DINAMIKA DEMOKRASI
Uruguay adalah negara dengan bentuk republik, dan sistem pemerintahan demokrasi
yang terbagi menjadi 19 provinsi (departemen). Uruguay merdeka pada 25 Agustus 1825 dan
Ibu kotanya adalah Montevideo. Luas wilayah Uruguay adalah 318.413 KM2, dengan jumlah
penduduk sebanyak 3,4 juta jiwa. Pemegang kekuasaan tertinggi di Uruguay adalah presiden
sebagai lembaga eksekutif dan panglima tertinggi adalah angkatan bersenjata Uruguay.
Lembaga legislatif terdiri dari dua bagian yaitu Honorable Senado de la Nacion (senator) dan
Honorable Camara de Diputados de la Nacion (dewan perwakilan rakyat). Lembaga yudikatif
terdiri dari Mahkamah Agung, Dewan Kehakiman, Pengadilan Tingkat Pertama dan juga
Pengadilan Tingkat Tinggi1.
Menurut Henry B. Mayo, sistem politik yang demokratis adalah dimana kebijaksanaan
umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala berdasarkan prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjaminnya kebebasan politik 2. Dari pengertian tersebut, Miriam Budiarjo
mengatakan bahwa demokrasi didasari oleh beberapa nilai (values), namun tidak semua
masyarakat yang demokratis menganut semua nilai tersebut, melainkan bergantung pada
perkembangan sejarah serta budaya politik pada masing-masing negara. Nilai-nilai tersebut
adalah3
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara lembaga
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat
yang sedang berubah
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur
4. membatasi pemakaian kekerasan sampai minuman
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman
1
Uruguay, Kedutaan Besar Republik Indonesia, 2018.
2
Henry B. Mayo, An Introduction to Democratic Theory (New York: Oxford University Press, 1960), hlm. 70.
3
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2019), hlm. 18-19.
6. Menjamin tegaknya keadilan
Sistem pemilu yang digunakan Uruguay adalah Two Round System (Sistem Dua
Putaran) atau disebut juga dengan Majority Run-off atau Double Ballot4. Sistem ini membuka
peluang untuk dilakukannya pemilu putaran kedua. Putaran kedua akan dilaksanakan apabila
pada putaran pertama tidak ada kandidat yang memperoleh suara mayoritas absolut (50% + 1).
Sebagaimana First Past The Post, sistem ini juga digunakan untuk memilih satu calon pada
setiap distrik. Perbedaannya, dalam sistem First Past The Post calon terpilih adalah calon yang
memperoleh suara lebih banyak dari calon yang lain walaupun tidak mendapatkan suara
mayoritas absolut (50% + 1). Sedangkan pada sistem Two Round System, calon yang
memperoleh suara terbanyak tidak bisa ditetapkan sebagai pemenang apabila perolehan
suaranya tidak mencapai suara mayoritas absolut (50% + 1). Apabila dalam pemilu putaran
pertama belum ada kandidat yang memperoleh suara mayoritas absolut, maka diadakan pemilu
putaran kedua yang pesertanya diambil dari dua kontestan yang memperoleh suara terbanyak
pada pemilu putaran pertama5.
4
Agung Dian Wicaksono, Inisiasi Pengadilan Khusus Pemilihan Umum, Jurnal Rechts Vinding, Vol. 4, No. 1,
2015, hlm, 67.
5
Muhadam Labobo & Teguh Ilham, Partai Politik dan Sistem Pemilihan Umum (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2015), hlm. 68-70.
negara dengan peraturan merokok paling ketat di kawasan Amerika Latin, yaitu dengan denda
1.100 USD untuk bisnis yang mengizinkan merokok atau sanksi penutupan selama 3 hari.
Namun, 70% Masyarakat Uruguay mendukung larangan tersebut. Uruguay merupakan negara
paling sekuler di Amerika Selatan, namun Agama mayoritas penduduk Uruguay adalah Katolik
Roma yang berkisar 66% dari total populasi penduduknya. Sekitar 20.000 jemaat Yahudi di
Uruguay, dan hal ini menjadikan Uruguay sebagai negara dengan pemeluk Yahudi terbesar di
kawasan Amerika Selatan dan di dunia.
Pada tahun 2020 PDB Uruguay berkontraksi sebesar -5,9% atau sebesar 53,62 M USD6.
Menurut IMF, ekonomi Uruguay cukup baik di kawasan Amerika Latin sebagai negara dengan
masyarakat egaliter serta memiliki pendapatan per kapita yang tinggi, tingkat kesenjangan dan
angka kemiskinan yang rendah serta tidak ada kemiskinan yang ekstrim. Tercatat hingga 5
Januari 2022, kasus Covid-19 di Uruguay sebanyak 420.108 orang, dengan total kematian
sebanyak 6.180 orang dan pasien sembuh sebanyak 400.879 orang 7. Pandemi covid-19 sangat
berdampak terhadap perekonomian suatu negara maupun global. Dalam melihat dampak
tersebut, IMF membuat tiga kategori negara yaitu Advance Economies, Emerging Market and
Middle Economies, dan juga negara Low Income Developing Countries. Jika dilihat dari tiga
kategori yang dibuat IMF ini, Uruguay termasuk ke dalam negara dengan golongan Advance
6
Uruguay GDP Growth, IMF, 2021.
7
Corona Virus Cases in Uruguay, Worldometer, 2022.
Countries yang berkontraksi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar -5,9% akibat dari
pandemi.
Pada bulan Agustus, jumlah orang terinfeksi Covid-19 di Uruguay sebanyak 83 kasus
dengan total korban meninggal dunia sebanyak 27 orang. Dilihat dari kasus ini, Uruguay
merupakan salah satu negara yang berhasil menangani wabah Covid-19 tanpa diberlakukannya
lockdown. Pemerintah Uruguay mengambil tindakan yang cepat untuk memfasilitasi rakyatnya
yang terinfeksi Covid-19. Penanganan awal yang cepat dilakukan oleh pemerintah Uruguay
serta demografi negaranya dengan tingkat kepadatan penduduk yang rendah membuat Uruguay
berhasil menangani wabah Covid-19. Presiden Uruguay mengambil kebijakan “kebebasan
individu dengan tanggung jawab” pada saat kasus Covid-19 mulai mengganas. Pejabat
pemerintahan setempat memaksa warganya untuk tetap tinggal di rumah dan mematuhi jarak
sosial. Meski dibilang sukses menghadapi pandemi Covid-19, pemerintah Uruguay tidak
mengumumkan hal tersebut dikarenakan masih waspada terhadap pandemi Covid-19
gelombang 2.
8
Cara Uruguay Kendalikan Pandemi Covid-19 Tanpa Lockdown, Suara.com, 2020.
yaitu sebesar 67%. Pandemi Covid-19 berdampak pada rendahnya arus demonstrasi yang
terjadi diakibatkan oleh pemilihan umum serta mobilisasi sipil 9.
Selain pemilu, faktor lain yang melemahkan adalah mobilisasi sipil. Pandemi Covid-19
menghilangkan struktur mobilisasi utama dari gerakan protes, dan juga membuat jejaring
protes mengalami disintegrasi. Dana yang sebelumnya dialokasikan untuk mengorganisasikan
protes kini dialihkan untuk menangani dampak pandemi. Pandemi melemahkan mekanisme
transisi kekuasaan dalam wujud pemilihan umum yang ditunda. Penundaan pemilu
memberikan peluang bagi pemerintahan yang sedang berkuasa untuk mengkonsolidasikan
kekuasaannya. Namun demikian, ketidakpastian politik yang ditimbulkan akibat penundaan
pemilihan umum mendorong masyarakat sipil untuk melangsungkan gerakannya kembali
sampai agenda tersebut terlaksana seperti seharusnya.
9
Arrizal Anugerah Jaknanihan, Prospek Demokrasi Amerika Latin Pasca Pandemi Covid-19, Jurnal Penelitian
Politik, Vol. 18, No. 1, 2021, hlm, 71-72.
DAFTAR PUSTAKA