Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No.

1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

UPAYA SOEHARTO MEMOTONG PILAR-PILAR KEKUASAAN SOEKARNO

Syahbuddin
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Taman Siswa Bima
syahbuddin41201@gmail.com

ABSTRAK

Paska proklamasi kemerdekaan Indonesia dihadapkan pada masalah-masalah yang besar. Bangsa
Indonesia harus berhadapan dengan Belanda dalam revolusi fisik tahun 1945-1950. Indonesia yang baru
merdeka juga dihadapkan dengan masalah dalam negeri; perekonomian dengan inflasi yang besar,
masalah politik dan disintegrasi bangsa. Kemelut politik 1959 mendorong Soekarno mengeluarkan
Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 dan era Demokrasi Terpimpin dimulai. Demorasi terpimpin merupakan
upaya Soekarno menghimpun kekuatan Nasionalis, Agama dan Komunisme (Nasakom). Konsep
Nasakom mendapat sambutan yang baik dari PKI karena memberikan ruang kepada mereka untuk
berkembang. Paska Gerakan 30 September 1965 terjadi perubahan konstelasi politik. Soeharto
menghancurkan Partai Komunis Indonesia sebagai pilar penting kekuasaan Seokarno, maka
pertarungan politik nasional saat itu berpusat pada Soekarno dan Soeharto. Soeharto kemudian naik ke
panggung kekuasaan nasional setelah menghancurkan pilar-pilar lainnya seperti menangkap para
menteri yang terlibat dalam Gerakan 30 September, membersihakan tentara yang terlibat atau
dipandang Soekanois dan membersihkan MPRS/DPR-GR yang kelak mengangkatnya menajadi
presiden.

Kata kunci: Soeharto, Soekarno, Pilar Kekuasaan.

PENDAHULUAN Berbagai jorgan politik dan ekonomi


Kancah kehidupan politik di Indonesia sejak dicanangkan Manipol-Usdek, Nasakom,
masa kerajaan diwarnai munculnya beberapa Marhaenis, Revolusi belum selesai, Trisaktiyang
tokoh yang kemudian naik ke permukaan kesemuanya dalam rangka mempertahankan
sebagai pemimpin. Kehadiran beberapa tokoh kekuasaan itu sendiri.
ini menarik dicermati, misalnya, Kertanegara Paska peristiwa Gerakan 30 September 1965,
dengan gelar Siwabudha yang menjadi raja konstelasi politik di Jakarta khususnya dan
Singosari sejak tahun 1266-1292. Singosari Indonesia mulai berubah. Salah satu tokoh yang
runtuh oleh serangan Jaya Katwang pada tahun baru muncul di permukaan dan menarik
1292. Kertanegara diserang dikala sedang perhatian penulis adalah Mayjend. Soeharto
menikmati minuman keras dan wafat sedangkan yang saat itu menjabat Panglima Komando
patihnya yang memberikan perlawanan Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
kemudian meninggal di Manguntur (Purwadi, Setelah medapat kekuasaan baru lewat
2007:52).Kekuasaan Jaya Katwang kemudian Supersemar, Soeharto mulai menghancurkan
dihancurkan oleh serangan gabungan tentara “pilar-pilar” kekuasaan Soekarno terutama
Tartar dan Majapahit. dengan membubarkan dan menghancurkan PKI.
Manusia lahir dan mati, negeri timbul dan Hal dapat terjadi karena menurut teori
tenggelam demikian juga memasuki lembaran kekuasaan Max Weber bahwa kekuasaan sebagai
sejarah Indonesia kontemporer. Soekarno yang kemungkinan bagi seseorang untuk memaksakan
menjabat presiden pertama Indonesia (1945- orang-orang lain berperilaku sesuai dengan
1966). Dalam sidang pada tanggal 18 Agustus kehendaknya (Maran, 2001:190).
1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 dan Hal inilah yang menarik bagi penulis untuk
melantik Soekarno sebagai Presiden dan mengkajinya dalam sebuah tulisan yang
Muhammad Hatta sebagai Wakil Prediden berjudul;Upaya Soeharto Memotong Pilar-Pilar

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 1


Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No. 1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

Kekuasaan Soekarno. Kiprah Soeharto di atas fisik dan grafein yang artinya gambaran, lukisan,
panggung politik Nasional merupakan hal yang tulisan dan uraian. Secara harafiah Historiografi
menarik untuk disimak. Soeharto merupakan dapat diartikan sebagai uraian atau tulisan
tokoh yang amat penting selama abad 20 di Asia tentang hasil penelitian mengenai gejala alam
(Elson, 2001:vii). (Sulasman, 2014:147). Dalam kaitan dengan
penelitian ini, penulis akan menyajikan dalam
METODE PENELITIAN bentuk tulisan secara kronologis sebagai kisah
Jenis penelitian ini adalah Penelitian sejarah sejarah suatu sintesa yang kausalitas dan
sehingga metode yang digunakan adalah metode komperhensif.
sejarah. Gottschalk (1985:32) menjelaskan Penelitian ini menggunakan pendekatan
metode sejarah adalah proses menguji, politik. Dimana memandang peristiwa sejarah
menganalisis sertaperbandingan secara kritis oleh kejadian politik seperti perang, diplomasi
rekaman dan peninggalan masa lampau dan tindakan tokoh-tokoh politik
sedangkan rekonstruksi dengan menempuh (Abdurrahman, 2007: 30). Pendekatan politik
proseshistoriografi atau penulisan sejarah. untuk menyorot pertarungan politik antara dua
Sulasman (2014:90-91) menjelaskan metode tokoh Soekarno dan Soeharto. Soekarno
sejarah mencakup empat langkah yaituheuristic, merangkum PKI sebagai menyeimbang Angkatan
kritik sumber, interpretasidan historiografi. Tahap Darat (AD) sedangkan Soeharto menggunakan
heuristik adalah mengmpulakan data atau sumber tentara AD dan kekuatan massa untuk
sejarah. Sumber sejarah dapat berupa data lisan, menghancurkan Soekarno.
tulisan maupun benda. Kaitan dengan penelitian
ini, penulis menggunakan data tertulis berupa HASIL DAN PEMBAHASAN
buku-buku. Buku-buku tersebut antara Latarbelakang Munculnya Soeharto ke
lain:Sejarah Indonesia Modern karangan MC. Panggung Politik Nasional
Ricklefs tahun 2018, Politik Militer Indonesia Paska proklamsi kemerdekaan, Indonesia
1945-1947, karangan Ulf Sundhaeussen tahun dihadapkan dengan berbagai permasalahan besar
1986 dan sumber-sumber lain yang relevan seperti perjuangan mempertahankan
dengan obyek penelitian ini. kemerdekaan, perekonomian, dan ancaman
Tahap kedua adalah kritik sumberatau disintegrasi bangsa yang ditandai dengan
verifikasi. Kritik ini bertujuan untuk memperoleh pergolakan di berbagai daerah. Setelah Jepang
kebsahan sumber (Abdurrahman, 2007:68). menyerah, Belanda yang sudah bertahun-tahun
Kritik sumberdibagi duayaitu kritik ekstern dan lamanya mencengkeram dan menanamkan
intern. Kritik ekstern penulis melakukan kritik kekuasaannya di Indonesia tidak dengan suka
siapa yang membawa berita dan menulis sumber rela bersedia melepaskan kekuasaan itu (Gie,
mengenai buku yang dijadikan bahan dalam 129-130). Masa ini dikenal dengan revolusi fisik
penulisan ini.Kritik intern penulis melakukan yaitu perjuangan bangsa Indonesia melawan
kritik terhadap suatu sumber dengan Belanda baik melalui diplomasi maupun
membandingkan isi data atau isi buku sejarah perjuangan dengan senjata. Masalah dalam
yang telah ditulis pengarang tersebut. Tahap negeri, dimana terjadi pergantian kabinet yang
ketiga adalah interpretasi atau penafsiran. terus menerus pada masa parlementer yang
Interpretasi terdiri dari analisis dan sintesis. berlangsung tahun 1945-1959. Tercatat tujuh
Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis kali terjadi pergantian kabinet, ini berarti umur
berarti menyatukan. Keduanya dipandang rata-rataberkisar lebih kurang 15 bulan saja,
sebagai metode utama di dalam interpretasi namun ada yang mampu bertahan sampai dua
(Abdurahman, 2007:73). Tahap keempat adalah tahun. Demokrasi parlementer ternyata tidak
historiografi atau penyajian. Historiografi dari cocok dengan dengan kepribadian bangsa. Bagi
sudut pandang etimologis berasal dari kata Soekano, Demokrasi Parlementer yang dipakai
historia yang artinya penyelidikan gejala alam bangsa Indonesia merupakan produk impor yang

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 2


Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No. 1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

tidak sesuai dengan keadaan sosial masyarakat menempati empat besar perolehan suara.
kita dandemokrasi tersebut tidak menjiwai cita- Nasakom merupakan perpaduan nasional,
cita bangsa Indonesia (Soerojo, 1988:127). agama dan komunisme merupakan suatu sarana
Menurut Soekarno, syarat mutlak untuk kuatnya menyeimbangkan, mengacaukan serta
negara Indonesia ialah dengan mewujudkan mengekang kekuatan militer (Angkatan Darat)
dasar permusyawaratan dan perwakilan yang yang makin besar dan mengacam dengan cara
menjadi asas dari Demokrasi Terpimpin membuka jalan bagi PKI (Elson, 2009: 346).
Demokrasi Terpimpin Namun sampai dengan tahun 1960, antara
Menghadapi situasi politik tersebut, Soekarno Angkatan Darat dan Presiden Soekarno disebut
mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959. sebagai hubungan “konflik yang stabil” yang
Dekrit tersebut mengubah tatanan kenegaraan ditandai oleh kerjasama, kompetisi dan
dan politik yang telah terbentuk sebelumnya ketegangan di antara lawan-lawan tanding yang
yaitu Parlementer menuju Demokrasi setara (Crouch, 1986:47).
Terpimpin. menurut Soekarno, demokrasi Hubungan antara Soekarno dan PKI
terpimpin bukanlah diktator kaum proletar selanjutnya merupakan simbiosis, PKI
demokrasi atau menurut istilah undang-undang memberikan dukungan lewat MPRS kepada
dasar 1945 “kerakyatan yang dipimpin oleh Soekarno sebagai presiden seumur hidup pada
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan bulan Mei 1963 sedangkan Soekarno
perwakilan” (Soekarno, 2001:90). Perubahan memberikan jalan bagi PKI untuk membentuk
politik di Indonesia pada masaitu bukan angkatan ke-V. Suasana antagonistis inilah yang
mendirikan kekuatan segolonganatasan saja juga terdapat di tanah air Indonesia menjelang
tidak mendirikan kekuasaandiktatorial kaum pemberontakan Gerakan 30 September 1965
proletar, tapi harus mendirikan kekuasaan (Notosusanto, 1995:26). Namun menurut
gotong-royong, kekuasaan menerapkan Leanne S. Mint, sikap PKI seperti itu
demokrasi yang menjamin terkonsentrasinya dikarenakan PKI belum kuat untuk menentang
seluruh kekuatan nasional, seluruh kekuatan presiden akan tetapi para pemimpin partai lain
rakyat (Abdulgani, 1961:149). dan musuh-musuh menyadari fakta bahwa
Satu hal mendasar yang membedakan antara dengan seluruh cabang-cabangnya mengontrol
sistem demokrasi liberal dengan demokrasi dukungan massa yang terbesar dan terorganisir
terpimpin adalah kekuasaan Presiden. Dalam rapi di tanah air (Mint, 2002:283). Berdasarkan
Demokrasi Liberal, parlemen memiliki pendapat di atas maka PKI akan mengambil alih
kewenangan yang terbesar terhadap kekuasaan pemerintah pada saat mereka
pemerintahan dan pengambilan keputusan memiliki sumber daya yang cukup.
negara. Sebaliknya, dalam sistem Demokrasi Partai Komunis Indonesia mulai melancarkan
Terpimpin presiden memiliki kekuasaan hampir aksi-aksi sepihak, yakni tindakan-tindakan illegal
seluruh bidang pemerintahan. Untuk oleh anggota-anggota organisasi massanya seperti
melaksanakan Demokrasi Terpimpin sebagai BTI untuk menguasai tanah yang bukan haknya.
landasannya Soekarno merumuskan konsepsi PKI pula melancarkan pula dengan apa yang
Nasakom (Nasional, Agama dan Komunis), dinamakan ofensif revolusioner, dengan jalan
ketiganya menjadi kekuatan presiden dalam menyerang secara pribadi, character assassionation
mempertahankan kekuasaannya. Melalui pihak-pihak yang dianggap sebagai lawannya
Demokrasi Terpimpin, presiden Soekarno telah melalui media massa, demosntrasi, poster-poster
memberikan tempat bagi Partai Komunis dan alat-alat agitasi propaganda lainnya
Indonesia (PKI) dalam sistem perpolitikan (Notosusanto, 1995:25-2). Aksi-aksi PKI di
nasional karena menurut Soekarno, PKI telah beberapa daerah seperti Sumatera Utara, Jawa
terbukti mempunyai basis masa terbesar di Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali pada
Indonesia daripada partai-partai lain. Pada tahun 1963, PKI secara agresif dengan ormas-
pemilu tahun 1955, Partai Komunis Indonesia ormasnya terutama Barisan Tani Indonesia (BTI)

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 3


Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No. 1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

dan Pemuda Rakyat melakukan kampanye aksi Melalui siaran RRI yang mereka kuasai,
sepihak. PKI menjalankan Landreform dengan Untung menyiarkan tujuan gerakannya yaitu
cara menguasai tanah-tanah pertanian yang untuk melindungi presiden Soekarno dari suatu
melanggar UU Pokok Agraria (UUPA) tahun kudeta yang direncanakan oleh suatu dewan
1960 untuk dibagikan kepada petani penggarap yang terdiri dari jenderal-jenderal Jakarta yang
dan melaksanakan Undang-undang Pokok Bagi korup dan menikmati penghasilan tinggi yang
Hasil (UUPBH). Hal ini memberikan legitimasi menjadi kaki tangan Neokolim. Namun pada
bagi PKI untuk melakukan teror dan siaran radio jam 11.00, Untung menyiarkan
pembunuhan diperbagai daerah sehingga tentang Dewan Revolusi yang telah mengambil
menimbulkan ketakutan alih seluruh kekuasaan negara dan kabinet yang
Posisi PKI semakin kuat dengan dibentuknya telah demisioner. Sedangkan pada siaran jam
kabinet Dwikora pada tanggal 27 Agustus 1964, 14.00, Untung menyiarkan susunan Dewan
yang didalamnya duduk beberapa tokoh PKI Revolusi. Keseluruhan anggota yang tercantum
sebagai menteri.Hal ini tidak dapat dipungkiri dalam susunan Dewan Revolusi Keputusan No.
karena menurut William Abenstein dan Edwin 1 berjumlah 45 orang (Komando Operasi
Fogelman, ada tiga cara klasik yang Tertinggi, 1965:148). Susunan Dewan Revolusi
dipergunakan untuk mendapatkan kekuasaan tersebut tidak mencantumkan nama Soekarno.
sebagai berikut: (1) Mereka menayatakan diri Dukungan terhadap gerakan tersebut datang
dalam propaganda sebagai partai milik rakyat dari Oemar Dhani selaku Panglima Angkatan
yang mengabdi pada kebebasan demokrasi, Udara. Angkatan Udara telah dan selalu
keadilan sosial dan menentang semua bentuk mendukung seluruh gerakan yang progresif
reaksi serta ketidakadilan sosial; (2) mengadakan revolusioner (Crouch, 1986:109). Dukungan
infiltrasi atau penyusupan ke dalam partai dari Jawa Tengah datang dari Kolonel Sahirman
politik, serikat buruh, dewan tentara dan yang disiarkan melalui RRI Semarang pada
pemerintah daerah; (3) kekerasan atau kudeta tanggal 1 Oktober 1965 jam 13.00 menyatakan
(Abenstein dkk., 1990:28). dukungannya terhadap Gerakan 30 September
Gerakan 30 September 1965 dan dibentuknya Dewan Revolusi Daerah Jawa
Kemelut politik di atas mencapai puncak Tengah dan ia sendiri yang akan memimpin
pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965 dengan Dewan Revolusi Jawa Tengah. Pengumuman itu
dilancarkan Gerakan 30 September 1965. Secara kemudian disusul dengan Keputusan No.1 yang
fisik-militer gerakan akan dipimpin oleh Letnan menyatakan bahwa ia mengangkat Letkol. Inf.
Kolonel Untung, Komandan Bataliyon I Usman Sastrodibroto sebagai pimpinan Kodam
Resimen Cakrabirawa (sekarang Paspampres) VII/Diponegoro. Dukungan dari Jawa Timur
selaku pimpinan formal seluruh gerakan. datang dari Rustomo dengan pengumuman
Mereka mulai bergerak pada tanggal 1 Oktober melalui RRI Surabaya pada tanggal 1 Oktober
1965 yang didahului dengan gerakan penculikan 1965. Dukungan pula datang dari daerah-daerah
dan pembunuhan terhadap enam perwira tinggi lain seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat,
dan seorang perwira pertama Angkatan Darat. Riau, Bali disaat Gerakan 30 September di
Kesemuanya dibawa kesebuah desa Lubang Jakarta sudah dinyatakan gagal.
Buaya sebelah Selatan Pangkalan Udara Utama Paska meninggal Yani, Soeharto karir militer
Halim Perdanakusumah Jakarta. Secara kejam dan politik Soeharto semakin bersinar, secara de
mereka dianiaya dan akhornya dibunuh oleh facto Soeharto telah menguasai AD. Soeharto
anggota-anggota Pemuda Rakyat, Gerwani dan kemudian memberlakukan keadaan darurat dan
lain-lain organisasi setelit PKI.Setelah puas menghubungi panglima angkatan lainnya seperti
dengan kekejamannya, semua jenazah Panglima Angkatan Laut Laksamana Madya R.E.
dimasukan ke dalam sebuah sumur tua lalu Martadinata, Panglima Angkatan Kepolisian
ditimbun sampah dan tanah (Poespanegoro Jenderal (Pol) Soetjipto Judodiharjo, dan Deputi
dkk., 1992:389-340). Operasi Angkatan Udara Kommodor Leo

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 4


Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No. 1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

Wattimena. Melalui telepon, Soeharto memberi sedangkan penyelesaian aspek militer teknis masalah
tahu bahwa untuk sementara pimpinan keamanan dan ketertiban diserahkan kepada Mayor
Angkatan Darat dipegang olehnya dan meminta Jendral Soeharto” (Sekretariat Negara, 1980: 51).
kepada mereka untuk tidak menggerakkan Para demonstran menuntut penyelesain
pasukan tanpa sepengetahuan Panglima Kostrad. masalah ini secepatnya namun sampai dengan
Operasi penumpasan Gerakan 30 September terbentuknya Front Pancasila tanggal 26
1965 mulai dilakukan dengan mengambil Oktober 1965 presiden Soekarno belum
langkah pertama yaitu menetralisir pasukan- memenuhi tuntutan itu. Front Pancasila
pasukan yang ada di sekitar Medan Merdeka kemudian pada tanggal 12 Januari 1966
yang dipergunakan oleh kaum pemberontak. mendatangi DPR-GR mengajukan tuntutan yang
Pasukan dari Batalyon 530 Brawijaya berhasil disebut Tritura (Tri Tuntutan Rakyat):
diinsafkan namun batalyon 545/Diponegoro Pembubaran PKI, Pembersihan kabinet dari
berhasil ditarik oleh Gerakan 30 September unsur-unsur gerakan 30 September dan
1965 ke wilayah Halim Perdanakusumah. perbaikan ekonomi/penurunan harga barang.
Sasaran selanjutnya adalah Pangkalan Udara Suasana di Jakarta masih tidak menentu dan
Halim Perdanakusumah. Melalui kurirnya, ketegangan masih terjadi dimana-mana karena
Soeharto meminta kepada Soekarno agar pemimpin PKI masih menduduki jabatan di
meninggalkan Halim karena pasukannya akan kabinet dan secara resmi. Memang sudah lama
menyerang pangkalan udara dan membersihkan TNI AD menghendaki agar Presiden Soekarno
seluruh kekuatan Gerakan 30 September. melarang secara resmi PKI dan memberhentikan
Soekarno kemudian meninggalkan Halim menteri-menterinya yang bergaris kiri, seperti
menuju istana Bogor. Pada tanggal 2 Oktober Subandrio. Pada saat yang bersamaan, TNI AD
1965 pukul 06.10 Pangkalan Udara Halim telah juga menyadari ketidakmungkinannya untuk
berhasil dikuasai oleh RPKAD (Komando berhadapan frontal secara langsung dengan
Operasi Tertinggi, 1965:7). Soekarno (Kasenda, 1991: 169). Jika TNI AD
Surat Perintah 11 Maret berhadapan langsung dengan Soekarno maka
Situasi politik yang kacau balau akibat akan menimbulkan perlawanan yang semakin
Gerakan 30 September 1965 ditambah lagi banyak dari para pendukung Soekarno, seperti
keadaan ekonomi dimana laju inflasi pada tahun TNI AU, AL, kepolisian, pasukan kawal
1966 mencapai angka 660% (Wanandi, presiden, dan para pendukung Soekarno. Masih
2014:59). Menghadapi kesulitan perekonomian ditambah lagi dukungan Soekarno dari Jawa
pemerintah padatanggal 13 Desember 1965 Tengah dan Jawa Timur. Oleh sebab itu, Sarwo
melakukan devaluasi uang rupiah, akibatnya Edhie bersama tentara RPKAD berusaha
nilairupiah merosot tajam dan harga kebutuhan menekan Soekarno dengan cara memanfaatkan
pokok melonjak naik di pasaran. Hal ini para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi
menimbulkan gelombang demonstran itu terdiri KAMI.
dari KAPPI, KAMI, KAPI kemudian muncul Pada tanggal 10 Maret 1966 presiden
juga KABI dari kalangan Buruh, KASI (Sarjana), Soekorno mengumpulkan beberapa elemen
KAWI (Wanita), KAGI (Guru). masyarakat yang bergabung dalam partai politik
Pada tanggal 6 Oktober 1965 dalam Sidang dan ormas agar mengutuk Tritura.Permintaan
Paripurna Kabinet Dwikora di Bogor ditetapkan tersebut tentu saja ditolah oleh Front Pancasila
Kebijaksanaan Presiden Soekarno mengenai sehingga pertemuan tersebut tidak membuahkan
Penyelesaian G-30 S/PKI. Presiden hasil terutama yang berkaitan dengan
menggariskan kebijakan: “Bahwa aspek-aspek pembubaran PKI. Sehingga pada keesokan
Gerakan 30 September akan diselesaikan sendiri oleh harinya kabinet mengadakan sidang paripurna
Presiden; aspek militer administratif diserahkan untuk membahas krisis yang memuncak. Sidang
penyelesaiannya kepada Mayor Jendral Pranoto, diboikot oleh demonstran dengan melakukan
Pelaksanaan Tugas sehari-hari Men/Pangad, pengempesan ban mobil sepanjang jalan yang

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 5


Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No. 1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

menuju istana tempat sidang kabinet (Sekretaris Negara Republik Indonesia,


berlangsung. Sewaktu Presiden berpidato dia 1994:139).
diberi tahu oleh Brigadir Jenderal Subur Pesiden di dampingi oleh tiga dari empat
(Cakrabirawa) bahwa di luar istana ada pasukan orang Wakil Perdana Menteri yaitu Subandrio,
tanpa tanda pengenal pada seragamnya. Chaerul Saleh, Leimena dan salah seorang dari
Meskipun ada jaminan dari Mayor Jenderal isterinya yaitu Hartini.Putusan yang dihasilkan
Amir Machmud selaku Panglima Kodam V/Jaya dalam pertemuan itu adalah Surat Perintah 11
namun Presiden meninggalkan sidang dan Maret 1965 (Supersemar). Dimana di dalamnya
menyerahkan pimpinan sidang kepada J. Presiden memerintahkan kepada Soeharto
Leimena.Presiden kemudian menuju istana untuk mengambil segala tindakan yang
Bogor bersama Waperdam I Dr. Subandrio, dianggapnya perlu untuk menjamin keamanan,
Waperdam III Dr. Chaerul Saleh. Kemudian J. ketenangan, stabilitas pemerintahan dan
Leimena menutup sidang tersebut kemudian revolusi, serta juga menjamin keselamatan
meninggalkan Jakarta dengan mobil menyusul pribadi serta kewibawaan Presiden/Panglima
Presiden Soekarno menuju istana Bogor. Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris
Soekarno disusul oleh Mayor Jenderal Basuki MPRS demi kesatuan Republik Indonesia dan
Rahmat, Mayor Jenderal M. Yusuf dan Mayor untuk meneruskan segala ajaran Pemimpin
Jenderal Amir Machmud atas perintah Jenderal Besar Revolusi (Crouch, 1986:209). Walaupun
Soeharto selaku Menteri/ Pangad. Motivasinya Supersemar bukan berarti peralihan kekuasaan
adalah agar presiden tidak merasa terpencil dan namun secara de facto, Soeharto membubarkan
supaya yakin bahwa angkatan darat tetap siap PKI dan membubarkan kabinet Dwikora.
sedia asalkan diberi kepercayaan penuh.Sebelum Kedudukan Soeharto makin kuat setelah
berangkat ketiga Jenderal itu menanyakan pesan MPRS mengadakan Sidang Umum ke IV
untuk Presiden.Jenderal Soeharto menjawab padatanggal 20 Juni 1966. Salah satu ketetapan
“Sampaikan saja bahwa saya tetap pada penting adalah,TAP MPRS No. IX/MPRS/1966
kesanggupan saya, beliau akan mengerti” tentang Surat Perintah
(Poespanegoro, dkk, 1992, 412).Latar belakang Presiden/PanglimaTertinggi Angkatan
ucapan itu ialah bahwa sejak pertemuan mereka Bersenjata Republik Indonesia/Pimpinan Besar
di Bogor pada tanggal 2 Oktober 1965 setelah Revolusi/Mandataris MPRS RI, yang berisi
meletusnya Gerakan 30 September 1965 antara mengukuhkan adanya Surat Perintah
Soekarno dan Soeharto terdapat perbedaan SebelasMaret tersebut.Dengan demikian
kunci bagi usaha meredakan ketegangan. Soekarno tidak dapat mencabut kembali
Menurut Soeharto, pergolakan rakyat tidak akan Supersemar dan memberikan landasan yang kuat
berhenti sebelum rasa keadilan rakyat terpenuhi kepada Soeharto untuk melakukan kegiatan
dan rasa ketakutan rakyat dihilangkan dengan kenegaraan.
membubarkan PKI yang telah melakukan Pada tanggal 10 Januari 1967, Presiden
pemberontakan. Sebaliknya Soekarno tidak Soekarno menyampaikan Pelengkap Nawaksara
mungkin membubarkan PKI karena di hadapan pimpinan MPRS. Dan, dalam
bertentangan dengan Dokrin Nasakom yang musyawarah tanggal 21 Januari 1967 MPRS
telah dicanangkan keseluruh dunia. menyatakan bahwa presiden teelah alpa dalam
Namun pada pertemuan selanjutnya Jenderal memenuhi ketentuan konstitusi sehingga pada
Soeharto menyatakan bersedia menjadi bemper tanggal 9 Pebruari 1967 mengeluarkan resolusi
dalam membubarkan PKI untuk meredakan bahwa apa yang dilakukan oleh presiden dapat
pergolakan, asal diberi kebebasan bertindak oleh membahayakan negara. Oleh karena itu MPRS
presiden. Pesan Mayjen. Soeharto yang harus mengadakan sidang Istimewa untuk
disampaikan kepada tiga perwira tinggi yang memberhentikan Soekarno dari jabatan presiden
akan berangkat ke Bogor itu pada dasarnya dan memerintahkan kepada Kehakiman untuk
berkaitan dengan kesanggupan tersebut

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 6


Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No. 1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

mengadakan pengusutan, pemeriksaan dan (Ricklefs, 2008:595). Tentara juga melatih


penuntutan secara hukum (Joeniarto, 1990:131). beladiri agar bisa membantu dalam usaha
Memotong Pilar-Pilar Kekusaan Soekarno pembersihan oknum-oknum Gerakan30
Membubarkan PKI September yang berada dalam instansi-instansi
Sikap Soekarno tetap tidak mau dan lembaga-lembaga pemerintahan/pendidikan
membubarkan Partai Komunis Indonesia dan (Ramadhan, 2014:37). Masyarakat yang terlatih
tetap menolak ketetapan MPRS dan ini juga dilibatkan dalam gerakan penumpasan
penjabarannya.Hal ini menyebabkan Soeharto PKI yang menyebabkan gerakan lebih cepat.
dan Nasution serta didukung oleh angkatan Penagkapan dan pembunuhan terhadap PKI
lainnya kecuali Angkatan Udara sampai pada lebih masif setelah dikeluarkan Surat Perintah
kesimpulan bahwa presiden tidak mau 11 Maret 1966 atau Supersemar maka pada
menyesuaikan dengan kondisi yang memerlukan tanggal 12 Maret 1966 Letnan Jenderal Soeharto
kebijakan baru. atas nama Presiden/Pangti ABRI/Mandatris
Soeharto tidak secara terbuka mengeluarkan MPRS menandatangani Surat Keputusan
perintah kepada panglima-panglima daerah Presiden/Pangti/Mandataris MPRS/PBR
untuk menahan pimpinan-pimpinan Partai No.1/3/1966, yaitu membubarkan PKI dan
Komunis Indonesia dan membubarkannya. organisasi-organisasi yang bernaung dan
Soeharto tidak mengirimkan perintah resmi dan berlindung di bawahnya di seluruh wilayah
tertulis kepada panglima-panglima daerahnya kekuasaan Negara Republik Indonesia. Pada
untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia, bulan Oktober 1966, pembunuhan terjadi di
tetapi melalui pesan bahwa Partai Komunis Jawa Tengah, selanjutnya pada bulan
Indonesia harus dihancurkan. Oleh karena itu Novembermerembet ke Jawa Timur, dan baru
para panglima daerah memberikan reaksi yang pada bulan Desember terjadi di Pulau Bali”
berbeda-beda, cara yang berbeda-beda sesuai (Wardaya, 2006:172).Pembasmian terhadap PKI
dengan kondisi daerah masing-masing. Di pada saat itu digambarkan sebagai salah satu
Jakarta, sampai dengan 16 Oktober, sudah 1.334 pembuhunan massal terburuk sepanjang abad
orang yang ditahan dengan alasan terlibat PKI ke-20. Dan, dengan hancurnya PKI maka hancur
(Elson, 2001:239). Pada pertengahan Nopember pula pilar penting kekuasaan Soekarno.
1965 jumlah itu meningkat menjadi 2.200 Penangkapan Para Menteri
orang. Menghadapi gelombang aksi masa maka
Daerah-daerah lain seperti Jawa Barat dimana Soekarno mengadakan reshuffle kabinet pada
para pejabat militer menciduk para pimpinan tanggal 21 Pebruari 1966 yang diberi nama
dan aktivis Partai Komunis Indonesia sehingga Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan. Pada
sampai dengan bulan Desember telah ditahan hari pelantikan Kabinet tersebut tanggal 24
sebanyak 10.000 orang. Di Jawa Tengah dan Pebruari 1966 terjadi demonstrasi yang
Jawa Timur, Angkatan Darat bergerak lebih memprotes susunan kabinet dimana presiden
cepat dan keras karena basis utama pendukung mengangkat orang-orang yang diragukan untuk
Partai Komunis Indonesia dan Soekarno.Di Jawa menyelesaikan peristiwa Gerakan 30 September
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur maupun Bali seperti Dr. Soebandrio, Ir. Surachman, Oei Tjoe
tidak luput dari penumpasan PKI. Di daerah, Tat, SH., sedangkan nama Jenderal Nasution
Soeharto bergerak dengan hati-hati menindak disingkirkan.
Partai Komunis Indonesia dengan Soeharto kemudian menahan para menteri
memanfaatkan kebencian berbagai elemen yang diduga terlibat dalam gerakan 30
masyarakat baik dari kalangan nasionalis September 1965. Tindakan Soeharto ini juga
maupun agama. Pada pertemuan di Jakarta dipicu oleh aksi yang dilakukan oleh Waperdam
tanggal 9-11 Nopember 1965, Muhammadiyah III Chaerul Saleh membacakan pengumuman
mengumumkan bahwa pembasmian tertulis presiden Soekarno pada tanggal, 17
Gertapu/PKI sama dengan perang sabilillah Maret 1966 yang menegaskan bahwa Supersemar

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 7


Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No. 1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

bukan berarti penyerahan kekuasaan Presiden Pada tanggal 1 Oktober 1966, Subandrio
kepada Menpangad. Dampaknya, pada tanggal diajukan ke Mahmillub atas tuduhan terlibat
18 Maret 1966, Menpangad selaku Komkamtib dalam kudeta Untung dan memberikan
melakukan penahanan terhadap 15 orang perlindungan kepada orang-orang yang terlibat
menteri. Kelimabelas menteri itu adalah sebagai setelah bulan Oktober 1965 dan oditur militer
berikut: Dr. Soebandrio (Waperdam I, menjatuhkan hukuman mati kepada
Kompartemen Luar Negeri); Dr. Chaerul Saleh Soebandrio. Hal ini menyebabkan posisi
(Waperdam III, Ketua MPRS); Ir. Setiadi Soekarno mulai goyah. Hal ini tak dapat
Reksoprodo (Menteri urusan Listrik dan dipunkiri karena Soebandrio menduduki posisi
Ketenagaan); Sumardjo (Menteri Pendidikan penting dalam struktur kabinet Dwikora yaitu
Dasar dan Kebudayaan); Oei Tjoe Tat, SH. sebagai Waperdam I dan Kompertemen Luar
(Menteri Negara diperbantukan pada Presidium Negeri serta Kepala Badan Pusat Intelijen (BPI).
Kabinet); Ir. Surachman (Menteri Pengairan Pengadilan atas Oemar Dhani dilaksanakan
Rakyat dan Pembangunan Desa); Yusuf Muda pada tanggal 5 Desember 1966, oditur militer
Dalam (Menteri Urusan Bank Sentral, Gubernur mengemukakan bahwa Marsekal Udara itu yang
Bank Indonesia); Armunanto (Menteri keterlibatannya dalam kudeta Untung hampir-
Pertambangan); Sutomo Martopradoto (Menteri hampir tidak diperdebatkan lagi. Dimana dalam
Perburuhan); A. Astrawinata, SH. (Menteri persidangan terungkap bahwa Oemar Dhani
Kehakiman); Mayjen. Achmadi (Meneteri telah memberitahukan kepada Presiden sebelum
Penerangan); Drs. Moh.Achadi (Menteri adanya pembunuhan terhadap enam jenderal
Transmigrasi dan Koperasi); Letkol.Imam Safe’i tentang adanya Gerakan 30 September 1965
(Menteri Khusus Urusan Keamanan); J.K. yang sudah siap mencegah kudeta yang hendak
Tamukaka (Menteri Sekretaris Jenderal Front dilancarkan oleh Dewan Jenderal. Hal ini
Nasioanal); Mayjen. Dr. Soemarmo bertentangan dengan pernyataan tertulis yang
(Menteri/Gubernur Jakarta Raya).Salah satu disampaikan oleh presiden Soekarno bahwa
anggota kabinet yang lolos adalah Surachman kepada Mahmillub dimana dia menegaskan
tetapi akhirnya terbunuh di Blitar Selatan pada bahwa kudeta Untung itu diluar dugaannya
tahun 1968. Sedangkan Chaerul Saleh mati di sama sekali.
penjara pada tahun 1967 (Ricklefs, 2008:598). Rangkaian sidang-sidang itu merupakan
Para menteri itu kemudian diajukan ke senjata yang ampuh untuk mengikis kekuasaan
pengadilan diawali dengan terdakwa Menteri Soekarno karena setelah sidang-sidang itu
Menteri Urusan Bank Sentral, Gubernur Bank berlangsung berbagai elemen masyarakat
Indonesia, Yusuf Muda Dalam pada tanggal 30 berkumpul di Bandung Jawa Barat dan
Agustus 1966 dengan dakwahan melakukan menuntut agar presiden dihadapkan pada
korupsi, subversi, mengacaukan perekonomian, pengadilan.
penyelundupan senjata dan mempunyai enam Pembersihan juga dilakukan dalam
isteri. Menurut Sundhaessen (1968:428), “tidak departemen-departemen. Pada tanggal 29
diragukan lagi bahwa sampai tingkat tertentu Oktober 1966, Brigjen Syarif Thayeb selakuk
Soebandrio setidak-tidaknya telah membantu, Menteri Pendidikan Tinggi, menskors anggota
pada awal 1965, desas-desus tentang adanya akademik maupun administratif yang terlibat
sebuah Dewan Jenderal yang sedang berkomplot PKI ataupun organsasi afiliasi PKI yang ada di
untuk menggulingkan pemerintah dan dia lingkungan departemennya (Elson, 2001:243).
bahkan tidak berusaha menutup-nutupi peran Pembersihan Tentara
yang dimainkannya dalam surat Gilchrist, yang Di kalangan militer sendiri serangkaian
nampaknya telah membantu meyakinkan pembersihan dan alih tugas dilaksanakan. Pada
anggota-anggota persekongkolan kudeta di tanggal 14 Oktober 1965 Mayjend. Pranoto
sekitar Untung, pimpinan PKI”. Reksosamudro ditangkap karena dituduh
terlibat dalam Gerakan 30 September (Sularto,

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 8


Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No. 1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

2001:307). Di Jawa Barat yang pandang penting presiden sebagai batalion yang terlibat langsung
Mayjen. Adjie yang bersikap mendua terhadap dalam pemberontakan itu dibekukan.
perubahan politik terakhir ditugaskan mengikuti Angkatan Kepolisian termasuk mengalami
kursus-kursus di Sekolah Staf Komando pembersihan yang lunak dimana dalam
Angkatan Darat (Seskoad) tetapi berhasil pertengahan tahun 1966 sebanyak 713 orang
menolak. Sehingga perwira-perwira anti pecat dan sebagian diberhentikan sementara
Soekarno di Bandung membentuk apa yang termasuk 2 perwira senior dan 35 perwira
dianggap sebagai komando tandingan dan menengah. Sebagian besar anggota yang kena
dengan cepat dapat menguasai seluruh divisi. pembersihan adalah personil yang berpangkat
Sehingga tanggal 20 Juli 1066 Mayjen. Adjie rendah terutama di Jawa Timur dan Jawa
secara resmi digantikan oleh Mayjen. Dharsono. Tengah dimana polisi sering memihak PKI
Langkah pembersihan di jajaran Kodam dalam percaturan politik yang berskala kecil.
Diponegoro menurut panglima Diponegoro Pembersihan di tubuh Angkatan Laut baru
yang baru, Mayor Jenderal Surono, kira-kira 20% dimulai sejak tahun 1968 setelah naiknya
dari divisi telah dianggap terlibat dalam gerakan Laksamana Muda Sodomo menggantikan
30 September. Banyak perwira dan prajurit biasa Muljadi yang dipindahtugaskan menjadi Duta
ditahan dan akhirnya kira-kira 1.500 orang Besar RI untuk Uni Soviet. Hal ini terjadi
dipecat dengan tidak hormat sedangkan 1.100 karena Angkatan Laut dengan tulang
ditangguhkan kenaikan pangkatnya, punggungnya Korps Marinir (KKO) Letnan
dipensiunkan dan dihukum (Crouch, 1986:260). Jenderal Hartono dan Panglima Angkatan Laut
Keadaan yang berbeda dengan divisi Brawijaya Muljadi menolak untuk melakukan pembersihan
Jawa Timur, dimana hanya sedikit perwira yang sebesar tuntutan Angkatan Darat.
bersangkut paut dengan gerakan 30 September Setelah naiknya Sudomo, beberapa perwira
1965, sehingga langkah pembersihan merupakan Angkatan Laut lainnya seperti Puguh mantan
lanjutan dari kekalahan gerakan tersebut. Hal ini Menteri Urusan Maritim, Laksamana Jatidjan
disebabkan karena para Soekarnois tidak seperti dan Kepala Pusat Penerangan Angkatan Laut
perwira-perwira di Jawa Tengah, mereka tetap Kommodor Sjamsu Sutjipto dikenakan tahanan
anti komunisme sehingga banyak perwira rumah.
Brawijaya tetap memegang komando lokal. Perwira-perwira lainnya yang dipandang
Akhirnya pembersihan Angkatan Darat Soekanois dialihtugaskan ke jabatan baru seperti
terhadapPKI tahun1965 dan keberhasilannya duta besar atau jabatan lainnya yang
dalam menurunkan Presiden Soekarno dari menguntungkan.
kedudukannya, menjadikan Angkatan Darat Pembersihan MPRS/DPR-GR
sebagai kekuatan dominan satu-satunya diatas Menyusul penangkapan para menteri yang
punggung politik Indonesia (Crouch, 1986:389). salah satunya adalah Waperdam III Chaerul
Sedangkan dalam jajaran Angkatan Udara di Saleh yang juga sebagai Ketua MPRS, pimpinan
bawah tekanan Soeharto, Sri Muljono MPRS segera membersihkan majelis itu dari
Herlambang digantikan oleh Rusmin Nurjadin unsur-unsur Kominis beserta simpatisannya.
yang tidak mempunyai hubungan dekat dengan DPR-GR memecat 36 orang anggotanya dari
Soekarno sebagai panglima yang baru. Partai Komunis Indonesia. Sebagai penggantinya
Pengangkatanini memungkinkan Soeharto menunjuk anggota baru parlemen
dilaksanakannya pembersihan besar-besaran untuk mengganti anggota yang telah
terhadap Soekarnois dalam tubuh Angkatan disingkirkan dan menggelar sidang pada bulan
Udara (Sundhaessen, 1968:412-413). Pada bulan Maret 1967 (Ricklefs, 2008:605). Pada sidang
Maret 1966, sebanyak 306 perwira ditahan, tanggal 20 Juni 1966, majelis memilih Jenderal
termasuk Omar Dhani dan Sri Mulyono Abdul Haris Nasution sebagai ketua. Sidang
Herlambang. Cakrabirawa, pasukan pengaman tersebut merupakan kemenangan besar bagi
Soeharto dan sebaliknya merosotnya kekuasaan

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 9


Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No. 1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

Soekarno karena dalam sidang selanjutnya pada (AD). Soekarno merangkul PKI untuk
tanggal 21 Juni 1966, majelis yang sudah mengimbangi kekuaatan AD, sehingga
“dibersihkan” itu menyetujui dan memperkuat hubungan antara Soekarno dengan PKI bersifat
Surat Perintah 11 Maret menjadi Ketetapan simbosis. Titik nadir persaingan ini dengan
MPRS No. IX/MPRS/1966. Sehingga dengan dilancarkannya Gerakan 30 September 1965.
adanya ketetapan itu presiden Soekarno tidak Gerakan tersebut memberikan peluang kepada
dapat menarik kembali Supersemar. Soeharto dan Angkatan Darat untuk
Legitimasi baru itu menempatkan Soeharto menghancurkan lawan-lawannya dalam
pada posisi yang kuat sehingga tanggal 25 Juli Demokrasi Terpimpin.
1966 bersama dengan Soekarno menyusun Soeharto menghancurkan pilar-pilar
Kabinet Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera) kekuasaan Soekarno setelah mendapatkan Surat
dimana dalam susunan kabinet itu Soekarno Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Pilar-pilar
duduk sebagai Presiden sedangkan Soeharto kekuasaan Soekarno terdiri dari: (1) PKI yang
sebagai Ketua Presidium Kabinet. Dalam dalam MPRS mengangkatnya sebagai presiden
komposisi kabinet baru itu tentu saja peranan seumur hidup; (2) Manteri dalam Kabinet
Soeharto sangat besar seperti yang dipaparkan Dwikora yang terdiri dari 15 orang yang
Ulf Sundhaessen, kabinet baru terdiri dari dipandang Sukarnois dan terlibat dalam
sebuah Presidium yang beranggotakan lima Gerakan 30 September 1965; (3) Tentara,
orang menteri utama di dalam kabinet duduk 12 dimana Soeharto melaksanakan serangkaian
anggota ABRI, 6 di antaranya dari Angkatan pembersihan dan alih tugas di ke empat
Darat. Sebanyak 84 jabatan Sekretaris Jenderal angkatan; (4) Pembersihan anggota MPRS/DPR-
dan Direktur Jenderal, 32 dipegang oleh ABRI GR denganmemecat 36 orang anggotanya dari
sehingga secara de facto, Soeharto bertindak Partai Komunis Indonesia dan menggantikan
sebagai Perdana Manteri (Sundhaessen, dengan anggota baru yang ditunjuk Soeharto.
1968:417). Rangkaian pembersihan itu telah
Hal ini menyebabkan dualisme menghancurkan pilar-pilar kekuasaan Soekarno,
kepemimpinan sehingga tanggal 7 Pebruari 1967 sebaliknya mengantarkan Soeharto ke puncak
mengirim surat kepada Ketua Presidium Kabinet kekuasaan di tanah air.
agar diadakannya pembagian tugas yang jelas.
Namun surat itu ditolak oleh Soeharto sehingga DAFTAR PUSTAKA
tanggal 22 Pebruari 1967, Soekarno Abdulgani, Roslan, 1961, Penjelasan Manipol-
menyerahkan kekuasaan eksekutif kepada Usdek, Bahan-bahan Indoktrinasi, A. Reachim.
Jenderal Soeharto selaku pemegang kekuasaan Djember: Penerbit Sumber Ilmu.
Tap MPRS No. IX/MPRS/1966 dan tanggal 12 Abdurrahman, Dudung, 2007,Metodologi
Maret 1967 Soeharto dilantik sebagai pejabat Penelitian Sejarah, Jakarta: Ar-Ruzz Media.
presiden. Selanjutnya pada bulan Maret 1968 Crouch, Harold, 1986, Militer dan Politik di
dilakukan Sidang Umum MPR Ke-V, Salah satu Indonesia, Jakarta: Sinar Harapan.
ketetapan yangdihasilkan adalah Ketetapan Elson, R.E. 2001, Soeharto, sebuah Biografi Politik,
MPRS Nomor XLIV/MPRS/1968 pada 27 Jakarta: Pustaka Minda Utama.
Maret 1968 yang pengukuhan Soeharto sebagai _____, 2009, Soeharto, sebuah Biografi Politik,
Presiden. Jakarta: Pustaka Minda Utama.
Fic M, Fictor, 2005, Kudeta 1 Oktober 1965,
KESIMPULAN Sebuah Studi tentang Konspirasi, Jakarta: Obor.
Kemelut politik pada tahun 1959 Gootschalk, 1985, Mengerti Sejarah, Jakarta;
memberikan peluang kepada Soekarno untuk Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.
melaksanakan Demokrasi Terpimpin. Dalam Hidayat, Iman, 2009, Teori-Teori Politik, Malang:
demokrasi Terpimpin ada tiga kekuatan yang Setara Press.
bersaing: Soekarno, PKI dan Angkatan Darat

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 10


Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 7. No. 1, Januari–Juni 2017 ISSN: 2088-0308

Joeniarto, 1990, Sejarah Ketatanegaraan Republik Subroto, Hendro, 2009, Sintong Panjaitan:
Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara. Perjalanan Seorang PrajuritPara Komando,
Kasenda, Peter, 1991, Sarwo Edhie Wibowo dan Jakarta: Kompas.
Operasi Militer: Penghancuran Gestapu/dan Sularto, St., 2001, Dialog dengan Sejarah; Soekarno
Pendobrak Orde Lama, Jakarta: Prisma. Seratus Tahun, Jakarta: Buku Kompas.
Komando Operasi Tertinggi, 1965, Tjatatan Sunarso, 2012, Perkembangan Politik Pendidikan di
Kronologis di Sekitar Peristiwa G30S, Keputusan Indonesia (Kajian Era Orde Lama, Orde Baru
No. 1 tentang Susunan Dewan Revolusi dan Reformasi, Laporan Penelitian, Jurusan
Indonesia, Jakarta: Seksi Penerangan. PKnH FIS Universitas Negeri Yogyakarta.
Maran, Rafael Raga, 2001, Pengantar Sosiologi Sundhaeussen, Ulf, 1986, Politik MiliterIndonesia
Politik, Jakarta: Rieneka Cipta. 1945-1947, Jakarta: LP3ES.
Mint, Jeanne S. 2002, Marx, Marhaen, akar Wanandi, Sofyan, 2014, Menyibak Tabir Orde
Sosialisme di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Baru, memoar politik Indonesia 1965-1998,
Pelajar. Jakarta: Buku Kompas.
Na’imah, Hayatun, 2015, Peralihan Kekuasaan Wardaya, Baskara. T. 2006, Bung Karno
Presiden dalam Lintasan Sejarah Ketatanegaraan Menggugat! Dari Marhaen, CIA, Pembantaian
Indonesia, Khazanah, Jurnal Studi Islam dan Massal ’65 hinggaG30S. Yogyakarta:
Humaniora, Vol. 13, No.1, Juni 2015. Galangpress.
Notosusanto, Nugroho, 1995, Angkatan
Bersenjata dalam Percaturan Politik Indonesia.
Dalam Analisa Kekuatan Politik di Indonesia.
Pilihan Artikel Prisma, Jakarta: LP3ES.
Ramadhan, Gandhi, 2014, Peranan Sarwo Edhie
Wibowo dalam Penumpasan Gerakan 30
September 1965 di Jakarta dan Jawa Tengah,
Skripsi, Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Ricklefs, MC, 2008, Sejarah Indonesia Modern,
Jakarta: Serambi.
Sekneg. Republik Indonesia, 1994, Gerakan 30
September Pemberontakan Partai Komunis
Indonesia: Jakarta.
Sholehuddin, Abi, 2015, “Jargon Politik Masa
Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1965”,
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah,
Volume 3, No 1,Maret 2015, Jurusan
Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Surabaya.
Soekarno, 2001, Demokrasi Terpimpin, Milik
Rakyat Indonesia (Kumpulan Pidato Soekarno),
dihimpun oleh Wawan Tunggul Alam,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Soerojo, Soegiarso, 1988, Siapa Menabur Angin
Akan Menuai Badai, G30S-PKI dan Peran Bung
Karno, cet ke 4, Jakarta: Intermasa.

Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima 11

Anda mungkin juga menyukai