Globalisasi ekonomi terdiri dari globalisasi produksi dan keuangan, pasar dan teknologi,
rezim organisasi dan lembaga, perusahaan dan tenaga kerja. Meski globalisasi ekonomi sudah
meluas sejak munculnya perdagangan antarnegara, pertumbuhannya naik drastis dalam kurun
20–30 tahun terakhir berkat kerangka kerja General Agreement on Tariffs and
Trade dan Organisasi Perdagangan Dunia. Semua negara pun perlahan menghapus hambatan
perdagangan dan membuka akun lancar dan akun modalnya. Ledakan ekonomi modern
disebabkan oleh integrasi negara maju dengan negara berkembang lewat investasi asing
langsung, pengurangan hambatan perdagangan, dan imigrasi lintas perbatasan.
Ketika globalisasi secara radikal menaikkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di negara
berkembang dan menurunkan harga barang di negara maju, globalisasi juga mengubah
keseimbangan kekuasaan antara negara maju dan berkembang dan memberi dampak pada
kebudayaan negara yang terlibat dalam globalisasi. Perubahan lokasi produksi barang membuat
banyak lapangan pekerjaan pindah ke negara lain sehingga pekerja di negara maju terpaksa ganti
karier. Dapat dikatakan, proses masuknya perekonomian secara global dan lebih terbuka tanpa
adanya batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu sama lain
2. Identitas dan Integrasi Nasional Kewarganegaraan
Hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan kita dalam
arti yang luas, misalnya di dalam aturan perundang-undangan atau moral yang secara normatif
diterapkan di dalam pergaulan, baik itu di dalam tataran nasional maupun internasional dan lain
sebagainya. Dengan demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam identitas nasional
tersebut bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan domatis,
melainkan sesuatu yang terbuka yang cenderung terus-menerus bersemi karena adanya hasrat
menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat. Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas
nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap
relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat. Bangsa
terbentuk oleh persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, Negara dan kewarganegaraan;
bangsa bukan suatu ras, bukan pula orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama,
bukan pula dibatasi oleh batas-batas geografis atau bahasa alamiah. Sedangkan Negara adalah
suatu organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang bersama – sama mendiami satu
wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta
keselamatan sekelompok manusia tersebut.
Teori terjadinya Negara: Teori kenyataan; timbulnya sesuatu Negara ketika telah
terpenuhi unsur – unsur Negara (daerah, rakyat dan pemerintah yang berdaulat) maka pada saat
itu juga Negara sudah menjadi suatu kenyataan. Teori ketuhanan; timbulnya Negara karena
Tuhan menghendaki. Teori perjanjian; Negara timbul karena adanya perjanjian yang diadakan
antara manusia yang tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu sama lain tanpa ikatan
kenegaraan. Perjanjian ini diadakan agar ada penguasa yang bertugas menjamin kepentingan
bersama dapat terpelihara, agar manusia tidak saling memangsa (Homo homini lupus, menurut
Thomas Hobbes).
Bentuk Negara: Negara kesatuan adalah Negara yang diatur oleh pemerintah pusat yang
memegang seluruh kewenangan pemerintahan. Dalam pelaksanaan pemerintahannya dapat
berupa sistem sentralisasi atau sistem desentralisasi. Negara serikat,(federasi) adalah Negara
yang terdiri atas beberapa Negara bagian. Negara bagian diberi kewenangan untuk mengatur
rumah tangganya sendiri, kecuali urusan pertahanan, keuangan, politik luar negeri dan peradilan.
Mencari dan mengembangkan jati diri bangsa, dapat dengan menemukan kembali atau
memperoleh kesadaran baru melalui dua pandangan. Pertama mengartikan jati diri bangsa
sebagai konsep theologies, identik dengan fitrah manusia, maka jati diri bangsa merupakan
kualitas universal yang inheren pada semua manusia yang ada di dalamnya. Kedua melihat jati
diri bangsa Indonesia sebagai konsep politik, khususnya budaya politik.
Jati diri bangsa Indonesia tidak saja menyangkut persamaan simbolis lahiriah (misalnya,
cara berpakaian), tetapi yang lebih esensial adalah keterkaitan dan komitmen terhadap nilai –
nilai kultural yang sama. Jati diri bangsa Indonesia terkait kesadaran kolektif yang terbentuk
melalui suatu proses sejarah yang panjang melalui kearifan para pembentuk Negara. Manifestasi
jati diri bangsa Indonesia direfleksikan dalam budaya sipil, yang mencapai titik kulminasinya
disaat diikrarkannya Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan.
Pembentukan jati diri bangsa Indonesia yang multikultural, tidak melalui hubungan yang
dominan atau paksaan antara mayoritas dan minoritas, tetapi melalui proses yang saling
menguntungkan (simbiose-mutualistis)
Nasionalisme dapat diartikan sebagai paham untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri.
Nasionalisme adalah suatu pernyataan pendapat dan kesadaran (state of mind and an act of
consciouniness) jadi sejarah pergerakan nasional harus dianggap sebagai suatu sejarah
pertumbuhan pendapat (history of idea). Pernyataan ini secara sosiologis, ide, pikiran, motif,
kesadaran harus selalu dihubungkan dengan lingkungan yang konkret dari situasi sosiohistoris.
Awal terbentuknya nasionalisme lebih bersifat subjektif karena lebih merupakan reaksi
kelompok (group group consciousness corporate will), dan berbagai fakta mental lainnya.
Bentuk Negara: Negara kesatuan adalah Negara yang diatur oleh pemerintah pusat yang
memegang seluruh kewenangan pemerintahan. Dalam pelaksanaan pemerintahannya dapat
berupa sistem sentralisasi atau sistem desentralisasi. Negara serikat,(federasi) adalah Negara
yang terdiri atas beberapa Negara bagian. Negara bagian diberi kewenangan untuk mengatur
rumah tangganya sendiri, kecuali urusan pertahanan, keuangan, politik luar negeri dan peradilan.
Mencari dan mengembangkan jati diri bangsa, dapat dengan menemukan kembali atau
memperoleh kesadaran baru melalui dua pandangan. Pertama mengartikan jati diri bangsa
sebagai konsep theologies, identik dengan fitrah manusia, maka jati diri bangsa merupakan
kualitas universal yang inheren pada semua manusia yang ada di dalamnya. Kedua melihat jati
diri bangsa Indonesia sebagai konsep politik, khususnya budaya politik.
Jati diri bangsa Indonesia tidak saja menyangkut persamaan simbolis lahiriah (misalnya,
cara berpakaian), tetapi yang lebih esensial adalah keterkaitan dan komitmen terhadap nilai –
nilai kultural yang sama. Jati diri bangsa Indonesia terkait kesadaran kolektif yang terbentuk
melalui suatu proses sejarah yang panjang melalui kearifan para pembentuk Negara. Manifestasi
jati diri bangsa Indonesia direfleksikan dalam budaya sipil, yang mencapai titik kulminasinya
disaat diikrarkannya Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan.
Pembentukan jati diri bangsa Indonesia yang multikultural, tidak melalui hubungan yang
dominan atau paksaan antara mayoritas dan minoritas, tetapi melalui proses yang saling
menguntungkan (simbiose-mutualistis)
Bhinneka tunggal ika, tidak bersifat uniform, monolit dan totaliter, melainkan mengakui
keanekaan budaya, bahasa, adat dan tradisi local se-Nusantara. Universalistik karena
pengakuaannya terhadap harkat kemanusiaan yang universal.
.
3. Transformasi Nilai Islam
Islam dalam globalisasi maksutnya adalah agama global dan universal. Tujuannya adalah
menghadirkan risalah peradaban Islam yang sempurna dan menyeluruh, baik secara spirit, akhlak
maupun materi. Universalitas atau globalitas Islam menyerukan kepada umat manusia tanpa
memandang suku, bangsa, warna kulit, dan diferensiasi lainnya.
Islam sendiri juga memiliki keistimewaan dalam globalisasi, antara lain seperti :
Memiliki keseimbangan antara hak dan kewajiban, Membangun suatu masyarakat yang adil dan
memiliki kekuatan. Memiliki landasan atau konsep kesetaraan manusia tanpa diskriminasi, baik
status sosial, etnis, kekayaan, warna kulit, dan lainnya. Menjadikan musyawarah sebagai
landasan sistem politik. Menjadikan ilmu sebagai kewajiban bagi masyarakat untuk
mengembangkan bakat-bakat kemanusiaan dan lain-lain. Etos kerja dalam Islam adalah bagian
dari proses eksistensi atau keberadaan manusia dalam kehidupan membangun peradaban
kehidupan yang adil. Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk
memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai tujuannya tersebut
dilakukan dengan kesungguhan guna mewujudkan prestasi optimal.
Kerja keras atau dengan kata lain etos kerja merupakan syarat mutlak untuk dapat
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab dengan etos kerja yang tinggi akan
menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Etos kerja yang tinggi dapat diraih dengan jalan
menjadikan motivasi ibadah sebagai pendorong utama disamping motivasi penghargaan atau
hukuman serta perolehan material.Etos kerja adalah sifat, watak dan kualitas kehidupan manusia,
moral dan gaya estetik serta suasana bathin. Etos kerja merupakan sikap mendasar terhadap diri
dan dunia mereka yang merefleksikan dalam kehidupan nyata, sehingga etos kerja dapat
diartikan sebagai pancaran dari sikap hidup manusia yang mendasar pada kerja. Akan tetapi jika
etos kerja karyawan mengalami penurunan, maka kinerja yang menjadi tanggung-jawabnya pun
tidak akan maksimal dan penurunan laju pertumbuhan yang akan didapatkannya. Jadi sifat etos
kerja sendiri ini sangat dihimbaukan untuk umat islam agar selalu memiliki sifat etos kerja.
Karena sifat etos kerja adalah sifat yang baik untuk jiwa dan raga, serta agar tubuh dan pikiran
terhindar dari rasa malas.
Islam sendiri tidak melarang umatnya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bahkan
diislam menambah ilmu dan mencari ilmu sangat dianjurkan bahakan orang yang mencari ilmu
termasuk dalam hal beribadah jika ilmu yang dicari adalah ilmu yang benar sesuai dengan syariat
islam tanpa melanggar larangan-Nya. Begitu juga limu pengetahuan yang sangat berkembang
dijaman sekarang sangatlah baik asal teknologi nya sesuai dengan syariat dan bermanfaat tanpa
melanggar laranga ataupun merugikan.
Allah SWT menciptakan alam ini bukan tanpa tujuan. Islam telah melarang segala bentuk
perusakan terhadap alam sekitar, baik perusakan secara langsung maupun tidak langsung. Karena
pelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab semua umat manusia sebagai pemikul
amanah untuk menghuni bumi ini.
Kaum Muslimin tidak diperbolehkan membakar dan menebangi pohon tanpa alasan dan
keperluan yang jelas. Kerusakan alam dan lingkungan hidup yang kita saksikan dan rasakan
sekarang ini juga merupakan akibat dari perbuatan tercela umat manusia. Salah satu bukti bahwa
Islam sangat memperhatikan lingkungan alam sekitar adalah perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk menyingkirkan gangguan dari jalan yang beliau jadikan sebagai salah satu cabang
keimanan, perintah beliau untuk menanam pohon walaupun esok hari kiamat. Bahkan pohon itu
akan menjadi aset pahala baginya sesudah mati yang akan terus mengalirkan pahala baginya.
Pluralisme agama adalah sebuah konsep yang mempunyai makna yang luas, berkaitan dengan
penerimaan terhadap agama-agama yang berbeda, dan dipergunakan dalam cara yang berlain-
lainan pula.
Dalam pandangan Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain
adalah mutlak untuk dijalankan sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas). Namun anggapan
bahwa semua agama adalah sama (pluralisme) tidak diperkenankan, dengan kata lain tidak
menganggap bahwa Tuhan yang ‘kami’ (Islam) sembah adalah Tuhan yang ‘kalian’ (non-Islam)
sembah.Untuk mencapai kehidupan yang adil dan beradab, kedamaian adalah syaratnya yang
mutlak. Syarat ini adalah juga hak untuk setiap manusia. Tak hanya untuk urusan sosial, manusia
butuh kedamaian dalam segala aspek kehidupannya, mulai dari ekonomi, politik, budaya hingga
–dan ini yang kerap dilupakan— urusan spiritual.
Sebagai sebuah ideologi sosial, Islam juga menderivasi teori- teori sosialnya sesuai
dengan paradigmanya untuk transformasi sosial menuju tatanan masyarakat yang sesuai dengan
cita- citanya. Oleh karena itu menjadi sangat jelas bahwa Islam sangat berkepentingan pada
realitas sosial, bukan hanya untuk dipahami, tapi juga diubah dan dikendalikan.
Berdasarkan perintah Allah SWT , kita mempunyai kewajiban untuk saling berwasiat dan
saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran , saling amar ma’ruf nahi munkar, dalam
mentransformasikan nilai-nilai islam di dalam kehidupan bermasyarakat. Terdapat nilai-nilai
akhlak yang mulia yang mestinya di kembangkan dan di transformasikan dalam lingkungan
masyarakat.
Islam mengajarkan, bahwa manusia memiliki harkat dan martabat yang sama . islam
melarang merendahkan harkat dan martabat manusia. Di hadapan Allah SWT manusia memiliki
derajat yang sama. Yang membedakannya adalah tinggkat ketakwaannya kepada Allah SWT .
oleh karena itu , tidak selayaknya manusia yang satu menyombongkan diri terhadap manusia
yang lain. Tidak layaknya juga seseorang atau sekelompok orang menjelek-jelekan orang lain
atau sekelompok orang lain, karena tidak mustahil orang atau kelompok orang yang di jelek-
jelekan justru lebih baik dari pada orang atau kelompok orang yang menjelek-jelekannya.