Anda di halaman 1dari 12

Sepanjang tahun 1920-an Amerika serikat mengalami perkembangan kemajuan

yang sangat pesat. Sepanjang tahun itu kemajuan ekonomi negara meningkat lebih
dari dua kali lipat sehingga periode tersebut sempat disebut sebagai “The Roaring
Twenties”. Ekonomi yang tumbuh pesat memicu spekulasi besar-besaran di pasar
saham. Pasar saham yang berpusat di New York Stock exchange di Wall Street,
New York City mulai ramai didatangi orang-orang dari berbagai latar belakang untuk
mengalihkan tabungan merela ke dalam saham. Indeks saham melejit hingga
mencapai puncaknya pada agustus 1929.

Masyarakat pada saat itu memiliki daya beli relatif tinggi sehingga
menyebabkan gaya hidup konsumtif. Untuk mendukung gaya hidup yang konsumtif
tersebut tentu dibutuhkan kekuatan finansial yang memumpuni dan salah satu usaha
yang dilakukan masyarakat Amerika pada saat itu adalah dengan berhutang.

Tidak jauh beda dengan Henry pemuda yang sering menggunakan kemeja
hitam polos dengan senyum merekah. Henry berprofesi sebagai pialang saham di
Wallstreet dimana menjadi tempat bursa saham terbesar didunia. Dengan semua
uang yang dimiliki ia membeli barang-barang mewah tanpa pikir panjang. Mansion
mewahnya pun dipenuhi dengan beragam jenis mobil mewah pada masanya, setiap
malam di mansionnya diadakan berbagai macam pesta. Berbagai macam orang
penting dan terkenal sering datang kerumahnya. Dengan uang yang dia miliki tiada
gadis yang tidak terpikat olehnya. Salah satunya dia dikabarkan pernah dekat
dengan aktris terkenal Greta Garbo.

Berita tersebut tertulis di koran mingguan “Aktris dan penyanyi terkenal Greta
Garbo dikabarkan sedang menjalin hubungan dengan seorang pialang saham
sukses”.

“Bagaimana aku bisa dikabarkan seperti ini” ucap seorang lelaki yang sedang
menyeruput segelas kopi panas di teras depan rumahnya.

“Pasti teman-teman mencariku karena berita ini”.

“Ah sudalah..”.

“Mana ada perempuan yang tidak terpikat olehku, terlebih lagi dengan
kekayaanku dan ketampananku ini” dengan wajah sumringah setelah berpesta
besar dengan berbagai orang penting dan terkenal dimansionnya tadi malam. Iya
benar lelaki itu adalah Henry seorang lelaki yang berprofesi sebagai pialang saham
di Wallstreet dan memiliki hobi menghamburkan uang dengan cara berpesta.

Mungkin terdengar biasa saja tetapi pesta tersebut cukup meriah. Bagaimana
tidak meriah, segala minuman alkohol dari penjuru dunia tersedia disana dengan
cuma-cuma. Terdapat para perempuan cantik yang siap menemani pesta kalian.
Selain ia mengundang teman-temannya dalam pesta itu dia juga sering
mengundang berbagai tokoh penting seperti tokoh masyarakat, penjabat, aktris,
penyanyi, aktor dan masih banyak lagi. Ditambah dengan alunan musik orkes klasik
dan pakaian glamor yang digunakan pesta terebut benar-benar meriah.

Brak… suara seseorang menutup mobilnya begitu keras. “Henry Anderson”


dengan wajah marah mendekati Henry.

“Apa maksudnya ini? kapan dan bagaimana bisa kau dikabarkan dengan Marlyn
Manroe. Tidakkah cukup kamu bermain banyak perempuan, Marlyn Monroe itu
aktris terkenal dia idolaku jangan lupakan itu !!” tanya lelaki itu dengan nada tinggi.

“Kau percaya dengan koran itu, coba tanya saja pada Marlyn Monroe malam itu
kita hanya berbincang-bincang dan minum-minum saja. Pesta itu kita habiskan
dengan obrolan tidak jelas seputar jam tangan mewah dan kemudian ia pulang
karena jadwalnya besok padat”. Lelaki itu masih menatap penuh emosi, “Maaf pesta
ku membuatmu marah, wartawan itu memang suka membuat berita bohong. Baik
aku akan menyuapya untuk menghapus berita itu dan membuat seakan-akan itu
kesalahannya”.

Andrew menggelengkan kepalanya melihat tingkah Henry menyelesaikan


masalah dengan uang. Tiba-tiba Henry sudah ada didepan pagar dengan mobil
Hispano-Suiza 1926 menghampiri Andrew yang masih bingung

“Cepat naik !!!”

“Mau kemana ?” ucap Andrew yang masih bingung

“Biasa mencari tempat untuk nanti malam” sambil tersenyum licik. Dalam pikiran
Henry bagaimana bisa dia melewatkan sehari tanpa berpesta, karena berpesta
adalah arti hidupnya.
Selain berpesta dia memiliki perilaku konsumtif, dia sering membelanjakan barang
yang bukan kebutuhannya. Barang tersebut hanya untuk pribadi, contohnya mobil
Hispano-Suiza 1926. Mobil tersebut adalah mobil keempat yang dia beli, Hispano-
Suiza salah satu mobil keren yang ada di era 1920-an memiliki tenaga sebesar 135
HP pada saat itu tenaga tersebut cukup kuat.

Ketika ekonomi Amerika Serikat sedang menunjukkan perkembangan yang begitu


pesat di tahun itu, bahkan total kekayaan Amerika Serikat naik dua kali lipat dimana
saat itu dijuluki “Roaring Twenties”. Kondisi ini menyebabkan warga AS berbondong-
bondong membeli saham di New York Stock Exchage (NYSE) berpusat di Wall
Street. Mulai dari jutawan, juru masak, bahkan petugas kebersihan menghabiskan
uangnya untuk membeli saham. Akibatnya, pasar saham mengalami ekspansi cukup
cepat, dan puncaknya terjadi pada Agustus 1929. Peristiwa tersebut membuat
profesi pialang saham atau makelar saham seperti Henry sagat diuntungkan.

Namun kebahagian dan kesenangan Henry Anderson ternyata tidak cukup lama.
Ekonomi Amerika mulai memasuki resesi pada musim panas 1929. Kala itu, jumlah
uang yang beredar cukup signifikan. Akibat peristiwa ini menyebabkan produktivitas
menurun drastis dan akhirnya jumlah pengangguran bertambah.

Kondisi tersebut berdampak juga pada upah yang tergolong cukup rendah, utang
konsumen membengkak, dan bank memiliki kelebihan pinjaman besar yang tidak
dapat dilikuidasi.

Walaupun begitu, harga saham terus meningkat, dan pada musim gugur tahun
1929 sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. “Saham naik tapi pinjaman
besar dan utang konsumen meningkat” ucap perempuan yang sedang duduk di
depan meja komputer menyala dan dia sambil menggigiti jarinya. Tampak seperti
orang sedang putus asa.

“Anna lupakan itu” jawab Henry dari kejauhan.

“Kamu hanya tahu berpesta dan perempuan saja bapak Henry Anderson” tegas
perempuan itu.

“Pesta adalah separuh hidup saya, jadi pikiran saya hanya penuh kemeriahan
pesta saja” sambil menaruh kertas berisi undangan pesta malam ini di mansionnya.
Dalam pikiran Anna kapan orang seperti Henry Anderson bisa paham akan situasi
sekarang, dan menurut ia lelaki itu akan paham kalau sudah mengalaminya, kalau
bisa dia terkena karma supaya dia bisa paham hidup bukan hanya untuk berfoya-
foya saja.

“Hei…, ikut saja. Kenapa diam saja, apa yang kau pikirkan. Jangan fokus pada
komputer yang menyala tapi fokuslah pada lampu malam pesta ini” katanya sambil
tertawa melihat Anna.

“cukup bicaramu bawa kertas ini pergi, aku tidak akan ikut pesta mu sampai
kapanpun. Apa kau mengerti” tegas Anna sambil melempar kertas itu di wajah lelaki
yang sedang tertawa.

“Baik jangan sampai kamu mengemis padaku untuk ikut” kata Henry yang
berjalan mejauh. Memang dia tidak ingin ikut-ikutan pusing memikirkan masalah
tersebut sebab ia sudah memiliki banyak uang untuk kehidupannya tanpa
memperdulikan keadaan esok, dalam isi otak dia sekarang besok adalah besok, hari
ini adalah hari ini jangan mencampurkan keduanya dalam satu seperti masalah ini
jangan dipikirkan sampai khawatirkan pada hari esok.

Resensi ringan itu memang tidak berdampak apapun pada kehidupan lelaki yang
suka mengenakan kemeja hitam itu, namun Amerika setelah mengalami resensi
ringan, pada tanggal 24 Oktober 1929 membuat para investor mulai gelisah dengan
keadaan ekonomi yang tidak stabil. Akhirnya, banyak investor mulai menjual saham
mereka. Yang pada saat itu harga saham sudah sangat tinggi secara massal,
memicu kehancuran pasar saham. Sebuah rekor 12,9 juta saham diperdangangkan
hari itu. Dikenal sebagai “Black Thursday”. Pada hari itu Hennry tidak dapat menjual
sepeser saham pun.

Hennry yang bekerja sebagai pialang saham tidak menduga hal ini terjadi.
Keruntuhan pasar saham membuatnya ketakutan. Lima hari setelah “Black
Thueday”, gelombang kepanikan melanda Wall Street yang lagi-lagi membuat
investor menjual saham secara massal. Akibatnya, jutaan saham berakhir tidak
berharga, dan para investor yang membeli saham dengan uang pinjaman
dimusnahkan sepenuhnya. Momen ini kemudian dikenal sebagai "Black Tuesday".

Setelah kehancuran Wall Street para konsumen sangat berhemat dan mengerem
pengeluaranya secara massif. Akibatnya, banyak pabrik yang terpaksa menurunkan
produksi dan mulai memecat para pegawai. Hal ini membuat Hennry dan koleganya
di Wall Street tidak dapat menjual saham dan tidak mendapat upah sepeserpun.

Kejadian ini membuat kepanikan, kekhawatiran Henry Anderson. Dia dulu


menyepelekan masalah tersebut sekarang menjadi takut akan terjadi masalah dalam
kehidupannya.

“Wah apa ini, mengapa para investor menjual saham mereka. Ini gila sekali !!”
serunya dengan nada kesal.

“Sekarang kamu khawatir”

“Tidak…, aku hanya kaget saja” jawabnya menyangkal perkataan Anna

“Baiklah terserahmu tapi saranku sekarang mulai berhemat”

“Ibu Anna…, oh apakah anda ibu saya yang dapat menyuruh saya, maaf saya
tidak khawatir dan saya masih ingin berpesta ria” kata ia dengan ketus pada Anna.

“Hey…Anderson, Henry Andeson si keras kepala dia hanya memberi saran. Tidak
seharusnya kamu menjawab begitu” ucap laki-laki dari kejauhan yang sepertinya
atasan mereka. “Sudah hiraukan saja Henry, perkataanya tidak perlu kau masukkan
hati,sekarang ikut keruangan saya”

Perempuan itu hanya berlalu pergi sebab dirinya tidak ingin berdebat dengan pria
yang hanya berpikir sesaat, kalaupun dia khawatir atau takut dia pasti akan tetap
saja ia akan tetap berpesta ria dan mengghamburkan uangnya.

Walaupun begitu khawatir dia tetap melakukan pesta dan membeli barang secara
konsumtif. Benar kata Anna, khawatir lelaki itu hanya sesaat, setelah itu kembali lagi
seperti semula. Padahal banyak orang Amerika yang mengalami kesulitas atas
kejadian itu.

“Barang ini, kenapa kamu membelinya?, harusnya kau menghemat tanya Andrew
dengan nada tegas. Walaupun sahabatnya itu memiliki banyak uang tetap saja
suatu saat akan habis.

“Diam saja, aku malas memikirkan itu” ucap pria itu sambil meminum segelas
wine. Sementara itu masyrakat Amerika Serikat yang memiliki pekerjaan tetap
mengalami penurunan upah drastis, hingga daya beli ikut tergerus.
Berbelanja secara kredit terpaksa dilakukan oleh warga AS dan akhirnya terjerat
utang. Gaji yang terus menurun dan tidak sebanding dengan pengeluaran sehari-
hari Henry menyebabkan ia harus menggunakan kredit. Tidak itu saja dia melakukan
pinjaman pada bank.

Hampir seluruh masyarakat Amerika tidak mampu membayar utang sehingga


jumlah penyitaan terus mengalami peningkatan. Ditambah, kepatuhan global
terhadap acuan harga emas atau Gold Standard yang ditetapkan oleh negara
Amerika dan juga menjadikan patokan pada kurs dollar terseret, membuat
kesengsaran ekonomi. Depresi hebat itu pun ikut melanda seluruh dunia, terutama
Eropa.

Karena pria itu terus menerus melakukan pinjaman dan utang, padahal gaji Henry
sekarang tidak sebanding dengan utang yang ia lakukan terus menerus, beberapa
barang miliknya disita yaitu 4 mobil yang terpakir di garasi. Itu adalah awal titik
kesengsaraan Henry Anderson.

Karena kondisi ekonomi yang semakin tidak stabil, orang-orang menarik uang
mereka dari bank secara massal selain itu banyak pinjaman menunggak yang tidak
dapat dibayarkan oleh nasabah. Akibatnya, banyak bank yang kekurangan
simpanan dan satu per satu bank di Amerika Serikat akhirnya gulung tikar.
Bangkrutnya bank secara masal membuat Hennry tidak dapat mengakses tabungan
dan asset-aset lainnya.

Di tahun 1930, presiden Herbert Hoover yang menjabat saat itu, menandatangani
Smoot-Hawley Tariff Act, yang menaikkan pajak atas 900 impor. Undang-undang itu
dimaksudkan untuk membantu para petani, tetapi akhirnya justru menambah biaya
produksi ratusan produk lainnya. Kebijakan Hoover memicu keinginan negara-
negara lain untuk membalas, yang kemudian memicu perang dagang. Akibatnya,
perdagangan internasional mulai runtuh. Ditambah, waktu itu kekeringan parah
melanda berbagai negara bagian Amerika Serikat, yang menyebabkan gagal panen
terjadi di mana-mana.

Agar dapat memenuhi kebutuhannya Hennry mulai menjual koleksi mobil sport
dan mobil mewahnya. Rumah-rumah dan seisinya ia jual dengan harga miring.
Meski begitu orang-orang tidak tertarik membeli barang pada masa itu. Hennry yang
selalu bermewah-mewah seketika ia hidup sebatang kara tanpa kekayaan,tanpa
pekerjaan,dan tanpa teman yang dapat diandalkan.

“Barang-barang ini kubeli dengan harga mahal sekarang tidak ada arti apapun!!,
utang dimana-mana. Bagaimana aku bisa menulasi ini, teman-teman yang sering
ikut bersamaku saat uangku ada sekarang menghilang tanpa jejak” kata Henry
Anderson yang menangis meneratapi nasibnya.

Hutang Henry telah menunggak namun tidak ada barang lagi yang dapat ia jual.
Bebannya bertambah lagi manshion mewah harta satu-satunya Henry disita oleh
bank setelah hutangnya menunggak. Kini Henry kehilangan tempat tinggalnya.

Di dalam kebingungan dia teringat sahabat kecilnya Andrew, ia berencana ingin


meminta tolong untuk tinggal sebentar di rumah sahabat kecilnya itu dan meminjam
uang padanya. Dirinya berjalan rumah Andrew namun saat sampai disana hanya
ada reruntuhan kayu seperti rumah itu habis dirobohkan. Di dekatkan reruntuhan itu
terdapat papan bertuliskan "Rumah ini sudah disita”.

“Pak mengapa rumah ini dihancurkan dan kemana perginya penghuni rumah ini?”
tanya nya sambil kebingungan.

“Orang ini sudah berhutang banyak, rumahnya dirobohkan saja karena ini bukan
tanah miliknya, dan saya tidak tahu kemana pergi orang kulit hitam itu” jawab pria
baruh naya tersebut dengan tegas.

Benar-benar tidak ada seorangpun yang bisa membantunya, semua pergi begitu
saja seperti hilang dari dunia. “Anna dia bisa membantuku, ah… mungkin dia tidak
akan membantuku sebab perkataanku saat itu” katanya menangis dijalanan.

Henry terus berjalan dia tidak tahu arah tujuan kemana ia berjalan. Sepanjang
jalan dirinya terus menangis meratapi nasibnya. Tidak tahu sejauh apa ia
melangkah, ia tetap berjalan tanpa tujuan. Langkah demi langkah terasa sangat
berat dan menyusahkan.

Kemewahan kehidupannya seperti hilang di telan bumi, kemerihaan pesta yang


selalu ia lakukan sudah tidak terlihat dan terdengar lagi. Uang untuk makan dan
minum pun sudah hilang karena kesalahannya sendiri. Henry Anderson si keras
kepala dan suka berpesta sekarang sudah terkena karma.
Kaki Henry terlanjur berat untuk melangkah. Setiap langkah Henry mulai
melambat menandakan bahwa ia sudah lelah berjalan ;bruk; Henry terjatuh didepan
perkampungan kumuh di daerah Manhattan, ia tak tahu bahwa didaerah elite ini
ternyata ada perkampungan untuk orang menengah ke bawah. Penampakan aneh
yang sangat jarang ia lihat mulai menghantui indra penglihatannya. Ia pun mencoba
berdiri kembali namun terpleset karena lumut. Tanpa henry sadari didepannya
berdiri seorang lelaki muda dengan kemeja dan celana lusuh.

“Apakah tuan tidak apa apa?” Tanya lelaki muda itu dengan nada khawatir seraya
mengulurkan tangannya.

Henry pun menoleh keatas, ia tidak bisa melihat jelas muka lelaki muda itu.
Pandangannya mulai mengabur dan Henry pun pingsan ditanah.

Cahaya mulai masuk ke indra penglihatan Henry. Perlahan, Henry pun membuka
mata dan melihat pemandangan yang tidak biasa.Atap kamar itu penuh dengan
jaring laba laba, bekas bocor dikarenakan hujan lebat, dan jamur. Disebelahnya,
duduk seorang gadis kecil yang sedang membaca buku yang sepertinya sudah ia
baca berulang-ulang kali. Mata henry pun bertabrakan dengan mata gadis itu.

“Ayah, Tuan kaya itu sudah bangun!” Teriak gadis itu dan pergi dari pandangan
henry dalam sekejap.

Tak lama kemudian, muncul seorang lelaki dengan pakaian yang seperti tadi—
kemeja dan celana lusuh— di pintu kamar tersebut. Lelaki itu tampak terengah
engah seperti ia baru saja berlari .

“Syukurlah tuan akhirnya bangun!” Ucap lelaki itu dengan nada gembira.

Henry menatap ayah dan gadis kecil itu dengan penuh kebingungan. Ia pun
bertanya dengan nada jutek
“Kalian siapa? Dan kenapa aku bisa berada disini? Apakah kalian ingin
menculikku? Mencuri seluruh aset ku? Hey kuberi tahu ya, aku sudah tidak punya
apa apa!” Jelas Henry sambil menunjukkan wajah kesalnya.

“Ah maaf sepertinya aku belum memperkenalkan diri” lelaki itu pun mengulur
tangan kasarnya

“Aku John, aku adalah seorang buruh di sebuah pabrik sepeda dan, inilah
rumahku. Aku membawa tuan ke rumah karena tepatnya kemarin malam, tuan tak
sadarkan diri di depan.” Ucap John panajng kebar.

“Huh jujur saja, kau pasti ingin mencuri hartaku kan! Sudah lah, aku tidak punya
sepeser uang, sekarang aku menjadi gelandangan.” Henry pun membalikkan badan
dan memalingkan wajah nya dari kedua orang itu.

“Aku tidak ada keinginan untuk mencuri sepeser uang dari tuan. Tujuan saya
hanyalah untuk membantu tuan” jelas John dengan nada halus

“terserah aku akan pergi dari sini. Ingat, aku tidak meminta bantuan dari kalian
jadi jangan pernah meminta imbalan dari ku!” Henry pun pergi dari ruangan itu dan
berjalan ke pintu keluar. Kepalanya terasa berat bukan halangan Henry untuk pergi
dari ruangan itu. Matahari terasa panas dan terik. Partikel halus debu mulai
memasuki mata dan hidung Henry. Sambil menutupi hidungnya, Henry mulai berlari
menjauhi rumah John. Hal pertama yang ia pikirkan adalah mencari kerja. Walaupun
tingkat pengangguran pada waktu itu sangat tinggi di Amerika, Henry tetap berusaha
mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhannya

Setelah tiga hari mencari pekerjaan Henry yang putus asa mencoba menjadi
buruh angkat harian di pelabuhan. Henry harus datang ke pelabuhan di pagi hari
dan berharap untuk dipilih untuk bekerja. Ratusan orang berdesak-desakan bersama
Henrry untuk mendapat pekerjaan. Hari itu Henry berhasil mendapat pekerjaan
sebagai buruh angkat di pelabuhan.

Hari pertama Hennry di pelabuhan sangatlah berat baginya. Hennry yang tak
pernah merasakan pekerjaan kasar keheranan dengan kehidupan para buruh. Terik
sinar matahari yang panas membuat keringatnya bercucuran. Karung tebal yang
berat ia angkat dengan perut kosong kelaparan membuat kaki dan tubunya terasa
lemas.
“Hey lelaki manja, berhenti mecucu dan segera angkat barang itu!” Teriak atasan
Henry dengan nada menjengkelkan.

Henry yang merasa kesal hampir membanting barang itu namun ia urungkan
karena ia tidak berani.

Pada penghujung hari itu Henrry telah terlihat kelelahan, baju buatan desainer
terkemuka yang ia kenakan telah terbalut keringat dan debu. Saat jam kerja telah
usai, upah yang tak seberapa Henry simpan di bawah topinya.

Ditengah perjalanan nya menuju rumah kosong yang ia temukan 2 hari yang lalu,
seluruh upah yang ia dapat dicuri oleh seseorang. Henry pun berlari dengan
kencang mengejar pencuri itu, sayangnya, keahlian berlarinya tidak sebanding
dengan pencuri itu. Henry pun Kembali ke rumah sementaranya dengan tangan dan
perut kosong.

Keesokan harinya, ia kembali ke tempat kerjanya. Henry bertemu atasannya yang


sedang merokok didepan Pelabuhan.

“hey, hari ini kamu dipecat” ucap atasan henry dengan nada santai.

Asap rokok mulai memenuhi kepala Henry. Henry mulai merasa emosi dan
menggengam kerah atasannya.

“Maksud kau apa! Aku baru saja bekerja disini dan dalam sekejap dipecat?” tanya
Henry dengan muka memerahnya. Genggamannya mulai melemas dan atasan itu
pun mendorong Henry ke tanah. Mata Henry pun mulai kemasukan tanah. Henry
pun berlari menjauhi Pelabuhan seraya menangis.

Ditengah lariannya, ia terjatuh karena sebuah kertas. Kertas itu berisikan lowongan
pekerjaan di sebuah pabrik sepeda. Tanpa pikir panjang ia pun langsung pergi ke
pabrik tersebut.

Sesampainya, ia bertemu seseorang yang ia familiar.

“Bukannya kau adalah lelaki yang pingsan beberapa hari yang lalu?” tanya lelaki itu

“John?” ucap Henry dengan nada tidak menyangka

“betul, ternyata tuan memiliki ingatan yang sangat tajam! Apa yang tuan lakukan
disini?” tanya John dengan wajah ramahnya.
Henry mendekati john sambal memperlihatkan poster lowongan pekerjaan yang ia
temu tadi.

“aku, ingin mendaftar pekerjaan disini. Menjadi buruh.” bisik Henry kepada John

“ah aku mengerti! Pak Christoffer, ada yang ingin bekerja disini” teriak John dengan
lantang

Henry tak pernah merasa semalu ini seumur hidupnya. Semua mata tertuju kearah
Henry. Tak lama kemudian, muncullah seorang lelaki berjenggot yang ia yakin itulah
pak Christoffer.

“siapa yang ingin mendaftar, John?” tanya pak christoffer

“dia adalah temanku” ucap john seraya memperkenalkan Henry kepada Pak
christoffer, “Namanya Henry, aku yakin ia akan bekerja keras disini” Ucap John
dengan yakin.

Henry menatap pak Christoffer dengan sedikit remeh, “aku hanya ingin mendapat
uang tambahan.” Pak christoffer pun tersenyum dan berkata pada Henry, “Baiklah,
kau boleh bekerja mulai hari ini. John akan mengenalkan mu pada tempat ini dan
para buruh lainnya.”

John pun mengangguk dan mengajak Henry menulusuri pabrik sepeda itu.

“Pabrik ini Bernama….. disini adalah tempat penyimpanan alat dan bahan” Suara
John mulai terdengan kecil saat Henry melihat poster besar bertulis ‘Labors Union.
Membangun cita-cita Amerika’. Langkahnya terhenti dan tertuju kepada poster itu.

“Labors, Union?” ucap Henry. Tak sadar suaranya terdengar jelas oleh John.

“Ini adalah organisasi para buruh. Mereka membangun organisasi ini untuk
memperjuangkan hak buruh. Kita para buruh hanya menjadi budak pekerja bagi
perusahaan. Kita tidak bisa mendapatkan hak sosial dari perusahaan seperti cuti,
upah yang layak dan tempat kerja yang memumpuni.” Jelas John dengan nada
berapi-api.

“Kami para anggota Labors Union sesungguhnya sangat amat ahli pada pekerjaan
kia masing-masing. Namun perusahaan hanya memandang kita sebelah mata.
Menganggap kita hanyalah budak yang bisa dibuang sewaktu-waktu.” Lanjut John.
“aku tidak tahu bahwa para buruh dijadikan budak para perusahaan. Aku kira para
buruh telah mendapatkan kebutuhan yang layak, tapi ternyata tidak” Tanpa Henry
ketahui, didalam hatinya muncul sedikit rasa iba karena perkataan John. Ia merasa
tidak adil dan kesal pada elite perusahaan.

“apakah kau ingin bergabung kedalam organisasi kita?” tanya John kepada Henry

Henry menatap John dengan rasa yakin dan tekad kuat yang terpancar dimatanya

“iya, aku bergabung di organisasi ini!”

Anda mungkin juga menyukai