggal . msanya tiba dimana ia
mengakui,bahwa kematian memang sudah dekat. Tetapi
kesadaran ini seringkali diseratai dengan munculnya ketakutan
dan kemarahan. Kemarahan ini seringkali diekspresikan dalam
sikap rewel dan mencari-cari kesalahan pada pelayanan di
rumah sakit atau di rumah. Umumnya pemberi pelayanan tidak
menyadari,bahwa tingkah lagu pasien sebagai ekspresi dari
frustasi yang dialaminya. Sebenarnya yang dibutuhkan pasien
adalah pengertian,bukan argumentasi –argumentasi dari orang-
orang yang tersinggung oleh karena kemarahanya.

c. Bargaining ( fase tawar menawar)


Ini adala fase dimana pasien akan mulai menawar untuk
dapat hidup sedikit lebih lama atau dikurangi penderitaanya.
Mereka bis menjadikan macam-macam hal kepada Tuhan,
“Tuhan,kalau Engkau menyatakan kasih-Mu ,dan keajaiban
kesembuhan-Mu,maka aku akan mempersembahkan seluruh
hidupku untuk melayaniMU.”

d. Depresion ( fase depresi)


Setelah ternyata penyakitnya makin parah,tibalah fase
depresi. Penderita merasa putus as melihat masa depannya
yang tanpa harapan.

e. Acceptance ( fase menerima/pasrah)


Tidak semua pasien dpaat terus –mnuruss bertahan menola
kenyataan yang ia alami. Pada umumnya,setelah jangka waktu
tertentu mereka akan dapat menirima kenyaan,bahwa kematian
sudah dekat. Mereka mulai kehilangan kegairahan untuk
berkomunikasi dan tidak tertari lagi dengan berita dan persoalan
– persoalan di sekitarnya.

Pasien dalam kondisi terminal akan mengalamui berbagai


masalah baik fisik,psikologis,maupun sosio-spiritual,antara lain:
a. Problem oksigenisasi : nafas tidak teratur,cepat atau
lambat,pernfasan cheyne stokes,sirkulasi perifer
menurun,perubahan mentalagitasi-gelisah,tekanan darah
menurun, hypoksia,akumulasi sekret,nadi ireguler.
b. Problem eliminasi : konstipasi,medikasi atau imonibilits
memperlambat peristaltik,kurang diet serat dan asupan
makanan juga mempengaruhi kosnstipasi,inkontinensia fekal
bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit
(mis: Ca Colon),retensiurin inkontinensia urin terjadi ibat
penurunan kesadaran atau kondisi penyakit miis trauma
medulla spinalis,oligari terjadi seiring penurunan intake
cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
c. Problem nutrisi dan cairan : asupan makanan dan cairan
menurun,peristaltik menurun,distensi abdomen,kehilangan
BB,bibir kering dan pecah –pecah,lidah kerinng dan
membengkak,mual,muntah,cegukan,dehidrasi terjadi karena
asupan cairan menurun.
d. Problem suhu: ektrimitas dingin,kedinginan sehingga harus
memakai selimut
e. Problem sensori : penglihatan menjadi kabur,refleks
berkedip hilang saat mendekati kematian ,menyebabkan
kekeringan pada kornea,pendengaran menurun,kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun. Penglihatan
kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun.
f. Problem nyeri: ambang nyeri menurun,pengobatan nyeri
dilakukkan secara intravena, pasien harus selalu didampingi
untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
g. Problem kulit dan mobilitas: seringkali tirah baring lama
menimbulan masalah pada kulit ssehingga pasien teminal
memerlukan perubahan posisi yang sering.
h. Masalah psikologis: pasien terminal dan orang terdekat
biasanya mengalami banyak respon emosi,perasaan marah
dan putus asa.

Perawatan paliatif

Perawatan paliatif bertujuan mencapai quality of life dan quality


of death.perawatan paliatif menyangkut
psikologis,spiritual,fisik,keadaan sosial. Terkait hal ini,memberikan
pemahaman bagi keluarga dan pasien sangat peting agar keluarga
mengerti betuh bahwa pasien tidak akan sembuh, sehingga mereka
akan memberikan perhatian dan kasih sayang diakhir kehidupan
pasien tersebut.

B. ASPEK MEDIS
1. Kebanyakan kalagan dalam dunia kedokteran dan hukum
sekarang ini mendefinisikan kematian dalam pengertian mati
otak (MO) walalupun jantung mungkin masih berdenyut dan
ventilasi buatan (ventilator) dipertahankan. Akan tetapi banayk
pula yang memakai kosnsep mati batang otak (MBO) sebagai
pengganti MO dalam pnntuan mati.
2. Dengan meningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kedokteran maka banyak pilihan pengobatan yang berguna
memberi bantuan hidup terhadap pasien tahap terminal.
Pilihan ini sering kali menimbulkan dilema terutam bagi keluarga
pasien karena mereka menyadari bahwa tinndakan tersebut
bukan upaya penyembuhan dan hanya akan menambah
penderitaan pasien. Keluarga meninginkan sebuah proses di
mana berbagai intervensi medis( misalnya pemakaian
ventilator)tidak lagi diberikan kepada pasien dengan harapan
bahwa pasien akan meninggal akibat penyakit yang
mendasarinya.
3. Ketika keluarga /wali meminta dokter menghentikan bantuan
hidup (withdrowing life support) atau menunda bantuan hidup
(witholding life support ) terhadap pasien tersebut,maka dokter
harus menghormati pilihan tersebut. Pada situasi
tersebut ,dokter memilik legalistik diminta hukum dengan syarat
sebelum keputusan penghentian atau penundaan bantuan hidup
dilaksanakan,tim dokter telah memberikan informasi kepada
keluarga pasien tentang kondisi terminal dan pertimbangan
keputusan keluarga /wali tertulis dalam informed consent.

C. KRETERIA PASIEN TERMINAL


1. Semua pasien yang tidak ada harapan hidup dn mengarah pada
proses kematian.
2. Koma dengan mati batang otak (MBO)
3. Kanker stadium IV
4. Stroke hemoregic beratkoma dalam
5. Multiple organ failure
6. Syok septik dengan sepsis
BAB III

TATA LAKSANAN

A. ASPEK KEPERAWATAN
1. Asesmen Keperawatan
Perawat dapat berbagi penderitaan pasien menjelang ajal an
mengitervensi dengan melakukan asesmen yang tepat sebagai
berikut:
a. Asesmen tingkat pemahaman pasien dan keluarga
1. Closed Awareness : pasien dan atau keluarga percaya
bahwa pasien akan segera sembuh.
2. Mutual Pretense : keluarga mengetahui kondisi terminal
pasien dan tidak membicarakannya lagi, kadang-kadang
keluarga menghindari percakapan tentang kematian demi
menghindari dari tekanan.
3. Open Awareness : keluarga telah mengetahui tentang
proses kematian dan tidak merasa keberatan untuk
memperbincangkan walaupun terasaa sulit dan sakit.
Kesadaran ini membuat keluarga menapatkan
kesempataan untuk menyeisaikan masalah-
masalah,bahkan dapat berpartisipasi dalam
merencanakan pemakaman. Pada tahapan ini,perawat
atau dokter dapat menyampaikan isu yang sensitif bagi
keluarga seprti autopsi atau donasi organ.
b. Asesmen faktor fisik pasien
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal,pasien
dihadapkan pada berbagai masalah menurunnya
fisik,perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang
terjadi pada pasien terminal meliputi:
1) Pernafasan (breath)
a. Apakah teratur atau tidak
b. Apakah ada suara napas tambahan seperti
ronki,wheezing,stridor,crackles,dll
c. Apakah terjadi sesak napas
d. Apakah ada batuk,bila ada apakah produktif atau
tidak
e. Apakah ada sputumm,bila ada bagaimana
jumlah,warna,bau dan jenisnya
f. Apakah memakai ventilalsi mekanik (ventilator) atau
tidak
2) Kardiovaskuler (blood)
a. Bagaimana irama jantung,apakah reguler atau
ireguler
b. Bagaimana akral,apakah
hangat,kering,merah,dingi,basah dan pucat
c. Bagaimana pulsasi,apakah sangat kuat,kuat
teraba,lemah teraba,hilang timbul atau tidak teraba
d. Apakah ada perdarahan atau tidak,bila aa domana
lokasinya
e. Apakah ada CVC atau tidak,bila ada berapa
ukurannya dalam CmH2O
f. Berapa tensi dan MAP dalam ukuran mmHg
g. Lain-lain bila ada

3) Persyarafan (brain )
a. Bagaimana ukuran GCS total untuk
mata,verbal,motorik dan kesadaran pasien
b. Berapa ukuran ICP dalam CmH2O
c. Apakah ada tanda TIK seperti nyeri kepala atau
muntah proyektil
d. Bagaimana konjungtiva,apakah anemis atau
kemerahan
e. Lain-lain bila ada

4) Perkemihan (blader)
a. Bagaimana area genital,apakah bersih atau kotor
b. Berapa jumlah cairan masuk dalam hitungan cc/hari
c. Bagaimana cara buang air kecil,apakah spontan atau
dengan bantuan dower kateter
d. Bagaimana produksi urin,berapa jumlah
cc/jam ,bagaimana warnanya,bagimana baunya

5) Percernaan ( bowel )
a. Bagaimana nafsu makan,apakah baik atau menurun
b. Bagaimana porsi makan,habis atau tidak
c. Minum berapa cc/hari,dengan jens cairan apa
d. Apakah mulut bersih,kotor dan berbau
e. Apakah ada mual atau muntah
f. Buang air besar berpa kali sehari,apakah teratus atau
tidak,bagaimana konsistensi,warna dan bau dari
feses
6) Muskuloskeletal /intergumen
a. Bagaimana kemampuan pergerakan seni,bebas,atau
terbatas
b. Bagaimana warna kulit,apakah
ikterus,sianotik,kemerahan,pucat atau
hiperpigmentasi
c. Apakah ada oedema atau tidak,bila ada dimana
lokasinya
d. Apakah ada dekubitus atau tidak,bila ada dimana
lokasinya
e. Apakah ada luka atau tiak bila ada dimana lokasinya
dan apa jenis lukanya
f. Apakah ada kontraktur atau tidak,bila ada dimana
lokasinya
g. Apakah ada ftaktur atau tidak,bila ada dimana
lokasinya dan apa jenis frakturnya
h. Apakah ada jalur infus atau tidak biila ada dimana
lokasinya
c. Asesmen tingkat nyeri pasien
Lakukan asesmen rasa nyeri pasien. Bila nyeri sangat
mengganggu,maka segera lakukan menajemen nyeri yang
memadai.

d. Asesmen faktor kulturopsikososial


1. Tahap Denial : Asesmen pengetahuan
pasien,kecemasan pasien dan penirimaan pasien
terhadap penykit,pengobatan dan hasilnya.
2. Tahap Anger : Pasien menyalakan semua orang,emosi
tidak terkendali,komunikasi ada tiada,orientasi pada diri
sendiri.
3. Tahapan Bargainingan : Pasien muli menerima
keadaan dan berusaha untuk mengatur waktu,rasa
marah sudah berkurang.
4. Tahapan Depresi : Asesmen potensial bunu
diri,gunakan kalimat terbuka untuk mendapatkan data diri
pasien
5. Tahapan Acceptance : Asesmen keinginan pasien untuk
istirahat/menyendiri.

e. Asesmen faktor spiritual


Asesmen kebutuhan pasien akan bimbing rohani atau
seseorang yang dapat membantu kebutuhan spiritualnya,
biasanya pada saat pasien sedang berada di tahapan
bargaining.
1. Intervensi keperawatan
a. Pertahankan kebersihan tubuh,pakaian dan tempat
tidur pasien
b. Atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien
c. Lakukan “suction” bila terjadi penumpukan secret paa
jalan nafas
d. Berikan nutrisi dan cairan yang adekuat
e. Lakukan perawatan mata agar tidak terjadi
kekeringan /infeksi kornea
f. Lakukan oral hygiene
g. Lakukan reposisi tidur setiap 2 jam sekali dan lakukan
masase pada daerah penonjolan tulang dengan
menggunakan minyak kayu putih untuk mencegah
dekubitus
h. Lakukan manajemen nyeri yang memadai
i. Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan mengajak
pasien berdoa
j. Tunjukan perhatian dan empati serta dukungan
kepada keluarga yang berduka
k. Ajak keluarga untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan terhadap asuhan pasien,seperti
penghentian bantuan hidup
(withdrawinglifesupport) atau penundaan bantuan
hidup (withholding life support)

B. ASPEK MEDIS
1. Intervensi Medis
Ketika pasien mengalami cedera berat atau sakit yang
serius,maka beberapa intervensi medis dapat mempepanjang
hidup pasien,sebagi berikut:
a. Tindakan Resusitasi Jantung Paru Otak (RJPO)
Pembberian bantuan hidup dasar dan lanjut kepasa pasien
yanga mengalami henti napas atau henti jantung . RJPO
diindikasikan untuk pasien yang tidak bernafas dan tidak
menunjukan tanda-tanda sirkulasi,dan tanpa intruksi DNR
di rekam medisnya.
b. Pemakaian Alat Ventilasi Mekanik (ventilator)
Pemakaian ventilator,ditujukan untuk keadaan tertentu
karena penyakit yang berpotensi atau menyebabkan gagal
napas.

c. Pemberian Nutrisi
1. Feeding Tube, seringkali pasien terminal tidak bisaa
mendapatkan makanan lewat mulut langsung,sehingga
perlu dilakukan pemasangan feeding tube untuk
memenuhi nutrisi pasien tersebut.
2. Parenteral Nutrition,adalah sebuah upaya untuk
mengirim nutrisi secara langsung ke dalam pembuluh
darah,yang berguna untuk menjaga kebutuhan nutrisi
pasien.

d. Tindakan Dialisis
Tindakan dialisis diberikan pada pasien terminal yang
mengalami penuruan fungsi ginjal,baik yang akut maupun
kronik dengan LFG <15 Ml/menit. Pada keadaan ini fungsi
ginjal sudah sangat menurun sehingga terjadi akumulasi
toksindalam tubuh yang disebut sebagai uremia.

e. Pemberian Antibiotik
Pasien terminal,memiliki risik infeksi berat 5-10 kali lebih
tinggi dibandingkan pasien lainnya. Infeksi beraat ini paling
sering ditemukan pada saluran pernapasan,saluran
kemih,peredaran darah,atau daerah trauma/operasi. Infeksi
tersebut menyebabkkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas,pemanjangan masa perawatan,dan
pembengkakakan biaya perawatan. Penyebab
meningkatnya reisiko infeksi ini bersifat multifaktorial,meliputi
penurunan fungsi imun,gangguan fungsi
barrierusus,penggunaan antibiotik spektrum
luas,katekolamin,pengunaan preparat darah,atau dari alat
ksehatan yang digunakan (seperti ventilator). Pasien
menderita penyakit terminal dengan prognose yang buruk
hendaknya diinformasikan lebih dini untuk menolak atau
menerima bila dilakukan resusitasi maupun ventilator.

2. Withdrawing life support & withholding life support


Pengelolaan akhir kehidupan meliputi penghentian bantuan
huidup (withdrawing life support) dan penundaan bantuan
hidup (withholding life support ) yang dilakukan pada pasien
yang dirawat di ruang rawat inensif care.
Keputusan withdrawing /withholding adalah keputusan medis
dan etis yang dilakukan oleh 3(tiga ) dokter yanitu doker
spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memeliki
kompetensi dan 2 (dua) orang dokter lain yang ditunjuk oleh
komite medis rumah sakit.
Adapun persyaratan withdrawing life support &withholding
life support sebagai berikut
a. Informed consent
Pada keadaan khusus,dmana perlu adanya tindakan
penghentian/penunddaan bantuan hidup (withdrawing
/withholding life support) pada seseorang pasien,maka harus
mendapatkan persetujuan keluaraga terdekat pasien.
Persetujuan penghentian /penundaan bantuan hidup oleh
keluarga terdekat pasien harus diberikan secara tertulis
(written consent) dalam bentuk pernyataan yang tertuang
dalam Formulir Pernytaan Pemberian Informasi Kondis
Terminal yang disempan dalam rekam medis pasien,dimana
pernytaan tersebut diberikan setelah keluarga mendapat
penjelasan dari tim DPJP yang bersangkutan mengenai
beberapa hal sebagi berikut:
1) Diangnosis :
a) Temuan klinis dan hasil pemeriksaan medis sampai
saat tersebut
b) Indikasi dan keadaan klinis pasien yang
membutuhkan withdrawing /withholding life support
2) Terapi yang sudah di berikan
3) Prognosis:
a) Prognosis tentang hidup –matinya (ad vitam)
b) Prognosis tentang fungsinya (ad functionam)
c) Prognosis tentang kesembuhan (ad senationam)

b. Kondisi Terminal
Tidak dilakukan tindakan –tindakan luar biasa,pada
pasien –pasien yaang jika di terapi hanya memperlambat
waktu kematian dan bukan memperpanjang kehidupan.
Untuk pasien ini dapat dilakukan penghentian atau
penundaan bantuan hidup. Pasien yang masih sadar tapi
tanpa harapan,hanya dilakukan tindakan terapeutik /paliatif
agar pasien merasa nyaman dan bebas nyeri.
c. Mati Batang Otak (MBO)
Semua bantuan hidup dihentikan pada pasien dengan
kerusakan fungsi batang otak yang ireversibel. Setelah
kreteria Mati Batang Otak (Mbo) yang ada terpenuhi,pasien
ditentukan mningga dan disertifikasi MBO serta terapi
dihentikan .
Jika pertimbnagan donasi organ,bantuan jantung paru
pasien diteruskan sampai organ yang dipperlukan telah
diambil. Keputusan penentuan MBO dilakukan oleh 3 ( tiga)
dokter yaitu dokter spesialis anestesiologi tau dokter lain
yang memiliki kompetensi,dokter spesialis saraf dan 1 (satu)
dokter lain yang ditunjuk oleh komite medis ruamah sakit
dengan perosedur pengujian MBO sebagai berikut:
1. Memastikan hilangnya refleks batang otak henti nafas
yang menetap (ireversibel) yaitu:
a) Tidak ada respons terhadap cahaya
b) Tidak ada refleks kornea
c) Tidak ada refleks vestibule-okular
d) Tidak ada respon motor terhadap rangsangan
adekuat pada area somatic
e) Tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau refleks
batuk karena rangsangan oleh kateterisap yang
dimaksukkan kedalam trakea.
f) Tes henti nafas positif.
2. Bila tes hilangnya refleks batang otak dinyarakan
positif,tes ualang lagi 25 menit kemudian.
3. Bila tes tetap positif ,maka pasien dinyatakan mati
walaupun jnatung masih berdenyut,dan ventiltor harus
segera dihentikan.
4. Pasien dinyatakan mati ketika batang otak dinyatakan
mati dan bukan sewaktu mayat dilepas dari ventilator
atau jantung berdenyut.

3. DONASI ORGAN
Prosedur donasi organ pasien MBO, adalah sebagi berikut:
a. Seseorang yang telah membuat testimoni donasi organ
harus memberitahukan kepada Tim Rumah Sakut.
b. Ventilator dan terapi diteruskan sampai orga yang
dibutuhkan diambil.
c. Khusus pada penentuan MBO untuk donor organ,ketiga
dokter yang menyatakan MBO harus tidak ada sangkut paut
dengan tindakan transplantasi.
d. Penentuan MBO untuk donor orgaan hendaknya segera
diberitahukan kepada tim transplantasi, dan pembedahan
dapat dilaksanakan sesuai kesepakan tim operasi.
Komunikasi dengan tim transplantasi dilakukan sedini
mungkin jika ada donor dari pasien yang akan dinytakan
MBO.
BAB IV

DOKUMENTASI

1. Formulir Asesmen Tahap Terminal


2. Formulir Informed Consent
3. Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran
4. Formulir Penolakan Tindakan Kedokteran
5. Formulir Pernyatan Pemberian Informas Kondisi Terminal
Referensi

1. Undang – undang RI No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Undang – undang no.29/2004 pada pasal 46 Tentang Praktik
Kedokteran
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519/MENKES/PER/III/2011 tentang pedoman penyelenggaraan
pelayanan anestesiologi dan terapi intensif dirumah sakit
4. Carpenito,2005, Medical, Nursing,Assesment & Diagnosis
books.google.com
5. Penentuan mati,penetuanmati.webs.com/definisimati.htm
6. Mati Batang
Otak,www.freewebs.com/penentuanmati/euthanasia,ulasan
kedokteran.blogspot.com/../mati-otak-brain-death
7. End Of Life Care,etchical overview,Center for BioethicsUniversity of
Minnesota2005

Anda mungkin juga menyukai