Anda di halaman 1dari 21

Bab I

Electronic Commerce

Berbisnis dengan memakai teknologi elektronik yang


menghubungkan antara perusahaan, konsumen dan masyarakat
dalam bentuk transaksi elektronik dan pertukaran atau penjualan
barang, servis, dan informasi secara elektronik
Sehingga kehadiran E-Commerce sebagai media transaksi
yang baru, cepat dan mudah ini tentunya menguntungkan
banyak pihak, baik pihak konsumen, maupun pihak produsen
dan penjual (retailer). Dengan menggunakan internet, proses jual
beli dapat dilakukan dengan menghemat biaya dan waktu.

A. Sejarah dan Perkembangan E-Commerce


Beberapa tahun yang lampau ecommerce memang dapat
dikatakan merajai sentra perdagangan digital yang kian diminati
masyarakat dunia termasuk Indonesia. Penggunaan perangkat
telekomunikasi yang didalamnya adanya internet sebagai
penghubung komunikasi dengan menggunkan, membuat cara
belanja dan gaya hidup yang satu ini lebih diminati oleh masyarakat.
E-commerce pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada
saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi
dan periklanan di suatu halaman-web (website). Menurut Riset
Forrester, perdagangan elektronik menghasilkan penjualan seharga
AS$12,2 miliar pada 2003. Menurut laporan yang lain pada bulan
oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online yang bersifat non-

1
travel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat
trilyun dolar US pada tahun 2011.
Istilah “perdagangan elektronik” telah berubah sejalan dengan
waktu. Awalnya, perdagangan elektronik berarti pemanfaatan
transaksi komersial, seperti penggunaan EDI untuk mengirim
dokumen komersial seperti pesanan pembelian atau invoice secara
elektronik. Kemudian dia berkembang menjadi suatu aktivitas yang
mempunyai istilah yang lebih tepat “perdagangan web” pembelian
barang dan jasa melalui World Wide Web melalui server aman
(HTTPS), protokol server khusus yang menggunakan enkripsi untuk
merahasiakan data penting pelanggan.
Pada awalnya ketika web mulai terkenal di masyarakat pada
1994, banyak jurnalis memperkirakan bahwa e-commerce akan
menjadi sebuah sektor ekonomi baru. Namun, baru sekitar empat
tahun kemudian protokol aman seperti HTTPS memasuki tahap
matang dan banyak digunakan. Antara 1998 dan 2000 banyak bisnis
di AS dan Eropa mengembangkan situs web perdagangan ini.
Sejarah Ecommerce di Indonesia diawali dengan didapuknya
IndoNet sebagai Internet Service Provider (ISP) di Indonesia pada
tahun 1994 silam. Kemunculan dari IndoNet ini menjadi pintu
gerbang atas pemanfaatan teknologi telekomunikasi dalam segala
bidang, tak terkecuali dengan perdagangan. Pada awal pendiriannya,
banyak pedagang yang menggunakan internet sebagai lapak untuk
menampilkan dagangannya. Sedangkan proses jual beli tetap
dilaksanakan secara manual. Dengan adanya riset dan uji coba,
akhirnya banyak penemu yang mulai memaksimalkan penggunaan
internet dalam dunia perdagangan. Salah satu usaha atau langkah
yang mereka lakukan adalah dengan banyaknya kemunculan bisnis
startup.
Era Pertengahan tahun 2010-2011 dapat dikatakan sebagai era
pertengahan bagi ecommerce. Bisnis Startup yang bergerak dalam
bidang transortasi ini menjadi bukti kesukesan dari ecommerce,
sperti gojek, grab dan yang lainnya.
Berkat inovasi yang dilakukan, gojek menjadi gerbang
pembuka bagi masyarakat awam atas penggunaan teknologi dalam
kehidupan sehari-hari. Bukan main-main, bahkan tahun 2020 ini

2
gojek telah dikategorikan sebagai Unicorn atau usaha startup yang
memiliki valuasi sebesar Rp 1 miliar. Dengan kemunculan dan
kesuksesannya, gojek juga menjadi pemacu bagi startup lain untuk
unjuk gigi. Sebut saja Bukalapak, Tiket.com, Zalora, dan masih
banyak lagi. Karena perkembangannya yang kian pesat, ecommerce
telah mencapai era kejayaannya di tahun 2014. Bahkan kini
ecommerce memiliki hari perayaannya sendiri yang dinamakan
dengan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas).
Pada tahun 2014 telah banyak bermunculan ecommerce startup
maupun unicorn dalam berbagai bidang mulai dari fashion,
transportasi, property, akomodasi, perdagangan umum, pekerjaan,
dan masih banyak lagi. Salah satu startup di Indonesia yang mampu
menembus angka investasi hingga USD 100 juta atau 1,2 triliun
adalah Tokopedia. Tak hanya perusahaan startup asli, bahkan
banyak perusahaan komersil yang mulai melirik bisnis ecommerce
ini. sebut saja MatahariMall.com yang merupakan anak cabang dari
Lippo Group.
Dengan hadirnya ecommerce di negara Republik Indonesia,
pemerintah tentu saja sangat diuntungkan masuknya investasi asing
ke dalam negeri ditambah dengan arus perdagangan yang kian
meningkat tentu mendatangkan pundi-pundi rupiah yang cukup
besar. Belum lagi dari masalah pajak yang dikenakan untuk produk
yang diatur dalam peraturan pemerintah. Maka dari itu, pemerintah
semakin menengadahkan tangan dengan adanya ecommerce ini. Hal
ini dibuktikan dengan diluncurkannya Perpres Nomor 74 tahun 2017
yang disebut dengan Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional
Berbasis Elektronik.

B. Konsep E-Commerce
1. Definisi E-Commerce
Pengertian e-commerce menurut David Baum, (1999)
bahwa “ E-commerce is a dynamic set of technologies, applications,
and business process that link enterprise, consumers, and
communities through electronic transactions and the electronic
exchange of goods, services, and information”. E-commerce
merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses
bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan

3
komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan
perdagangan barang, pelayanan, dan informasi yang
dilakukan secara elektronik. Pendapat serupa mengenai e-
commerce disampaikan oleh Fuady yang menyampaikan
bahwa e-commerce merupakan suatu proses berbisnis
dengan memakai teknologi elektronik yang
menghubungkan antara perusahaan, konsumen, dan
masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik dan
pertukaran/penjualan barang, servis, dan informasi secara
elektronik (Fuady, 2005).
Laudon & Laudon, (1998) mendefinisikan electronic
commerce sebagai: “The process of buying and selling goods
electronically by consumers and from company to company
throughcomputerized business transaction”. Dari definisi tadi,
ada tiga poin utama dalam electronic commerceyaitu
pertama, adanya proses baik penjualan maupun pembelian
seca-ra elektronis. Kedua, adanya konsumen atau
perusahaan. Terakhir, jaringan penggunaan komputer
secara on-line untuk melakukan transaksi bisnis.
Bagi sebagian besar perusahaan saat ini, e-commerce
lebih dari sekedar membeli dan menjual produk secara
online. Sebaliknya, e- commerce meliputi seluruh proses dari
pengembangan, pemasaran, pejualan, pengiriman,
pelayanan, dan pembayaran untuk berbagai produk dan jasa
yang diperjualbelikan dalam pasar global berjaringan para
pelanggan, dengan dukungan dari jaringan mitra bisnis di
seluruh dunia.
Definisi dari e-Commerce tidak dapat distandarkan
dengan pasti, namun secara umum e-Commerce merupakan
satu set dinamis teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang
menghubungkan perusahaan, konsumen dan komunitas
tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan
barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara
elektronik.
Dengan kata lain internet commerce yang merupakan
penggunaan internet yang berbasis teknologi informasi dan

4
komunikasi untuk perdagangan. Kegiatan komersial ini
seperti iklan dalam penjualan produk dan jasa. Transaksi
yang dapat dilakukan di internet antara lain
pemesanan/pembelian barang dimana barang akan dikirim
melalui pos atau sarana lain setelah uang ditransfer ke
rekening penjual. Penggunaan internet sebagai media
pemasaran dan saluran penjualan terbukti mempunyai
keuntungan antara lain untuk beberapa produk tertentu
lebih sesuai ditawarkan melalui internet; harga lebih murah
mengingat membuat situs di internet lebih murah biayanya
dibandingkan dengan membuka outlet retail di berbagai
tempat; internet merupakan media promosi perusahaan dan
produk yang paling tepat dengan harga yang relatif lebih
murah; serta pembelian melalui internet akan diikuti dengan
layanan pengantaran barang sampai di tempat pemesan.
Electronic Commerce mendeskripsikan hal yang luas
mengenai teknologi, proses dan praktek yang dapat
melakukan transaksi bisnis tanpa menggunakan kertas
sebagai sarana mekanisme transaksi, karena hal-hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara menggunakan e-mail,
Electronic Data Interchange (EDI), bahkan dengan
menggunakan jalur World Wide Web (WEB) (Indrajit, 2002).

2. Konsep E-Commerce
E-Commerce memiliki 5 (lima) konsep dasar :
a) Automation
Otomasi bisnis proses sebagai pengganti proses manual
(konsep “enterprise resource planning”)
ERP (Enterprise Resource Planning) adalah seperangkat
software yang berfungsi untuk mengelola dan
mengintegrasikan berbagai aktivitas operasional dalam
sebuah bisnis. ERP dulu lebih banyak digunakan oleh
perusahaan-perusahaan berskala besar (enterprise),
namun sekarang juga telah populer di kalangan UKM.
ERP adalah paket sistem dan software yang digunakan
oleh perusahaan untuk mengelola kegiatan bisnis harian

5
mereka, seperti pengelolaan keuangan, pengadaan,
produksi, proyek, SDM, dan-lain-lain. Sistem ini dapat
memfasilitasi bisnis dengan informasi real-time dan
akurat, sehingga dapat membuat keputusan bisnis
dengan baik berdasarkan data yang dihasilkan. Dengan
mengumpulkan data transaksi bersama dari berbagai
sumber, sistem ERP mencegah duplikasi data dengan
memberikan integritas data.
b) Streamlining / Integration
Proses yang terintegrasi untuk mencapai hasil yang
efisien dan efektif (konsep “just in time”).
Just In Time atau sering disingkat dengan JIT adalah suatu
sistem produksi yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan tepat pada waktunya sesuai
dengan jumlah yang dikehendakinya. Tujuan sistem
produksi Just In Time (JIT) adalah untuk menghindari
terjadinya kelebihan kuantitas/jumlah dalam produksi
(over production), persediaan yang berlebihan (excess
Inventory) dan juga pemborosan dalam waktu
penungguan (waiting). Dengan adanya sistem JIT, kita
telah dapat mengatasi 3 pemborosan (over production,
excess inventory dan waiting).
Just In Time Jika diterjemahkan langsung ke dalam
bahasa Indonesia adalah Tepat Waktu, Jadi Sistem
Produksi Just In Time atau JIT ini dalam bahasa Indonesia
sering disebut dengan Sistem Produksi Tepat Waktu.
Tepat Waktu disini berarti semua persedian bahan baku
yang akan diolah menjadi barang jadi harus tiba tepat
waktunya dengan jumlah yang tepat juga. Semua barang
jadi juga harus siap diproduksi sesuai dengan jumlah
yang dibutuhkan oleh pelanggan pada waktu yang tepat
pula. Dengan demikian Stock Level atau tingkat
persedian bahan baku, bahan pendukung, komponen,
bahan semi jadi (WIP atau Work In Progress) dan juga
barang jadi akan dijaga pada tingkat atau jumlah yang
paling minimum. Hal ini dapat membantu perusahaan

6
dalam mengoptimalkan Cash Flow dan menghindari
biaya-biaya yang akan terjadi akibat kelebihan bahan
baku dan barang jadi.
c) Publishing
Kemudahan berkomunikasi dan berpromosi untuk
produk dan jasa yang diperdagangkan (konsep
“electronic cataloging”)
Sebelum mengenal e-catalogue, sebaiknya mengenal
definisi dari katalog itu sendiri. Katalog adalah sebuah
list atau daftar berisi produk atau jasa yang dijual dan
memberikan informasi mengenai harga dan promo pada
masa tertentu. Contoh katalog manual ini dapat banyak
dijumpai di beberapa supermarket maupun minimarket.
Sedangkan e-catalogue atau e-katalog (elektronik
Katalog) merupakan sebuah sistem informasi dari
sebuah katalog yang berisi mengenai daftar produk atau
jasa, jenis, merk, spesifikasi teknis, harga dan jumlah
barang atau jasa yang tersedia, yang dapat di akses secara
digital. E-catalogue tidak memiliki tanggal expired, karena
bisa di revisi kapan saja, sehingga tidak perlu terus
menerus mencetak ulang seperti pada katalog manual.
d) Interaction
Pertukaran informasi/data antar pelaku bisnis dengan
meminimalisasikan human error (konsep “electronic
data interchange”)
Electronic Data Interchange (EDI) adalah metode untuk
saling bertukar data bisnis atau transaksi secara
elektronik melalui jaringan komputer. EDI memiliki
standarisasi transaksi perdagangan, sehingga
perusahaan dapat berkomunikasi secara langsung dari
satu sistem komputer ke sistem komputer yang lain
tanpa memerlukan hardcopy, faktur, serta terhindar dari
penundaan, kesalahan yang tidak disengaja dalam
penanganan berkas dan sebagainya.
Tujuan dari EDI adalah agar dapat membantu para
pelaku bisnis untuk mengolah suatu dokumen dengan

7
pihak lain dengan akurat, cepat serta efisien dalam
penyelesaiannya. Apabila proses tersebut dilaksanakan
dengan sebaik mungkin, maka akan terjalin komunikasi
yang sangat baik antar sesama pelaku kegiatan bisnis
baik secara internal maupun eksterna
e) Transaction
Kesepakatan dua pelaku bisnis untuk bertransaksi
dengan melibatkan institusi lain sebagai fungsi pembayar
(konsep “electronic payment”)
e-Payment adalah sistem pembayaran yang
menggunakan fasilitas internet sebagai sarana perantara.
Saat ini banyak start up yang memfasilitasi pihak penjual
dan pembeli dengan memberikan jaminan keamanan
transaksi e-commerce. Untuk menjamin keamanan
transaksi tersebut, start up yang menjadi perantara akan
bekerja sama dengan sejumlah lembaga perbankan
untuk mulai memfasilitasi e-payment secara aman, cepat
dan praktis.

C. Model-Model E-Commerce
Model bisnis ecommerce (B2B, B2C, C2C, C2B, B2G) semakin
melambung tinggi di tahun 2020. Transaksi dari sektor ini
dikalkulasikan naik 10 kali lipat dibanding transaksi e-commerce
Indonesia pada 2018. Layanan digital hadir dengan keunggulan yang
sudah diketahui, yakni mempermudah segala sesuatu yang awalnya
rumit dan membutuhkan banyak waktu. Bisnis ritel tidak luput dari
internet. Bisnis ini beralih menjadi layanan digital yang dikenal
sebagai e-commerce. Konsumen bisa membeli sesuatu dalam jumlah
banyak sekaligus tanpa harus melihat langsung, cukup dari
komputer atau ponsel.
Dengan Infrastruktur yang kini makin membaik, seperti
jumlah pengguna kartu kredit, jumlah masyarakat dengan rekening
bank, termasuk pertumbuhan jumlah pengguna internet dan
smartphone, hingga jual beli online yang dilakukan melalui
perangkat mobile. Pengeluaran untuk belanja online yang makin
masiv yang tidak kalah penting untuk diketahui adalah nilai transaksi

8
belanja online dan porsinya terhadap total retail suatu negara, hingga
pertumbuhan pada berbagai kelompok produk yang diminati dan
dengan berbagai macam varian dengan penawaran yang makin
menggiurkan dengan diskon dan cashbacknya.
Sangat mudah untuk tergiur dan terlibat dalam tren
perdagangan elektronik, tapi jika tidak mengetahui ilmu dasarnya,
profitabilitas bisa terlewat begitu saja. Bisnis e-commerce yang
sedang booming ini membutuhkan intuisi, pengetahuan tentang
pasar, rencana bisnis yang solid, dan penelitian yang cermat tentang
produk dan model bisnis ecommerce. Akan tetapi banyak calon
pelaku bisnis ecommerce tidak tahu cara mengatur bisnis ecommerce,
juga pilihan model bisnis dan produk apa yang tersedia bagi mereka.
Sebelum memulai bisnis ecommerce, seharus memahami tipe-tipe
model bisnis ecommerce yang ada seperti berikut ini;
1) Klasifikasi model bisnis ecommerce
Perdagangan elektronik atau ecommerce mencakup semua
pasar online yang menghubungkan pembeli dan penjual.
Internet digunakan untuk memproses semua transaksi
elektronik. Hal pertama yang perlu dipikirkan adalah jenis
transaksi bisnis yang akan di lakukan. Adapun model-model
paling umum yang terjadi di perdagangan online.
a) B2B ecommerce
Model B2B fokus pada penyediaan produk dari satu bisnis
ke bisnis lainnya. Meskipun banyak bisnis ecommerce di
area ini adalah penyedia jasa/layanan, Anda juga akan
menemukan perusahaan software, perusahaan supplier dan
pemasok perabot kantor, perusahaan hosting, dan berbagai
model bisnis ecommerce lainnya dari sektor ini.
Contoh e-commerce B2B (business to business) Indonesia,
yaitu; ralali.com, indotrading.com, Kawan Lama, Electronic
City, Indonetwork, dan Mbiz. Bisnis tersebut memiliki
platform ecommerce yang khusus menyasar perusahaan dan
bekerja dalam lingkungan tertutup. Di Indonesia, model
bisnis ecommerce B2B belum tergarap maksimal oleh para
pelaku bisnis. Salah satu startup tanah air yang sukses
membidik peluang pasar ini adalah MBiz, anak usaha Grup

9
Lippo.MBiz didirikan Juli 2015 fokus pada e-procurement
khusus B2B dan B2G.
b) B2C ecommerce
Sektor ecommerce B2C (business to consumer) adalah model
bisnis yang lazim dilakukan di pasar ecommerce. Bahkan
sektor B2C adalah model bisnis yang selalu ada dipikiran
orang saat mendengar kata ‘ecommerce’. Transaksi
ecommerce B2C menyerupai model ritel tradisional, di mana
bisnis menjual jasa/produk kepada individu, namun bisnis
dijalankan dengan platform online alih-alih dengan toko
fisik.
Contoh pemain ecommerce B2C di Indonesia adalah Blibli,
Jd.id, tokopedia, bukalapak, shopee dan Lazada. Namun,
dari laporan DailySocial mengindikasikan adanya peleburan
batas antara ecommerce B2C dan C2C yang dilihat dari
penilaian reputasi. Penilaian terhadap reputasi umumnya
didasarkan pada kepercayaan konsumen yang terbentuk
dari beberapa faktor, diantaranya jaminan produk, kualitas
layanan, hingga efektivitas sistem yang disajikan.
Dari penilaian reputasi, masing-masing memiliki angka yang
cukup berimbang, Blibli dan Tokopedia mendapati angka
tertinggi. Dari tabel penilaian di atas, Shopee memiliki
peringkat teratas dalam urusan produk murah dan biaya
pengiriman gratis. Sedangkan JD.id menguatkan brand
dengan jaminan produk jualannya asli. Meleburnya kategori
C2B dan B2C juga ditengarai hadirnya “Official Store” di
online marketplace, sebagai contoh brand tertentu memiliki
tempat khusus di Bukalapak untuk menjual produk dari
distributor resminya. Implikasinya justru menguatkan SKU
produk yang dimiliki C2C, hal tersebut sekaligus tervalidasi
dalam penilaian kelengkapan produk dengan persentase
tertinggi didapat oleh Tokopedia. Namun demikian, salah
satu keuntungan yang dapat dioptimalkan oleh para pemain
B2C ialah seputar pengalaman pelanggan. Beberapa aspek
yang mulai dieksplorasi misalnya menekankan pada
kualitas produk, peningkatan layanan logistik, misalnya

10
Lazada mengakomodasi layanan eLogistics secara mandiri
atau bekerja sama dengan layanan on-demand untuk one
day delivery, opsi pembayaran yang lebih beragam
memungkinkan adanya mekanisme seperti cash on delivery.
c) C2C ecommerce
Model bisnis ecommerce ketiga adalah C2C (consumer to
consumer), yang kemudian terbagi lagi menjadi dua model
yaitu marketplace dan classifieds/P2P. Dalam kategori C2C
e-commerce ini, konsumen individu dapat menjual maupun
membeli produk dari konsumen lainnya. Bukalapak,
Shopee, dan Tokopedia merupakan beberapa contoh online
marketplace yang paling dikenal di Indonesia.
Selain melalui marketplace, kegiatan jual beli juga juga dapat
dilakukan secara langsung antar individu, tanpa adanya
termasuk dari pihak ketiga. Beberapa contoh platform
dengan model bisnis ini adalah OLX, Kaskus, hingga melalui
Instagram dan facebook.
d) C2B ecommerce
Customer to business (C2B) adalah model bisnis dimana
konsumen atau end-use menyediakan produk atau layanan
ke perusahaan. Ini adalah model kebalikan dari B2C, di mana
bisnis menghasilkan produk dan layanan untuk konsumsi
konsumen. Contoh platform C2B, yakni istockphoto.com
yang menjadi media bagi para fotografer individu untuk
mendapatkan royalti apabila ada yang menggunakan
fotonya.
Dalam model bisnis ini, individu menawarkan untuk
menjual produk atau layanan kepada perusahaan yang siap
membelinya. Misalnya, software developer, maka dapat
menunjukkan demo software atau keterampilan yang
dimiliki di situs-situs seperti freelancer, upwork, dll. Jika
perusahaan menyukai software atau keahliannya, maka
perusahaan akan langsung membeli software langsung, atau
mempekerjakannya.
e) Online-to-Offline (O2O)

11
O2O adalah jenis e-commerce yang menarik pelanggan dari
saluran online untuk toko fisik. O2O mengidentifiaksikan
pelanggan di bidang online seperti email dan iklan internet,
kemudian menggunakan berbagai alat dan pendekatan
untuk menarik pelanggan agar meninggalkan lingkup
online.
Walaupun sudah banyak kegiatan ritel tradisional dapat
digantikan oleh e-commerce, ada unsur-unsur dalam
pembelanjaan fisik yang direplikasi secara digital. Namun
ada potensi integrasi antara e-commerce dan belanja ritel
fisik yang merupakan inti dari jenis O2O. Hanya karena ada
bisnis tertentu yang tidak memiliki produk untuk dipesan
secara online, bukan berarti internet tak dapat memainkan
perannya dalam hampir semua bisnis.
Contohnya, sebuah pusat kebugaran tidak akan bisa
didirikan di ruang tamu rumah, namun dengan
menggunakan layanan O2O yang disediakan perusahaan
seperti Groupon Inc, pusat kebugaran tersebut bisa
menyalurkan bisnis offline nya menjadi online.
Beberapa perusahaan besar dengan pertumbuhan yang
cepat seperti Gojek dengan Gofood dan Gomart-nya dan
Airbnb juga menjalankan bisnis mereka dengan jenis O2O.
Kini melalui website seperti tersebut Anda bisa masuk ke
dalam toko, mengambil dan membayar barang yang dibeli,
bahkan mengembalikan barang ketika terjadi kesalahan.
f) eCommerce Administrasi Publik/Pemerintah (B2G & C2G)
Model-model yang tercantum di atas adalah model umum
yang banyak dijalankan di pasaran, tetapi ada jenis e-
commerce lain yang melibatkan administrasi
publik/pemerintah.
(1) B2G (business to government), juga disebut B2A (business
to administration), adalah model bisnis yang merujuk
pada bisnis yang menjual produk, layanan, atau
informasi kepada pemerintah atau lembaga pemerintah.
Sistem B2G menyediakan kesempatan bagi perusahaan
swasta untuk mengajukan tender pada proyek, produk

12
pemerintah yang mungkin dibeli/dibutuhkan
pemerintah untuk perusahaan mereka. Pemerintah
membuka tender lewat proses e-procurement, dimana
sektor publik dapat melakukan tender secara online dan
transparan. Sistem e-procurement di Indonesia lebih
dikenal dengan LPSE atau Service Pengadaan Dengan
Elektronik. Salah satu contohnya adalah Qlue.co.id, yang
menyediakan layanan CRM untuk lembaga pemerintah.
Beberapa contoh website administrasi publik yang
menerapkan B2A adalah www.pajak.go.id dan
www.bpjs-online.com.
Disana perusahaan dapat melakukan proses transaksi
atas jasa yang mereka dapatkan langsung kepada pihak
administrasi publik. Perusahaan diharuskan untuk
mengisi sejumlah persyaratan terlebih dahulu sebelum
mendapatkan layanan dan baru diteruskan dengan
proses transaksi.
(2) C2G (consumer to government), juga disebut C2A
(consumer to administration): adalah transaksi elektronik
yang dilakukan oleh individu ke pemerintah atau
administrasi publik. Contohnya, seorang konsumen
dapat membayar pajak penghasilannya secara online.
Transaksi tersebut adalah transaksi C2G.
Contoh area yang menggunakan jenis e-commerce ini
adalah :
(a) Pendidikan; informasi, proses pembelajaran jarak
jauh, dan lainnya
(b) Jamsostek ; penyebaran informasi, pembayaran, dan
lainnya
(c) Pajak; pengajuan pajak, pembayaran pajak, dan
lainnya
(d) Kesehatan; janji pertemuan, informasi mengenai
penyakit, pembayaran layanan kesehatan dan
lainnya.

13
Contoh penerapan C2A sama dengan B2A, hanya saja
pembedanya ada pada pihak individu-administrasi
publik dan perusahaan-administrasi publik.
Model B2A dan C2A sama-sama terkait dengan gagasan
efisiensi dan kemudahan penggunaan layanan yang
diberikan untuk masyarakat oleh pemerintah, juga
dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi.
2) Tipe Revenue Model Bisnis Ecommerce
Hal terpenting berikutnya untuk di pikirkan adalah bagaimana
jika ingin menangani manajemen persediaan dan sumber
produk. Beberapa orang lebih memilih untuk mengurus
inventaris produk mereka sendiri, dan yang lain tidak ingin
memiliki garasi yang penuh dengan barang jualan, adapun
caranya dengan berikut ini;
a) Drop Shipping
Dropshipping adalah model e-commerce paling sederhana.
Model dropshipping memberi Anda kebebasan untuk
membuka toko tanpa memiliki barang di gudang, karena
urusan inventaris diurus oleh supplier.
Dropshipping adalah proses ketika produk dikirim langsung
dari produsen atau grosir ke customer anda. Ketika
seseorang memesan dari toko online milik Anda, maka Anda
mengirimkan pesanan ke pedagang grosir dan mereka
langsung mengirimkannya ke pemesan. Dengan
dropshipping, Anda tidak akan kelebihan stok karena anda
hanya membeli stok saat pelanggan memesan.Kekurangan
dari model ini adalah Anda tidak memiliki kendali atas
pengiriman dan fulfillment, dan tidak menutup
kemungkinan supplier mengecewakan Anda. Jika supplier
ternyata bermain di belakang Anda atau lupa memberi Anda
nomor tracking, Anda harus pintar-pintar menjaga reputasi
Anda. Selain itu, karena Anda tidak menyimpan inventaris
apapun, Anda tidak selalu tahu apakah stok suatu barang
hampir habis. Anda bisa saja tanpa sadar menjual sesuatu
yang stoknya sudah habis.Kelebihannya adalah, jika Anda
merasa supplier yang Anda pilih tidak memenuhi standar

14
Anda, hal yang cukup mudah untuk keluar dari kontrak
drop-shipping. Aset Anda sepenuhnya digital. Jauh lebih
mudah untuk beralih ke bisnis ecommerce yang
menggunakan drop-shipping sebagai model fulfilment
dibandingkan jika Anda harus memiliki gudang yang penuh
dengan produk yang telah dibuat untuk Anda.
b) Wholesaling dan Warehousing
Wholesaling (perdagangan grosir) dan warehousing
(pergudangan) dalam bisnis e-commerce membutuhkan
banyak investasi sejak awal - Anda perlu mengelola
inventaris dan stok, melacak pesanan pelanggan dan
informasi pengiriman, dan berinvestasi di ruang gudang itu
sendiri.Dengan model ini Anda dapat membeli produk
dalam jumlah besar dan menyimpannya di gudang di suatu
tempat. Biasanya orang yang lebih suka model ini untuk
menjual produk dalam volume besar. Orang paling sering
menggunakan ini di pasar B2B sebagai kebalikan dari model
B2C.
Dengan model ini, Anda bisa mendapatkan harga jual yang
lebih kompetitif, karena Anda membeli dalam jumlah besar
dibandingkan membeli dalam jumlah sedikit seperti model
dropshipping. Jika Anda membeli dalam jumlah besar dan
menjual barang secara eceran di website ecommerce
langsung pada konsumen, Anda akan memiliki margin yang
lebih baik dibandingkan jika Anda melakukan
dropshipping. Namun, jika Anda seperti kebanyakan orang
menggunakan model ini, Anda menjual secara grosir ke
bisnis yang menjual kepada konsumen, dengan mengambil
margin lebih rendah agar tetap kompetitif. Dalam sebagian
besar bisnis grosir, Anda perlu membuat target volume
penjualan yang cukup untuk mengganti margin yang kecil.
Model ini juga membutuhkan investasi awal yang tinggi
untuk membeli dan menyimpan produk.
c) Private Labeling dan Manufacturing
Private label merupakan memodifikasi dari standar dan
strategi branding produk white labeling agar sesuai dengan

15
keinginan. Sabun dimodifikasi eksklusif untuk retailer
tertentu, dan dilengkapi dengan logo, nama, dan identitas
brand mereka. Ini akan memakan waktu lebih lama daripada
model white label, tetapi itu akan membuat atau memiliki
produk yang unik untuk bisnis, karena produk hasil
modifikasi, sehingga membuat produk lebih menarik dan
sedikit berbeda. Private label dan white label mungkin
adalah dua istilah yang paling sering disalah gunakan dan
membingungkan dalam dunia ecommerce. Keduanya
mengacu pada produk-produk yang di-rebranding oleh
retailer, namun ada perbedaan tipis di antara keduanya.
d) White Labeling
White Label yaitu produk generik dibuat oleh pabrik
diperuntukkan bagi banyak retailer. Misalnya, produsen
white label akan menjual sabun generik ke 10 pengecer
berbeda. Setiap pengecer dapat memberi branding produk
sesuai dengan keinginan mereka. Dengan model bisnis white
label, setiap retailer menjual sabun yang sama dan tanpa
modifikasi. Sabun hanya diganti nama dan dipasarkan
sebagai produk pengecer sendiri. Ini adalah cara cepat untuk
masuk ke pasar, produk akan sama dengan pengecer
lainnya. Tanpa banyak memberi diferensiasi pada produk,
agar produk terlihat di pasar.
Dengan memilih model white label atau private label, Anda
tidak harus melakukan uji coba dan kerepotan dalam proses
produksi suatu produk. Tanpa harus investasi di desain dan
kreasi produk, akan menghemat banyak waktu dan uang.
Sehingga harus fokus pada strategi marketing dan branding
produk.
e) Subscription Ecommerce
Berbeda dengan model bisnis eCommerce tradisional di
mana konsumen melakukan pembelian sesekali, model
bisnis subscription (berlangganan) menawarkan konsumen
dengan opsi untuk berlangganan produk atau layanan
secara teratur. Keuntungan yang didapat pelanggan dari
subscription adalah penghematan dan kenyamanan.

16
Pelanggan cukup memesan satu kali, dan produk akan
dikirimkan langsung ke mereka secara teratur, umumnya
sebulan sekali. Pelanggan mendapatkan diskon untuk
berlangganan; semakin banyak mereka berlangganan atau
semakin lama mereka berlangganan, semakin banyak
penghematan yang mereka lakukan.
Tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan subscription
e-commerce adalah churn. Churn adalah istilah yang
digunakan saat bisnis ecommerce kehilangan konsumen.
Dalam kasus subscription ecommerce, churn adalah ketika
konsumen tidak berlanjut berlangganan. Model bisnis ini
bergantung pada hubungan jangka panjang dengan
pelanggan. Perusahaan harus pintar dalam mengembang-
kan user experiences untuk menghindari tingkat churn yang
tinggi, serta untuk mempercepat pertumbuhan dan
profitabilitas.
3) Model Produk Revenue
Model Produk Revenue merupakan deskripsi produk dari
suatu bisnis, baik yang dijalankan oleh perusahaan atau
perorangan, memperoleh pendapatan dari proses transaksi,
penjualan barang atau pun jasa. Berkaitan dengan e-commerce,
tentunya revenue model pada e-commerce akan berbeda
dengan tradisional model. Jadi intinya adalah Bagaimana cara
perusahaan atau proyek e-commerce dapat menghasilkan
revenue atau pendapatan dari websitenya sendiri. Adapun
macam – macam revenue model antara lain
a) Advertising revenue model
Yaitu iklan sebagai sumber pendapatan utama untuk
perusahaan, Perusahaan Menyediakan form tersendiri pada
websitenya untuk perusahaanlain mengiklankan produk /
jasa mereka.
b) Subscription revenue model
Yaitu Situs Website yang menuntut pembayaran langganan
untuk mengakses jasa dan indeksnya. dalam hal ini, revenue
didapatkan dari biaya keanggotaan atau subscription untuk
suatu service, misalnya layanan berita, informasi, atau

17
premium email. Contoh situs ini adalah
Nationalgeographic.com, email dari Yahoo Platinum service.
c) Transaction fee revenue model
Yaitu perusahaan menerima suatu pembayaran untuk
melakukan suatu transaksi. Business model jenis ini banyak
yang menerapkan. Pada business model ini, pelaku bisnis
akan mendapatkan fee dari setiap transaksi yang dilakukan.
contoh business model jenis ini adalah e-banking, atau
electronic brokerage, electronis stock exchange, electronic travel
agent, online auction system. contoh situs ini adalah e-bay.com,
e-trade.com
d) Sales revenue model
yaitu menjual barang-barang, informasi, atau jasa secara
langsung ke pelanggan. Business model jenis ini
mengandalkan proses jual beli menggunakan teknologi web,
oleh karenannya business model ini paling banyak
diterapkan. contohnya adalah online web store. contoh situs
ini adalah Amazon.com
e) Affiliate revenue model
Yaitu perusahaan menerima suatu pembayaran penyerahan
untuk mengarahkan bisnis untuk “bergabung” atau
menerima beberapa persen dari pendapatan sebagai hasil
suatu penjualan yang ditunjuk. Sebagai contoh,
Mypoints.Com
Keistimewaan dari ecommerce adalah dapat menjual hampir
apa saja di lini bisnis ini. Dapat menjual produk fisik (pakaian, sepatu,
buku,dll), produk digital (ebooks, website, software, aplikasi, dll),
atau jasa (layanan babysitting, go-food dan home cleaning). Jenis
produk apa yang saat ini sedang tren di bisnis online dan bagaimana
agarnda dapat masuk ke pasar tersebut, adalah sebagia berikut; .
1) Produk Fisik
Komoditas yang paling umum dijual di toko ecommerce.
Produk fisik (hampir semua hal yang membutuhkan packing,
shipping, dan delivery) seringkali mencapai angka penjualan
tertinggi. Tapi, bagaimana caranya untuk memutuskan produk
mana yang akan dijual

18
Analisis segmentasi atau niche market yang dipilih. Ini
mencakup semua aspek dari industri-industri yang kurang
terjamah. Serta, cobalah untuk menganalisis pain points dari
target pasar. Selanjutnya, lakukan riset kata kunci (keyword
research) untuk produk yang ingin dijual. Dengan cara ini,
maka dapat menentukan berapa banyak permintaan untuk
membantu, merencanakan inventaris dan mengatur arus kas.
2) Produk Digital
Ada banyak produk yang dapat dikirimkan ke pelanggan
online. Apakah seorang desainer web, penulis konten, atau
desainer grafis, yang dapat membuat toko online di sekitar
produk, hal penting lain yang harus diperhatikan adalah
masalah FAQ (Frequently Asked Questions) dan aturan legal yang
mencakup mekanisme pengiriman produk dan status hak cipta
dari produk.
3) Jasa
Jasa merupakan hal penting dalam layanan e-commerce, ketika
terjadi transaksi jual beli secara onlene maka akan
menggunakan jasa pengiriman barang yng akan dikirim, maka
bermunculanlah banyak jasa pengiriman barang mulai dari
POS Indonesia sebagai leader pengiriman barang, dan
kemudian Tiki, Jne, dan lain sebagainya.
Persaingan antar pengiriman jasa ini, membuat harga jasa
pengiriman semakin kompetitif dan semakin cepat untuk
pengataran jasanya, bahkan bisa menggunakan jasa one day.
Dan juga ketika jaraknya dekan dibawah 40 Km maka, ada jasa
alternatif yang digunakan dengan menggunakan antar
pengiriman barang dengan menggunakan Go-send dari
pemilik transpotasi online seperti go-jek atau pun Grab, bisa
juga via roda dua, bahkan bisa menggunakan jasa roda empat
ketika barang yang dikirim tidak bisa diangkut dengan roda
dua, yang berbeda hanya ongkos kirim yang bergantung pada
ukuran barang dan jarak yang ditempuh, semua sudah bisa
dikalkulasi dalam sistem atau aplikasi yang dipunyai oleh
perusahaan jasa transportasi online, cukup dengan membuka

19
aplikasi nominal tertera, berapa yang harus
dibayarkan.(SoftwareSeni, 2020)
Model-model e-Commerce di Indonesia yaitu ;
1) Classified
Merupakan situs iklan baris, di mana situs yang
bersangkutan tidak memfasilitasi kegiatan transaksi online
2) Marketplace
Model bisnis dimana website yang bersangkutan tidak hanya
membantu mempromosikan barang dagangan saja, tapi juga
memfasilitasi transaksi uang secara online untuk para
pedagang online
3) Retail
Toko online dengan alamat website (domain) sendiri dimana
penjual memiliki stok produk/jasa dan menjualnya secara
online kepada pembeli

Gambar 1.1 Model E-Commerce

Iklan Baris, merupakan salah satu bentuk e-commerce yang


tergolong sederhana, bisa dianggap sebagai evolusi dari iklan baris
yang biasanya ditemui di koran-koran ke dalam dunia online. Penjual
yang menggunakan social media atau forum untuk beriklan,
biasanya tidak bisa langsung menyelesaikan transaksi pada website
yang bersangkutan. Namun penjual dan pembeli harus
berkomunikasi secara langsung untuk bertransaksi. Contoh iklan
baris : OLX, Carmudi dan Kaskus.
Marketplace, bisa dianggap sebagai penyedia jasa mall online,
namun yang berjualan bukan penyedia website, melainkan anggota-

20
anggota yang mendaftar untuk berjualan di website marketplace
yang bersangkutan. Marketplace umumnya menyediakan lapisan
keamanan tambahan untuk setiap transaksi yang terjadi, seperti
sistem pembayaran escrow atau lebih umum dikenal sebagai
rekening bersama. Jadi setiap terjadi transaksi di dalam sistem
marketplace tersebut, pihak marketplace akan menjadi pihak ketiga
yang menerima pembayaran dan menjaganya hingga produk sudah
dikirimkan oleh penjual dan diterima oleh pembeli. Setelah proses
pengiriman selesai, barulah uang pembayaran diteruskan ke pihak
penjual.
Retail, merupakan jenis e-commerce yang dimana semua proses
jual-beli dilakukan melalui sistem yang sudah diterapkan oleh situs
retail yang bersangkutan. Oleh karena itu, kegiatan jual-beli di retail
relatif aman, namun biasanya pilihan produk yang tersedia tidak
terlalu banyak, atau hanya fokus ke satu-dua kategori produk.
Contoh retail : Tokopedia, Bukalapak, Zalora, dan Lazada.

21

Anda mungkin juga menyukai