BAB II
KEADAAN UMUM DESA PEKUNCEN
Keadaan umum disuatu wilayah yang satu dengan yang lainnya berbeda-
beda. Ada beberapa faktor untuk mengetahui keadaan umum suatu wilayah,
diataranya dilihat dari monografi desa. Monografi desa ini mencangkup beberapa
Pekuncen terbagi atas 6 grumbul atau dusun, yaitu Gandaria, Kepungla, Putan,
pepeg kunci(kunci yang lengkap) atau disebut juga desa kunci atau desa yang
lama kelamaan disebut dengan desa Pekuncen. Tokoh yang sangat berperan dalam
di Keraton Solo, tetapi karena anak laki-laki dari kakaknya sudah besarsehingga
Adipati Mangkupraja kecewa dan marah. Sejak kejadian itu Raden Adipati
meninggal karena begitu saktinya pusaka itu sehingga orang tua korban itu tidak
terima dan melapor padaRatu Keraton Surakarta, tetapi raja bingung karena Raden
gantung, Raden Adipati adalah pamannya, tetapi kalau tidak dihukum gantung
Raden Adipati sudah bersalah. Kemudian raja mendengar tentang alas Gandaria
alas Gandaria dengan dibawakan sebuah bedug, sebagai penanda kalau bedug itu
tidak berbunyi berarti Raden Adipati Mangkupraja sudah meninggal, tetapi bedug
itu selalu berbunyi kencang.Setiap hari Jumat yang menandakan Raden Adipati
Mangkupraja masih hidup. Sampai beberapa tahun lamanya, bedug itu masih tetap
tunduk kepada Raden Adipati Mangkupraja. Karena semua makhluk halus itu
tahu kalau Raden Adipati Mangkupraja itu adalah seorang putraning ratu, sebab
sudah tertulis Nang Senjabaning Daging Nang Sajroning Kulit. Hingga seekor
sehingga tempat itu dinamakan dusun Kepungla karena pada waktu itu Raden
Di semua makhluk halus itu tunduk dan tidak ada yang berani kepada
Kemudian ada kabar bahwa Keraton Surakarta akan melurug, dan Ratu
menyuruh kepada seorang patih untuk datang ke desa Gandaria, untuk membawa
pulang Paman Raden Adipati Mangkupraja. tetapi karena patih seorang yang tuli,
sehingga patih salah menangkap tugas yang diberikan oleh Sang Ratu. Sesampai
Raden Adipati Mangkupraja, patih mengatakan kalau diutus oleh Kanjeng Ratu
untuk membawa pulang Raden Adipati Mangkupraja. Pada akhirnya mereka pun
patih langsung memukuli dan membacok dengan gaman, sabit, dan benda tajam.
dengan gaman. Tetapi Raden Adipati Mangkupraja tahu kalau dia pantas mati
mengatakan kepada patih, “jika dibunuh dengan gaman dan benda tajam lainnya,
tidak akan mempan”. Kemudian patih disuruh mencari lawewenang atau seutas
hanya Raden Adipati Mangkupraja saja yang dibunuh, tetapi seluruh keluarganya
dibunuh oleh patih. Sehingga terjadi banjir darah pembantaian Raden Adipati
pada hari Selasa Kliwon dan dikubur dihari Senin Manis (Wawancara dengan
sebelum dikubur jasad dari Raden Adipati Mangkupraja dirawat rutin oleh
penduduk desa Pekuncen, sambil menunggu ada utusan yang datang dari
melihat keadaan Raden Adipati Mangkupraja, Raja sangat berterima kasih kepada
seluruh penduduk desa Pekuncen karena sudah merawat dengan baik jasad Raden
Adipati Mangkupraja. Kemudian Raja meminta kepada salah satu kasepuhan atau
sebuah surat oleh Kanjeng Raja untuk menjadi seorang kunci di desa Pekuncen
yang bertugas mengunci Raden Adipati Mangkupraja, yang akan menguasai desa
perjalanan pulang, dia bertemu dengan seorang yang sakti, yang berasal dari
Yogyakarta. Karena Malangwitana tidak bisa membaca isi surat yang diberi oleh
Kanjeng Raja, maka surat itu dibacakan oleh orang sakti dan pintar itu, dan surat
ituberbunyi, “Sing sinten mawon mbekto surat niki, niku kanggo liru Raden
Mei 2015).
melempar surat itu dan lari pulang karena ketakutan. Namun surat itu kemudian
diambil oleh orang yang sakti dan pintar, kemudian ia mendatangi desa Pekuncen
dan memberitahukan kalau dia adalah utusan dari Kanjeng Raja Surakarta yang
akan menguasai desa Pekuncen sebagai kuncen yang mengunci Raden Adipati
tunduk kepadanya.
untuk melihat apakah amanatnya telah dijalankan dengan baik. Namun, setelah
tiba di desa Pekuncen, Kanjeng Raja kaget dan heran, mengapa bukan orang yang
dia suruh dahulu yang menjadi kuncen di desa Pekuncen, melainkan orang lain
yang menjadi kuncen di desa ini. Kanjeng Raja tetap kukuh pada pendiriannya,
bahwa yang menjadi kuncen tersebut adalah bukan orang yang ia suruh dahulu,
namun Kanjeng Raja kalah bukti dari orang tersebut. Sehingga semua penduduk
2015).
desa Pekuncen, bahwa di masa yang akan datang, yang kelak akan memimpin
desa Pekuncen itu bukan orang asli dari desa Pekuncen itu sendiri, melainkan
orang dari daerah lain. dan hal itu akhirnya terbukti dengan yang memimpin desa
Pekuncen adalah bukan orang asli dari desa Pekuncen. Terbukti dari beberapa
Demang dan yang kemudian diganti dengan Lurah, yang memimpin desa
Pekuncen yaitu :
tersebut. Selain itu penduduk desa Pekuncen juga masih merawat dengan baik
juga masih menjalankan suatu tradisi rutin tiap tahun atau juga yang disebut
Mangkupraja atau sering disebut juga Petilasan Jero Tengah (Wawancara dengan
B. Keadaan Geografis
luas wilayah 376 ha, batas wilayah sebelah utara yaitu desa Bajing Kulon, sebelah
selatan desa Karang Turi, sebelah barat desa Sikampuh dan yang terakhir sebelah
timur yaitu desa Pesanggrahan. Jumlah penduduk desa Pekuncen laki-laki 4173
jiwa, perempuan 4077 jiwa, usia 0-15 1655 jiwa, usia 15-65 5371 jiwa, dan usia
dan industri kecil, industri sedang dan besar, jasa dan perdagangan (Wawancara
Pekuncen, karena area persawahan yang luas, dan tanah yang subur sehingga
masyarakat desa Pekuncen lebih memilih mata pencaharian sebagai petani. Hasil
pertanian yang diperoleh oleh petani desa Pekuncen mayoritas padi. Masyarakat
desa Pekuncen dilihat dari tingkat pendidikan masih banyak yang lulusan SMP
dan agama yang dianut mayoritas agama Islam (Wawancara dengan Irfan Sidqon,
09 Mei 2015).
bercocok tanam yang baik dan benar sehingga mayoritas mata pencahariaanya
masyarakat desa Pekuncen adalah sebagai petani. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor karena adanya sistem turun-temurun dari nenek moyang yang
masyarakat desa Pekuncen tidak memiliki keterampilan lain. Oleh karena itu,
atau sapi. Selain masyarakatnya memiliki lahan pertanian sendiri, ada juga yang
menjadi buruh tani di tempat orang lain dengan menggarapkan lahan sawah
menggarap sawah petani masih menggunakan alat tradisional, yaitu cangkul atau
hewan ternak mereka, seperti pupuk kandang yang digunakan untuk menyuburkan
tanah dan tanaman pertanian mereka. Namun, pupuk kandang tidak mempercepat
sebagian besar lahan sawah mereka tidak digarap karena kurangnya sumber air
Pekuncen. Dari hasil pertanian yang mereka dapatkan hanya cukup untuk
Masuk pada sekitar tahun 1990-an desa Pekuncen mulai tersentuh dengan
adanya era modern dan teknologi, terutama teknologi dalam bidang pertanian.
Saat ini para petani di desa Pekuncen, telah banyak yang menggunakan alat-alat
Dalam membajak sawah dulu hanya menggunakan jasa hewan seperti kerbau dan
sapi, tetapi sekarang sudah menggunakan traktor utuk membajak sawah dan diesel
sebagai alat penyedot air (Wawancara dengan Irfan Sidqon, 09 Mei 2015).
kehidupan bagi masyarakat desa Pekuncen. Hasil pertanian pada setiap tahunnya
sumber pokok penghasilan sehari-hari. Kini hasil dari mereka bercocok tanam
rendah, karena itu pemuda-pemudi memilih untuk bekerja atau merantau ke kota-
kota besar untuk mencari penghasilan yang lebih baik. Mereka telah mengenyam
pendidikan meski, baik hanya sampai jenjang SMP maupun SMA (Wawancara
masih kurang, masih banyak yang lulusan SMP, bahkan mayoritas lulusan
SMPsehingga untuk tingkat pendidikan masih kurang yang lulusan SMA atau
sarjana, bahkan ada juga yang tidak lulus sekolah atau tidak sekolah. Kurangnya
terhadap kemajuan zaman karena masyarakat desa Pekuncen belum banyak yang
mengenal teknologi modern. Oleh karena itu, masyarakat desa Pekuncen hanya
Pekuncen yang beragama Islam, tetapi menganut kepercayaan dari nenek moyang
tahun 2003 banyak masyarakat yang dari non-muslim menjadi muslim. Karena
penghayat kepercayaan di desa Pekuncen sekitar 30%, dari tahun ke tahun terus
nilai budaya yang ada di Jawa. Agama kejawen bagi masyarakat desa Pekuncen
Salah satu budaya yang menonjol adalah adat istiadat atau tradisi kejawen. Dalam
sehari-hari. Salah satu kebudayaan yang masih melekat di Jawa yaitu tradisi
Sadranan.
Sadranan. Yang dilaksanakan setiap tahun dan menjadi upacara khusus bagi
satunya yaitu tradisi resik kubur yang dilaksanakan setiap Jumat Kliwon
tumbuh dalam pikiran manusia, tentang hal-hal yang bernilai, yang dianggap
penting bagi kehidupannya, dan menjadi pedoman hidup yang memberikan arah
dan tujuan bagi masyarakat desa Pekuncen. Adapun nilai-nilai yang masih
nenek moyang. Sering suatu kepercayaan dikaitkan, baik dengan cara hidup
maupun adat istiadat yang melekat pada diri manusia sehingga menjadi
upacara adat yang selalu dikaitkan dengan religi. Ritual-ritual yang berkaitan
dengan tradisi bagi masyarakat desa Pekuncen masih dianggap sakral karena
ritual tradisi sadranan, perlu adanya gotong-royong untuk mencapai sebuah tujuan
bersama. Salah satunya melakukan bersih kubur di setiap makam yang dianggap
atau menyiapkan sesaji yang akan disajikan, menjadi ritual khusus tradisi
akan dipakai upacara ritual (Wawancara Dengan Irfan Sidqon, 09 Mei 2015).
Adanya pemujaan terhadap nenek moyang atau roh-roh para leluhur, bagi mereka
yang dilaksnakan setiap hari Jumat pada minggu ketiga di bulan sadranan. Ritual
ini disebut dengan unggah-unggahan atau perlu gede. Ritual terakhir pada awal
pekan di bulan Syawal dengan menggelar upacara turunan. Perwujudan doa dari
keluarga kepada leluhur atau nenek moyang. Dengan cara membakar kemenyan
di makam leluhur atau nenek moyang dan mengadakan upacara kendurian, baik
tradisi sadranan yaitu bersih kubur setiap tahunnya. Masyarakat desa Pekuncen
masih sangat melekat pada pengaruh sosial maupun budaya tentang tradisi
mereka meskipun ada juga masyarakat yang masih melestarikannya dan sudah
Contohnya dalam hal yang rasional, misalnya, dalam kegiatan penanaman padi
serta panen harus didahulukan dengan ritual menaruh sesaji di sawah tujuannya
agar memperoleh keselamatan dan berkah agar hasil panen selanjutnya lebih
melimpah.
sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan oleh masyarakat desa Pekuncen. Sarana
informasi yang sedemikian ini tidak mengherankan kalau perubahan budaya dapat
sampai ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi masyarakat desa Pekuncen masih tetap
melestarikan tradisi yang sudah menjadi turun temurun dari nenek moyang