Oleh
Imron (0101622006)
A. Pendahuhulan
Masalah guru memberikan analisis komprehensif tentang tren internasional
dan perkembangan tenaga pengajar di 25 negara di seluruh dunia. Penelitian
yang diselakukan OECD sejak tahun 2005 tentu menarik. Mengembangkan dan
mempertahankan guru berkualitas tinggi, kebijakan dan praktik inovatif dan
sukses yang diterapkan oleh negara, dan pilihan kebijakan guru yang harus
dipertimbangkan negara.
Paruh kedua tahun 2021 dan paruh pertama tahun 2022 ditandai dengan
tantangan pandemi COVID-19 yang terus berlanjut, tetapi juga secara bertahap
kembali normal berkat vaksinasi yang meluas. Meskipun beberapa negara
masih menutup sekolah, ini jauh lebih terbatas daripada di awal pandemi. Di
sisi lain, ketidakhadiran guru dan siswa akibat infeksi COVID-19 dan karantina
terus mengganggu pembelajaran. Namun, banyak negara mengalami kesulitan
untuk mencatat ketidakhadiran guru secara sistematis, dan hanya 11 negara
OECD dan peserta lainnya yang mampu memberikan angka yang sebanding
tentang ketidakhadiran guru. Delapan di antaranya terjadi peningkatan
ketidakhadiran guru setidaknya satu tingkat pendidikan dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya. Saat fokus bergeser dari manajemen krisis ke pemulihan,
penilaian dampak pandemi dan pemulihan setelahnya menjadi prioritas. Hampir
semua negara OECD menggunakan perkiraan standar untuk menghitung
kerugian belajar di berbagai tingkat pendidikan. Sebagian besar negara juga
menawarkan dukungan tambahan kepada siswa untuk mengurangi dampak
pandemi. Di tingkat primer dan sekunder, sekitar 80 persen negara yang datanya
tersedia menerapkan rencana stimulus semacam itu. Ini kurang umum dalam
pendidikan pra-sekolah dasar tetapi ditawarkan di 19 dari 28 negara yang
datanya tersedia. Dukungan psikologis dan sosio-emosional tambahan untuk
siswa sekolah dasar tersedia di 19 dari 29 negara. Implementasi suatu inovasi
pendidikan memiliki kualitas yang dapat memberi warna pada inovasi itu
sendiri (Saleh et al., 2021). Sumber ide dan layanan baru diidentifikasi dari
kebutuhan yang muncul atau yang baru dipahami dalam masyarakat (Schröer,
2021). Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui seorang pengambil
keputusan dari pengetahuan pertama tentang inovasi, pembentukan sikap
terhadap inovasi, penerimaan atau penolakan keputusan, penerapan ide baru dan
konfirmasi keputusan (Rogers, 1983). Pelatihan awal dan lanjutan
diselenggarakan untuk memberi tahu para guru tentang teknologi baru
(Çalışkan & İzmirli, 2020). Banyak bukti tentang pentingnya nummerasi,
beberapa intervensi bertujuan untuk meningkatkan numerasi statistik untuk
mencapai perbaikan yang bertahan lama dan dapat ditransfer dalam
pengambilan keputusan(Garcia-Retamero et al., 2019). Dari sudut pandang
pedagogis, siswa tampaknya melihat tugas siswa sebagai titik awal yang paling
berguna untuk menyelenggarakan pelatihan media literasi Pendidikan. Tutor
individu atau teman sebaya, praktik langsung, dan kehadiran tutor yang kuat
sangat membantu(Vuojärvi et al., 2021).
Pemimpin bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang
memandu pegawai dalam praktik penyelidikan kolektif, praktik penggunaan
data untuk membuat keputusan, dan melibatkan karyawan dalam
pengembangan profesional sukarela (Raagas, 2021). Guru hendaknya
berkomunikasi dalam bahasa yang hidup menghindari istilah yang sudah
ketinggalan zaman dan tidak biasa. Hubungan yang berubah antara guru dan
siswa harus tercermin dalam komunikasi lisan dan tulisan (Gambini & Lénárt,
2021). Perilaku organisasi negatif adalah topik yang relatif baru yang telah
menarik banyak penelitian selama 20 tahun terakhir untuk kemajuan signifikan
dalam merumuskan teori (Gervasi et al., 2022). pembuat keputusan merasa
semakin tertarik untuk mengidentifikasi penyebab ketidaksesuaian tersebut
guna memperbaiki kondisi pasar tenaga kerja, yang diterjemahkan menjadi
pertumbuhan ekonomi (Manuela, 2018). Kebijakan belajar mandiri
menawarkan kesempatan untuk terus mengubah paradigma baru melalui
pembelajaran untuk memperkuat keterampilan membaca dan matematika.
Strategi penguatan literasi merupakan langkah atau upaya memadukan
kemampuan literasi dan numerasi siswa dalam menilai pembelajaran
(Muliantara & Suarni, 2022). Berbagai metode pelatihan selama ini sudah
banyak digunakan, salah satunya metode menurut Ivancevich (2010;403)
adalah: on-the-job training; case method; role playing; in-basket technique;
management games; behavior modeling; dan outdoor-oriented programs.
Pelatihan dengan angka verbal dan sempoa simbolik non-verbal meningkatkan
perhitungan, tetapi kontribusi dari setiap pelatihan simbolik mungkin
berbeda(Hyde, 2021). Kurikulum sekolah di banyak negara Eropa telah
memperkenalkan pembelajaran sosial dan emosional dikenal Social and
Emotional Learning(SEL). Hal ini menuntut guru untuk memiliki kompetensi
SEL. Pendekatan SEL yang lebih kontekstual dan kualitatif dapat menghasilkan
pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana intervensi dapat dikembangkan
lebih lanjut (Berg, 2021).
Target dari komparasi yang akan dilakukan adalah negara India, Thailand
dan Italia dengan alasan satu negara tetangga dengan tingkat melek huruf
(literasi) di peringkat 172 dan 122 yang tidak jauh dengan budaya Indonesia di
peringkat 100. Sedangkan satu negara dari benua Eropa yang dianggap sebagai
negara yang sudah maju berada di peringkat 34 dunia untuk tingkat melek huruf.
Indonesia dan Thailand adalah dua negara di Asia Tenggara yang selalu
bersaing di Kawasan Global. Sejarah mengajarkan kepada kita bahwa hubungan
Indonesia dan Thailand sudah terjalin sejak zaman kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit. Selama periode ini, dua bangsa bertukar peradaban dan bersatu
melalui seni, budaya, agama, dan karya arsitektur. Hubungan ini bekerja dengan
lancar hingga zaman modern. Secara diplomasi, hubungan kedinasan dengan
Indo-Thailand telah terjalin sejak 7 Maret 1950. Hubungan bilateral telah
terjalin selama 72 tahun, sehingga kepala negara dan pemerintahan negara
saling berkunjung dengan tujuan kedekatan dan kerjasama di beberapa bidang,
seperti seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, budaya dan
pariwisata.
Indonesia dan India adalah anggota G-20 yang juga tuan rumah 2022 dan
2023. Ikatan sejarah antara Indonesia dan India dalam bidang pendidikan telah
terjalin sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Kerja sama sangat erat terutama di
bidang pendidikan tinggi. Namun, hubungan kedua negara sahabat yang diawali
Presiden Indonesia Sukarno dan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru itu
mengalami pasang surut. Dalam beberapa dekade terakhir, kebanyakan orang
india memiliki pandangan yang kurang positif tentang India dan sebaliknya.
Sangat disayangkan jika solusi terbaik tidak segera ditemukan, karena masing-
masing negara memiliki keunggulan yang secara sinergis berupa kerjasama
khususnya di bidang pendidikan dapat memberikan manfaat yang sangat besar
bagi kemajuan kedua negara Asia ini. Diharapkan kerjasama pendidikan tinggi
yang dihasilkan di Indonesia dan India akan membawa kemajuan yang
maksimal dalam hal pendidikan, penelitian, studi banding, pertukaran informasi
mahasiswa dan pengabdian kepada masyarakat.
Indonesia dan Italia mempunyai hubungan Pendidikan yang cukup lama,
hal ini dikarenakan Universitas di Italia merupakan salah satu universitas tertua
di dunia. Hubungan diplomatik Indonesia-Italia dimulai ketika Italia mengakui
kemerdekaan Indonesia pada 29 Desember 1949. Pada Oktober 1951, Italia
membuka misi diplomatik di Jakarta. Indonesia kemudian membuka misi
diplomatik di Roma pada Maret 1952. Pada tahun 1953, kedua negara kemudian
sepakat untuk meningkatkan kerja sama perwakilan di tingkat kedutaan baik di
Roma maupun di Jakarta.
Tabel 1 Perbandingan Indonesia-Thailand-India-Italia (dari berbagai sumber)
Negara Indonesia Thailand India Italia
IPM 0.705 0.777 0.663 0.895
PDB (2019) $3,892.54 $6,123.95 $1.936.94 $31.505
Secara umum, tingkat melek huruf tinggi di seluruh dunia. Tingkat melek
huruf untuk semua pria dan wanita berusia 15 tahun ke atas adalah 86,3%.
Tingkat melek huruf laki-laki pada usia 15 tahun adalah 90%, sedangkan tingkat
melek huruf perempuan hanya di bawah 82,7%. Namun, ada perbedaan besar
antar negara. Di negara maju, tingkat melek huruf orang dewasa hampir selalu
96 persen atau lebih baik. Sebaliknya, rata-rata tingkat melek huruf di negara
kurang berkembang hanya 65 persen. Perbandingan langsung tingkat melek
huruf antar negara cenderung tidak akurat.
(a) (b)
Gambar 2 (a) Capaian Kompetensi Literasi per jenjang hasil AN 2022 dan (b) penyebarannya
Hal ini dapat lihat pada di atas, jenjang SD yang perlu intervensi khusus
sekitar 16-19 % dan yang capaiannya hanya tingkat dasar sekitar 24-26%. Kalau
disandingkan dengan hasil PISA tahun 2018, tidak ada perbedaan yang
siginifikan. Apabila dilihat dari kesenjangan kompetensi literasi sekolah yang
beradas di level 1 atau sekolah dengan literasi dan numerasi merah dapat dilihat
pada gambar 8 di bawah, capaian kompetensi minimum untuk jenjang SD/MI
menyebar sangat merata.Pembelajaran yang didapat Guru sekarang sedang
mendidik di sekolah (satuan pendidikan) selama kuliah di Perguruan Tinggi,
sangat berbeda ketika diterapkan saat pembelajaran di kelas dan tantangan
siswa saat ini untuk menghadapi masa depan. Bahkan, data dari BPS (2022),
kualifikasi minimal Guru belum 100%. Jenjang SD 95,01%, jenjang SMP
97,43%, jenjang SMA 98,51% dan jenjang SMK 96,44 % dari 3,3 juta yang
terdata di dapodik Kemendikbudristek. Berbagai jenis pelatihan dan
pengembangan keprofesian berkerlanjutan (PKB) yang dilaksanakan oleh
Pemerintah sampai saat ini belum menjawab permasalahan untuk solusi atas
rendahnya literasi numerasi dalam rapor pendidikan hasil asesmen nasional
maupun hasil PISA. Kurangnya motivasi guru mengikuti pelatihan dan
pengembangan profesi, baik yang dibiayai Pemerintah, pelatihan online yang
tidak barbayar, maupun yang dilaksanakan oleh Organisasi Profesi dengan
biaya mandiri peserta.
Tabel 5 Baseline dan target masing-masing Indikator (Imron et al., 2023)
3. Pendidikan di India
Sektor pendidikan India adalah pemimpin dunia. India memiliki jaringan
universitas terbesar di dunia dengan peluang pertumbuhan yang
menjanjikan. Nilai total sektor pendidikan diperkirakan lebih dari US$117
miliar dan diperkirakan akan tumbuh menjadi US$225 miliar pada tahun
2025, dan pasar teknologi pendidikan diperkirakan akan mencapai sekitar
US$30 miliar pada tahun 2031.
Anak-anak India bersekolah di taman kanak-kanak sejak usia dua tahun.
Menurut Pemerintah India, pendidikan dasar adalah wajib antara usia 6 dan
14 tahun. Durasi pendidikan menengah di India adalah empat tahun,
biasanya antara usia 14 dan 18 tahun. Menurut laporan OECD(2021),
jumlah sekolah menurun setelahnya pandemi dan dengan itu jumlah anak
sekolah dasar. Namun pada tahun 2022, jumlah siswa SMA akan meningkat
menjadi 25,6 juta. Selain itu, kesenjangan gender pada pendidikan dasar
tahun 2021 dan 2022 berpihak pada siswa perempuan.
India mendirikan sekolah dan pusat perguruan tinggi sebelum
kemerdekaan dari Inggris. Beberapa di antaranya berusia lebih dari satu
abad dan masih menjadi institusi yang dihormati. Misalnya, Institut Sains
India, yang didirikan pada tahun 1909, merupakan salah satu institusi
pendidikan utama di negara tersebut. Institut Manajemen India, yang
memiliki cabang di 20 negara bagian berbeda di seluruh negeri, juga
merupakan salah satu sekolah manajemen elit di India. Sejumlah besar
lembaga pendidikan telah berkembang dengan mantap dalam beberapa
tahun terakhir dan mempersiapkan siswa untuk ujian masuk selama sekolah
dan seterusnya untuk masuk universitas. Hasil ujian kompetitif nasional
diperlukan untuk masuk ke bidang teknik, kedokteran, dan layanan publik
lainnya. Meskipun fasilitas ini bermanfaat bagi ekonomi mikro, fasilitas
tersebut menimbulkan stres di kalangan siswa yang perlu menambah jam
pelajaran ke jam sekolah reguler siswa.
Di tengah pandemi COVID-19 India, pasar edtech mengalami lonjakan
pendaftaran karena penutupan sekolah dan perguruan tinggi di seluruh
negeri. Ini telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan
diproyeksikan mencapai lebih dari $10 miliar pada tahun 2025. India
sekarang dianggap sebagai ibu kota edtech dunia dan kursus online adalah
bagian mendasar dari sistem pendidikan. Pendorong utama pasar edtech
India adalah ledakan pertumbuhan penetrasi ponsel cerdas, peningkatan
konektivitas internet, serta program dan aplikasi e-learning yang
menguntungkan seperti Vedantu dan BYJU.
India akhirnya merilis National Education Policy (NEP), yang berani
membuat terobosan inovatif dan imajinatif, disamping praktis dan ilmiah.
Kebijakan baru ini muncul setelah hampir tiga dekade dan hampir enam
tahun pertimbangan. Hal ini merupakan NDP (Natinal Devvelopmen Policy)
ketiga setelah kebijakan tahun 1968 dan 1986. Tujuannya adalah untuk
menguniversalkan pendidikan dari prasekolah hingga sekolah menengah
dengan angka partisipasi kasar (APK) 100 persen pada pendidikan sekolah
tahun 2030 dan meningkatkan APK pendidikan tinggi hingga 50 persen
tahun 2025. Tujuan dari kebijakan tersebut adalah untuk mencapai 100
persen literasi di kalangan remaja dan dewasa.
Tujuan utama NEP 2020 adalah membuat struktur 10+2 saat ini dan
pengenalan struktur sekolah 5+3+3+4. Struktur dari "transisi primer" ke
transisi sekunder yang lebih luas. Aspek penting lain dari NEP adalah
perubahan signifikan dalam struktur dan waktu ujian. NEP akan memeriksa
model yang lebih modular dan diharapkan akan diterapkan 2022-23. Ujian
tidak dilakukan setiap tahun, anak-anak sekolah sekarang mengikuti ujian
hanya tiga kali yakni kelas 3, 5 dan 8 untuk memantau perkembangan anak.
Selain itu hanya penilaian beralih ke model reguler dan formatif yang lebih
berbasis kompetensi yang mendorong pembelajaran dan pengujian
keterampilan yang lebih tinggi, seperti analisis, pemikiran kritis, dan
pemahaman konseptual.
Tes tambahan terus diadakan kelas 10 dan 12 dan dirancang ulang dalam
arti pengembangan holistik, Sehingga karakteristik intinya juga akan diuji.
Dengan kata lain, ujian ini ringan dan menguji pengetahuan yang
sebenarnya, bukan pembelajaran langsung. PARAKH (Performance
Assessment, Review, and Analysis of Knowledge for Holistic Development)
menetapkan standar. Orang tua India sangat lega dari tekanan angka karena
mengetahui bahwa laporan penilaian sekarang merupakan laporan
keterampilan dan kemampuan yang komprehensif dan bukan hanya nilai
dan pernyataan.
Isu pendidikan adalah bagian sentral dari reformasi di India. Konten
tugas yang direvisi berfokus pada konsep kunci, ide, aplikasi dan
pemecahan masalah. Proses belajar mengajar dilakukan lebih interaktif dan
berfokus pada ide, aplikasi dan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran
eksperiensial, penekanannya jelas pada pembelajaran langsung. seni
terintegrasi dan pendidikan jasmani dan pedagogi berbasis cerita. Kegiatan
kelas diterjemahkan menjadi pembelajaran dan pendidikan berbasis
kompetensi.
Konten resmi berfokus pada konsep kunci, ide, aplikasi, dan pemecahan
masalah. Proses belajar mengajar dilakukan lebih interaktif. Isi pengajaran
direduksi menjadi inti dalam setiap mata pelajaran, memberikan ruang
untuk berpikir kritis dan pembelajaran yang lebih luas, berbasis inkuiri,
berbasis penemuan, berbasis diskusi, dan berbasis analisis.
Menurut Konstitusi India, pendidikan pada mulanya merupakan urusan
negara, artinya negara memiliki kekuasaan penuh untuk membuat dan
melaksanakan keputusan kebijakan. Peran pemerintah India terbatas pada
koordinasi dan penetapan standar untuk pendidikan tinggi. Konstitusi
diubah tahun 1976 untuk memasukkan pendidikan yang disebut daftar
paralel. Dengan kata lain, pemerintah India mengusulkan kebijakan dan
program pendidikan sekolah di tingkat nasional, meskipun pemerintah
negara bagian memiliki keleluasaan yang besar dalam melaksanakan
program tersebut.
Pedoman dikomunikasikan secara teratur di tingkat nasional. Didirikan
pada tahun 1935, Central Advisory Board for Education (CABE) terus
memainkan peran penting dalam pengembangan dan pemantauan kebijakan
dan program pendidikan.
Ketika kebijakan dan program mulai terbentuk, National Council of
Educational Research and Training (NCERT) dibentuk untuk menyiapkan
Kerangka Kerja Kurikulum Nasional. Setiap negara bagian memiliki
mitranya yaitu State Council of Educational Research and Training
(SCERT). Badan yang mengusulkan strategi pendidikan, kurikulum,
rencana pedagogis dan metode penilaian ke departemen pendidikan negara
bagian. SCERT umumnya mengikuti pedoman yang ditetapkan oleh
NCERT. Sistem sekolah India memiliki empat tingkatan: SD (usia 6-10),
SMP (11-12), SMP (13-15) dan SMA (17-18). Sebelum akhir pendidikan
menengah atas, sebagian besar siswa diharuskan mempelajari kurikulum
umum (kecuali perubahan daerah dalam bahasa ibu). Ada beberapa
kemungkinan spesialisasi di sekolah menengah. Semua siswa harus belajar
tiga bahasa (yaitu Inggris, Hindi dan bahasa ibu).
4. Pendidikan di Italia
Di Italia, pendidikan gratis dan wajib untuk anak-anak berusia antara 6
dan 16 tahun. Sistem pendidikan Italia dibagi menjadi taman kanak-kanak,
taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah dan sekolah
menengah atas. Kursus ini biasanya selesai pada usia 19 tahun. Pendidikan
dasar merupakan jenjang pendidikan wajib pertama. Dalam beberapa tahun
sekolah terakhir, sekitar 2,7 juta anak bersekolah di hampir 17.000 sekolah
dasar. Sekolah dasar Italia memiliki rata-rata sekitar 19 siswa di setiap kelas.
Namun, perbedaan regional sangat mencolok:
Rata-rata jumlah anak per kelas di Emilia-Romagna adalah 20,6,
sedangkan di kelas Valle d'Aosta memiliki rata-rata 14,6 siswa. Faktor-
faktor seperti urbanisasi dan migrasi pedesaan dapat menjelaskan perbedaan
tersebut. Padahal, Lembah Aosta merupakan kawasan pegunungan,
sedangkan Emilia Romagna merupakan salah satu pusat industri terpenting
di Italia.
setelah sekolah dasar, sekolah menengah. Siswa biasanya bersekolah di
sekolah menengah atas selama tiga tahun, antara usia 10 dan 13 tahun. Pada
tahun ajaran 2018/2019, terdapat total 1,7 juta siswa di sekolah menengah
Italia. Wilayah utara Lombardy memiliki sekolah terbanyak di negara itu,
diikuti oleh wilayah selatan Campania dan Sisilia. Dengan jumlah sekolah
menengah di negara ini, rata-rata jumlah siswa per kelas sedikit menurun
dalam beberapa tahun terakhir, meningkat menjadi 20,8 anak per kelas.
Tingkat menengah II mengikuti dari tingkat menengah II dan berlangsung
selama lima tahun. Secara umum, siswa dapat memilih antara tiga jenis
sekolah menengah:
Sekolah menengah, sekolah teknik dan kejuruan. Di antara berbagai jenis
sekolah menengah Italia, kamar bacaan adalah yang paling baik
mempersiapkan siswa untuk pendidikan tinggi. Selain itu, sekolah
menengah teknik memiliki pelatihan teknis dan teori, sedangkan sekolah
kejuruan terutama berorientasi pada pelatihan praktis. Namun, semua jenis
perguruan tinggi memungkinkan siswa untuk mendaftar ke universitas.
Sekitar 40 persen lulusan SMA mendaftar ke universitas. Pada tahun
akademik 2018/2019, tingkat pendaftaran tertinggi di Italia tengah, di mana
46 persen dari semua lulusan SMA memutuskan untuk belajar. Pada tahun
yang sama, ada lebih dari satu juta mahasiswa sarjana di Italia, terhitung
sekitar 60 persen dari total mahasiswa negara itu. Bidang studi paling
populer di Italia adalah Ekonomi, diikuti oleh Teknik. Universitas utama
Italia termasuk La Sapienza di ibu kota, Roma, Universitas Bologna, yang
juga merupakan universitas tertinggi di Italia, dan Universitas Turin.
Undang-undang yang mengatur pendidikan di Italia dan mendefinisikan
hak dan kewajiban kewarganegaraan, Setiap bayi Italia berhak atas
pendidikan dan wajib bersekolah hingga usia 14 tahun. Anak asing yang
secara sah bertempat tinggal di negara tersebut memiliki hak dan tanggung
jawab yang sama. Dan imigran ilegal hanya bisa mendapatkan pendidikan
dasar.
Sistem pendidikan menengah Italia terdiri dari tiga tingkatan: (1)
Pendidikan dasar, Scuola elementare 1 (untuk anak usia 6 sampai 11 tahun);
(2) sekolah menengah, Scuola elementare 2 (untuk anak usia 11-14 tahun);
(3) SMA (untuk anak usia 14-19).
Mula-mula anak-anak belajar berhitung, menulis, membaca, musik,
menggambar dan pelajaran lainnya (bisa belajar agama jika mau). Program
dukungan awal juga termasuk belajar bahasa asing. Setelah menyelesaikan
sekolah dasar, siswa menerima sertifikat pendidikan dasar (Diploma di
Licensenza Elementare) berdasarkan ujian tertulis dan lisan dan kemudian
melanjutkan ke sekolah menengah (Scuola Media).
Kurikulum bentuk keenam mencakup bahasa Italia, matematika, bahasa
asing, geografi, sejarah, seni, sains, dan musik. Pada setiap akhir tahun
akademik, siswa mengikuti ujian dengan sistem "lulus-gagal". Setelah lulus
SMA, dapat melanjutkan sekolah ke SMA (Scuola Secondaria Superiore)
yang memiliki dua jenis:
Sekolah kejuruan dan sekolah menengah persiapan. Siswa spesialis
menggabungkan pendidikan lanjutan dan pelatihan kejuruan. Setelah lulus
dari universitas, lulusan menerima sertifikat sekolah menengah atas dan
sertifikat pelatihan kejuruan selain sertifikat sekolah menengah atas.
Persiapan membaca berfungsi untuk persiapan masuk perguruan tinggi.
Dalam kebanyakan kasus, pembacaan khusus terjadi ketika siswa pertama
kali memutuskan suatu topik. Ada yang teknis (Liceo tecnico), klasik (Liceo
Classico) dan ilmiah (Liceo Scientifico). Kurikulum umum untuk semua
bacaan meliputi matematika, bahasa Latin, sastra Italia, fisika, filsafat,
sains, dan sejarah.
Program pedagogi membaca klasik (Liceo Classico) berfokus pada
humaniora, tetapi pendidikan tahap kedua juga mencakup ilmu alam.
Perguruan tinggi ilmiah (Liceo Scientifico) menawarkan pendidikan ilmiah.
Kurikulum Membaca Bahasa (Lyceo Lingtastico) mencakup kelas bahasa,
gelar akademik dalam sastra dan sejarah. Setelah lulus, siswa lulus ujian
(esame di maturita) dan menerima ijazah (diploma di maturita) yang
memberinya akses ke universitas.
Di Italia, proporsi usia 25-64 tahun dengan pendidikan tinggi akan
mencapai 20% pada tahun 2021, dibandingkan dengan dua kali rata-rata
semua negara OECD (41%). Selain itu, 43% orang dewasa memiliki
pendidikan menengah atau pasca-sekolah menengah sebagai tingkat
pendidikan tertinggi (sedikit di atas rata-rata OECD sebesar 42%),
sementara 37% sisanya tidak memiliki pendidikan menengah.
Dengan 20%, seni dan humaniora adalah jurusan paling populer di antara
pendatang baru di Italia, berbeda dengan kebanyakan negara OECD di mana
bidang bisnis, manajemen, dan hukum yang luas adalah yang paling
populer. Meskipun meningkatnya kebutuhan akan keterampilan digital dan
peluang kerja yang baik bagi lulusan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK), hanya sebagian kecil mahasiswa yang memilih mata kuliah ini. Di
Italia, 88 persen lulusan TIK berusia 25-64 bekerja, tetapi hanya 2 persen
siswa TIK yang merupakan pendatang baru di pendidikan tinggi. Ini di
bawah rata-rata OECD sebesar 6%.
Porsi pengeluaran lembaga pendidikan dalam produk nasional bruto atau
anggaran publik merupakan ukuran penting tentang seberapa penting negara
mempertimbangkan pendidikan dalam keputusan anggaran. Namun, tidak
menunjukkan tingkat dukungan per siswa, karena tingkat PDB, anggaran
publik, dan jumlah siswa berbeda dari satu negara ke negara lain. Negara-
negara OECD membelanjakan rata-rata USD 11.990 per siswa per tahun
untuk pendidikan dasar dan tinggi di lembaga pendidikan (setara dengan
USD yang dikonversi ke PDB dengan paritas daya beli). Sebagai
perbandingan, Italia membelanjakan $10.902 per siswa pada tahun 2019.
Total biaya pendidikan untuk siswa berusia 6-15 adalah $105.754, sedikit di
atas rata-rata OECD sebesar $105.502. Karena infeksi COVID-19 dan
pencegahan karantina, ketidakhadiran guru juga memengaruhi kehidupan
sekolah sehari-hari selama pandemi. Namun, hanya sekitar separuh negara
yang mengumpulkan informasi tentang ketidakhadiran guru. Italia
mengumpulkan data dan, tidak seperti banyak negara lain, ketidakhadiran
guru meningkat secara signifikan (lebih dari 5%) antara 2019/20 dan
2021/22. Peningkatan tersebut terutama karena dampak pandemi Covid-19.
F. SIMPULAN
Pendidikan Indonesia dengan Thailand
Perbandingan pendidikan antara Indonesia dan Thailand tidak terlalu
jauh. Dimana proporsi siswa di bawah standar minimum kemampuan
matematika tidak terlalu jauh berbeda. Thailand lebih baik sedikit dari
Indonesia. proporsi siswa dibawah level 2, Indonesia tercatat 71.9% dan
Thailand sebesar 52.7%. Termasuk reformasi Pendidikan, jenjang, wajib
belajar, Pendidikan gratis, termasuk sistem Pendidikan dan kurikulum
nasional.
Bahkan, antara Indonesia dan Thailand untuk angka melek huruf hampir
sama, yakni Indonesia (95.44 %) dan Thailand (93.98), terjadi perbedaan
1.46. Untuk kemampuan literasi juga hamper sama Indonesia (371 peringkat
69 dari 75 negara) dan Thailand (393 peringkat 63 dari 75 negara).
Sehingga, selisih peringkat hanya 6 tingkat dengan selisih nilai 22 point.
Untuk kemampuan numerasi, Indonesia (379 peringkat 63 dari 75 negara)
dan Thailand (419 peringkat 59 dari 75 negara). Sehingga, selisih peringkat
hanya 4 tingkat dengan selisih nilai 40 point. Sedangkan kemampuan Sains,
Indonesia (396 peringkat 61 dari 75 negara) dan Thailand (429 peringkat 46
dari 75 negara). Sehingga, selisih peringkat jauh yakni 15 tingkat dengan
selisih nilai 30 point. Untuk menuju tahun 2035 dan 2045 dibutuhkan SDM
yang unggul dan berdaya saing, salah satunya adalah menyiapkan
kemampuan literasi numerasi Pendidikan tingkat dasar. Untuk
mengantisipasi hal tersebut, salah satu faktornya adalah guru jenjang
Sekolah Dasar harus lebih berkualitas dan berkompeten.
Pendidikan Indonesia dengan India
Hubungan bilateral antara Indonesia dan India telah lama dianggap baik,
terutama dalam kerja sama budaya. Tak cukup sampai di sini, Indonesia kini
mulai menjajaki kerjasama pendidikan dengan beberapa SMA dan
universitas di India. Idonesia memiliki keunggulan dalam sistem
pendidikan, misalnya dalam hal kesempatan pendidikan yang lebih baik
daripada india. Keunggulan lain dari India adalah kualitas sumber daya
manusia di bidang pendidikan.
India memiliki sistem pendidikan tinggi yang patut dicontoh, memiliki
pengetahuan ilmiah yang terpelihara dengan baik dengan biaya rendah, dan
jurnalnya sangat produktif. Program koordinasi antar universitas juga
diperlukan. Penetrasi internet di Indonesia sangat tinggi, bahkan India jauh
dari india. Sekitar 12 juta pekerja kini bekerja di sektor sains dan teknologi
di India. Pembangunan di daerah ini signifikan di India. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini juga diharapkan dapat mendorong kerja sama
Indonesia dan India di bidang kesehatan. Teknologi kesehatan dan
dukungan farmasi dapat membantu kedua negara meningkatkan layanan.
Menurut Forbes, daya saing India luar biasa. Ini membuat banyak orang
India rata-rata lebih sukses di panggung internasional. Jumlah pengguna
internet dan smartphone di India enam kali lebih tinggi dibandingkan di
india. Meskipun India berukuran sekitar dua kali lipat dari india, hal ini
menunjukkan bahwa teknologi tersebar lebih merata di sana. Masyarakat
India juga dinilai sangat mudah beradaptasi secara internasional, sehingga
rata-rata lebih mudah mempelajari hal-hal baru. Selain itu, masyarakat India
juga mengenal media cetak dan elektronik berbahasa Inggris. Ini
menempatkan pada posisi yang lebih baik untuk bersaing di panggung
internasional dan menampilkan diri kepada dunia.
Mengingat orang India maju di berbagai belahan dunia, sebagaimana
orang Cina maju di mana-mana, kita harus bisa belajar dari pada
kesempatan ini. Padahal, potensi india jauh lebih besar dibanding berbagai
sektor di India atau China. Potensi itu akan tetap ada hanya jika tidak
dimanfaatkan dengan baik. India yang kondisi sosial ekonominya sedang
krisis hanya bisa bertahan dalam persaingan global, india pasti bisa jauh
lebih baik di mata dunia. Masih banyak lagi karya Indonesia yang bisa
dibanggakan di dunia internasional. Yang harus kita lakukan adalah
meningkatkan kualitas kompetitif kita yang diterima secara global, yaitu
bahasa Inggris dan pemahaman teknis terlebih dahulu.
India adalah sebuah paradoks. Negara ini kaya akan sumber daya alam,
tetapi lebih dari 40 persen penduduknya hidup dengan kurang dari $1 sehari.
Ada begitu banyak ahli teknis di India. Sekitar 30 persen dokter, staf TI, dan
insinyur Amerika mengawasi perusahaan besar Amerika. Banyak orang
India memiliki posisi bagus di organisasi internasional. Namun, hampir 40
persen, atau lebih dari 350 juta, orang dewasa di India buta huruf, hampir
40 persen anak putus sekolah setelah kelas lima, dan lebih dari 55 persen
putus sekolah setelah kelas delapan. India menempati urutan ke-127 pada
Indeks Pembangunan Manusia, jauh di belakang india, yang menempati
peringkat ke-111. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi India diakui
di seluruh dunia. Negara ini telah menghasilkan beberapa peraih Nobel:
Amartya Sen (Ekonomi), Subrawanian Chandrashekar dan Chandrashekar
Venkataraman (Fisika), Hargobind Khorana (Kedokteran). Dua orang India
lainnya, Bunda Teresa, memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian dan
Rabindranath Tagore untuk sastra.
Pendidikan Indonesia dan Italia
Universitas Italia termasuk yang tertua di dunia. Tidak seperti Amerika
Utara atau Eropa Utara, di mana terdapat penekanan kuat pada pengajaran
berbasis diskusi, struktur sistem pendidikan tinggi Italia lebih formal dan
sebagian besar pengajaran di Italia dilakukan di ruang kuliah yang besar.
Siswa juga diharapkan menyelesaikan beberapa jam belajar mandiri di luar
kelas untuk mempersiapkan ujian.
REFERENSI
Bamrungsin, P., & Khampirat, B. (2022). Improving Professional Skills of Pre-Service
Teachers Using Online Training: Applying Work-Integrated Learning
Approaches through a Quasi-Experimental Study. Sustainability (Switzerland),
14(7). https://doi.org/10.3390/su14074362
Berg, M., Talvio, M., Hietajärvi, L., Benítez, I., Cavioni, V., Conte, E., Cuadrado, F.,
Ferreira, M., Košir, M., Martinsone, B., Ornaghi, V., Raudiene, I., Šukyte, D.,
Talić, S., & Lonka, K. (2021). The Development of Teachers’ and Their
Students’ Social and Emotional Learning During the “Learning to Be Project”-
Training Course in Five European Countries. Frontiers in Psychology, 12.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.705336
Borsetto, E., & Bier, A. (2021). Building on International Good Practices and
Experimenting With Different Teaching Methods to Address Local Training
Needs: The Academic Lecturing Experience. Revista Alicantina de Estudios
Ingleses, 34, 107–130. https://doi.org/10.14198/raei.2021.34.03
Çalışkan, G., & İzmirli, Ö. Ş. (2020). Teachers’ Communication Channels in the
Innovation- Decision Process. Egitim ve Bilim, 45(203).
https://doi.org/10.15390/EB.2020.8611
Chaipidech, P., Srisawasdi, N., Kajornmanee, T., & Chaipah, K. (2022). A personalized
learning system-supported professional training model for teachers’ TPACK
development. Computers and Education: Artificial Intelligence, 3.
https://doi.org/10.1016/j.caeai.2022.100064
Gambini, A., & Lénárt, I. (2021). Basic Geometric Concepts In The Thinking Of In-
Service And Pre-Service Mathematics Teachers. Education Sciences, 11(7).
https://doi.org/10.3390/educsci11070350
Garcia-Retamero, R., Sobkow, A., Petrova, D., Garrido, D., & Traczyk, J. (2019).
Numeracy and Risk Literacy: What Have We Learned so Far? Spanish Journal
of Psychology. https://doi.org/10.1017/sjp.2019.16
Gervasi, D., Faldetta, G., Pellegrini, M. M., & Maley, J. (2022). Reciprocity in
Organizational Behavior Studies: A Systematic Literature Review of Contents,
Types, and Directions. European Management Journal, 40(3), 441–457.
https://doi.org/10.1016/j.emj.2021.07.008
Hyde, D. C., Mou, Y., Berteletti, I., Spelke, E. S., Dehaene, S., & Piazza, M. (2021). Testing
The Role of Symbols in Preschool Numeracy: An Experimental Computer-Based
Intervention Study. PLoS ONE, 16(11 November).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0259775
Imron, I., Mahmud, A., & Samsudin, A., (2023). Impact of the Guru Penggerak Programme
on Improving Leadership Competence in Numeracy Learning. Media Eksakta
19(1), 71–82. https://doi.org/10.22487/me.v19i1.3468
Ivancevich, J. M. (2010). Human Resource Management. McMcGraw-Hill Irwin.
Kolarkar, R. (2020). Teaching and Learning Methods in Ayurveda and its Current
Perspectives. National Journal of Research in Ayurved Science, 8(03).
https://doi.org/10.52482/ayurlog.v8i03.598
Kuhlmann, B. G. (2019). Topical Issue on Strategy Contributions to Cognitive Aging. Open
Psychology, 1(1). https://doi.org/10.1515/psych-2018-0020
Lövdén, M., Fratiglioni, L., Glymour, M. M., Lindenberger, U., & Tucker-Drob, E. M.
(2020). Education and Cognitive Functioning Across the Life Span.
Psychological Science in the Public Interest, 21(1), 6–41.
https://doi.org/10.1177/1529100620920576
Manowaluilou, N., Butkatunyoo, O., & Mahavijit, P. (2022). Phenomenon-Based Teaching
Competency Development for Teacher Educators in Higher Education in
Thailand. Kasetsart Journal of Social Sciences, 43(3).
https://doi.org/10.34044/j.kjss.2022.43.3.26
Manuela, B., & Simona, M. (2018). Social Integration Dynamics for Migrants: PIAAC To
Measure Skill and Qualification Mismatch. Universal Journal of Educational
Research, 6(5), 970–982. https://doi.org/10.13189/ujer.2018.060518
Mejang, A., & Suksawas, W. (2021). The Impacts of a Face-to-Face Training in
Combination with LINE Application and Professional Learning Communities on
English Teacher Development. English Language Teaching, 14(4), 25.
https://doi.org/10.5539/elt.v14n4p25
Muliantara, I. K., & Suarni, N. K. (2022). Strategi Menguatkan Literasi dan Numerasi
untuk Mendukung Merdeka Belajar di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Ilmu
Pendidikan, 4(3), 4847–4855. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2847
Nair, Seema & Jog, Amruta (2020). TeacherTraining and Skill Enhancement in India using
Innovative Techniques. International Journal of Innovative Technology and
Exploring Engineering, 9(4S). https://doi.org/10.35940/ijitee.d1012.0394s20
Nakidien, T., Sayed, Y., & Sadeck, O. (2022). Unpacking the Efficacy of a Continuous
Professional Development Programme to Support Teachers to Use Assessment
in No-Fee Schools. Journal of Education (South Africa), 87.
https://doi.org/10.17159/2520-9868/i87a03
Neupane, B. P., & Joshi, D. N. (2022). Perspectives on Teacher Education in South Asia:
A Comparative Review. The Harvest, 1(1).
https://doi.org/10.3126/harvest.v1i1.44333
OECD (2021), The State of Global Education: 18 Months into the Pandemic, OECD
Publishing, Paris, https://doi.org/10.1787/1a23bb23-en .
OECD (2019). PISA 2018 Results (Volume II).https://doi.org/10.1787/b5fd1b8f-en
OECD. (2018). PISA for Development Assessment and Analytical Framework. In OECD
Publishing. https://www.oecd-ilibrary.org/education/pisa-for-development-
assessment-and-analytical-framework_9789264305274-en
OECD (2005), Guru Penting: Menarik, Mengembangkan, dan Mempertahankan Guru
yang Efektif , Kebijakan Pendidikan dan Pelatihan, OECD Publishing, Paris,
https://doi.org/10.1787/9789264018044-en
Puertas-Aguilar, M. Á., Álvarez-Otero, J., & de Lázaro-Torres, M. L. (2021). The
challenge of Teacher Training in the 2030 Agenda Framework Using
Geotechnologies. Education Sciences, 11(8).
https://doi.org/10.3390/educsci11080381
Raagas, M. J. R. (2021). Alignment of School and Leadership Practices in Basic Education
with Response-to-Intervention Model. European Journal of Education and
Pedagogy, 2(3). https://doi.org/10.24018/ejedu.2021.2.3.144
Rogers, E. M. (1983). Diffusion of Innovations. Free Press
Sathianwatchai, A., & Niramitchainont, P. (2022). Generation Z Teachers’ Quality of Work
Life: Measurement and Enhancement Guidelines. Kasetsart Journal of Social
Sciences, 43(3). https://doi.org/10.34044/j.kjss.2022.43.3.34
Saidi, A., & Habibi, M. (2022). Descriptive Analysis of Human Resource Development
Through Motivation and Training as Well As Supporting and Inhibiting Factors.
Daengku: Journal of Humanities and Social Sciences Innovation, 2(4).
https://doi.org/10.35877/454ri.daengku1107
Saleh, I. T., Muhidin, M., Zakiah, Qiqi Yuliati, Erihadiana, M., & Suhartini, A. (2021).
Karakteristik, Proses Keputusan, Difusi, Diseminasi dan Strategi Inovasi
Pendidikan. Reslaj : Religion Education Social Laa Roiba Journal, 4(1).
https://doi.org/10.47467/reslaj.v4i1.453
Sumaryanta, Mardapi, D., Sugiman, & Herawan, T. (2018). Assessing Teacher
Competence and Its Follow-up to Support Professional Development
Sustainability. Journal of Teacher Education for Sustainability, 20(1), 106–123.
https://doi.org/10.2478/jtes-2018-0007
,…..……. (2019). Community-Based Teacher Training: Transformation of Sustainable
Teacher Empowerment Strategy in Indonesia. Journal of Teacher Education for
Sustainability, 21(1). https://doi.org/10.2478/jtes-2019-0004
Schröer, A. (2021). Social Innovation in Education and Social Service Organizations.
Challenges, Actors, and Approaches to Foster Social Innovation. Frontiers in
Education, 5. https://doi.org/10.3389/feduc.2020.555624
Urbani, C. (2020). Teacher Continuing Professional Development and Team Working
Competences: A Case Study from Italy. International Journal for Research in
Vocational Education and Training, 7(2). https://doi.org/10.13152/IJRVET.7.2.6
Viwattananon, S., & Sirichote, P. (2022). Future Scenario of The Administration Of World-
Class Standard Schools In The Year 2020 To 2037. Kasetsart Journal of Social
Sciences, 43(2). https://doi.org/10.34044/j.kjss.2022.43.2.01
Vuojärvi, H., Purtilo-Nieminen, S., Rasi, P., & Rivinen, S. (2021). Conceptions of Adult
Education Teachers in Training Regarding the Media Literacy Education of
Older People. A phenomenographic Study to inform a Course Design. Journal
of Media Literacy Education, 13(3), 1–18. https://doi.org/10.23860/JMLE-
2021-13-3-1