Anda di halaman 1dari 9

Masyarakat Indonesia dan Politik Indonesia.

Silabus Prof. Dr. Salim Said,MA,MAIA untuk untuk pengajaran mata kuliah Ilmu
politik

KULIAH ini dirancang untuk mendekati persoalan politik dan


perpolitikan Indonesia dari sudut sejarah, sosiologi/antropologi
dan perbandingan dengan politik dan perpolitikan negara lain
(comparative politics). Dari segi sejarah, kuliah ini akan
mencoba menelusuri riwayat terbentuknya gagasan “Indonesia”,
perkembangannya, terbentuknya negara yang menjadi wadah
gagasan tersebut, perkembangannya pada masa revolusi (1945-
1949), masa Demokrasi Parlementer, peralihan ke Demokrasi
Terpimpin (1957-1959), masa Demokrasi Terpimpin (1959-
1965), Demokrasi Pancasila (1967-1998), dan perkembangan
terakhir pada periode yang dikenal sebagai periode Reformasi.
Dari segi sosiologi/antropologi akan dibicarakan proses
peralihan atau transformasi loyalitas masyarakat baru yang
bernama “Indonesia” dari kesetiaan lokal ke kesetiaan nasional,
dengan segala hal yang memudahkan dan menghambatnya.
Dari segi perbandingan akan dibicarakan persamaan dan
perbedaan antara Indonesia dengan Negara-negara baru lainnya
yang mencapai kemerdekaan pada masa paska Perang Dunia II.

Kuliah ini akan diusahakan diselengarakan sebagai suatu yang


bersifat setengah seminar, dan itu berarti partisipasi para
mahasiswa dalam dikusi sangat diharapkan dan dihargai. Tapi
juga berarti mahasiswa harus membaca bacaan wajib sebelum
masuk klas. Nilai untuk mata kuliah ini akan didasarkan pada
makalah yang ditulis tentang suatu topik. Makalah bisa
merupakan esei tentang suatu gagasan, tapi juga bisa suatu hasil
penelitian (research paper). Penggunaan dengan baik bahan
bacaan yang tercantum di bawah ini dalam makalah, akan
mendapatkan apresiasi khusus.
2

Kuliah ini diberikan dalam delapan seri/bagian:

I. Pengantar.

Pada bagian ini akan dibicarakan mengenai latar belakang,lahir dan


perkembangan gagasan Indonesia sebagai suatu imagined community
(masyarakat yang dibayangkan) yang berlangsung sejak awal abad ke 20.
Di sini juga akan dibicarakan interaksi antara gerakan nasionalisme
dengan pemerintah kolonial
Belanda, dan dampak politik kolonial terhadap perkembangan/sosialisasi
gagasan Indonesia.

Bacaan:
1. George McTurnan Kahin, Nationalism And Revolution in
Indonesia, (New York, Ithaca Cornell University Press,1962)
bab I, II dan III.,
2. R. William Liddle, “Politics and Culture in Indonesia,”
dalam Leadership
and Culture in Indonesian Politics, halaman 63- 106.
3. Benedict Anderson, Imagined Communities, bab 1, 2 dan
3.
4. Ruth McVey, “Building Behemoth, Construction of the
Nation-State,” dalam Daniel S. Lev and Ruth McVey (Eds),
Making Indonesia, Essays on Modern Indonesia in Honor of
George McT. Kahin, ( Ithaca, New York, Cornell
University)
5.Taufik Abdullah, Indonesia Toward Democracy,
(Singapore, ISEAS,2009),bab I.

2
3

II Periode Revolusi (1945-1949)

Apa yang terjadi pada periode revolusi hanya akan dimengerti dengan
baik jika zaman pendudukan Jepang, yang singkat namun intensif dan
dramatis, dimengerti dengan baik. Oleh sebab itu periode revolusi akan
dimulai pembicaraannya dengan menengok ke zaman pendudukan
Jepang. Dari zaman pendudukan yang singkat itu yang penting
dibicarakan adalah politik mobilisasi pemerintahan militer Jepang yang
berdampak amat menentukan bagi jalannya revolusi fisik di kemudian
hari. Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, adalah
kelahiran wadah bagi sebuah konsep bangsa yang bernama “Indonesia.”
Proses politik selama masa revolusi, termasuk hubungan sipil-militer
masa itu, adalah hal yang hanya mungkin dimengerti jika diletakkan
dalam konteks proses lahir dan perkembangan imagined community
Indonesia.

Bacaan:
1. George McTurnan Kahin, Nationalism dan Revolution
Indonesia, bab IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI dan XIII.
2. Deliar Noer, Mohammad Hatta, Biografi Politik , bab. 5.
3. Herbert Feith, The Decline of Constitutional Democracy in
Indonesia, bab I, (Ithaca, New York: Cornell University Press
1962)
4. Salim Said, “Tentara Nasional Indonesia Dalam Politik: Dulu,
Sekarang dan Masa Datang,” dan Salim Said, “Keterlibatan
Politik Militer Selama Perang Kemerdekaan dan Dampaknya
Terhadap Politik Indonesia Kontemporer,” dalam Salim Said,
Militer Indonesia dan Politik: Dulu,Kini dan Kelak, (Jakarta,:
Pustaka Sinar Harapan , 2000 ) halaman 1- 54.

III Demokrasi Parlementer (1950-1959)

Masa Demokrasi Parlementer yang juga dikenal sebagai masa


pemerintahan partai-partai adalah suatu periode yang penuh dengan

3
4

pergolakan sebagai tampilan dari proses menemukan bentuk “Indonesia”


dari dalam setelah di masa Revolusi (1945-1949) persatuan Indonesia
tercapai di depan ancaman musuh bersama, yakni kekuatan kolonial
Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Jika kita dengan
saksama mengamati perpolitikan di masa Revolusi, maka niscaya akan
tampak bahwa di tahun-tahun itu terdapat tiga kekuatan politik utama di
Indonesia, masing-masing adalah partai-partai, tentara di bawah pimpinan
Panglima Besar Soedirman, dan Presiden Soekarno. Di masa Demokrasi
Perlementer (UUDS 1950), pemerintahan partai-partai tidak membuka
peluang bagi tentara dan Soekarno untuk secara formal memainkan peran
politik. Maka ketika sistim parlementer tidak bisa mengatasi berbagai
soal yang dihadapi oleh bangsa yang baru merdeka itu, muncul koalisi
Tentara (A.H. Nasution) dengan Soekarno yang perlahan-lahan mendesak
partai-partai meninggalkan pusat panggung politik. Puncak koalisi
Tentara-Soekarno ini dicapi ketika tahun 1959 lahir Demokrasi
terpimpin. Dalam perjalanan ke Demokrasi terpimpin inilah
diperkenalkannya konsep Golongan Karya oleh Soekarno dan Jalan
Tengah – yang kemudian menjadi Dwifungsi -- oleh Jenderal A.H.
Nasution

Bacaan:
1. Herbert Feith, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia,
bab IV, V, VI, VII,VIII, IX, X, XI.
2. Deliar Noer, Mohammad Hatta, Biografi Politik, bab 8.
3. Daniel S. Lev, The Transition to Guided Democracy. (Ithaca,New
York: Southeast Asian Studies, MIP, Cornell University ,1966)
4. David Reeve, Golkar of Indonesia.An Alternativ to the Party System.
5. Presiden Soekarno, Indonesia Pilih Demokrasimu yang Sedjati,
(Djakarta: Kementerian Penerangan,1956).
6. Barbara Sillar Harvey, Permesta, Pemberontakan Setengah Hati
(Jakarta: Pustaka Grafiti).
7. R.Z. Leirissa, PRRI, Permesta: Strategi Membangun Indonesia Tanpa
Komunis.
.

4
5

IV. Demokrasi Terpimpin.

Demokrasi Terpimpin adalah sebuah rezim yang didirikan oleh tentara


bersama Soekarno. Untuk mengimbangi kekuatan tentara, Soekarno
menjalankan politik perimbangan (balance of power) dengan
menggunakan PKI sebagai pengimbang. Dalam perjalanannya, tidak bisa
dicegah terus memuncaknya ketegangan politik antara tentara, khususnya
Angkatan Darat, di satu pihak, dan Presiden Soekarno dan PKI di pihak
lain. Ketegangan itu mencapai puncaknya pada tanggal 1 Oktober 1965
(Gestapu PKI).

Bacaan:
1. Herbert Feith, “The Dynamic of Guided Democracy” dalam Ruth
T. McVey (ed), Indonesia., (New Haven: Human Relations Area
Files, 1963) halaman 309-409.
2. Herbert Feith, “Presiden Soekarno, The Army And The
Communist : The Triangle Changes Shape,” dalam journal Asian
Survey, 8 Agustus 1964, halaman 969-980.
3. Rosihan Anwar, Sebelum Prahara: Pergolakan Politik Indonesia
1961-1965. (Jakarta: Penerbit Sinar Harapan,1981)
4. Rex Mortimer, Indonesian Communism Under Sukarno .
5. A.H. Nasution, Memenuhi Panggilan Tugas, jilid 5.

V. Militer dan Politik.

Masa pasca Orde Lama adalah periode naiknya militer sebagai penguasa
tunggal perpolitikan Indonesia. Rezim yang selama tiga dasawarsa
dipimpin oleh Jenderal Soeharto , yang juga dikenal sebagai rezim Orde
Baru, adalah sebuah rezim yang ditekadkan penciptaannya oleh Angkatan

5
6

Darat pada Seminar Angkatan Darat II di Bandung pada bulan Agustus


1966. Oleh karena itu peranan politik militer Indonesia, perkembangan
dan prospeknya, seyogianya mendapatkan tempat untuk dibahas dalam
kuliah ini.

Bacaan:

1. Harold Crouch, The Army and Politics in Indonesia,


(Ithaca,New York:Cornell University,1978)

2. .Nugroho Notosusanto, “Angkatan Bersenjata dalam


percaturan politik,” dalam Farchan Bulkin (ed), Analisa
Kekuatan Politik Indonesia, (Jakarta: LP3ES) halaman 3- 33.
3. Salim Said, Genesis of Power, General Soedirman and The
Indonesian Militarty in Politics: 1945-1949. (Singapore
Institute of Southeast Asian Studies, 1991
4. UIf Sundhaussen, The Road To Power: Indonesian Military
Politics: 1945-1967. (Kuala Lumpur: Oxford University Press,
1982
.
6. Salim Said, Tumbuh dan Tumbangnya Dwifungsi.
7. David Jenkins, Suharto and His Generals: Indonesian Military
politics 1975-83. (Ithaca, New York: Southeast Asian Studies,
MIP, Cornell University, 1984)

VI. Orde Baru.

Membicarakan Orde Baru adalah adalah pemerintahan yang didirikan


Angkatan Darat setelah jatuhnya Sukarnoa. Tapi sebagai suatu
pemerintahan yang terlibat bukan saja urusan-urusan militer, dan
melibatkan bukan saja militer, Orde Baru jelas lebih hanya dari sekedar
militer. Pembangunan dan penataan politik yang dilakukan Orde Baru
adalah fenomena menarik untuk diamati. Ketika Orde Baru telah

6
7

terpuruk, pertanyaan yang sering muncul adalah apa yang salah dengan
Orde Baru, kapan kesalahan itu bermula, dan siapa yang melakukan
kesalahan itu? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan dicoba
menjawabnya pada bagian ini.

Bacaan:
1. R. William Liddle, “Suharto’s Indonesia:Personal Rule and
Political Institution,” dalam R.William Liddle, Leadership and
Culture In Indonesian Politics.
2. R. William Liddle, “Modernizing Indonesian Politics,” dalam R.
William Liddle (ed) Political Participation in Modern Indonesia,
(New Haven, Connecticut, Southeast Asian Studies, Yale University,
197. )
3 Heru Cahyono, Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan Pristiwa
January 1974. (Jakarta: Sinar Harapan, 198.)
4.Herbert Feith, “Suharto’s Search for Political Format,” dalam
majalah INDONESIA (terbitan Cornell University), 6, (Oktober)
1968, halaman 88-105.
5. Harry Tjan Silalahi, Konsensus Politik Nasional Orde Baru.
(Jakarta Center For Strategic and International Studies, 19..)
7. Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya
8. Leo Suryadinata, Golkar:Studi Tentang Budaya Politik (Jakarta:
LP3ES, 19 ..)
9.Jamie Mackie dan Andrew MacIntyre, “Politics” dalam Hl Hill
(ed), Indonesia’s New Orde, The Dynamic of Socio-economic
Transformation .
11.Edward Espinal, Opposing Suharto, (Stanford,California,
Standford , California ).

VII Pasca Orde Baru/ Reformasi.

7
8

Kemana arah perjalanan Indonesia setelah berakhirnya pemerintahan


otoriter Orde Baru? Apakah Indonesia akan kembali ke era Demokrasi
Parlementer? Apakah peran politik tentara akan berakhir setelah
Dwifungsi ditinggalkan lewat Rapim TNI pada bulan April 2000?
Bagaimana sipil mengelola politik? Bagaimana peran parta-partai politik?
Itulah antara lain pertanyaan-pertanyaan yang akan dibahas pada segmen
terakhir kuliah ini.

1. Donald K. Emmerson (ed) Indonesia Beyond Soeharto.


2. Geoff Forrester (ed)Post-Soeharto Indonesia:Renewal or
Chaos, Indonesia Assesment 1988, (Singapore-Leiden: ISEAS-
KITLV, 1999).
3. Marcus Mietzner, Military Politics, Islam and the state in
Indonesia, (Singapore,2009).
4. Edward Espinal dan Marcus Meitzner (eds) Problem of
Democratisation in Indonesia, (Singapore, ISES, 2010)
5. Gerry van Klinken dan Joshua Barker, State of Authority: The
State in Society in Indonesia, (Ithaca, New York: Cornell Univ
SEA Program,2009

VIII Islam dalam Perpolitikan Indonesia.

Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Bagaimana peran Islam


dalam perpolitikan Indonesia? Bagaimana tingkah laku politik para
politisi Islam? Bagaimana reaksi negara kepada Islam.

Bacaan

1. Saiful Muzani, Muslim Demokrat, (Jakarta: Pustaka Utama


Gramedia, 2002
2 Yudi Latif, Indonesian Muslim Intellegensia in Power,
(Singapore, ISEAS, 2008).
3 Bachtiar Effendi, Islam and State in Indonesia,
(Singapore:ISEAS, 2003)
8
9

4 Greg Fealy and Sally White (eds) Expressing Islam: Islamic


Life and Politics in Indonesia (Singapore: ISEAS, 2008)
5 Luthfi Assyaukani, Islam and the Secular State in Indonesia
(Singapore:ISEAS, 2009)
6 John Sidel,Riot,Pogroms, Jihad:Religious Violence in
Indonesia (Cornel Univ. Press, 2006)
7 Anis Baswedan, “Political Islam:Present and Future
Trajectory,” Asian Survey, 44: 5, h.669-690.
8 B.J. Boland, The Struggle of Islam in Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai