R0308157 Analisis Perbandingan Literatur
R0308157 Analisis Perbandingan Literatur
3 Universitas Indonesia
Dari gambar diatas terlihat bahwa setiap fasa memiliki perbedaan sudut dan
diidapatkan hubungan tegangan untuk masing-masing fasa sebagai berikut :
Va Vm0o
Vb Vm 120o (2.1)
Vc Vm 240 o
Pada rangkaian 3 fasa terdapat dua jenis hubungan yakni hubung bintang dan
hubung delta. Rangkaian 3 fasa hubung delta menggunakan 3 kawat yakni kawat
3 fasa sedangkan pada rangkaian 3 fasa hubung bintang menggunakan 4 kawat, 3
kawat untuk fasa dan 1 kawat untuk netral. Arus netral pada rangkaian hubung
bintang merupakan titik hubung antar ketiga fasanya. Arus netral (IN) merupakan
penjumlahan arus ketiga fasanya karena jalur netral tersebut dilalui oleh ketiga
fasa yang ada, menurut persamaan berikut :
I N I A I B IC
(2.4)
0
Persamaan (2.4) di atas menunjukkan jika beban yang diaplikasikan dalam suatu
tegangan tiga fasa seimbang, maka arus netralnya sama dengan nol karena
simetris dan saling meniadakan. Arus netral muncul akibat pembebanan yang
tidak seimbang.
Universitas Indonesia
van (t ) 2V sin t
vbn (t ) 2V sin(t 120o ) (2.5)
vcn (t ) 2V sin(t 240 ) o
V
dan dengan I , arus tiga fasanya menjadi :
Z
ia (t ) 2 I sin(t )
ib (t ) 2 I sin(t 120o ) (2.6)
ia (t ) 2 I sin(t 240 )
o
Universitas Indonesia
Daya yang disalurkan pada rangkaian tiga fasa sama dengan jumlah daya pada
ketiga fasanya. Dari persamaan (2.10), didapat daya masing-masing fasa terdiri
dari komponen konstan dan komponen pulsa (yang berosilasi). Komponen pulsa
masing-masing fasa berbeda 120o , sehingga penjumlahan daya ketiga fasa ini
akan menghilangkan komponen pulsa dan didapat penjumlahan ketiga komponen
konstan yang identik :
Dalam hubungan :
S P jQ
P S cos (2.15)
Q S sin
Dengan :
S = Daya total (satuan VA)
P = Daya nyata (satuan Watt)
Q = Daya reaktif (satuan VAR)
(d) (e)
Universitas Indonesia
Gambar 2.7 Komponen simetris tegangan dari sistem 3 fasa yang tidak seimbang
Va Va1 Va 2 Va 0
Vb Vb1 Vb 2 Vb 0 (2.16)
Vc Vc1 Vc 2 Vc 0
Universitas Indonesia
Va Va1 Va 2 Va 0
Vb a 2Va1 aVa 2 Vao (2.18)
Vc aVa1 a Va 2 Va 0
2
Va 1 1 1 Va 0
V 1 a 2 a V (2.19)
b a1
Vc 1 a a 2 Va 2
A
Va 0 1 1 1 Va
1
V 1 a a 2 Vb (2.20)
a1 3
Va 2 1 a 2 a Vc
Universitas Indonesia
I a I a1 I a 2 I a 0
I b a 2 I a1 aI a 2 I a 0
I c aI a1 a 2 I a 2 I a 0
1
Ia0 Ia Ib Ic (2.22)
3
1
I a1 I a aI b a 2 I c
3
1
I a 2 I a a 2 I b aI c
3
Arus netral yang mengalir adalah jumlah arus yang mengalir pada tiap fasanya.
Jadi, berdasarkan persamaan (2.22), maka persamaan arus netralnya dapat
dituliskan menjadi :
I n I a I b I c 3I a 0 (2.23)
Universitas Indonesia
tahanan R memiliki daya sesaat sebesar i2R. Kemudian suatu arus searah
mengalir melalui tahanan R yang sama dan menjaga agar arus searah dan
memperoleh harga daya yang sama dengan rata-rata arus bolak-balik. Besar
arus searah tersebut adalah arus efektif dari arus bolak-balik.
Faktor √2 merupakan faktor perbandingan harga maksimum dari arus
periodik dengan nilai efektifnya dan hanya dipakai jika fungsi periodik
tersebut berupa sinusoidal.
2.4.2 Pengukuran daya dan faktor daya
Untuk sumber arus bolak-balik daya yang berubah terhadap waktu atau
daya sesaat merupakan perkalian antara tegangan dan arus.
S(t) = V(t) . I(t)
Untuk tahanan murni R, daya yang dipakai adalah positif sehingga daya
yang dikembalikan ke sumber adalah 0. Untuk insuktansi, ketika mendapat
energi bolak-balik, untuk setengah periode akan menyimpan energi
elektromagnetis, dan mengembalikan energi tersebut pada sumbernya pada
setengah periode berikutnya. Sehingga daya rata-ratanya adalah 0.
Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif terhadap daya
kompleks. Dapat dinyatakan dengan :
P
C os
S
Untuk pembebanan resistif murni, faktor dayanya adalah 1, untuk
induktif murni dan kapasitif murni faktor dayanya adalah 0. Beban
kapasitif memiliki faktor daya leading, dan beban induktif memiliki faktor
daya lagging.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sesuai persamaan (2.15), daya kompleks terdiri dari komponen daya nyata dan
daya reaktif. Daya nyata dan daya reaktif dihasilkan dari beban nyata dan
beban reaktif. Beban nyata atau beban linier adalah hambatan/ tahanan/
resistor, yang besar nilai bebannya dinyatakan dalam satuan (ohm) yang
memiliki sudut fasor 0o . Jenis beban lain selain beban nyata adalah beban
reaktif. Beban reaktf memiliki diagram fasor tegak lurus dengan fasor beban
nyata. Beban reaktif dibagi dua yaitu induktor dan kapasitor. Satuan induktor
adalah Henry dan besar reaktansi induktif adalah X L j L (satuannya ohm)
Apabila suatu tegangan dicatu kepada ketiga komponen beban ini, maka akan
dihasilkan arus yang mempunyai karakteristik berlainan, yaitu :
a. Arus pada beban hambatan (resistance) murni
Universitas Indonesia
V 0o
IR dimana sudut antara arus dengan tegangan adalah sefasa.
R
b. Arus pada beban induktif murni
V 0o V 0o V 0o V
IL 90o
XL j L L90 L
o
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia