Anda di halaman 1dari 9

Peran Parameter Prothrombin Time (PT) dan Activated Partial

Thromboplastin Time (APTT)


Parameter prothrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin time (APTT)
adalah pemeriksaan darah untuk mengevaluasi status koagulasi pasien. Pemeriksaan
PT bertujuan untuk mengevaluasi faktor koagulasi ekstrinsik, termasuk faktor koagulasi
II, V, VII, X, dan konsentrasi fibrinogen. Sedangkan APTT merupakan bagian dari
partial thromboplastin time (PTT) yang dapat mendeteksi semua fungsi faktor koagulasi
intrinsik dan coagulation component kecuali faktor VII (tissue factor) dan XIII (fibrin
stabilizing factor). Kedua pemeriksaan ini dapat membantu menjelaskan penyebab dari
kelainan perdarahan atau pembekuan darah. [1-6]

Panel APTT (activated partial thromboplastin time) adalah end-point dari waktu
pemeriksaan pembekuan darah yang berfungsi untuk membantu diagnosis defisiensi
faktor koagulasi pada jalur intrinsik. Misalnya mendeteksi adanya penyakit hemofilia
atau lupus anticoagulant (LA), serta untuk memonitoring terapi heparin.[7]

Pemeriksaan PT memiliki variabel yang terlalu luas, sehingga WHO memperkenalkan


satuan INR (international normalized ratio) dan telah menjadi standar format pelaporan
dari hasil PT. Parameter INR menggambarkan rasio dari PT pasien dibagi dengan nilai
kontrol PT yang didapatkan menggunakan referensi internasional reagen tromboplastin
yang dibuat oleh WHO.[1,2]

Sekilas Tentang Faktor Pembekuan Darah..

Tabel 1. Komponen faktor pembekuan darah [8]


Lambang Nama faktor Fungsi Waktu Konsen
faktor pembekuan paruh trasi
pembekuan dalam dalam
plasma plasma
(jam) (mg/L)
I Fibrinogen Formasi klot (bekuan) 90 3000
II Prothrombin Aktivasi faktor: I, V, VII, XI, XIII, protein C dan platelet 65 100
III TF Kofaktor dari F. VIIa (aktif) - -
IV Kalsium Fasilitasi faktor pembekuan berikatan dengan - -
fosfolipid
V Proacclerin, Kofaktor kompleks F. X dengan enzim 15 10
F. labil prothrombinase
VI Tidak ada
VII Proconvertin Aktivasi F. IX dan X 5 0,5
, F. stabil
VIII F. anti Kofaktor kompleks F. IX – tenase 10 0,1
hemofilia A
IX F. anti Mengaktivasi F. X: membentuk kompleks tenase 25 5
hemofilia B / dengan F. VIII
christmas
factor
X F. Stuart- Kompleks prothrombinase dengan F. V: aktivasi F. II 40 10
Prower
XI Antecenden Aktivasi F. IX 45 5
thromboplas
tin plasma
XII F. Hageman Aktivasi F. XI, VII dan prekallikrein -
XIII F. stabilitas Crosslinks fibrin 200 30
fibrin
XIV Prekallikrein Serin protease zymogen 35
(F. Fletcher)
XV HMWK (F. Sebagai kofaktor 150
Fitzgerald)
XVI vWf Berikatan dengan F. VIII, mediasi adhesi platelet 12 10
µg/mL
XVII Antithrombin Inhibisi F. IIa, Xa dan protease lainnya 72 0,15 -
III 0,2
XVIII Heparin Inhibisi F. IIa 60 -
kofaktor II
XIX Protein C Inaktivasi F. Va dan F. VIIIa 0,4 -
XX Protein S Kofaktor untuk aktivasi protein C -
HMWK – high molecular weight kininogen; vWf – von Willebrand factor; TF – Tissue factor

Indikasi Pemeriksaan PT dan APTT

Pemeriksaan dasar koagulasi termasuk PT, INR (international normalizing ratio) dan
APTT. Panel PT dan INR keduanya berfungsi untuk mengukur skema jalur koagulasi
ekstrinsik. Sedangkan APTT berfungsi untuk mengukur skema jalur koagulasi intrinsik.
….

Beberapa kondisi yang menyebabkan peningkatan parameter pemeriksaan koagulasi


adalah perbedaan penyakit tiap pasien, dosis dan jenis terapi, serta kondisi fisiologis
pasien, semua hal tersebut dapat mengarahkan klinisi dalam mendiagnosis dan terapi
suatu gejala medis.[2]

Kegunaan atau indikasi dari pemeriksaan PT adalah:

 Evaluasi kelainan perdarahan

 Nilai dasar faktor koagulasi sebelum memulai terapi antikoagulan


 Monitoring pemberian vitamin K antagonists (VKA), contoh: warfarin

 Diagnosis DIC (disseminated intravascular coagulation)

 Deteksi fungsi sintesis hati dan kalkulasi skoring MELD (model for end-stage
liver diseases) pada penyakit hati.[2]

Indikasi umum pemeriksaan APTT adalah:

 Skrining kelainan pembekuan darah (pasien pra operasi).


 Monitoring terapi heparin.

 Skrining kelainan perdarahan, seperti hemofilia A, hemofilia B, defisiensi vitamin


K, penyakit Von Willebrand's, dan DIC.[15,16]

Prosedur Pemeriksaan PT dan APTT

Pemeriksaan PT dan APTT sering dilakukan di klinis, terutama pada pasien yang
diduga memiliki kecurigaan gangguan pembekuan darah. Selain itu, juga dapat
digunakan untuk memonitor efek pengguanaan obat pengencer darah seperti heparin.

Pengumpulan Sampel

Darah vena ditampung menggunakan tabung khusus berisi antikoagulan natrium sitras,
dengan tutup tabung berwarna biru muda. Natrium sitras bekerja sebagai bahan
chelating senyawa kalsium pada sampel darah untuk mencegah aktivasi pembekuan
darah. Bahan chelating ini menjaga sampel darah tetap stasis sampai saat dilakukan
pemeriksaan. Untuk pasien dengan terapi heparin, pemeriksaan sampel darah
dilakukan setiap 6 jam sekali untuk monitoring dosis terapi.[9-11]

Pengisian tabung sampel harus mendekati 90% isi tabung, dengan perbandingan
antara sampel dan antikoagulan natrium sitras adalah 9:1. Dilakukan pembolak-balikan
sampel secara perlahan agar sampel darah dan antikoagulan tercampur rata. Hindari
mengocok tabung yang berisi sampel untuk mencegah terjadinya hemolisis yang akan
menyebabkan hasil tidak akurat.[10,11]

Prosedur Pengerjaan Sampel


Sampel yang digunakan adalah sampel darah dekalsifikasi. Saat sampel berada di
laboratorium, dilakukan pemisahan komponen sel menggunakan alat sentrifugasi.
Setelah sampel terpisah, dilakukan penambahan kalsium klorida dan bahan aktivator ke
dalam bagian plasma darah untuk memulai skema jalur koagulasi intrinsik. Bahan
aktivatornya adalah kaolin yang berfungsi untuk aktivasi kontak dependen faktor XII
(alumunium silikate terhidrasi) dan cepalin yang berfungsi sebagai pengganti fosfolipid
platelet.[9,12,13]

Formasi klot yang dapat dideteksi secara mekanikal atau optikal, tergantung prinsip alat
yang digunakan. Meskipun waktu terjadinya formasi klot di setiap laboratorium berbeda,
tetapi rata-rata membutuhkan waktu 35 detik.[11,14]

Pemeriksaan PT diukur menggunakan waktu dengan satuan detik saat plasma berubah
menjadi klot atau bekuan darah setelah penambahan kalsium tromboplastin (campuran
tissue factor, kalsium, dan fosfolipid) pada sampel plasma pasien. Sedangkan
pemeriksaan APTT adalah pengukuran waktu darah pasien yang sampai terbentuknya
klot setelah penambahan kalsium klorida dan tromboplastin dalam satuan detik.

Nilai Normal dan Nilai Kritis PT dan APTT

Nilai normal dari PT dan APTT bervariasi tiap laboratorium, tergantung pada metode,
jenis alat, serta reagen yang digunakan. Namun, kebanyakan dari laboratorium
mempunyai rentang nilai normal sebagai berikut:

 PT antara 10–13 detik


 APTT adalah 25–35 detik
 INR pada individu yang sehat adalah di angka 1,10 atau dibawahnya. [2,10,16]

Nilai INR pada pasien yang sedang menjalani terapi VKA adalah sekitar 2,00–3,00.
Pemanjangan nilai PT/INR pada pasien dengan terapi VKA mengindikasikan kadar
terapetik yang super dan butuh segera dilakukan penyesuaian dosis terapi untuk
mencegah perdarahan. [2,10,16]

Penyebab Kelainan Hasil PT dan APTT


Tabel 1. Penyebab Kelainan PT dan APTT [1,2,12]
Pemanjangan Pemendekan
PT, INR APTT PT, INR dan APTT
Penyakit hati ringan- Penyakit hati berat Peningkatan konsumsi suplemen yang
sedang mengandung vitamin K
Defisiensi faktor Hemofilia A (defisiensi F. VIII) atau Asupan makanan yang tinggi vitamin K
koagulasi dikenal sebagai hemofilia klasik.
Terapi VKA Hemofilia B (defisiensi F. IX) atau Puasa dapat mengurangi faktor
dikenal sebagai kelaian koagulasi (F. II, F. VII, F. X) dan secara
perdarahan resesif terkait gen-X. bertahap terjadi pemendekan PT
Antibodi
antiphospholipid
Penyakit Von Penyakit Von Willebrand’s tipe 2B,
Willebrand’s tipe 1 dan 2N dan 3
2A
Kelainan DIC, pemanjangan PT, APTT, BT dan penurunan
platelet absolut.
Defisiensi vitamin K, pemanjangan PT dan APTT,
merupakan vitamin terlarut lemak, menyebabkan penurunan
pembentukan faktor koagulasi (II, VII, IX, X, protein C dan
S).
BT – Bleeding Time; DIC – disseminated intravascular coagulation; PT – prothrombin time; APTT –
activated partial thromboplastin time

Faktor Interferensi Pemeriksaan

Faktor interferensi atau pengganggu yang dapat ditumbulkan saat melakukan


pemeriksaan koagulasi ini dapat disebabkan oleh faktor pra analitik, analitik dan paska
analitik. Faktor yang sering menjadi interferensi adalah faktor pra analitik, pra analitik
adalah faktor yang disebabkan saat sampel diambil hingga sebelum sampel masuk ke
dalam alat di laboratorium, diantaranya adalah:

 Polisitemia dengan kadar hematokrit lebih dari 55%, hal tersebut dapat memicu
penurunan plasma sampel darah, yang selanjutnya dapat menyebabkan
penurunan faktor koagulasi yang ada.

 Tabung yang tidak sesuai volumenya, sama seperti pada polisitemia, hal ini
dapat menyebabkan pemanjangan PT yang palsu.

 Terapi antikoagulan (Semua pemakaian antikoagulan menyebabkan


pemanjangan PT): Argatroban, Dabigatran, Rivaroksaban, Apiksaban dan
Edoksaban
 Penyimpanan dan suhu penyimpanan
o Sampel darah untuk pemeriksaan PT, hanya dapat diterima apabila jarak
dari waktu pengambilan hingga sampel sampai laboratorium < 24 jam,
baik pada suhu ruang maupun pada suhu 4°C.
o Penyimpanan yang terlalu lama pada suhu 4°C atau lebih rendah dapat
mengaktifkan faktor VII dan akan menyebabkan pemendekan hasil PT.
[1,10,17]

Kesimpulan

Pemeriksaan PT, APTT dan INR mempunyai tujuan utama skrining pasien dengan
kelainan darah dan kelainan pembekuan darah, baik pasien yang akan menjalani terapi
maupun tindakan (bedah). Informasi yang didapatkan dari pemeriksaan ini dapat
digunakan untuk mengukur risiko dan keberhasilan dari terapi maupun tindakan.
[2,15,16]

Pasien dengan diagnosis jantung, pasien pra-operasi, pasien dengan terapi heparin
dan vitamin K adalah beberapa pasien yang disarankan melakukan pemeriksaan rutin
PT, APTT dan INR. Beberapa kondisi penyakit yang dapat menyebabkan pemanjangan
parameter PT dan INR yaitu penyakit hati ringan-sedang, terapi VKA dan penyakit von
Willebrand’s tipe 1 dan 2A. Sedangkan pemanjangan APTT yaitu hemofilia, penyakit
hati berat dan penyakit von Willebrand’s tipe 2B, 2N dan 3. Untuk pemanjangan semua
parameter biasanya kondisi DIC dan defisiensi vitamin K. Sedangkan pemendekan
semua parameter biasanya terjadi saat kondisi puasa dan konsumsi vitamin K dosis
tinggi. [1,2,12,15,16]

Semakin meningkatnya penggunaan terapi berbasis VKA, sangat penting untuk


mengedukasi pasien tentang pentingnya melakukan monitoring kadar PT/INR dan
APTT. Monitoring parameter koagulasi secara teratur dapat memberikan manfaat yaitu:
penyesuaian dosis terapi yang terkontrol dan mencegah efek simpang obat. Baik
pasien maupun keluarga pasien harus diberikan edukasi, agar dapat saling
mengingatkan dan menjaga sehingga target terapinya dapat tercapai secara maksimal.
[2]
Daftar Pustaka

1. Levy JH, Szlam F, Wolberg AS, Winkler A. Clinical use of the activated partial
thromboplastin time and prothrombin time for screening: a review of the literature
and current guidelines for testing. Clin. Lab. Med. 2014 Sep;34(3):453-77.
DOI: 10.1016/j.cll.2014.06.005
2. Barcellona D, Fenu L, Marongiu F. Point-of-care testing INR: an overview. Clin.
Chem. Lab. Med. 2017 May 01;55(6):800-805. DOI: 10.1515/cclm-2016-0381
3. Roshan TM, Stein N, Jiang XY. Comparison of clot-based and chromogenic assay
for the determination of protein c activity. Blood Coagul. Fibrinolysis. 2019
Jun;30(4):156-160. Available from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6594720/pdf/blcof-30-156.pdf
4. Liu J, Liu Y, Liu S, Zhang Q, Zheng J, Niu Y, Wang X. Hypocoagulation induced by
broad-spectrum antibiotics in extensive burn patients. Burns Trauma. 2019;7:13.
Available from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6485059/pdf/41038_2019_Article_15
0.pdf
5. Macielak S, Burcham P, Whitson B, Abdel-Rasoul M, Rozycki A. Impact of
anticoagulation strategy and agents on extracorporeal membrane oxygenation
therapy. Perfusion. 2019; 34(8):671-678. DOI: 10.1177/0267659119842809
6. Arnouk S, Altshuler D, Lewis TC, Merchan C, Smith DE, Toy B, Zakhary B,
Papadopoulos J. Evaluation of Anti-Xa and Activated Partial Thromboplastin Time
Monitoring of Heparin in Adult Patients Receiving Extracorporeal Membrane
Oxygenation Support. ASAIO J. 2020; 66(3):300-306.
DOI: 10.1097/MAT.0000000000001004
7. Matsumoto T, Wada H, Fujimoto N, Toyoda J, Abe Y, et al. An Evaluation of The
Activated Partial Thromboplastin Time Waveform. Clinical and Applied
Thrombosis/Hemostasis Journal. 2018; 24(5):764-770. Available from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6714873/pdf/10.1177_107602961772
4230.pdf
8. Palta S, Saroa R, Palta A. Overview of The Coagulation System. Indian Journal of
Anaesthesia. 2014; 58: 515-523. DOI: 10.4103/0019-5049.144643
9. Sumislawski JJ, Christie SA, Kornblith LZ, Stettler GR, Nunns GR, Moore HB, Moore
EE, Silliman CC, Sauaia A, Callcut RA, Cohen MJ. Discrepancies between
conventional and viscoelastic assays in identifying trauma-induced coagulopathy.
Am. J. Surg. 2019; 217(6):1037-1041. Available from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6867692/pdf/nihms-1519384.pdf
10. Winter WE, Flax SD, Harris NS. Coagulation Testing in the Core Laboratory. Lab
Med. 2017 Nov 08;48(4):295-313. DOI: 10.1093/labmed/lmx050
11. Bolliger D, Tanaka KA. Point-of-Care Coagulation Testing in Cardiac Surgery.
Semin. Thromb. Hemost. 2017; 43(4):386-396. DOI: 10.1055/s-0037-1599153
12. Lasne D, Pouplard C, Nougier C, Eschwege V, Le Cam Duchez V, Proulle V, Smahi
M, Harzallah I, Voisin S, Toulon P, Sobas F, Galinat H, Flaujac C, Ternisien C,
Jeanpierre E., groupe d'études de la biologie des maladies hémorragiques du
Groupe français d'études de l'hémostase et la thrombose. Factor VIII assays in
treated hemophilia A patients. Ann. Biol. Clin. (Paris). 2019 Feb 01;77(1):53-65.
DOI: 10.1684/abc.2019.1413
13. Pouplard C, Jeanpierre E, Lasne D, Le Cam Duchez V, Eschwege V, Flaujac C,
Galinat H, Harzallah I, Proulle V, Smahi M, Sobas F, Ternisien C, Toulon P, Voisin
S, Nougier C., groupe d’études de la biologie des maladies hémorragiques du
Groupe français d’études de l’hémostase et la thrombose. Factor IX assays in
treated hemophilia B patients. Ann. Biol. Clin. (Paris). 2019 Feb 01;77(1):41-52.
DOI: 10.1684/abc.2019.1414
14. Shaydakov ME, Sigmon DF, Blebea J. Thromboelastography (TEG). StatPearls
[Internet]. StatPearls Publishing; Treasure Island (FL): Apr 24, 2020.
PMID: 30725746
15. St Pierre BP, Edwin SB. Assessment of Anticoagulation in Patients Receiving
Ultrasound-Assisted Catheter-Directed Thrombolysis for Treatment of Pulmonary
Embolism. Ann Pharmacother. 2019 May;53(5):453-457.
DOI: 10.1177/1060028018811155
16. Loizou E, Mayhew DJ, Martlew V, Murthy BVS. Implications of deranged activated
partial thromboplastin time for anaesthesia and surgery. Anaesthesia. 2018
Dec;73(12):1557-1563. DOI: 10.1111/anae.14344
17. Hellenbart EL, Faulkenberg KD, Finks SW. Evaluation of bleeding in patients
receiving direct oral anticoagulants. Vasc Health Risk Manag. 2017;13:325-342.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5574591/pdf/vhrm-13-325.pdf

Anda mungkin juga menyukai