Anda di halaman 1dari 6

Nama : Intan Riska Anandita

Kelas : Teknik Sipil C


NIM : 1903010134

1. Globalisasi Ekonomi, Politik Global, Homogenisasi Dan Budaya Reproduksi


Budaya Dalam Globalisasi, Konflik Dan Perdamaian Dalam Globalisasi

Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran


pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.Globalisasi adalah
berasal dari kata Globalization. Global artinya dunia sedangkan lization artinya adalah proses.
Secara bahasa arti Globalisasi adalah Suatu proses yang mendunia, suatu proses yang membuat
manusia saling terbuka dan bergantung satu sama lainnya tanpa batas waktu dan jarak.Di era
globalisasi yang didukung perkembangan teknologi, alat transportasi dan ilmu pengetahuan
seseorang di suatu wilayah dapat mengetahui segala jenis informasi yang tersebar di dunia luar
dengan cepat dan mudah. Globalisasi dimaknai sebagai dunia satu atap atau dunia batas.Dampak
globalisasi menguntungkan, namun disisi lain merugikan. Semuanya tergantung bagaimana kita
menyikapinya. Namun, yang harus di ingat Globalisasi berbeda dengan istilah global warming
atau pemanasan global. Globalisasi memiliki dampak tersendiri dalam berbagai sektor di
masyarakat. Dampak globaslisasi atau pengaruh globalisasi bisa menjadi positif dan negatif. dan
diantaranya adalah Diantaranya dampak positif yaitu Kemudahan memperoleh informasi dan
ilmu pengetahuan,Kehidupan sosial ekonomi yang meningkat,Kemajuan dalam bidang
teknologi, komunikasi, transportasi dan informasi yang memudahkan manusia. Dan dampak
negatif diantaranya : Gampangnya budaya barat masuk dan mempengaruhi nilai-nilai budaya
lokal, Lunturnya nilai-nilai kebudayaan seperti gotong royong dan lain sebagainya, Rusaknya
lingkungan dan meningkatnya polusi udara, Maraknya penyelundupan barang-barang ilegal
maupun terlarang. Menurut saya pribada globalisasi ini sangat bagus apabila masyarakat dapan
mengantisipasi dari dampak negatifnya karena dampak dari globalisasi sendiri itu sangat banyak
yang positifnya sehingga itu sangat baik juga untuk masyarakat. Pada intinya masyarakat harus
bisa mengontrol keinginan dirijangan berlebihan dalam berbagai hal.
Globalisasi sendiri juga memiliki beberapa Faktor yang menyebabkan proses globalisasi
bisa terjadi. Tentunya ada penyebab dan pendorong yang akhirnya membuat proses Globalisasi
ini bisa terjadi, yang diantarnya adalah:1. Perkembangan Teknologi dan Informasi, Adanya
perkembangan dalam teknologi informasi dan komunikasi yang kemudian berdampak pada
mudahnya transaksi keuangan yang terjadi di seluruh Negara. Selama beberapa waktu terakhir
terdapat banyak sekali perkembangan dalam bidang teknologi yang berkaitan langsung dengan
transaksi keuangan yang bisa memudahkan Anda untuk melakukan transaksi tidak hanya di
Negara sendiri melainkan di Negara lain. 2. Banyaknya Kerja Sama Internasional, Penyebab
kedua terjadinya Globalisasi adalah karena terjadinya banyak kerja sama internasional yang
memudahkan terjadinya transaksi keuangan sebelumnya yang dilakukan oleh berbagai Negara.
Sehingga melalui sektor ekonomi inilah yang membuat banyaknya produk dari luar negeri masuk
ke dalam negeri dan sebaliknya. 3. Kemudahan Transportasi, Sistem transportasi yang
semakin maju menyebabkan masyarakat mudah dalam bepergian ataupun mengirimkan barang
meski terpisah jarak yang sangat jauh. 4. Ekonomi Terbuka, Selanjutnya era Globalisasi juga
terjadi karena Negara-negara di dunia mulai terbuka dalam bidang ekonomi, sehingga terjadilah
perdagangan-perdagangan global yang menyebabkan berbagai macam produk saling bertukar
dari satu tempat ke tempat yang lain. Inilah yang mnyebabkan terjadinya globalisasi hal ini
sangat tidak terlepas dari campur tangan manusia itu sendiri yang menginginkan semuanya
dengan mudah. Meski sejumlah pihak menyatakan bahwa globalisasi berawal di era modern,
beberapa pakar lainnya melacak sejarah globalisasi sampai sebelum zaman penemuan Eropa dan
pelayaran ke Dunia Baru. Ada pula pakar yang mencatat terjadinya globalisasi pada milenium
ketiga sebelum Masehi. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi
dan budaya dunia berlangsung sangat cepat.

Secara umum, Globalisasi adalah sebagai pengingkatan hubungan internasional di segala


aspek yang mendunia tanpa mengenai batasan-batasan wilayah negara. Globalisasi
ekonomi adalah peningkatan integrasi ekonomi dan saling ketergantungan ekonomi nasional,
regional, dan lokal di seluruh dunia melalui intensifikasi pergerakan barang, jasa, teknologi, dan
modal lintas batas.[1] Apabila globalisasi merupakan serangkaian proses yang melibatkan
berbagia jaring pertukaran ekonomi, politik, dan budaya, globalisasi ekonomi kontemporer
didorong oleh pertumbuhan informasi yang cepat di semua jenis aktivitas produktif dan
pemasaran dan perkembangan sains dan teknologi.

Globalisasi ekonomi terdiri dari globalisasi produksi dan keuangan, pasar dan teknologi,
rezim organisasi dan lembaga, perusahaan dan tenaga kerja. Meski globalisasi ekonomi sudah
meluas sejak munculnya perdagangan antarnegara, pertumbuhannya naik drastis dalam kurun
20–30 tahun terakhir berkat kerangka kerja General Agreement on Tariffs and
Trade dan Organisasi Perdagangan Dunia. Semua negara pun perlahan menghapus hambatan
perdagangan dan membuka akun lancar dan akun modalnya. Ledakan ekonomi modern
disebabkan oleh integrasi negara maju dengan negara berkembang lewat investasi asing
langsung, pengurangan hambatan perdagangan, dan imigrasi lintas perbatasan.

Ketika globalisasi secara radikal menaikkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di negara
berkembang dan menurunkan harga barang di negara maju, globalisasi juga mengubah
keseimbangan kekuasaan antara negara maju dan berkembang dan memberi dampak pada
kebudayaan negara yang terlibat dalam globalisasi. Perubahan lokasi produksi barang membuat
banyak lapangan pekerjaan pindah ke negara lain sehingga pekerja di negara maju terpaksa ganti
karier. Dapat dikatakan, proses masuknya perekonomian secara global dan lebih terbuka tanpa
adanya batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu sama lain
2. Identitas dan Integrasi Nasional Kewarganegaraan

Hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan kita dalam
arti yang luas, misalnya di dalam aturan perundang-undangan atau moral yang secara normatif
diterapkan di dalam pergaulan, baik itu di dalam tataran nasional maupun internasional dan lain
sebagainya. Dengan demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam identitas nasional
tersebut bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan domatis,
melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-menerus bersemi karena adanya hasrat
menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas
nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap
relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat. Bangsa
terbentuk oleh persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, Negara dan kewarganegaraan;
bangsa bukan suatu ras, bukan pula orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama,
bukan pula dibatasi oleh batas-batas geografis atau bahasa alamiah. Sedangkan Negara adalah
suatu organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang bersama – sama mendiami satu
wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta
keselamatan sekelompok manusia tersebut.
Teori terjadinya Negara: Teori kenyataan; timbulnya sesuatu Negara ketika telah
terpenuhi unsur – unsur Negara (daerah, rakyat dan pemerintah yang berdaulat) maka pada saat
itu juga Negara sudah menjadi suatu kenyataan. Teori ketuhanan; timbulnya Negara karena
Tuhan menghendaki. Teori perjanjian; Negara timbul karena adanya perjanjian yang diadakan
antara manusia yang tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu sama lain tanpa ikatan
kenegaraan. Perjanjian ini diadakan agar ada penguasa yang bertugas menjamin kepentingan
bersama dapat terpelihara, agar manusia tidak saling memangsa (Homo homini lupus, menurut
Thomas Hobbes).
Bentuk Negara: Negara kesatuan adalah Negara yang diatur oleh pemerintah pusat yang
memegang seluruh kewenangan pemerintahan. Dalam pelaksanaan pemerintahannya dapat
berupa sistem sentralisasi atau sistem desentralisasi. Negara serikat,(federasi) adalah Negara
yang terdiri atas beberapa Negara bagian. Negara bagian diberi kewenangan untuk mengatur
rumah tangganya sendiri, kecuali urusan pertahanan, keuangan, politik luar negeri dan peradilan.
Mencari dan mengembangkan jati diri bangsa, dapat dengan menemukan kembali atau
memperoleh kesadaran baru melalui dua pandangan. Pertama mengartikan jati diri bangsa
sebagai konsep theologies, identik dengan fitrah manusia, maka jati diri bangsa merupakan
kualitas universal yang inheren pada semua manusia yang ada di dalamnya. Kedua melihat jati
diri bangsa Indonesia sebagai konsep politik, khususnya budaya politik.
Jati diri bangsa Indonesia tidak saja menyangkut persamaan simbolis lahiriah (misalnya,
cara berpakaian), tetapi yang lebih esensial adalah keterkaitan dan komitmen terhadap nilai –
nilai kultural yang sama. Jati diri bangsa Indonesia terkait kesadaran kolektif yang terbentuk
melalui suatu proses sejarah yang panjang melalui kearifan para pembentuk Negara. Manifestasi
jati diri bangsa Indonesia direfleksikan dalam budaya sipil, yang mencapai titik kulminasinya
disaat diikrarkannya Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan.
Pembentukan jati diri bangsa Indonesia yang multikultural, tidak melalui hubungan yang
dominan atau paksaan antara mayoritas dan minoritas, tetapi melalui proses yang saling
menguntungkan (simbiose-mutualistis)
Nasionalisme dapat diartikan sebagai paham untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri.
Nasionalisme adalah suatu pernyataan pendapat dan kesadaran (state of mind and an act of
consciouniness) jadi sejarah pergerakan nasional harus dianggap sebagai suatu sejarah
pertumbuhan pendapat (history of idea). Pernyataan ini secara sosiologis, ide, pikiran, motif,
kesadaran harus selalu dihubungkan dengan lingkungan yang konkret dari situasi sosiohistoris.
Awal terbentuknya nasionalisme lebih bersifat subjektif karena lebih merupakan reaksi
kelompok (group group consciousness corporate will), dan berbagai fakta mental lainnya.
Bentuk Negara: Negara kesatuan adalah Negara yang diatur oleh pemerintah pusat yang
memegang seluruh kewenangan pemerintahan. Dalam pelaksanaan pemerintahannya dapat
berupa sistem sentralisasi atau sistem desentralisasi. Negara serikat,(federasi) adalah Negara
yang terdiri atas beberapa Negara bagian. Negara bagian diberi kewenangan untuk mengatur
rumah tangganya sendiri, kecuali urusan pertahanan, keuangan, politik luar negeri dan peradilan.

Mencari dan mengembangkan jati diri bangsa, dapat dengan menemukan kembali atau
memperoleh kesadaran baru melalui dua pandangan. Pertama mengartikan jati diri bangsa
sebagai konsep theologies, identik dengan fitrah manusia, maka jati diri bangsa merupakan
kualitas universal yang inheren pada semua manusia yang ada di dalamnya. Kedua melihat jati
diri bangsa Indonesia sebagai konsep politik, khususnya budaya politik.
Jati diri bangsa Indonesia tidak saja menyangkut persamaan simbolis lahiriah (misalnya,
cara berpakaian), tetapi yang lebih esensial adalah keterkaitan dan komitmen terhadap nilai –
nilai kultural yang sama. Jati diri bangsa Indonesia terkait kesadaran kolektif yang terbentuk
melalui suatu proses sejarah yang panjang melalui kearifan para pembentuk Negara. Manifestasi
jati diri bangsa Indonesia direfleksikan dalam budaya sipil, yang mencapai titik kulminasinya
disaat diikrarkannya Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan.
Pembentukan jati diri bangsa Indonesia yang multikultural, tidak melalui hubungan yang
dominan atau paksaan antara mayoritas dan minoritas, tetapi melalui proses yang saling
menguntungkan (simbiose-mutualistis)
Bhinneka tunggal ika, tidak bersifat uniform, monolit dan totaliter, melainkan mengakui
keanekaan budaya, bahasa, adat dan tradisi local se-Nusantara. Universalistik karena
pengakuaannya terhadap harkat kemanusiaan yang universal.
.
3. Transformasi Nilai Islam

Islam dalam globalisasi maksutnya adalah agama global dan universal. Tujuannya adalah
menghadirkan risalah peradaban Islam yang sempurna dan menyeluruh, baik secara spirit, akhlak
maupun materi. Universalitas atau globalitas Islam menyerukan kepada umat manusia tanpa
memandang suku, bangsa, warna kulit, dan diferensiasi lainnya.
Islam sendiri juga memiliki keistimewaan dalam globalisasi, antara lain seperti :
Memiliki keseimbangan antara hak dan kewajiban, Membangun suatu masyarakat yang adil dan
memiliki kekuatan. Memiliki landasan atau konsep kesetaraan manusia tanpa diskriminasi, baik
status sosial, etnis, kekayaan, warna kulit, dan lainnya. Menjadikan musyawarah sebagai
landasan sistem politik. Menjadikan ilmu sebagai kewajiban bagi masyarakat untuk
mengembangkan bakat-bakat kemanusiaan dan lain-lain. Etos kerja dalam Islam adalah bagian
dari proses eksistensi atau keberadaan manusia dalam kehidupan membangun peradaban
kehidupan yang adil. Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai tujuannya tersebut
dilakukan dengan kesungguhan guna mewujudkan prestasi optimal.
Kerja keras atau dengan kata lain etos kerja merupakan syarat mutlak untuk dapat
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab dengan etos kerja yang tinggi akan
menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Etos kerja yang tinggi dapat diraih dengan jalan
menjadikan motivasi ibadah sebagai pendorong utama disamping motivasi penghargaan atau
hukuman serta perolehan material.Etos kerja adalah sifat, watak dan kualitas kehidupan manusia,
moral dan gaya estetik serta suasana bathin. Etos kerja merupakan sikap mendasar terhadap diri
dan dunia mereka yang merefleksikan dalam kehidupan nyata, sehingga etos kerja dapat
diartikan sebagai pancaran dari sikap hidup manusia yang mendasar pada kerja. Akan tetapi jika
etos kerja karyawan mengalami penurunan, maka kinerja yang menjadi tanggung-jawabnya pun
tidak akan maksimal dan penurunan laju pertumbuhan yang akan didapatkannya. Jadi sifat etos
kerja sendiri ini sangat dihimbaukan untuk umat islam agar selalu memiliki sifat etos kerja.
Karena sifat etos kerja adalah sifat yang baik untuk jiwa dan raga, serta agar tubuh dan pikiran
terhindar dari rasa malas.
Islam sendiri tidak melarang umatnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bahkan
diislam menambah ilmu dan mencari ilmu sangat dianjurkan bahakan orang yang mencari ilmu
termasuk dalam hal beribadah jika ilmu yang dicari adalah ilmu yang benar sesuai dengan syariat
islam tanpa melanggar larangan-Nya. Begitu juga limu pengetahuan yang sangat berkembang
dijaman sekarang sangatlah baik asal teknologi nya sesuai dengan syariat dan bermanfaat tanpa
melanggar laranga ataupun merugikan.
Allah SWT menciptakan alam ini bukan tanpa tujuan. Islam telah melarang segala bentuk
perusakan terhadap alam sekitar, baik perusakan secara langsung maupun tidak langsung. Karena
pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab semua umat manusia sebagai pemikul
amanah untuk menghuni bumi ini.
Kaum Muslimin tidak diperbolehkan membakar dan menebangi pohon tanpa alasan dan
keperluan yang jelas. Kerusakan alam dan lingkungan hidup yang kita saksikan dan rasakan
sekarang ini juga merupakan akibat dari perbuatan tercela umat manusia. Salah satu bukti bahwa
Islam sangat memperhatikan lingkungan alam sekitar adalah perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk menyingkirkan gangguan dari jalan yang beliau jadikan sebagai salah satu cabang
keimanan, perintah beliau untuk menanam pohon walaupun esok hari kiamat. Bahkan pohon itu
akan menjadi aset pahala baginya sesudah mati yang akan terus mengalirkan pahala baginya.
Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang mempunyai makna yang luas, berkaitan dengan
penerimaan terhadap agama-agama yang berbeda, dan dipergunakan dalam cara yang berlain-
lainan pula.
Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain
adalah mutlak untuk dijalankan sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas). Namun anggapan
bahwa semua agama adalah sama (pluralisme) tidak diperkenankan, dengan kata lain tidak
menganggap bahwa Tuhan yang ‘kami’ (Islam) sembah adalah Tuhan yang ‘kalian’ (non-Islam)
sembah.Untuk mencapai kehidupan yang adil dan beradab, kedamaian adalah syaratnya yang
mutlak. Syarat ini adalah juga hak untuk setiap manusia. Tak hanya untuk urusan sosial, manusia
butuh kedamaian dalam segala aspek kehidupannya, mulai dari ekonomi, politik, budaya hingga
–dan ini yang kerap dilupakan— urusan spiritual.
Sebagai sebuah ideologi sosial, Islam juga menderivasi teori- teori sosialnya sesuai
dengan paradigmanya untuk transformasi sosial menuju tatanan masyarakat yang sesuai dengan
cita- citanya. Oleh karena itu menjadi sangat jelas bahwa Islam sangat berkepentingan pada
realitas sosial, bukan hanya untuk dipahami, tapi juga diubah dan dikendalikan.
Berdasarkan perintah Allah SWT , kita mempunyai kewajiban untuk saling berwasiat dan
saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran , saling amar ma’ruf nahi munkar, dalam
mentransformasikan nilai-nilai islam di dalam kehidupan bermasyarakat. Terdapat nilai-nilai
akhlak yang mulia yang mestinya di kembangkan dan di transformasikan dalam lingkungan
masyarakat.
Islam mengajarkan, bahwa manusia memiliki harkat dan martabat yang sama . islam
melarang merendahkan harkat dan martabat manusia. Di hadapan Allah SWT manusia memiliki
derajat yang sama. Yang membedakannya adalah tinggkat ketakwaannya kepada Allah SWT .
oleh karena itu , tidak selayaknya manusia yang satu menyombongkan diri terhadap manusia
yang lain. Tidak layaknya juga seseorang atau sekelompok orang menjelek-jelekan orang lain
atau sekelompok orang lain, karena tidak mustahil orang atau kelompok orang yang di jelek-
jelekan justru lebih baik dari pada orang atau kelompok orang yang menjelek-jelekannya.

Anda mungkin juga menyukai