Anda di halaman 1dari 5

CROSSTABULATION

(Tabulasi Silang)

Terdapat bermacam-macam teknik statistik korelasi yang dapat digunakan untuk


menguji hipotesis asosiatif. Teknik korelasi mana yang akan dipakai tergantung pada jenis
data yang akan dianalisis. Pengujian penelitian ini menggunakan analisis jenis statistik
nonparametris. Jenis statistik nonparametris yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif
adalah sebagai berikut :
1. Bila datanya berbentuk nominal/diskrit adalah menggunakan Koefisien Kontingensi.
2. Bila datanya ordinal, menggunakan Korelasi Rank Spearman, dan Kendal Tau.

Analisis tabulasi silang (Crosstabs) adalah metode analisis yang paling sederhana
tetapi memiliki daya menerangkan cukup kuat untuk menjelaskan hubungan antar variabel.
Untuk itu ada beberapa prinsip sederhana yang perlu diperhatikan dalam menyusun tabel
silang agar hubungan antara variabel tampak dengan jelas. Untuk itu maka dalam analisis
crosstabs digunakan analisis statistik yaitu Chi Kuadrat (Chi-Square) yang disimbolkan
dengan X2.

Alasan Pemilihan Model Analisis Crosstabs dan Uji Chi-square


Metode analisis ini digunakan untuk menguji korelasi antara variabel dalam tabel
kontigensi sehingga diketahui apakah proporsi dari dua (2) peubah terjadi karena kebutuhan
atau karena adanya asosiasi. Test ini cukup sederhana dan mudah dihitung dari hasil tabel
silang. Dalam analisis tabel silang, peneliti menggunakan distribusi frekuensi pada sel-sel
dalam tabel sebagai dasar untuk menyimpulkan hubungan antara variabel-variabel penelitian
sehingga dengan demikian dapat dengan mudah melihat keterkaitan hubungan antara dua
variabel.Chi-kuadrat merupakan alat statistik yang sangat sederhana yang mana dalam angka
itu tidak diketahui apakah hubungannya positif atau negatif, bagaimana hubungan tersebut
linier atau non linier dan seberapa erat hubungan antara dua variabel maka digunakan
koefisien kontigensi. Naman demikian perlu di tekankan bahwa koefisien kontigensi juga
merupakan ukuran statistik sederhana.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis crosstabs meruapakan suatu
metode analisis statistik yang digunakan untuk melihat keterkaitan/hubungan antara dua
variabel dengan menggunakan chi-square dan koefisien kontigensi. Atas dasar inilah yang
kemudian dinilai bahwa analisis crosstabs dapat mengambarkan keterkaitan hubungan dalam
penelitian ini mengenai keterkaitan antara faktor berpengaruh (faktor analisis) dengan faktor
terpengaruh (pola pergerakan).
Dalam melakukan analisis Crosstabs ada beberapa prinsip sederhana yang perlu
diperhatikan, diantaranya adalah :
1. Membentuk kombinasi tabel frekuensi untuk dua variabel yang ditempatkan pada baris
dan kolom, seperti contoh berikut ini.
Tabulasi Silang Variabel terikat Jumlah
Kategori 1 Kategori 2
Kategori A n
Variabel bebas
Kategori B n
Jumlah k k N
2. Mencari nilai korelasi kedua variabel dengan mengunakan teknik korelasi koefisien
kontingensi (untuk data nominal/diskrit).
Koefisien Kontingensi (C) adalah teknik korelasi yang digunakan untuk menghitung
hubungan antara variabel bila datanya berbentuk nominal. Teknik ini mempunyai kaitan
erat dengan chi-kuadrat yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k sampel
independen. Oleh karena itu rumus yang digunakan mengandung nilai chi-kuadrat (Chi-
Square) dengan syarat-syarat yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Sampel data yang dipakai harus lebih dari 20 (>20)
b. Frekuensi data dalam sel atau kotak harus lebih dari 1 (>1)
3. Penafsiran koefisien korelasi
Setelah melalui pengujian hipotesis dan hasilnya signifikan, (Ho ditolak), maka untuk
menentukan keeratan hubungan bisa digunakan kriteria berikut ini (Guilford, 1956).

Tabel Tingkat Keeratan Hubungan

Interval Korelasi (Nilai C) Tingkat Hubungan


Kurang dari 0,2 Hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan
0,20 - 0,40 Hubungan yang kecil (tidak erat)
> 0,40 Hubungan yang cukup erat
Sumber : Analisis regresi dan korelasi, Nirwana K.Sitepu ( 1994:108)

Contoh Soal

Hasil pemeriksaan jumlah trombosit (nilai normal > 150 ribu sel/mm3 darah) dan kejadian
perdarahan pada penderita DBD

Jumlah Trombosit Perdarahan Jumlah Trombosit Perdarahan


No No
(ribu sel/mm3 darah) Ya Tidak (ribu sel/mm3 darah) Ya Tidak
1. 230 √ 16. 190 √
2. 120 √ 17. 240 √
3. 400 √ 18. 180 √
4. 340 √ 19. 190 √
5. 140 √ 20. 180 √
6. 225 √ 21. 100 √
7. 140 √ 22. 120 √
8. 130 √ 23. 275 √
9. 235 √ 24. 130 √
10. 120 √ 25. 195 √
11. 90 √ 26. 120 √
12. 150 √ 27. 160 √
13. 140 √ 28. 140 √
14. 110 √ 29. 240 √
15. 170 √ 30. 185 √
Variabel terikat adalah kejadian perdarahan dan variabel bebas adalah jumlah trombosit.
Skala data jumlah trombosit adalah rasio dan variabel bebas skala datanya nominal
(kategorikal). Jumlah trombosit perlu diubah skala datanya menjadi nominal dengan
ketentuan:
 Jumlah trombosit ≤ 150 ribu sel/ mm3 darah dikategorikan rendah (tidak normal) dan
diberi kode 1
 Jumlah trombosit > 150 ribu sel/ mm3 darah dikategorikan normal dan diberi kode 2
Lakukan pengubahan skala data dengan “Transform”
Sedangkan pada variabel terikat:
 Kejadian perdarahan “ya” diberi kode 1
 Kejadian perdarahan “tidak” diberi kode 2

Lakukan analisis “crosstab”, dimana baris untuk jumlah trombosit dan kolom untuk kejadian
perdarahan. Klik: Chi-Square, Contongency dan Risk.

Hasil
Uji Beda
Hipotesis
H0 : Tidak ada perbedaan kejadian perdarahan pada penderita DBD dengan jumlah
trombosit.
Ha : Ada perbedaan dengan kejadian perdarahan pada penderita DBD antara jumlah
trombosit
Ketentuan
Ditentukan terlebih dahulu sampelnya besar atau kecil dengan melihat nilai cel yang memiliki
Fh kurang dari 5 (lihat dibawah table hasil analisis)
H0 diterima jk asymp sig pada >0,05

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 19,286 a


1 ,000
Continuity Correction b
16,205 1 ,000
Likelihood Ratio 22,327 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 18,643 1 ,000
N of Valid Cases 30

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,00.
b. Computed only for a 2x2 table

H0 ditolak asymp sig 0,000 pada <0,05


ada perbedaan kejadian perdarahan pada penderita DBD dengan jumlah trombosit normal dan
tidk normal.

Uji Hubungan
Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian perdarahan pada
penderita DBD.
Ha : Ada hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian perdarahan pada penderita
DBD.

Ketentuan

Hasil
(Copy dari hasil analisis yang ditandai )

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient ,626 ,000


N of Valid Cases 30

a. Not assuming the null hypothesis.


b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
Ada hubungan yang cukup erat antara jumlah trombosit dengan kejadian perdarahan pada
penderita DBD.

Kekuatan Hubungan
(Copy dari hasil analisis yang ditandai )

Kesimpulan

Risk Estimate
(Copy dari hasil analisis yang ditandai )

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper
Odds Ratio for jumlah
91,000 7,349 1126,895
trombosit (rendah / normal)
For cohort kejadian
7,429 2,015 27,381
perdarahan = ya
For cohort kejadian
,082 ,012 ,545
perdarahan = tidak
N of Valid Cases 30

Untuk jumlah trombosit rendah dibanding normal pada penderita DBD adalah 91,000
(cl=95% = 7,349 – 1126,895) artinya penderita DBD dengan jula trombosit tidak normal atau
rendah memiliki resiko terjadinya pendarahan sebesar 1 kali dibanding yang jumlah
trombositnya normal.

Odd Ratio untuk jumlah trombosit rendah dibanding normal adalah …., artinya ….

Anda mungkin juga menyukai