LAPORAN
EVALUASI KINERJA LATASIR HASIL PELAKSANAAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI PADA RUAS JALAN
NASIONAL DI PULAU AMBON
AGUSTUS 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Disyahkan oleh:
Pejabat Pembuat Komitmen
Perencanaan dan Pemantauan,
Halaman Sampul i
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar iv
Daftar Tabel v
Ringkasan vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pengertian Jalan 3
2.2 Kondisi dan Tingkat Pelayanan Jalan 3
2.3 Jenis Perkerasan Jalan dan Penurunan Kondisi Jalan 4
2.4 Kinerja Perkerasan Jalan 6
BAB III METODE EVALUASI DAN PENANGANAN EKSISTING 7
3.1 Lokasi Eksisting 7
3.2 Penanganan Preventif 8
3.3 Metode Evaluasi 10
BAB IV KINERJA PEKERJAAN KONSTRUKSI 12
4.1 Data Kontrak Pekerjaan 12
4.2 Peralatan Produksi, pengangkut, Penghampar dan Tenaga Kerja 12
4.3 Sifat Campuran 15
4.4 Ketebalan Lapangan 18
4.5 Harga Satuan 22
4.6 Prediksi Kinerja Jalan Menggunakan Latasir 24
BAB V PENUTUP 38
5.1 Kesimpulan 32
5.2 Saran-saran 32
5.3 Rekomendasi 32
Ucapan Terima kasih dan Pengakuan 33
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 35
Gambar 11. Core drill Sta. 1+900 (R) Ruas Jalan Leo Wattimena 19
Gambar 12. Pengukuran Tebal hasil Core drill di Lab. BPJN Maluku 19
Gambar 15. Stripmap pengambilan sampel pada Jln. Laksdya Leo Wattimena 20
Perkerasan jenis Latasir efektif untuk jalan dengan lalu lintas rendah (< 500.000
ESA) sebagaimana tingkat LHR umumnya pada ruas jalan nasional di P. Ambon,
diantaranya ruas jalan J. Syaranamual dan ruas jalan Leo Wattimena. Delapan puluh satu
ruas jalan nasional yang tersebar di wilayah Provinsi Maluku, 2 ruas diantaranya
diprogramkan BPJN Maluku menggunakan perkerasan Latasir untuk mempertahankan
kondisi kemantapan jalan nasional. Evaluasi kinerja hasil pengadaan pekerjaan Latasir
tahun 2020 dimaksudkan untuk menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan bagi
penggunaan pekerjaan konstruksi sejenis bagi ruas jalan nasional di wilayah Provinsi
Maluku untuk tahun anggaran 2021. Tujuannya untuk mengevaluasi: a. Jenis bahan aspal
dan agregat yang digunakan sebagai campuran Latasir terhadap pemenuhan persyaratan
spesifikasi bahan; b. Metode produksi campuran berdasarkan ketentuan peralatan
instalasi pencampur aspal, jenis kendaraan pengangkut, peralatan penghamparan dan
pemadatan; c. Mutu pekerjaan Latasir berdasarkan sifat campuran, toleransi dimensi
tebal, kepadatan minimum dan metode pengendalian mutu. Evaluasi kinerja dilakukan
bagi: Bahan baku, bahan olahan, bahan jadi, peralatan, dan tenaga kerja, terhadap mutu
pengadaan yang terdiri dari: a. Aspal, batu pecah 5-10, Pasir dan Abu batu terhadap
persyaratan bahan baku; b. Produksi campuran Latasir hasil olahan instalasi pencampur
aspal (AMP) terhadap temperatur minimum sebelum dihampar oleh Asphlat Finisher; c.
Ketebalan dan kepadatan minimum Latasir Kelas B setelah pemadatan akhir; d. Peralatan
terdiri dari: alat pencampur, pengangkut, penghampar dan pemadat; e. Tenaga kerja
operator peralatan maupun tenaga penghampar di lapangan. Hasil kajian disimpulkan: 1).
Jenis bahan aspal (Pertamina Pen. 60/70), dan jenis Batu Pecah 5-10, Pasir dan Abu Batu
asal quarry Wai Sikula di Laha-Ambon, memenuhi persyaratan spesifikasi bahan sebagai
campuran Latasir Kelas B (SS-B), 2). Metode produksi campuran menggunakan AMP
memenuhi ketentuan peralatan produksi berdasarkan hasil pengukuran temperatur
campuran, uji gradasi gabungan hasil ekstraksi, 3). Metode pelaksanaan pekerjaan Latasir
Kelas B (SS-B) menggunakan Asphalt Finisher, Tandem Roller dan Pneumatic Tire
Roller memenuhi ketentuan berdasarkan Spesifikasi Umum 2018. 4). Kadar aspal Latasir
kelas B (SS-B) 6,24 % memenuhi persyaratan mutu berdasarkan ketentuan toleransi
dimensi tebal, kepadatan minimal dan sifat marshal campuran. Kadar aspal pelaksanaan
Latasir Kelas B (SS-B) oleh Penyedia lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar aspal
optimum (8,40%) hasil rancangan Laboratorium BPJN Maluku.